Anda di halaman 1dari 3

PERUBAHAN PSIKOLOGIS, SOSIAL, KULTURAL, DAN SPRITUAL PADA LANSIA

A. PERUBAHAN PSIKOLOGIS

Menurut Hurlock, beberapa masalah psikologi lansia antara lain:

1. Kesepian, yang dialami oelh lansia pada saat meninggalnya pasangan hidup, terutama
bila dirinya saat itu mangalmai penurunan status kesehtan seperti menderita penyakit
fisik berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama gangguan
pendengaran harus dibedakan antara kesepian dengan hidup sendiri. Banyak lansia
hidup sendiri tetapi tidak mengalami kesepian karena tingginya aktifitas sosialnya.

2. Duka cita, dimana pada periode duka cita merupakan periode yang sangat rawan bagi
lansia. Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat atau bahkan hewan kesayangan
bisa meruntuhkan ketahanan jiwanya yang dapat memicu terjadiya gangguan fisik
dan kesehatannya.

3. Depresi, pada lansia yaitu stress lingkungan yang sering mempengaruhi lansia.

4. Gangguan cemas, terbagi menjadi 5 bagian yaitu fobia, gangguan panic, gangguan
cemas umum, gangguan stress setelah trauma, dan gangguan obsesif-kompulsif.

5. Psikosis pada lansia.

6. Parafrenia, yaitu suatu bentuk skizofrenia lanjut yang ditandai dengan waham.

7. Sindroma diagnose yaitu suatu keadaan dimana lansia menunjukkan penampilan


perilaku yang snagat mengganggu.

B. PERUBAHAN SOSIAL

Lansia tidak akan pernah lepas dari aspek sosialnya. Menurut Setiabudhi (1999),
pemasalah social budaya pada lansia secara umum yaitu masih besarnya jumlah lansia
yang berada dibawah garis kemiskinan, makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga
anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai, dan dihormati.

C. PERUBAHAN KULTURAL

Beberapa perubahan cultural yang bisa terjadi pada lansia yaitu:

1. Kolektifitas etnis, adalah kelompok dengan asal yang umum, perasaan identitas dan
memiliki standart perilaku yang sama. Individu yang bedasarkan dalam kelompok
seperti itu mengikuti budaya oleh norma-norma yang menentukan jalan ikiran dan
perilaku mereka ( Harwood, 1981 ) .
2. Shock budaya adalah salah satu sebab karena bekerja dengan individu yang latar
belakang kulturnya berbeda. Shock budaya sebagai perasaan yang tidak ada yang
menolong ketidaknyamanan dan kondisi disoirentasi yang dialami oleh orang luar
yang berusaha beradaptasi secara komprehensif atau secara efektif dengan kelompok
yang berbeda akibat akibat paraktek nilai-nilai dan kepercayaan.( Leininger, 1976).

3. Pola komunikasi, menurut Kluckhohn,1972, bahwa tiap bahasa adalah merupakan


jalan khusus untuk meneropong dan interprestasi pengalaman tiap bahasa membuat
tatanan seluruhnya dari asumsi yang tidak disadari tetang dunia dan penghidupan.

4. Jarak pribadi dan kontak. Pengertian tentang jarak pribadi bagi perawat kesehatan
masyarakat memungkinkan proses pengkajian dan peningkatan interaksi perawat
klien. Profesional kesehatan merasa bahwa mereka mempunyai ijin keseluruh daerah
badan klien. Kontak yang dekat sering diperlukan perawat saat pemeriksaan fisik,
perawat hendaknya berusaha untuk mengurangi kecemasan dengan mengenal
kebutuhan individu akan jarak dan berbuat yang sesuai untuk melindungi hak privasi.

5. Pandangan sosiokultural tentang penyakit dan sakit. Budaya mempengaruhi harapan


dan persepsi orang mengenai gejala cra memberi etika kepada penyakit, juga
mempengaruhi bilamana, dan kepada siapa mereka harus mengkomunikasikan
masalah – masalah kesehatan dan berapa lama mereka berada dalam pelayanan.
Karena kesehatan dibentuk oleh faktor – faktor budaya, maka terdapat variasi dari
perilaku pelayanan kesehatan, status kesehatan, dan pola – pola sakit dan pelayanan
didalam dan diantara budaya yang berbeda – beda.

D. PERUBAHAN SPRITUAL

1. Berhubungan dengan diri, berkaitan dengan arti dan tujuan hidup, kedamaian,
penerimaan, cinta, memaafkan diri, dan keberanian. Kemudian marah, rasa bersalah,
dan koping buruk. Hubungan dengan diri sendiri yang meliputi pengetahuan diri
(siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya) dan sikap percaya pada diri sendiri,
percaya pada kehidupan/masa depan, ketenangan pikiran, harmoni atau keselarasan
dengan diri sendiri, seharusnya dapat direalisasikan dengan kehidupan lansia yang
berada di balai. Namun hubungan dengan diri sendiri tersebut bertolak belakang
dengan apa yang terjadi di Bapelsos tersebut, mayoritas lansia memiliki masalah
dengan dirinya, terutama ketenangan pikiran di masa tuanya.

2. Berhubungan dengan orang lain, meliputi: menolak berinteraksi dengan pemimpin


agama, menolak berinteraksi dengan teman dan keluarga, mengungkapkan terpisah
dari sistem dukungan, merasa terasingkan.
3. Berhubungan dengan seni, musik, literatur dan alam, meliputi: tidak mampu
mengekspresikan kondisi kreatif (bernyanyi, mendengar/menulis musik), tidak ada
ketertarikan kepada alam, dan tidak ada ketertarikan kepada bacaan agama.

4. Berhubungan dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi; tidak mampu ibadah,
tidak mampu berpartisipasi dalam aktifitas agama, merasa ditinggalkan atau marah
kepada Tuhan, tidak mampu untuk mengalami transenden, meminta untuk bertemu
pemimpin agama, perubahan mendadak dalam praktek keagamaan, tidak mampu
introspeksidan mengalami penderitaan tanpa harapan.

Anda mungkin juga menyukai