Anda di halaman 1dari 3

Essay

Nama : Ghina Irval Gustaf


NPM : 220110170244
Tema : Peran Perawat Dalam Budaya Kehamilan

Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas dan dihuni banyak orang
dengan keanekaragaman budaya, etnis, agama maupun linguistik yang beragam.
Budaya beragam contoh dalam aspek seperti kehamilan.

Kehamilan itu sendiri adalah fase krisis seorang wanita. Kehamilan ini
mengakibatkan seorang wanita untuk terus memperhatikan dirinya baik itu fisik
maupun mentalnya. Karena tubuh mereka berubah secara transisi dengan adanya
kehidupan baru di dalam mereka. Perhatian ini dimulai dari pola makan hingga
jadwal beraktivitas agar tidak membahayakan bayi mereka.

Ibu hamil pasti memiliki keluarga atau teman terdekat seperti masyarakat
sekitarnya. Mereka dengan kebudayaan yang berbeda memberikan perhatiannya
pada fase krisis ini. Pada masa kehamilan ada banyak ritual yang dilakukan
menandakan bahwa kehamilan adalah suatu hal yang luar biasa di berbagai
kebudayaan di indonesia. Perhatian masyarakat terhadap ibu yang sedang hamil
merupakan bentuk dukungan sosial.

Menurut McCourt (2006) ada tiga komponen kunci dukungan sosial yaitu
dukungan emosional, dukungan informasi dan dukungan praktis. Dukungan
emosional ditunjukkan dengan hubungan yang hangat, persaudaraan,
persahabatan dan keinginan untuk mendengar. Saran dan informasi yang baik
merupakan contoh dari dukungan informasi. Sedangkan dukungan finansial pada
ibu hamil, pijat untuk mengurangi ketidaknyamanan merupakan bentuk nyata
dukungan praktis.
Kita fokuskan pada dukungan emosional. Ketika seorang ibu hamil pasti
memiliki perubahan dalam bentuk anatomi maupun fisiologi. Mereka pasti merasa
bingung dan heran terhadap perubahan yang terjadi pada tubuhnya kemudian
tidak tahu harus bertanya ke siapa sehingga berpengaruh kepada pola pikir dan
psikis mereka. Saat seperti ini biasanya ada seseorang yang akan memberikan
suatu informasi baik itu salah maupun benar. Seperti mertua yang menyarankan
untuk membawa benda-benda tajam seperti gunting, peniti yang diikatkan pada
baju atau pakaian dalam ibu hamil untuk menjaga ibu dan bayinya dari gangguan
roh jahat dan makhluk halus atau Ibu yang hamil tua, dianjurkan untuk sering
melakukan gerakan menungging termasuk mengepel lantai dengan menggunakan
tangan supaya janin yang di dalam kandungan cepat turun dan membuka jalan
lahir serta membuat persalinan lancar tanpa kesulitan. Hal ini mengakibatkan ibu
yang sedang hamil ini untuk percaya dan melakukannya.

Hiller (2003) menyatakan bahwa ketika perubahan terjadi, maka terjadi


destruksi nilainilai tradisional, kepercayaan, peran dan tanggungjawab,
pendidikan, keluarga dan lain-lain yang hampir simultan dengan proses konstruksi
cara baru sebagai pengaruh dari perubahan sosial. Nilai dan ritual yang baru ini
menggantikan nilai dan ritual yang lama. Namun di sebagian masyarakat
adakalanya terjadi kompromi yang mana nilai dan ritual baru dijalankan dengan
tanpa menghilangkan nilai dan ritual lama.

Disisi lain keluarga dan masyarakat terdekat klien belum tentu memiliki
pemahaman dan pengetahuan yang baik terhadap kehamilan itu sendiri. Serta
meraka hanya meyakini mitos yang sudah turun-temurun diberikan kepada
mereka. Meraka sendiri tidak tahu-menahu dampak apa yang akan terjadi bila
mitos tersebut dilakukan.

Apa peran perawat? Tentu kita harus memperhatikan ibu hamil dengan
memberikan informasi dan arahan seputar kehamilan. Karena belum tentu semua
kebudayaan yang diarahkan dapat berdampak positif terhadap ibu dan bayi.
Perawat juga memiliki etika non-malificience dimana perawat dalam melakukan
pelayanannya harus sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan dengan tidak
menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien. Inilah salah satu
alasan mengapa perawat harus mengkaji hal-hal seperti budaya dan mitos-mitos
yang selalu dipercaya oleh masyarakat dari leluhur mereka. Setelah dikaji dan
ternyata terbukti benar atau pun salah perawat dapat memberi tahu secara
terapeutik supaya ibu hamil tidak merasa tertekan dan berikan rasa nyaman serta
terbuka apabila ibu hamil tersebut membutuhkan dukungan mental.

Untuk tidak mengulang hal ini kembali maka perawat harus mendekatkan diri
dan lebih terbuka dengan masyarakat. Setelah masyarakat percaya dengan perawat
kaji perihal macam-macam budaya yang ada dan sering terjadi serta seberapa
pentingnya budaya tersebut. Teliti hasil kajian tersebut dan beritahu kepada
masyarakat dengan mengadakan penyuluhan (Satuan Acara Penyuluhan) yang
berisi pendidikan kesehatan tentang seputar ibu hamil dan bayi dan kebudayaan
yang dapat dilakukan tanpa harus menyinggung nilai leluhur yang sudah ada
kepada masyarakat. Jika hal ini berjalan dengan lancar maka masyarakat dapat
memberikan dukungan sosial tanpa harus takut berfikir dampak buruknya.

Menurut Oakley (1990) dalam Mander (2001) dukungan sosial berperan


positif pada kesehatan, secara tidak langsung mengurangi bahaya yang disebabkan
stress, mengurangi resiko terpapar stress dan memudahkan penyembuhan dari
kondisi stress seperti sakit.

Sumber :
Juariah. 2018. “KEPERCAYAAN DAN PRAKTIK BUDAYA PADA MASA
KEHAMILAN MASYARAKAT DESA KARANGSARI, KABUPATEN
GARUT” dalam Sosiohumaniora - Jurnal Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora Vol.
20, No. 2 : 162 - 167. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Jawa
Barat.

Anda mungkin juga menyukai