Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ernesta Nurmalita Madul

Nim : 2107010073

Matakuliah : Determinan Sosio Budaya Kesehatan

Pengaruh Faktor Budaya Terhadap Kesehatan Reproduksi

Faktor budaya memainkan peran signifikan dalam membentuk pandangan


dan perilaku masyarakat terkait kesehatan reproduksi. Budaya mencakup norma-
norma, nilai-nilai, kepercayaan, dan praktik-praktik yang diterima dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Dalam konteks kesehatan reproduksi, faktor budaya dapat
mempengaruhi pemahaman, pengambilan keputusan, dan akses terhadap layanan
kesehatan. Salah satu aspek utama adalah persepsi masyarakat terhadap
seksualitas dan reproduksi. Beberapa budaya mungkin memiliki pandangan yang
terbuka dan positif terhadap topik ini, sementara budaya lain mungkin
menghadapinya dengan stigma atau rahasia. Pandangan ini dapat memengaruhi
sejauh mana masyarakat mencari informasi tentang kesehatan reproduksi, apakah
itu melalui pendidikan formal, layanan kesehatan, atau sumber-sumber informal.

Norma sosial dan tekanan budaya dapat memengaruhi keputusan terkait


pernikahan dan kehamilan. Dalam beberapa budaya, tekanan untuk menikah atau
memiliki keturunan dapat memberikan dampak besar pada kesehatan reproduksi.
Pasangan mungkin merasa terdorong untuk memiliki anak dalam jangka waktu
tertentu atau menghadapi tekanan untuk memenuhi harapan keluarga besar. Ini
dapat berdampak pada keputusan terkait kontrasepsi, umur perkawinan, dan
kehamilan.Selain itu, praktik-praktik tradisional dan kepercayaan budaya dapat
memengaruhi cara masyarakat mencari perawatan kesehatan reproduksi.
Pengobatan tradisional mungkin lebih dipilih daripada layanan kesehatan formal,
terutama dalam hal perawatan kehamilan dan persalinan.Beberapa masyarakat
masih mengandalkan pengobatan tradisional dalam mengatasi masalah kesehatan
reproduksi,seperti penggunaan jamu yang tidak terjamin keamanannya.

Budaya juga berperan dalam pengetahuan tentang penyakit menular seksual


(PMS) dan upaya pencegahannya.Salah satu budaya yang berdampak buruk pada
Kesehatan reproduksi adalah budaya khitan pada Perempuan,budaya ini dapat
meningkatkan risiko terjadinya infeksi menular seksual dan kehamilan di usia
muda.Beberapa budaya mungkin membatasi pembicaraan terbuka tentang
seksualitas, sehingga menghambat edukasi dan pencegahan PMS.Dalam
menghadapi kompleksitas pengaruh budaya terhadap kesehatan reproduksi,
pendekatan yang memahami dan menghormati keberagaman budaya menjadi kunci
utama. Program kesehatan reproduksi dan edukasi perlu disesuaikan dengan nilai-
nilai dan norma-norma budaya setempat. Dengan melibatkan komunitas dalam
perencanaan dan implementasi program dapat membantu memastikan bahwa
intervensi tersebut sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat.

Edukasi kesehatan reproduksi yang sensitif terhadap budaya dapat


membantu membuka dialog dan mengurangi stigma terkait topik ini. Penekanan
pada nilai-nilai yang dihormati oleh masyarakat dapat membantu mengatasi
resistensi terhadap perubahan dan mendorong pengambilan keputusan yang lebih
baik terkait kesehatan reproduksi.Dengan memahami dan menghormati pengaruh
budaya, dapat diciptakan program kesehatan reproduksi yang efektif dan
berkelanjutan. Pemberdayaan masyarakat melalui edukasi dan perubahan budaya
dapat memberikan dampak positif pada kesehatan reproduksi dan kontribusi pada
pembentukan masyarakat yang lebih sehat dan berdaya. Dalam mengatasi
pengaruh faktor budaya terhadap kesehatan reproduksi, diperlukan pendekatan
yang bijak dan sensitif terhadap nilai-nilai budaya masyarakat. Upaya penyuluhan
dan edukasi kesehatan reproduksi yang disesuaikan dengan budaya masyarakat
dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan
reproduksi dan mengurangi risiko terjadinya infeksi menular seksual dan kehamilan
di usia muda.
Daftar Pustaka

Amalia, A., Sari, A., Nur Rama Sari, D., Fadillah, R., Tri Pratiwi, S., & Studi Kesesehatan
Masyarakat STIKIM Jakarta Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, P. (n.d.). Penyuluhan
Kesehatan Reproduksi Remaja dalam Menyikapi Bonus Demografi (Vol. 1, Issue 3).

BIBLIOGRAPHY Mutaqin, Z. Z. (2022). BUDAYA UNIK TERKAIT KESEHATAN REPRODUKSI DI SANGGAU


KALIMANTAN BARAT DAN PANGANDARAN JAWA BARAT.

Ardiansyah, M. H. (2022, juni). Kesehatan Reproduksi Remaja : Permasalahan dan


Upaya Pencegahan. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/29/kesehatan-
reproduksi-remaja-permasalahan-dan-upaya-pencegahan.

Supriono, A. (2021, Februari). 4 Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Bagi


Perempuan. https://wartalombok.pikiran-rakyat.com/kesehatan/pr-1071475795/4-
faktor-yang-mempengaruhi-kesehatan-reproduksi-bagi-perempuan-berikut-
rinciannya
Perbaikan Dari Hasil Riview

Nama : Putra Samudra Atanggae

Komentar : Pada artikel 1 penulis hanya memberikan gambaran budaya yang


bertentangan dengan kesehatan reproduksi secara umum saja dan tidak
memberikan contoh langsung tentang budaya apa dan bagaimana contoh intervensi
yang ingin dijalankan sehingga membuat pembaca bertanya-tanya mengenai kedua
hal diatas.

Salah satu contoh buadaya yang berdampak pada Kesehatan reproduksi


adalah Budaya khitan pada Perempuan yang mengacu pada praktik yang dikenal
sebagai mutilasi genital perempuan (Female Genital Mutilation atau FGM). Ini
melibatkan pengangkatan sebagian atau seluruh kelamin eksternal perempuan
untuk alasan nonmedis. Praktik ini dapat mencakup pengangkatan klitoris, labia
minora, dan/atau labia majora. Ada beberapa jenis FGM dengan tingkat keparahan
yang berbeda, mulai dari pemotongan hingga pengangkatan seluruh kelamin
eksternal.Praktik FGM bervariasi di berbagai wilayah dan komunitas, dan alasannya
bisa sangat kompleks. Beberapa alasan yang sering disebutkan termasuk tradisi
budaya, kontrol seksual, kepercayaan keagamaan, dan pandangan tentang
kebersihan dan kecantikan. FGM sering dilakukan pada anak perempuan, meskipun
praktik ini juga dapat berlangsung pada wanita dewasa sebagai bagian dari inisiasi
atau upacara keagamaan.Dampak FGM terhadap kesehatan fisik dan psikologis
perempuan sangat serius. Ini dapat menyebabkan rasa sakit yang berkepanjangan,
infeksi, komplikasi selama persalinan, dan dampak kesehatan reproduksi jangka
panjang. Selain itu, praktik ini juga menciptakan dampak psikologis yang signifikan,
seperti kecemasan, depresi, dan trauma emosional.Beberapa negara dan organisasi
internasional telah berusaha untuk menghentikan praktik FGM dengan melibatkan
pendekatan pencegahan, pendidikan, dan perubahan norma sosial. Upaya ini
mencakup kampanye pendidikan untuk meningkatkan kesadaran tentang risiko dan
dampak FGM, pelibatan pemimpin agama dan tokoh masyarakat dalam mendukung
perubahan, dan penegakan hukum untuk melarang praktik ini.Penting untuk diingat
bahwa perubahan budaya adalah proses yang kompleks dan memerlukan
kerjasama antara komunitas setempat, organisasi kesehatan, dan pemerintah.
Beberapa Intervensi yang dapat dilakukan adalah melakukan edukasi dengan
memahami latar belakang budaya, menyediakan layanan konseling untuk
perempuan yang telah mengalami FGM, melibatkan tenaga kesehatan dalam
pelatihan untuk mengidentifikasi dan merawat dampak kesehatan dari FGM,
mendorong pendidikan perempuan untuk mengubah norma sosial yang mendukung
FGM, melibatkan pemimpin agama dan tokoh masyarakat dalam mendukung
perubahan norma budaya,dan melakukan advokasi untuk mendukung perubahan
budaya dan norma yang merugikan perempuan. Intervensi ini harus
diimplementasikan dengan keterlibatan aktif dan kolaborasi dengan komunitas
setempat, agar dapat diakui sebagai upaya yang membantu dan tidak merendahkan
budaya.Penting untuk diingat bahwa perubahan budaya adalah proses yang
kompleks dan memerlukan kerjasama antara komunitas setempat, organisasi
kesehatan, dan pemerintah. Memahami latar belakang budaya sambil
mempromosikan kesehatan dan hak asasi manusia perempuan adalah kunci untuk
mencapai perubahan positif dalam mengatasi praktik FGM.

Anda mungkin juga menyukai