Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak yang tidak menyadari bahwa kerentanan kesehatan perempuan secara
fisik dan psikis merupakan faktor yang sangat kuat berkontribusi terhadap
rendahnya kualitas hidup perempuan dan tentunya juga akan berpengaruh terhadap
rendahnya kualitas hidup manusia Indonesia secara keseluruhan. Faktor-faktor
non-medis seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya memberi kontribusi cukup
besar terhadap kesehatan perempuan yang pasti akan berpengaruh terhadap
kualitas hidup perempuan.
Komitmen untuk memberdayakan dan melindungi perempuan atas nama
kepentingan nasional dapat dilihat dalam Rencana Aksi Nasional Pemenuhan Hak
Kesehatan Reproduksi Perempuan (2007) dan juga dalam Undang Undang Nomor
36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Kebijakan yang dibuat oleh negara dirasakan
belum sepenuhnya menempatkan perempuan sebagai subyek. Paradigma pembuat
kebijakan dan pelaksana layanan kesehatan reproduksi masih diwarnai pola pikir
yang bias gender, yang masih menempatkan perempuan sebagai obyek daripada
sebagai subyek.
Pemerintah bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan demi
terwujudnya masyarakat yang sehat. Tersedianya layanan kesehatan di masyarakat
dikarenakan untuk dapat mempermudah dan membantu masyarakat. Namun,
ditemukan satu fenomena yang muncul di tengah-tengah masyarakat adalah
masyarakat masih banyak yang menggunakan pengobatan tradisional, salah
satunya adalah penggunaan jasa dukun bayi dalam proses kehamilan, persalinan
hingga masa nifas. Seperti diketahui pengetahuan yang bersumber dari kesehatan
modern berupa konsultasi atau anjuran dari dokter dan bidan, tidak sepenuhnya
dapat diterima serta dipahami oleh masyarakat, sebagai bentuk antisipasi selama
masa kehamilan. Hal ini karena berbagai pertimbangan baik dari segi biaya
ataupun pengetahuan sosial budaya masyarakat.
Pada setiap kebudayaan ditemukan berbagai ragam pemahaman, konsep, nilai,
serta praktek yang dapat memberi gambaran konstruksi budaya tentang hak
perempuan. Secara umum kita mengenal konstruksi budaya tentang perempuan
melalui berbagai produk budaya. Konstruksi sosial budaya dalam dominasi
patriarki berakibat pada kerentanan kesehatan perempuan, yang ditandai dengan
sejumlah permasalahan tentang hak dan kewajiban perempuan, permasalahan
terkait dengan tubuh, kesehatan seksual dan reproduksi yang banyak dialami
perempuan, diantaranya adalah: (i) masih mudah ditemukan cara pandang dan
perilaku bias gender dalam keluarga dan masyarakat tentang status dan kedudukan
perempuan; (ii) masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), antara lain karena
anggapan bahwa tanggung jawab untuk menurunkan angka kematian ibu adalah
urusan perempuan; (iii) masih banyak kepercayaan dan mitosmitos tentang AKI
yang merugikan; (iv) masih minimnya kesadaran tentang pentingnya kualitas
hidup perempuan serta kesehatan seksual & reproduksi perempuan, baik
dikalangan kaum perempuan, laki-laki dan masyarakat umum; (v) belum
diperhatikannya pemenuhan hak kesehatan reproduksi perempuan; (vi) kegagalan
Keluarga Berencana akibat dari kurangnya peran pemerintah dalam KB,
kemiskinan, pendidikan rendah dan dominasi budaya patriarki; (vii) ditemukan
masih kuatnya dominasi budaya Patriarki yang dibalut dengan pemahaman
maupun penafsiran nilai-nilai serta praktikpraktik beragama maupun budaya lokal;
(viii) pengambilan keputusan penting seperti penggunaan kontrasepsi KB,
pemeriksaan kesehatan, menentukan usia perkawinan anak perempuan, dan
lainlain, ada ditangan suami dan mertua; (ix) adanya korelasi yang kuat antara
kemiskinan dan bias gender yang menyebabkan meningkatnya kasus KDRT,
trafiking, prostitusi dengan perempuan dan anak sebagai korban.
Pengaruh perubahan iklim global terhadap kesehatan umat manusia bukan
pekerjaan mudah. Dibutuhkan kerja keras dan pendekatan interdisiplin diantaranya
dari studi evolusi, bio-geografi, ekologi dan ilmu sosial. Disisi lain kemajuan
teknik penginderaan jauh (remote sensing) dan aplikasi-aplikasi sistem informasi
geografis akan memberikan sumbangan berarti dalam melakukan monitoring
lingkungan secara multi-temporal dan multi-spatial resolution. Dua faktor ini
sangat relevan dengan tantangan studi dampak perubahan sosial dan budaya
terhadap kesehatan lingkungan yang memerlukan analisa historis keterkaitan
dampak perubahan sosial dan budaya dankesehatan serta analisa pengaruh
perubahan sosial dan budaya ditingkat lokal, regional hingga global. Tujuan
penerapan pelayanan kesehatan modern dan profesional adalah dengan
memperhatikan nilai-nilai budaya setempat dan mengadopsi nilai-nilai budaya
tersebut dalam upaya beradaptasi dengan budaya masyarakat dalam mencapai
tujuan pelayanan kesehatan modern.
Permasalahan sosial dan budaya yang berpengaruh terhadap kesehatan
reproduksi perempuan perlu terus menerus diuraikan, dikaji, dipetakan, dengan
harapan agar dapat dimanfaatkan sebagai rekomendasi bagi kebijakan dan
program pembangunan bidang kesehatan maupun bidang pembangunan
pemberdayaan perempuan dan pembangunan manusia. Nilai-nilai budaya yang
mendukung upaya percepatan, peningkatan kualitas kesehatan reproduksi
perempuan patut didukung bersama, sedangkan nilai-nilai bias gender, kontra
produktif dan cenderung menghambat harus diubah secara bersama-sama.
Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan
perilaku orang lain.
Menurut Becker, Konsep perilaku sehat merupakan pengembangan dari konsep
perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan
menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap
terhadap kesehatan (health attitude) dan praktik kesehatan (health practice).
Masyarakat Aceh tempo dulu sangat konsisten mempertahankan adat istiadat.
Sehingga budaya yang telah turun temurun sesuai dengan kearifan local tidak
mudah hilang. Namun berbicara budaya ”madeung” yaitu sebuah istilah dari orang
Aceh kepada ibu yang baru melahirkan. Dahulu ketika seorang ibu melahirkan, ia
akan mencari bantuan atau pertolongan dari orang lain seperti pada dukun bayi
atau yang sering kita dengar dengan sebutan Makblien.
Proses Madeung (salè, toet bate atau bakar batu, dan ramuan tradisional) ini
bisa disebut juga alat KB Tradisional, karena dengan melakukan serangkaian
proses Madeung bisa mengatur jarak kelahiran karena pada jaman dahulu belum
ada program keluarga berencana (KB) yang modern seperti sekarang. Meskipun
hal tersebut belum dibuktikan secara medis. Namun, paham ini sudah melekat
pada ingatan tertua desa seperti makblien. Perilaku madeung dalam masyarakat
Aceh merupakan bagian penting yang harus dilalui oleh ibu- ibu nifas dengan
tujuan untuk mendapatkan penyembuhan secara optimal menurut paham
masyarakat. Perilaku selama madeung banyak mengandung unsur mitos dan sulit
dibuktikan oleh ilmu medis.
Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas, maka penulis sangat tertarik
untuk mengkaji tentang tradisi prosesi madeung ini yang telah berlangsung secara
turun temurun di dalam masyarakat Aceh dalam penyusunan makalah tentang
”Tradisi Madeung Oleh Ma’blien di Masyarakat Aceh” yang mayoritas masyarakat
didesa tersebut lebih memilih menggunakan jasa seorang dukun bayi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah tradisi Madeung?
2. Apakah yang dimaksud dengan tradisi Madeung?
3. Apakah tradisi Madeung memberikan efek negatif/netral/positif bagi
kesehatan?
4. Bagaimana kajian kasus tradisi Madeung dari sudut Antropologi Kesehatan dan
kaitannya dengan Sistem Informasi Kesehatan?
5. Apakah strategi, rekomendasi dan solusi praktis yang tepat dalam menghadapi
fenomena tradisi Madeung secara komprehensif?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penyusunan makalah ini adalah menggungkapkan dan
menjelaskan hal yang berkenaan dengan perilaku dalam prosesi tradisi
Madeung perempuan Aceh.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui sejarah tradisi Madeung perempuan Aceh.
b. Mengetahui definisi tradisi Madeung perempuan Aceh.
c. Mengetahui efek negatif/netral/positif dari tradisi Madeung perempuan Aceh
bagi kesehatan.
d. Mengetahui kajian kasus tradisi Madeung perempuan Aceh dari sudut
Antropologi Kesehatan dan kaitannya dengan Sistem Informasi Kesehatan.
e. Mengetahui strategi, rekomendasi, dan solusi praktis yang tepat dalam
menghadapi fenomena tradisi Madeung perempuan Aceh secara
komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai