Anda di halaman 1dari 12

Culture Awareness and Beliefs in Healthcare Practices

in Laos.

Kelompok 6
Anastasi Novita Dewi Pujiastuti 201943004
Clara Murwani Agustin 201943014
Maria Mahdalena Diyah Pujiastuti 201943028
Rini Kris Mulyaningsih 201943038
Wilhemus Jefry Ade Wungo 201943042
PENDAHULUAN

Seiring berkembangnya zaman di era globalisasi saat ini, terjadi peningkatan


jumlah penduduk baik populasi maupun variasinya. Keadaan ini memungkinkan
adanya multikultural atau variasi kultur pada setiap wilayah. Tuntutan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas pun semakin
tinggi. Hal ini menuntut setiap tenaga kesehatan profesional termasuk perawat
untuk mengetahui dan bertindak setepat mungkin dengan prespektif global dan
medis bagaimana merawat pasien dengan berbagai macam latar belakang kultur
atau budaya yang berbeda dari berbagai tempat di dunia dengan
memperhatikannya namun tetap pada tujuan utama yaitu memberikan asuhan
keperawatan yang berkualitas.
Pentingnya Pemahaman Budaya

 Jika perawat tidak memahami dan tidak mampu beradaptasi dengan


perbedaan nilai budaya maka klien akan mengalami Cultural shock
 Dengan memahami budaya akan menjembatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan
melalui asuhan keperawatan
 Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak
percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien
akan terganggu
 Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
Perspektif kepercayaan,social,dan budaya
Penduduk Laos yang mempengaruhi Kesehatan

 Masyarakat Laos terutama yang tinggal di dataran tinggi melakukan pola makan yang
tidak sehat, tidak memenuhi vitamin dan protein karena tingkat ekonomi yang rendah.
 Sanitasi buruk sehingga timbul penyakit kronis seperti diare,malaria, dan gizi buruk.
 Program vaksinasi yang tidak merata dan tidak berkesinambungan pada balita.
 Peningkatan jumlah tenaga kesehatan tidak diimbangi dengan peningkatan ketrampilan
dan kesejahteraan secara ekonomi sehingga etos kerja tenaga kesehatan masih kurang.
 Sebagian besar masyarakat Laos tidak mempunyai cukup biaya untuk berobat ke fasilitas
kesehatan.
 Meskipun sudah ada tenaga medis di pedesaan dan perkotaan mereka lebih percaya pada
penyembuh tradisional / dukun.
lanjutan
 Penyembuh /dukun memiliki peranan penting dan memiliki pengetahuan pengobatan tradisinal, tetapi sering kali
mengandalkan ritual untuk mengidentifikasi suatu penyakit dan memberikan efek penyembuhan.
 Tersedianya apotik di daerah yang menawarkan dan menjual obat tetapi pemilik tidak memiliki ijin sehingga
sering terjadi kesalahan resep, baik obat yang tidak tepat maupun dosis yang salah.
 Tersedianya jasa ambulan gratis untuk menjemput atau merujuk pasien yang mengalami kecelakaan ke RS yang
lebih besar sehingga membantu menyelamatkan sekitar 10.000 nyawa dan mendapat penghargaan setingkat
Nobel di Asia.
Contoh-contoh Perspektif Kepercayaan,social dan
Budaya dalam Praktik Kesehatan Laos
 Dari jurnal 1
Budaya dan perilaku kesehatan dampak penularan Zoonosis
untuk meningkatkan perekonomian, masyarakat Laos di daerah pedesaan beternak babi
karena hasilnya yang menjanjikan. Tetapi mereka tidak memperhatikan sanitasi lingkungan
dan tidak mengetahui resiko terjadinya penyakit yang dapat ditularkan oleh hewan dan
sanitasi yang tidak baik, misalnya penyakit leptospira, bruselosis, atau streptococcus suis.
Mereka mengkaitkan penyakit dengan kejadian supranatural. Bahkan mereka tidak mau
diambil darah atau diperiksa fesesnya sehingga mempengaruhi diagnose dan mengganggu
hasil survey prevalency. Sehingga penduduk mempunyai pemahaman yang kurang terhadap
resiko dan kecenderungan untuk mencari pengobatan yang lain. Akses fasilas kesehatan
yang sulit dijangkau karena letak geografis.Tidak tersedianya asuransi sehingga
masyarakat harus membayar sendiri saat melakukan pengobatan. Peran suku,budaya, dan
agama mempengaruhi perilaku kesehatan. Masyarakat percaya pengobatan tradisional lebih
baik dibandingkan pengobatan modern. Bahkan petugas kesehatan juga mempercayainya.
lanjutan
 Jurnal 2
Pelayanan reproduksi dan seksual remaja

Masyarakat Laos memiliki budaya menikah pada usia muda yaitu saat berusia
12 th – 19 tahun. Ini terjadi karena social ekonomi yang rendah. Terkait
pelayanan kesehatan saat hamil mereka tidak mau ke fasilitas kesehatan
karena malu dan belum kenal dengan petugas kesehatannya. Begitu pula saat
melahirkan mereka lebih percaya melahirkan di rumah dengan pertolongan
orang tua mereka.
lanjutan
 Jurnal 3 
Persepsi dan pemahaman tentang kehamilan, perawatan antenatal dan perawatan post partum.

Laos memiliki angka kematian ibu dan bayi yang tinggi karena praktek dan kepercayaan tradisional
tentang kehamilan, persalian dan nifas.
Dalam penelitiannya Sychareun et all, menemukan pemahaman tentang kepercayaan dan praktik budaya
seputar kehamilan, ANC dan perawatan pacsa persalinan dikalangan wanita pedesaan di Lao PDR, sebagai
berikut:
1. Karakteristik sosio-demografis
semua petani, dengan pendidikan sekolah dasar dan sebagian adalah buta huruf.
2. Sikap dan praktik asuhan antenatal biomedis
Mayoritas sudah melakukan ANC di Pelayanan kesehatan, sebagian tidak melakukan perawatan di
fasilitas kesehatan karena alasan kekurangan waktu, alasan keuangan, sarana transportasi, jarak yang
jauh dan pergi ke dukun. Dukun memiliki kesadaran untuk merekomendasikan ibu hamil yang berisiko ke
fasilitas kesehatan.
lanjutan

3. Persiapan persalinan
Mayoritas sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk persiapan kelahiran bayinya seperti sabun, sarung
tangan, lilin dan air ajaib yang digunakan untuk ditiup dan disemprotkan kepada ibu bersalin yang
mengalami kesulitan. Sebagian kecil mengatakan takut mempersiapkan pakaian bayi yang belum lahir
karena bisa menyebabkan lahir mati atau kematian janin di dalam rahim.
4. Masa nifas secara tradisional
Pemotongan tali pusat menggunakan bambu runcing karena mereka beralasan menghindari tetanus.
Perawatan post partum, ibu dipersiapkan pada “ranjang panas/hot bed”, dengan api menyala dibawah
ranjang dianggap memperkuat kesehatan ibu dan mempercepat kontraksi dari rahim.
Pemberian air dari tabib, kapas hitam yang diikat dipergelangan tangan, kaki dan leher diyakini mencegah
roh jahat memasuki dirinya.
Praktik ritual untuk wanita nifas yang lain adalah wanita tersebut harus duduk diatas daun pisang dengan
garam diatasnya sekitar 40 menit agar luka pasca persalinan cepat kering. Setelah itu wanita tersebut
harus mandi dengan air panas dengan obat herbal sebelum barbaring diranjang panas dan minum jamu.
Wanita pasca melahirkan diharuskan mandi air panas tanpa membersihkan kulit selama 2 minggu.
lanjutan

 Jurnal 4
Perspektif penyedia pelayanan kesehatan terhadap kejadian lahir mati

Menurut Choummanivong et all, dalam penelitiannya tidak ada pencatatan dan pelaporan kasus kematian
bayi baru lahir, tidak ada audit kasus kematian bayi baru lahir karena kekurangan petugas.
Kurangnya peralatan dianggap sebagai faktor resiko tingginya angka kematian bayi.
Kondisi berkabung orang tua tidak mendapat perhatian karena keterbataan system dan keyakinan sosial
budaya
frustasi, rasa bersalah, menyalahkan diri sendiri dan kesedihan dirasakan professional kesehatan yang
terlibat langsung dalam memberikan perawatan di waktu kematian.
Aplikasi Dan Analisis Praktek Kesehatan Di Republik Demokratic
Laos

 Pemerintah dan sektor swasta bekerjasama meningkatkan pelayanan untuk mengurangi penyakit, dengan menyediakan
layanan kesehatan dan asuransi yang mencakup kesejahteraan social, layanan kesehatan ibu dan anak, dan jaminan
kesehatan berbasis masyarakat.
 Setiap propinsi sudah memiliki RS dan puskesmas-puskesmas, tapi masalahnya adalah kurangnya staf yang berkualitas,
infrastruktur yang kurang memadai, kurang anggaran, alat kesehatan dan persediaan obat. Laos masih membutuhkan lebih
banyak bantuan dari organisasi nasional dan internasional untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan yang tersebar di
dalam negeri untuk menekan angka kematian dan penyakit.

Anda mungkin juga menyukai