Anda di halaman 1dari 6

Kesehatan masyarakat 

(public health) didefinisikan sebagai "ilmu dan


seni mencegah penyakit", memperpanjang hidup, dan meningkatkan kualitas hidup
dengan melakukan upaya-upaya terorganisasi dan memberi pilihan informasi kepada
masyarakat, organisasi (publik dan swasta), komunitas, dan individu.
[1] Menganalisis determinan kesehatan pada suatu populasi dan ancaman-ancaman
yang dihadapinya merupakan hal mendasar dalam kesehatan masyarakat.
[2]Kesehatan yang dimaksud di sini mencakup kesejahteraan fisik, psikologis, dan
sosial. Sementara itu, masyarakat yang dimaksud dapat berupa segelintir orang
ataupun keseluruhan penduduk desa atau kota; dalam kondisi pandemi,
masyarakatnya dapat mencakup beberapa benua.

Masyarakat pesisir itu sendiri merupakan sekumpulan masyarakat yang hidup


bersama- sama yang mendiami suatu wilayah pesisir, membentuk dan memiliki
kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan
sumber daya pesisir dan laut. Tentu masyarakat pesisir tidak hanya nelayan,
melainkan juga pembudidaya ikan, pengolah ikan bahkan pedagang ikan.Terkadang
masyarakat pesisir (Costal Community) juga diterjemahkan dengan ciri-ciri utama
tidak memproduksi barang ataupun jasa terentu, biasanya berupa perahu dengan
sistem ekonomi yang hirarki seperti ada juragan kapal, tengkulak, buruh, nelayan,
tradisional (Wignyosoebroto, 2009).

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks.Hal ini saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan.Demikian pula pemecahan
masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri
tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap masalah "sehat-
sakit".Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun
kesehatan masyarakat.Hendrik L. Blum seorang pakar di bidang kedokteran
pencegahan mengatakan bahwa status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh 4 hal
yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik (keturunan)
(Notoatmodjo, 2011).

Teori Kesehatan Menurut H.L Blum


Kesehatan sangat erat hubungannya dengan faktor keturunan, lingkungan, perilaku,
dan pelayanan kesehatan.
Keempat faktor tersebut saling berpengaruh positif dan sangat berpengaruh kepada
status kesehatan seseorang. Berikut ini akan dijelaskan satu per satu keempat faktor
tersebut:
a. Faktor Keturunan.
Faktor ini lebih mengarah pada kondisi individu yang berkaitan dengan asal usul
keluarga, ras, dan jenis golongan darah.
b. Faktor Pelayanan Kesehatan.
Faktor ini dipengaruhi oleh seberapa jauh pelayanan kesehatan yang diberikan.

c. Faktor Perilaku.
Faktor Perilaku berhubungan dengan perilaku individu atau masyarakat, perilaku
petugas kesehatan, dan perilaku para pejabat pengelola pemerintahan (pusat dan
daerah) serta perilaku pelaksana bisnis.
d. Faktor Lingkungan.
Faktor lingkungan sangat besar pengaruhnya terhadap status kesehatan. Faktor
lingkungan terdiri dari 3 bagian ;
1. Lingkungan fisik, terdiri dari benda mati yang dapat dilihat, diraba, dan dirasakan.
2. Lingkungan biologis, terdiri dari makhluk hidup yang bergerak, baik yang dapat
dilihat maupun tidak.
3. Lingkungan sosial. Lingkungan sosial adalah bentuk lain secara fisik dan biologis
di atas.

Sedangkan Berdasarkan teori dasar yang dikembangkan oleh Lawrence Green (1991) dalam
Nursalam (2014 : 80), kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok
yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non- behavior causes).
Sementara faktor perilaku (behavior causes) dipengaruhi oleh tiga faktor yakni : faktor
predisposisi (Predisposing Factors) yang meliputi umur, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan dan
sikap, faktor pemungkin (Enabling Factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik dan jarak ke
fasilitas kesehatan, dan faktor penguat (Reinforcing Factors) yang terwujud dalam dukungan yang
diberikan oleh keluarga maupun tokoh masyarakat (Notoatmodjo, 2014 : 76).

Studi kasus

1.PERILAKU PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH IBU HAMIL DALAM


PENCARIAN PELAYANAN KESEHATAN DI DAERAH PESISIR KOTA PALU

Salah satu faktor penyebab kematian ibu adalah keterlambatan pengambilan


keputusan dalam pencarian pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk
menggali perilaku pengambilan keputusan oleh ibu hamil dalam pencarian pelayanan
kesehatan di daerah pesisir Kota Palu. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
mix methods dengan pendekatan explanatoris sekuensi. Penelitian kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional dan kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Metode
pengumpulan sampel pada kuantitatif yaitu total sampling dan kualitatif dengan
teknik purposive sampling. Hasil penelitian kuantitatif menunjukkan ada hubungan
antara pengetahuan (p-0,001), fasilitas kesehatan (p-0,000), otonomi pribadi (p-
0,005), dukungan sosial (p-0,001) dan akses informasi (p-0,015) dengan pengambilan
keputusan oleh ibu hamil dalam pencarian pelayanan kesehatan. Hasil penelitian
kualitatif menunjukkan bahwa ibu dan keluarga belum mengetahui tentang kehamilan
yang sehat, tenaga kesehatan tidak komunikatif, sarana prasarana tidak memadai,
keluarga tidak memberikan dukungan kepada ibu untuk mengakses pelayanan
kesehatan, keluarga lebih menyarankan mengunjungi dukun beranak, dan tidak
adanya akses informasi yang memadai terkait pelayanan kesehatan bagi ibu hamil.
Disimpulkan bahwa kelima faktor yaitu: pengetahuan, fasilitas kesehatan, otonomi
pribadi, dukungan sosial dan akses informasi memiliki hubungan terhadap
pengambilan keputusan ibu hamil dalam pencarian pelayanan kesehatan.

A Hubungan antara pengetahuan dengan pengambilan keputusan dalam pencarian


pelayanan kesehatan oleh ibu hamil

 Berdasarkan data primer yang terkumpul di lapangan menyatakan bahwa hanya


ada dua ibu dengan pendidikan Strata satu dan salah satunya adalah transmigran
dari Pulau Kalimantan. Sementara ibu lainnya tercatat dengan pendidikan terakhir
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama atau Sekolah Menengah Atas.
Meskipun tidak selamanya tingkat pendidikan rendah menunjukkan
rendahnyapengetahuan akan tetapi dalam penelitian ini jelas terlihat yakni pada
proses wawancara mendalam dimana dominan pertanyaan terkait pengetahuan
tidak dapat dijawab oleh para responden dengan benar. Dominan ibu menjawab
tidak tahu terkait kehamilan yang sehat dan pelayanan bagi ibu hamil. Bahkan Ibu
dengan pendidikan terakhir Strata satu hanya dapat memberikan jawaban
pengetahuan dengan kalimat yang sangat singkat.

 Tidak adanya kunjungan nifas yang dilakukan, tentunya membuat para ibu tidak
mendapatkan pelayanan nifas dimana pelayanan tersebut dapat memberikan
manfaat yang sangat besar bagi ibu mengingat masa nifas adalah sebuah masa
recovery bagi seorang ibu.Berdasarkan hasil wawancara mendalam terlihat bahwa
ada beberapa ibu yang tidak peduli dengan kesehatannya selama masa nifas
dimana mereka mulai kembali melakukan aktifitas berat di hari-hari awal masa
nifasnya.

b. Hubungan antara fasilitas kesehatan dengan pengambilan keputusan dalam


pencarian pelayanan kesehatan oleh ibu hamil.

 penelitian di lapangan secara kualitatif menunjukkan bahwa dari segi kualitas


sumber daya tenaga kesehatan, dalam hal ini bidan, masih kurang memadai
dimana beberapa ibu mengatakan bahwa adanya bidan yang menyarankan diurut
saat ada masalah selama kehamilan. Hal ini sejalan dengan triangulasi sumber
yang dilakukan kepada kader terkait fasilitas kesehatan dimana kader
beranggapan bahwa ibu hamil juga sebaiknya mengurutkan kehamilannya kepada
dukun beranak agar kondisi letak bayi lebih sehat. Kondisi ini tentunya tidak
sejalan dengan apa yang seharusnya menjadi peran tenaga kesehatan yaitu
menyarankan dan meyakinkan para ibu agar memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan semaksimalnya. Bahkan menurut kader, sudah menjadi hal biasa di
daerah tersebut dimana ibu melahirkan di rumah atau di dukun, hanya saja setelah
ada aturan denda melahirkan di dukun baru-baru ini maka beberapa ibu sudah
mulai beralih ke pelayanan kesehatan.

 Pemahaman kader bahwa para ibu di daerah ini sudah menganggap biasa sebuah
kehamilan atau melahirkan di rumah tanpa pertolongan tenaga kesehatan, tanpa
sadar dapat menghambat pembaruan-pembaruan dalam akses informasi di daerah
ini. Namun demikian, tenaga kesehatan seharusnya melakukan inovasi-inovasi
terkait akses informasi agar para ibu dapat mengakses informasi dengan baik.
Kondisi wilayah pesisir dengan status pendidikan rendah seharusnya membuat
tenaga kesehatan berinovatif dalam membuat program-program yang dapat
memudahkan akses informasi bagi para ibu dan keluarga agar pengetahuan ibu
meningkat sehingga menumbuhkan kesadaran dalam diri ibu dan keluarga.
Kesadaran ini yang akan membawa pada pengambilan keputusan yang tepat bagi
ibu.
c. Hubungan antara otonomi pribadi dengan pengambilan keputusan dalam pencarian
pelayanan kesehatan oleh ibu hamil

 Daerah pesisir merupakan daerah yang jauh dari perkotaan sehingga akses
masyarakat terhadap layanan kesehatan cukup terbatas. Terlebih lagi daerah
pesisir pada penelitian ini, cukup jauh dari daerah perkotaan kota palu sehingga
akses tersebut seringkali sulit terjangkau.

 adanya kasus kematian ibu yang diduga terjadi karena bidan terlambat dalam
merujuk ibu ke rumah sakit. Oleh sebab itu, keluarga ibu menuntut dan bidan
tersebut dimutasi ke puskesmas lain. Kondisi membuat akses para ibu semakin
berkurang terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil.

d. Hubungan antara dukungan sosial dengan pengambilan keputusan dalam pencarian


pelayanan kesehatan oleh ibu hamil

 Hasil penelitian menunjukkan bahwa para ibu menuturkan bahwa suami mereka
atau keluarga mereka tidak memberikan informasi terkait pemeriksaan
kehamilan, persalinan, nifas dan KB. Hal ini sejalan dengan hasil FGD yang
dilakukan dimana para ibu menuturkan bahwa mereka tidak mendapatkan
informasi dari keluarga terkait pentingnya pelayanan kesehatan bagi ibu hamil.

e. Hubungan antara akses informasi dengan pengambilan keputusan dalam pencarian


pelayanan oleh ibu hamil

 Ibu menuturkan bahwa saat berkunjung ke pelayanan kesehatan, informasi sangat


terbatas diberikan. Hanya dengan memperlihatkan buku KIA tanpa penjelasan
yang informatif.

Daftar pustaka
Syam, Aswar Zulkifli, Suriah Suriah, and Muhammad Tahir Abdullah. "Perilaku
Pengambilan Keputusan Oleh Ibu Hamil Dalam Pencarian Pelayanan Kesehatan Di
Wilayah Pesisir Kota Palu." Jurnal Kesehatan Masyarakat Maritim 2.2 (2019).

Anda mungkin juga menyukai