Anda di halaman 1dari 9

TUGAS KELOMPOK

PERILAKU IBU DALAM MENCARI PERTOLONGAN PERSALINAN

Disusun Oleh :

Anggun Mutiara Putri (P27824421006)


Belintang Khoty Trihandika (P27824421018)
Chalidinie Pratiwi Nur Sablita (p27824421019)
Helma Adelia Putri (P27824421025)
Maria Yolanda Dwiputri Dedeo (P27824421028)
Nur 'Aisyah Faidatun Nafi'ah (P27824421034)
Sheillania Amilatul Siska Pertiwi (P27824421041)
Zakiyah (P27824421049)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL TENAGA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN
TAHUN 2022
PEMBAHASAN

A. Perilaku pertolongan persalinan (1)


Berdasarkan hasil wawancara mendalam informan utama tentang mengapa
ibu memilih tenaga penolong persalinannya ke bidan atau ke dukun bayi karena
akses yang sulit dan sudah turun temurun.
Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada 5 ibu nifas terhadap perilaku
ibu dalam memilih tenaga penolong persalinan diketahui bahwa 3 informan utama
masih memilih tenaga penolong persalinan ke dukun bayi, sementara 2 informan
utama memilih tenaga pertolongan persalinan ke tenaga kesehatan seperti bidan.
Perilaku ibu dalam memilih tenaga penolong persalinan masih banyak memilih ke
tenaga non kesehatan (dukun bayi) dibandingkan ke tenaga kesehatan (bidan)
dikarenakan ada beberapa alasan antara lain : karena sudah terbiasa dengan dukun
bayi, akses yang sulit dan kurangnya dukungan suami untuk bersalin ke tenaga
kesehatan (bidan).
B. Faktor - Faktor yang mempengaruhi pertolongan persalinan
1. Perilaku Ibu dalam memilih Tenaga Penolong Persalinan
Berdasarkan beberapa penelitian dapat diketahui bahwa perilaku ibu
dalam memilih tenaga penolong persalinan masih banyak memilih ke tenaga
non kesehatan (dukun bayi) dibandingkan ke tenaga kesehatan (bidan)
dikarenakan ada beberapa alasan antara lain yaitu karena sudah terbiasa
dengan dukun bayi, akses yang sulit dan kurangnya dukungan suami untuk
bersalin ke tenaga kesehatan (bidan). Selain itu ibu yang berpendidikan
rendah cenderung lebih memilih dukun sebagai penolong persalinan,
dibandingkan tenaga kesehatan.
Ibu dari pedesaan yang berpendidikan rendah cenderung melahirkan
di rumah dengan pertolongan dukun sehingga banyak mengalami
komplikasi kehamilan yang mengancam jiwa ibu dan bayi dibandingkan ibu
di daerah perkotaan yang melahirkan ditolong bidan atau dokter. Hal ini
terjadi karena rendahnya pendidikan ibu di pedesaan sehingga tidak
menggunakan akses ke fasilitas kesehatan. Ibu berpendidikan tinggi
cenderung memiliki wawasan berpikir lebih baik dibandingkan dengan ibu
yang berpendidikan rendah. Oleh sebab itu, ibu yang berpendidikan tinggi
akan memiliki pengetahuan yang lebih baik khususnya mengenai
pertolongan persalinan yang paling baik bagi dirinya. Sehingga dengan
adanya pengetahuan tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap
perilakunya, salah satunya adalah memilih penolong persalinan yang paling
baik baginya, yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan.
Pekerjaan ibu berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan.
Wanita bekerja memiliki akses lebih baik terhadap informasi kesehatan.
Diperkirakan wanita bekerja lebih banyak mendapatkan informasi atau
penyuluhan tentang penolong persalinan yang diperoleh melalui teman
kerja, elektronik, seminar - seminar dll. Demikian pula pendapat Glanz
(1990) yang mengatakan bahwa status sosial ekonomi dan budaya
berpengaruh terhadap perilaku kesehatan seseorang, untuk mengukur status
sosial ekonomi ini dipakai antara lain tingkat pendidikan formal,
pendapatan, dan status pekerjaan.
2. Pengetahuan
Sebagian besar ibu nifas sudah mengetahui pengertian persalinan itu
adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Tanda-tanda persalinan antara lain adalah sakit pinggang menjalar ke ari-ari,
keluar air-air lendir bercampur darah, ibu mengalami kontraksi, ibu
merasakan adanya peningkatan pada anus atau vaginanya, perineum
menonjol. Adapun tanda bahaya persalinan adalah bayi tidak lahir dalam 12
jam sejak terasa mulas, tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir, ibu
tidak kuat mengejan atau mengalami kejang, air ketuban keruh dan berbau,
setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar, ibu gelisah atau mengalami kesakitan
yang hebat, sesak atau asma serta perdarahan.
Sebagian besar ibu sudah mengetahui apa itu pengertian persalinan,
tanda-tanda persalinan dan tanda bahaya persalinan tetapi belum memahami
lebih mendalam lagi. Ibu yang berpengetahuan cukup tinggi, akan memilih
tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya dan ibu yang
berpengetahuan kurang, akan memilih tenaga non kesehatan sebagai
penolong persalinan.Ada suatu penelitian yang mendukung hal ini adalah
Penelitian Asriani yang menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan
dengan pemilihan tenaga penolong persalinan. Semakin tinggi tingkat
pengetahuan ibu, semakin tinggi tingkat pemanfaatan penolong persalinan.
3. Sikap
Sikap merupakan reaksi tertutup seseorang dan dapat dipengaruhi oleh
pengetahuan, keyakinan, pikiran dan emosi sehingga sikap dapat berubah
menjadi positif dan negatif. Sikap ibu dalam memilih petugas kesehatan
(bidan), adalah bahwa bidan sudah menempuh pendidikan, sehingga
pengetahuan dalam menolong persalinan sudah dipahami oleh bidan dan
jika terjadi suatu komplikasi maka dapat ditangani dengan cepat. Lain
halnya sikap ibu yang bersalin di dukun bayi, perasaan aman mereka
dapatkan dimana perawatan dari mulai persalinan sampai selesai dilakukan
oleh dukun bayi yang didalamnya juga terdapat tradisi dan budaya yang
dijalankan, faktor pengalaman dukun yang lebih dan keramahan dukun bayi
serta sentuhan-sentuhan yang diberikan. Hubungan antara sikap terhadap
pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan. Apabila individu memiliki sikap yang mendukung
terhadap pelayanan kesehatan maka cenderung akan mencari dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hubungan antara sikap terhadap
pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan penolong persalinan oleh tenaga
kesehatan dan sikap informan utama terhadap pemilihan tenaga penolong
persalinan berdasarkan pengalaman dari anak pertama. Jika informan
merasa nyaman terhadap penolong persalinan tersebut (dukun bayi/bidan)
maka selanjutnya akan tetap bersalin ke tenaga penolong tersebut.
4. Sosial Budaya
Interaksi antara kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan
penolong persalinan sangat menentukan hasil persalinan yaitu kematian atau
bertahan hidup. Secara medis, penyebab klasik kematian ibu melahirkan
adalah perdarahan, infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan).
Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani secara tepat dan profesional
dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan. Namun, kefatalan ini
sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang tepat tetapi juga
karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga.
Umumnya, terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan
medis yang akan dipilih harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua;
atau keputusan berada di tangan suami yang sering menjadi panik melihat
keadaan krisis yang terjadi.
Kepanikan dan ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat
persalinan dapat menghambat tindakan yang harus dilakukan dengan cepat.
Tidak jarang pula nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga
mempengaruhi keputusan yang diambil. Keadaan ini sering kali diperberat
oleh faktor geografis, dimana jarak rumah ibu dengan tempat pelayanan
kesehatan yang cukup jauh, tidak tersedianya transportasi, atau oleh faktor
kendala ekonomi dimana anggapan bahwa membawa ibu rumah sakit akan
memakan biaya yang besar. Selain faktor keterlambatan dalam pengambilan
keputusan, faktor geografis dan kendala ekonomi, keterlambatan
pertolongan yang diberikan juga oleh adanya suatu keyakinan dan sikap
pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi merupakan takdir
yang tak dapat dihindarkan.
Pada dasarnya, peran budaya terhadap kesehatan masyarakat adalah
dalam mengatur dan mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu suatu
kelompok sosial untuk memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan. Memang
tidak semua praktek/perilaku masyaiakat yang pada awalnya bertujuan
untuk menjaga kesehatan dirinya adalah praktek yang sesuai dengan
ketentuan medis/kesehatan. Apalagi jika persepsi tentang kesehatan atau
penyebab sakit sudah berbeda sekali dengan konsep medis, tentunya upaya
mengatasinya juga berbeda disesuaikan dengan keyakinan atau kepercayaan
kepercayaan yang sudah turun secara turun-temurun sehingga lebih banyak
dampak-dampak yang merugikan bagi kesehatan. Dan untuk mengubah
perilaku ini sangat membutuhkan waktu dan cara yang strategis.
5. Akses ke pelayanan kesehatan (6)
a. Akses terhadap Fasilitas
kesehatan menyajikan informasi mengenai akses penduduk terhadap
berbagai macam fasilitas kesehatan. Indikator-indikator fasilitas kesehatan
digunakan untuk menunjukkan seberapa mudah penduduk, terutama yang
miskin dan rentan, dapat mengakses fasilitas-fasilitas kesehatan yang
penting bagi kehidupan mereka. Seperti indikator akses lainnya,
kemudahan mengakses fasilitas kesehatan ini diukur dengan menggunakan
jarak desa/kelurahan menuju lokasi di mana fasilitas tersebut berada.
b. Akses terhadap Fasilitas Kesehatan Dasar
Fasilitas kesehatan dasar merupakan fasilitas-fasilitas kesehatan yang
dapat dimanfaatkan oleh penduduk untuk memperoleh pengobatan atas
penyakit yang dideritanya dan konsultasi mengenai kesehatan. Fasilitas
kesehatan dasar adalah sebagai berikut:
i. Puskesmas atau Puskesmas Pembantu, dengan atau tanpa fasilitas
rawat inap
ii. Poliklinik/Balai Pengobatan
iii. Tempat Praktek Dokter
c. Akses terhadap Rumah Sakit
Akses terhadap rumah sakit menyediakan informasi mengenai
ketersediaan rumah sakit pada jarak tertentu dari desa/kelurahan dimana
individu berada. Indikator ini menunjukkan seberapa mudah fasilitas
kesehatan yang lebih lengkap dapat diakses oleh penduduk miskin dan
rentan. Indikator ini menjadi penting karena rumah sakit dianggap
memiliki fasilitas yang lebih lengkap dengan kapasitas yang lebih besar
dibandingkan fasilitas kesehatan dasar lainnya, Indikator ini tidak
menyertakan rumah sakit bersalin.
d. Akses terhadap Institusi Pelayanan Persalinan
Institusi Pelayanan Persalinan merupakan fasilitas-fasilitas kesehatan
yang menyediakan pelayanan persalinan dan kesehatan kandungan.
Indikator ini menunjukkan seberapa mudah penduduk dapat mengakses
tenaga terlatih untuk membantu kesehatan kandungan dan proses
persalinan. Institusi yang tergolong sebagai pelayanan persalinan adalah
sebagai berikut:
i. Rumah Sakit, baik Umum maupun Bersalin
ii. Puskesmas atau Puskesmas Pembantu, dengan atau tanpa fasilitas
rawat inap
iii. Tempat Praktek Bidan
iv. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
v. Pondok Bersalin Desa (Polindes)
e. Akses terhadap Puskesmas/Pustu
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah institusi kesehatan
dasar yang disupervisi oleh dinas kesehatan pemerintah daerah. Puskesmas
menyediakan jasa pelayanan kesehatan dengan biaya rendah atau tanpa
biaya sama sekali tergantung kebijakan pemerintah setempat. Puskesmas
dapat memiliki pelayanan rawat inap atau tidak. Indikator ini menyertakan
keduanya. Indikator ini juga menyertakan fasilitas Puskesmas Pembantu
(Pustu) yang berlokasi di satuan wilayah yang lebih kecil dibandingkan
Puskesmas yang menjadi induknya. Pustu menyediakan pelayanan
kesehatan yang lebih terbatas, dimana umumnya perawatan yang lebih
kompleks akan dirujuk kepada puskesmas induk.
Tujuan analisis terhadap indikator ini adalah untuk memberikan
informasi mengenai seberapa mudah pelayanan kesehatan murah dapat
diakses oleh penduduk. Oleh karena puskesmas dioperasikan oleh
pemerintah daerah, puskesmas adalah salah satu fasilitas kesehatan dasar
yang dapat diintervensi langsung oleh kebijakan pemerintah. Untuk
daerah-daerah yang memiliki kekurangan akses terhadap fasilitas
kesehatan dasar, pemerintah dapat menyediakannya dalam bentuk
puskesmas atau pustu.
f. Akses terhadap Bidan dalam Desa/Kelurahan
Bidan diakui sebagai tenaga profesional di dalam bidang kesehatan
yang bertanggung jawab dan akuntabel, yang bekerja sebagai mitra
perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasihat selama masa
hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasi dan memimpin
persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada
bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan
akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan
tindakan kegawatdaruratan. Seorang bidan mempunyai tugas penting
dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada
perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta
dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan
reproduksi dan asuhan anak.
Indikator akses terhadap bidan memberikan informasi apakah
penduduk dalam suatu desa atau kelurahan memiliki pendamping untuk
menjamin kesehatan ibu dan anak, serta Keluarga Berencana yang
berpendidikan kebidanan resmi. Bidan dapat menjadi garda depan untuk
memberikan konsultasi atau penyuluhan mengenai kesehatan ibu dan anak
sehingga menjamin anak tumbuh sehat dan tidak kekurangan nutrisi.
Bidan dapat menyentuh masyarakat secara langsung karena seringkali
tidak bersifat institusional sehingga bidan dapat dengan mudah
mendatangi warga. Keberadaan bidan, khususnya di daerah yang cukup
terpencil, dapat membantu pemerintah dalam menyebarkan informasi
mengenai kesehatan kepada penduduk.
6. Dukungan keluarga
Perilaku ibu dalam pemilihan penolong persalinan sangatlah penting.
Karena berpengaruh terhadap pelayanan yang diberikan. Ibu memiliki hak
dalam memilih ketika persalinan mau ditolong oleh siapa. Namun naluri
seorang ibu pasti menginginkan sosok dukungan keluarga terdekat seperti
pada suami dan ibu dari ibu hamil tersebut. Misalnya, suaminya/
keluarganya tidak mendukung untuk ditolong oleh tenaga kesehatan, maka
ibu tersebut akan mempertimbangkan pilihannya untuk bersalin ke tenaga
kesehatan atau pada dukun bayi. Sebaliknya bila suami/keluarganya
mendukung persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan maka ibu tersebut
termotivasi untuk memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.
Dukungan dari keluarga sangat berpengaruh dalam membangkitkan
semangat positif Ibu. Apalagi menjelang persalinan adalah momen yang
ditunggu oleh Ibu, suami, dan keluarganya. Sehingga supaya persalinan
berlangsung lancar, hal yang paling penting adalah persiapan baik dari fisik
maupun psikis. Disinilah peran Ibu, dukungan keluarga, dan bidan harus
selaras. Bidan harus melakukan pendekatan dengan memberikan konseling
kepada Ibu dan suami sejak masa kehamilan melalui penyuluhan persalinan
yang bersih dan aman, menanyakan ingin persalinan dimana dan ingin
ditolong siapa hingga risiko yang mungkin terjadi.

Anda mungkin juga menyukai