Anda di halaman 1dari 4

UJIAN AKHIR SEMESTER

PELAYANAN KEBIDANAN DALAM SISTEM PELAYANAN KESEHATAN

PRODI S1 KEBIDANAN

OLEH: MELIA RAHMA DESI

NIM: 221015201041

DOSEN PENGAMPU : DINA AYUNINGTYAS,S.ST, M.Kes

1. Menurut saya sitem pelayanan kesehatan yang tidak merata dimana tingkat mortalitas dan
morbiditas warga dengan tingkat ekonomi rendah (bawah) cendrung lebih rendah dari warga dengan
tingkat ekonomi tnggi (atas) merupakan masalah yang saling tekait satu dengan yang lainnya yang tidak
hanya disebabkan oleh faktor ekonomi semata melainkan ada faktor lain diantaranya faktor pendidikan,
budaya, genetic serta pelayanan kesehatan. Warga dengan ekonomi rendah pada umumnya memiliki
tingkat pendidikan yang juga rendah begitupun pengetahuan mereka tentang kesehatan mulai nutrisi
dari awal kehamilan yang sangat mempengaruhi kesehatan janin dan kesehatannya di periode
berikutnya serta keturunan yang mewarisi penyakit tertentu. Begitupun dengan budaya yang masih
melekat di masyarakat yang lebih melekat pada masyarakat dengan ekonomi rendah dan pendidikan
rendah. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan masyarakat dengan ekonomi sering terkendala
mendapatkan pelayanan kesehatan yang sesuai dikarenakan keterbatan biaya sehingga akhirnya mereka
tidak mendapatkan pelayanan kesehatan dibutuhkan yang berpengaruh terhadap tingkat mortalitas dan
morbiditas warga tersebut.

Menurut saya pemerintah sudah melakukan strategi-stategi guna mengatasi sistem pelayanan
kesehatan yang tidak merata tersebut diantaranya:

1. meningkatkan edukasi di bidang kesehatan yang berfokus pada masyarakat ekonomi bawah
dengan pendekatan keluarga ataupun individu dan masyarakat.
2. menyedikan layanan kesehatan yang menjangkau semua pihak khususnya masyarakat ekonomi
bawah yang difasilitasi dengan berobat gratis dengan jaminan kesehatan sehingga akses
masyarakat dengan layanan kesehatan lebih dekat.
3. menyediakan layanan gratis upaya pencegahan penyakit dengan ditambahkannya program
imunisasi wajib nasional untuk berbagai penyakit yang biasanya hanya dijangkau oleh
masyarakat ekonomi tinggi seperti imunisasi PCV, RV, dan HP guna mencegah beberapa
penyakit unruk mengurangi morbiditas.
4. bekerjasma dengan sektor lain seperti dinas social dengan program PKH dengan tujuan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama dibidang pendidikan dan kesehatan.
2. Teori H.L. Bloom menjelaskan 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan secara berturut-turut
yaitu:

1. gaya hidup (life style). Seseorang dengan gaya hidup sehat akan memilki derajat kesehatan yang
lebih baik dari pada gaya hidup yang tidak sehat eperti merokok, alcohol, sering mengkonsusmsi
makanan siap saji dan pengawet.
2. lingkungan (social, ekonomi, politik, budaya)
3. Budaya yang ada pada masyarakat banyak yang mempengaruhi kesehatan seseorang .
contohnya saja kebiasaan/mitos yang ada seperti pada ibu hamil tidak boleh mengkonsumsi
ikan, tradisi masyarakat di Maluku dimana bayi baru lahir yang diasapi.
4. pelayanan kesehatan.
5. Pelayanan kesehatan yang baik memilki peran penting dalam mempengaruhi derajat kesehatan
seseorang
6. faktor genetic (keturunan)

Keempat determinan tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi status kesehatan seseorang.

3. penilaian kualitas pelayanan Indonesia ditinjau dari 3 aspek yaitu :

1. aspek pendekatan
dilakukan dengan pendekatan umum dan khusus. Pendekatan umum dilakukan dengan
mebandingkan kemampuan layanan layanan kesehatan beserta petugasnya dengan
mebandingkan dengan standar yang ada. Para petugas dinilai dari segi pendidikan, pengalaman
kerja dan keahlian seperti sertifikat-sertifikat pelatihan wajib. Sementara fisik dinilai dari
kelayakan bangunan.
Sementara dari pendekatan kusus dinilai dari interaksi pemberi layanan dengan pasien.
2. aspek teknik
dinilai dari beberapa komponan yaitu struktur, proses dan hasil. Komponen struktur menilai
keadaan fasilitas, keadaan bangunan fisik, sturuktur organisasi, kualifikasi staf. komponen prose
menilai apa yang terjadi antara petugas dengan pasien. bagaiman dokter atau petugas lainnya
dalam memberikan pelayanan kepada pasien sebagai kebutuhan. Sedangan komponen hasil dari
pengobatan atau dampaknya terhadap pasien serta kepuasan pasien terhadap pelayanan yang
di berikan.
3. aspek kriteria
dibagi menjadi dua bagian yaitu eksplisit/tertulis sperti aturan-aturan yang mengikat pemberi
layanan seperti pengisian identias dll, sedangkan implisit adalah yang tidak tertulis yang ada
dalam benak tim penilai.

Dimana dalam penerapannya telah dilakukan melalui akreditasi Rumah Sakit dan Puskesmas yang
memenuhi komponen-komponen diatas guna memastikan kualitas layanan.
4. peran bidan dalam pelayanan kesehatan primer adalah sebagai pelaksana yang befokus pada COC
( CONTINUTY OF CARE) yang merupakan pelayanan kesehatan berkesinambungan mulai dari pranikah,
kehamilan, persalinan, BBL, dan nifas serta KB yang dilakukan oleh bidan. Asuhan ini bertujuan untuk
mendeteksi secara dini penyulit yang ditemukan untuk memastikan kesehatan jangka panjang sehingga
menurunnya kasus kematian Ibu dan Bayi.

Menurut UU Kesehatan RI No 4 Tahun 2019 yang menjadi peran bidan dalam pelayanan kesehatn
primer yaitu:

a. Manajemen kebidanan sesuai dengan asuhan yang diberikan


b. Menetapkan memberi pelayanan dasar pra nikah
c. Memberikan asuhan kehamilan normal dengan melibatkan keluarag
d. Memberikan asuhan persalinan normal dengan melibatkan keluarag
e. Memberikan asuhan bbl
f. Memberikan asuhan nifas
g. Memberikan asuhan kebidan wanita usia subur/kb
h. Memberikan asuhan wanita dengan gangguan sistem reproduksi usia menopause
i. Memberikan asuhan bayi/balita

5. Yang harus dipersiapkan bidan dalam tindakan rujukan adalah:

B (BIDAN) : pasien yang akan dirujuk didampingi oleh seorang tenaga bidan yang kompeten yang
mampu melakukan penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan.

A (ALAT) : Bidan harus memastikan kelengkapan alat yang akan dibawa dan dibutuhkan untuk asuhan
persalinan, masa nifas dan BBL seperti (alat partus, alat suntik, infus set, oksigen, alat resusitasi dll).

K (KELUARGA) : Bidan harus mempersiapan keluarga dengan memberitahu ibu/bayu harus dirujuk dan
alasan dirujuk ke fasilitas kesehatan tersebut. Suami/keluarga yang lain harus menemani ibu ke tempat
rujukan serta mempersipkan hal-hal yang diperlukan seperti pakaian ibu/bayi, perlengkapan
administrasi lainnya.

S (SURAT) : siapkan surat rujukan yang berisijkan identifikasi ibu atau bayi, informasi keadaan ibu/bayi
alasan merujuk, uraian hasil pemeriksaan, dan riwayat penatalkasanaan dan obat yang diberikan. Surat
yang dimaksud harus mengikuti prosedur terbaru dimana petugas selain menyiapan surat rujukan juga
wajib menghubungi RS tujuan terlebih dahulu untuk memastikan kesiapan RS Rujukan menerima pasien
baik dari segi, tenaga, alat dan ruangan agar proses rujukan lebih efektif dan efesien.

O (Obat) : bidan harus membawa obat esensial yang mungkin diperlukan saat merujuk.

K (KENDARAAN) : siapkan kendaraan yang paling memungkinkan.

U (UANG) : Ingatkan kepada keluarga untuk menyiapkan dana uang diperlukan untuk membayar obat
dan perawatan jika pasien tidak memilki jaminan kesehatan
Peran bidan dalam proses rujukan adalah sebagai pelaksana dengan tugas pokonnya adalah kolaborasi
artinya bidan tidak mampu menjalankan perannya secara mandiri sehingga dibutuhkan kolaborasi
dengan tenaga ahli lainnya. Namun demikian bidan tetap harus mempersiapkan segala hal selama
proses rujukan tersebut sehinggan labih efektif dan efesien.

Anda mungkin juga menyukai