Anda di halaman 1dari 17

MASALAH KESEHATAN DENGAN GANGGUAN

SYSTEM REPRODUKSI GAKIN

KELOMPOK 3 :
1. KUSMIATI AGUSTINA 10. MITA FATIMA MERNISSI
2. LALU AGIT MEYKO HANDI 11. MUZNI RAHMAN
3. LALU MANSYUR 12. NI KOMANG SURTI ANGGRENI
4. LINA SOLIHAN 13. NI NYOMAN INDAH SARI
5. LONA LISTIANA 14. NI NYOMAN WIFIANTARI
6. M. TASLIM 15. NUR ITA PRATIWI
7. MELY PURIYANTI
8. MIATUN
9. MIFTAH AULIA
DEFINISI
Pelayanan Kesehatan Reproduksi adalah suatu
pelayanan kesehatan yang baru maupun yang berdiri
sendiri, tetapi merupakan keterpaduan dari berbagai
pelayanan pada komponen program kesehatan reproduksi,
agar sasaran memperoleh pelayanan yang holistik,
komprehensif dan berkualitas yang meliputi aspek
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), preventif, kuratif
dan rehabilitatif didasarkan pada kepentingan
sasaran/klien sesuai dengan tahap dalam siklus hidup
(Kementrian Kesehatan RI, 2015).
Next
Pada Lokakarya Nasional Kesehatan
Reproduksi 1996 disepakati 2 (dua) paket
PKRT yang dilaksanakan di fasilitas
pelayanan kesehatan dasar, yaitu:
1. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial
2. Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Komprehensif
Pendekatan dalam Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Terpadu
Baik PKRE maupun PKRK sebenarnya merupakan sekumpulan
pelayanan yang telah ada bahkan sebagian telah dilaksanakan dan
telah jauh berkembang, seperti pelayanan KIA dan KB. Di samping
itu ada pelayanan yang relatif baru seperti deteksi dini kanker
payudara dan kanker leher rahim (kanker serviks).
Hal yang baru dan perlu diperhatikan dalam pelaksanaan PKRT
adalah pelaksanaan paradigma baru, yaitu (Kementrian Kesehatan
RI, 2015):
1. Mengutamakan kepentingan klien dengan memperhatikan hak
reproduksi, keadilan dan kesetaraan gender.
2. Menggunakan pendekatan siklus hidup dalam menangani
masalah Pendekatan ini berarti memperhatikan kekhususan
kebutuhan penanganan kesehatan reproduksi pada setiap fase
kehidupan, serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut.
Next
3. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan
reproduksi secara proaktif.
4. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat
melalui pelayanan kesehatan reproduksi yang
berkualitas.
Oleh karena itu idealnya penyusunan
rencana pelaksanaan keterpaduan hendaknya
berdasarkan analisis data dan masalah setempat.
a. Pelayanan yang holistik
b. Keterpaduan dalam pelayanan
c. Fleksibel
Penyediaan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu

Semua pelayanan yang disediakan oleh program-program


yang ada dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi,
misalnya (Kementrian Kesehatan RI, 2015):
1. Kesehatan Ibu dan Anak
2. Keluarga Berencana
3. Kesehatan Reproduksi Remaja
4. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular
Seksual, termasuk HIV dan AIDS.
5. Kesehatan reproduksi pada lanjut usia
6. Berbagai pelayanan kesehatan reproduksi lainnya,
misalnya, deteksi dini kanker leher rahim dan kanker
payudara, infertilitas, kesehatan reproduksi pada lanjut
usia, dan sebagainya.
Kriteria Puskesmas yang mampu tata laksana PKRT
adalah sebagai Berikut (Kementrian Kesehatan RI, 2015):
1. Melaksanakan keterpaduan program KIA, KB, IMS-HIV,
kesehatan reproduksi remaja, kesehatan reproduksi
lanjut usia serta program kesehatan reproduksi lainnya.
2. Telah mendapat advokasi, sosialisasi atau fasilitasi
puskesmas PKRT.
3. Pada setiap poli melakukan pelayanan yang
mengintegrasikan komponen program kesehatan
reproduksi melalui anamnesis, diagnosa, pengobatan
termasuk Komunikasi, Informasi, Pendidikan dan
Konseling (KIP/K). Hal ini dapat dilihat melalui
ketersediaan bagan alur pelaksanaan pelayanan di
puskesmas.
Next
4. Petugas wajib mencatat pelayanan yang
diberikan dengan menggunakan rekam medis atau
format pelaporan yang sudah ada (kartu ibu,
register kohort ibu, buku KIA, dan program lain
yang sudah ada, seperti KB, gizi, dan sebagainya).
5. Diutamakan dilaksanakan pada Puskesmas
PONED, dengan asumsi bahwa pada puskesmas
PONED ketersediaan alat dan tenaga telah
memadai.
Sistem Pelayanan Rujukan Untuk Pasien
1. Pengertian sistem rujukan
Sistem rujukan adalah suatu sistem
penyelanggaraan pelayanan kesehatan yang
melaksanakan pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab atas kasus penyakit atau masalah kesehatan
yang diselenggarakan secara timbal-balik, baik
vertikal dalam arti dari satu strata sarana pelayanan
kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan
lainnya, maupun horizontal dalam arti antara satu
strata sarana pelayanan kesehatan yang sama
(Herlambang, 2016).
2. Macam-macam rujukan

Sesuai dengan jenis upaya kesehatan


yang di selenggarakan oleh puskesmas, ada
dua macam rujukan yang dikenal yaitu :
a. Rujukan upaya kesehatan perorangan
b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat
3. Keuntungan sistem rujukan
Keuntungan sistem rujukan adalah :
a. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat
pasien, berarti bahwa pertolongan dapat diberikan lebih
cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa aman
pada pasien dan keluarga.
b. Penataraan yang teratur diharapkan pengetahuan dan
keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga
makin banyak kasus yang dapat di kelola di daerahnya
masing-masing.
c. Memudahkan masyarakat daerah terpencil atau desa
dapat memperoleh dan menikmati tenaga ahli dan
fasilitas kesehatan dari jenjang yang lebih tinggi.
(Herlambang, 2016)
4. Tata cara pelaksanaan sistem rujukan
Pasien akan dirujuk harus sudah diperiksa dan layak untuk
dirujuk. Adapun kriteria pasien yang dirujuk adalah apabila
memenuhi salah satu dari :
• Hasil pemeriksaan fisik sudah dapat dipastikan tidak
mampu diatasi.
• Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang
medis ternyata tidak mampu diatasi.
• Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih
lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang
bersangkutan.
• Apabila telah diobati dan dirawat ternyata memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan di sarana
kesehatan yang lebih mampu.
Sistem Rujukan Dalam Jenjang Pelayanan
Kesehatan
Keluarga Miskin (GAKIN)
a. Pengertian
Jaminan pemeliharaan kesehatan bagi keluarga
miskin dan kurang mampu (GAKIN) adalah
jaminan pemeliharaan kesehatan yang diberikan
kepada keluarga miskin dan kurang mampu yang
membutuhkan pelayanan kesehatan meliputi
rawat jalan dan rawat inap sebagaimana yang
ditetapkan, baik di puskesmas maupun di Rumah
Sakit yang ditunjuk (Sudjadi, Widanti, Sarwo, &
Sobandi, 2018).
b. Alur Gakin rawat jalan
c. Alur Gakin Rawat Inap
“KURANG & LEBIHNYA MOHON MAAF “

SEKIAN DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai