Permasalahan kesehatan reproduksi masih banyak sekali yang harus dikaji, tidak hanya tentang organ reproduksi
saja tetapi ada beberapa aspek, salah satunya adalah kontrasepsi. Saat ini tersedia banyak metode atau alat
kontrasepsi meliputi: IUD, suntik, pil, implant, kontap, kondom. (BKKBN,2004).
Kegiatan Keluarga berencana ini bisa di lakukan di fasilitas kesehatan salah satunya di Rumah Sakit. Kegiatan
Keluarga Berencana di Rumah Sakit dikembangkan sejak tahun 1986 melalui Program post partum Rumah Sakit
(P3RS). Program ini dilaksanakan di unit kebidanan kandungan dengan sarana utama pelayanan adalah penderita
pasca persalinan dan keguguran yang dilayani di unit tersebut.
Mulai tahun 1973-1974 program keluarga berencana di rumah sakit dikembangkan menjadi bagian bagi proyek
pelayanan proram KB Nasional dan mulai tahun 1979-1980 P3RS menjadi program keluarga berencana di rumah
sakit atau PKBRS.
Sasaran pelayanan tidak diarahkan tidak lagi diarahkan hanya pada penderita pasca persalinan dan keguguran yang
dilayani di unit kebidanan dan kandungan saja, tetapi seluruh penderita rawat inap walaupun rawat jalan beserta
keluarganya, serta pengunjung dan pengantar penderita, bahkan juga sebelum petugas kesehatan di rumah sakit.
Ruang lingkup kegiatan yang tadinya bertumpuk di unit kebidana kandungan dengan demikian diperlukan
keseluruhan unit lainnya yang ada di rumahsakit.
P3RS (1968-1979)
TUJUAN
SASARAN
Penderita rawata inap, rawat jalan beserta keluarganya, pengunjung. Pengantar penderita dan seluruh petugas
kesehatan yang ada di rumah sakit .
PELAKSANA
PENANGGUNGJAWAB
Hal-hal yang melatar belakangi dikembangkannya program KB di rumah sakit, karena rumah sakit memiliki
beberapa hal yang spesifik dan menguntungkan program KB :
1. Rumah sakit memiliki tenaga yang diakui dan dipercaya oleh masyarakat di bidang pelayanan dan
penanggulangan masalah kesehatan, termasuk KB, sehingga petugas rumahsakit potensial sebagai penyuluih dan
penggeraka KB di masayarakat.
2. Peralatan dan tenaga yang tersedia di rumah sakit memungkinkan untuk pelayanan yang lebih bermutu,
sehingga rumah sakit potensial untuk pelaksanaan fungsi pengayoman medis KB
3. Petugas rumah sakit merupakan suatu kelompok masyarakat tersendiri, jumlahnya cukup banyak dan
hubungan heterogen, sehingga untuk melaksanakan kegiatan KB disitu diperlukan pendekatan khusus
4. Rumah sakit merupakan jalur terakhir bagi masyarakat untuk motivasi dan pelayanan kesehatan termasuk
KB , sehingga rumah sakit dapat dijadikan pusat rujuka pelayanan kesahatan termasuk KB oleh unit pelayanan
kesehatan lainnya yang ada diluar rumah sakit.
5. Didalam perkembangan KB nasional diperlukan upaya maksimal selain memeperluas jangkauan pelayanan
dengan menambah makin banyak peserta keluarga kecil, juga mempertahankan apa yang telah dicapai melalui
upaya penagyoman medis KB. Dengan demikian diharapkan gilirannya akan memantapkan kelembagaan
pembudayaan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera ( NKKBS) peran tersebut sangat relevan dengan fungsi
rumah sakit pada umumnya.
PKBRS diarahkan untuk menunjang pencapaian tujuan program KB Nasional sekaligus Program pembnagunan
kesehatan yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan diterima dan dilaksananya Norma Keluarga
Berencana dan sejahtera.
Secara kuantitatif, PKBRS bertujuan menunjang upaya penurunan fertilitas sekaligus mortalitas dan morbiditas
khususnya bagi ibu dan anak melalui Pelayan KB Paripurna yang ditunjukan kepada sasaran yang berhubungan
dengan rumah sakit terdiri dari aspek :
b) Preventif, berupa pelayanan kontrasepsi menggunakan metode efektif terpilih ( IUD, Implant dan Kontap)
c) Kuratif, berupa pelayanan efek sampingan, komplikasi dan kegagalan penggunaan kontrasepsi serta pelayanan
mendis lainnya bagi akseptor KB.
Semua jenis pelayanan kontrasepsi serta penanganan efek samping, komplikasi dan kegagalan pelayanan
kontrasepsi sesuai dengan ketersediaan sumber daya RS seperti : SDM, fasilitas, sarana, prasarana, dsb.
Pelayanan KB di rumah sakit terutama diarahkan kepada peningkatana kesehatan Ibu dan anak yang memeberi
dampak pada penurunan fertilitas sekaligus mortalitas dan morbiditas ibu dan anak. Tetapi sesuai fungsi dan ruang
lingkup pelayanan KB di rumah sakit, maka pendekatan pelayanan dapat dikembangkan menjadi :
1) Pelayanan KB untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak sekaligus pelayanan kesehatan ibu dan anak
untuk memberikan rasa aman dan perlindungan kepada akseptor untuk berkeluarga kecil.
2) Pelayanan KB yang ditujukan kepada penderita terutama d rumah sakit untuk menghindari atau mengurangi
kemungkinan kedaruratan medic karena resiko kehamilan.
Pelaksanaan pendekatan starategis adalah dengan menumbuhkan atau membina peran serta petugas atau unit-
unit pelayan di rumah sakit melalui penerapan :
2) Pelayanan KB melekat dalam pelayanan keseahatan sehari- hari kepada penderita rawat inapa maupun rawata
jalan di rumah sakit
Cacatan medik merupakan sumber data tentang penderita untuk mendukung kegiatan KB di rumah sakit, maka
data umum penderita, jumlah anak, kesertaan penderita dalam KB dan lain-lain yang ada hubungannya dengan KB
perlu dicatat dan dapat dilihat dengan jelas dicatatan medic. Catatan medic demikian disebut catatan medic yang
berorientasi ( CMBKB ). CMBKB yang dikembangkan dalam PKBRS berbentuk Cap/stempel sebagai berikut :
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu mata rantai fasilitas pelayanan medis Keluarga
Berencana yang pada umumnya terpadu dengan fasilitas pelayanan kesehatan.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana meliputi fasilitas pelayanan Keluarga Berencana professional dan fasilitas
pelayanan Keluarga Berencana masyarakat.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana professional diselenggarakan oleh tenaga profesional, yaitu dokter spesialis,
dokter umum, bidan dan perawat kesehatan. Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana professional ini dapat bersifat
statis dan bersifat bergerak (mobil).
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana professional yang bersifat statis meliputi pelayanan-pelayanan Keluarga
Berencana yang dilaksanakan pada fasilitas pelayanan Keluarga Berencana Sederhana, Lengkap, Sempurna dan
Paripurna. Pengelompokan fasilitas tersebut didasarkan pada kemampuan dan kewenangannya.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana profesional yang bersifat bergerak (mobil) adalah pelayanan yang
menjangkau masyarakat di pedesaan, yaitu Tim Keluarga Berencana Keliling, Puskesmas Keliling dan Tim Mobil
Kontap.
Fasilitas pelayanan Keluarga Berencana oleh masyarakat ialah pelayanan Keluarga Berencana yang diselenggarakan
oleh masyarakat, meliputi PPKBD, Sub PPKBD, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos KB – Kes, dan Kelompok
Akseptor.
Batasan
Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Sederhana ialah fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan
pelayanan kontrasepsi metode :
c. Suntik KB
d. AKDR / Implan bagi fasilitas pelayanan yang mempunyai tenaga bidan terlatih
Fungsi
c. Memberikan pelayanan AKDR / implan dan pelayanan konseling bagi fasilitas pelayanan yang memiliki tenaga
bidan terlatih
Tenaga
1. Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis, biasanya dipakai bersama dengan pelayanan kesehatan lain. Ukuran
minimal 2,5 x 4 m² dengan perlengkapan minimal :
b. Sebuah lemari tempat penyimpanan kartu status, register, formulir laporan dan obat / alat kontrasepsi
2. Ruang konsultasi, dapat menyatu dengan ruang pelayanan lain dan ukuran minimal 2,5 x 3 m² dengan
perlengkapan :
3. Ruang periksa dan pelayanan kontrasepsi. Ukuran minimal 2,5 x 3 m², dengan perlengkapan minimal :
a. Satu tempat tidur periksa berikut kasur, bantal, dan linen (sarung bantal, sprei, duk, karet laken)
d. Alat sterilisator
g. 5 buah stoples
h. Meja ginekologik sederhana untuk pelayanan AKDR bagi fasilitas pelayanan yang mempunyai tenaga bidan
terlatih
r. Alat-alat kontrasepsi
s. Bahan / obat-obatan habis pakai, seperti cairan antiseptic, kapas dan kassa steril / DTT
Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Sederhana Berlokasi dan Merupakan Bagian dari:
a. Puskesmas pembantu
Batasan
Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Lengkap adalah fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan
pelayanan kontrasepsi metode :
a. Sederhana
b. Pil KB
c. Suntik KB
d. AKDR
Fungsi
b. Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR, dan implant serta kontrasepsi mantap
pria bagi yang memenuhi persyaratan
c. Memberikan pelayanan konseling bagi fasilitas yang memiliki tenaga bidan terlatih
d. Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi sesuai dengan kemampuan
Tenaga
c. Tenaga administrasi
Prasarana dan Saran
1. Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis – dengan ukuran minimal 3 x 4 m² dan perlengkapan minimal :
f. APBK/DMT
d. Konseling kit
3. Ruang periksa dan pelayanan kontrasepsi dengan ukuran 3 x 3 m² dan perlengkapan minimal :
a. Satu tempat tidur periksa berikut kasur, bantal dan linen (sprei, sarung bantal, duk, dan karet laken)
d. Alat sterilisator
h. Meja ginekologik
m. Bahan / obat-obatan habis pakai, seperti cairan antiseptic, kapas dan kassa steril
r. Satu set emergensi kit : ambu bag, suction apparatus, endotrakheal tube, laringoskop, O2 tank + O2, infuse
set + cairannya, obat-obatan (adrenalin, narcan, kortison, antihistamin, koramin)
· Poloklinik TNI/POLRI
· Rumah Bersalin
Batasan
Fasilitas Pelayanan Keluarga Berencana Lengkap adalah fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan
pelayanan kontrasepsi metode :
a. Sederhana
b. Pil KB
c. Suntik KB
d. AKDR
Fungsi
· Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR, implant dan kontrasepsi mantap pria serta
wanita kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan
· Memberikan pelayanan kontrasepsi mantap wanita bagi fasilitas yang memenuhi persyaratan
Tenaga
· Dokter spesialis kebidanan / dokter spesialis bedah / dokter umum yang telah mendapat pelatihan
1. Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis – dengan ukuran minimal 3 x 4 m² dan perlengkapan minimal :
3. Ruang periksa dan pelayanan kontrasepsi dengan ukuran 3 x 3 m² dan perlengkapan minimal :
A. Peralatan nonmedis
a. Satu tempat tidur periksa berikut kasur, bantal dan linen (sprei, sarung bantal, duk, dan karet laken)
d. Lima wadah DTT / steril masing-masing untuk menyimpan sarung tangan karet steril, kassa steril, kapas DTT /
steril, duk bersih, dan AKDR
h. Bahan / obat-obatan habis pakai, seperti cairan antiseptic, kapas, kassa steril
B. Peralatan medis
i. Satu set emergensi kit : ambu bag, suction apparatus, endotrakheal tube, laringoskop, O2 tank + O2, infuse
set + cairannya, obat-obatan (adrenalin, narcan, kortison, antihistamin, koramin)
a. Satu bak cuci tangan lengkap dengan kran air yang mengalir dengan baik
b. Sabun, sikat tangan dan alat pembersih lainnya
c. Duk
5. Ruang operasi
a. Beberapa tempat tidur berikut kasur, bantal, sprei dan sarung bantal serta karet laken
b. Satu tensimeter
c. Satu stetoskop
7. Ruang pelatihan medis teknis dan konseling (bila memungkinkan) berikut perlengkapannya
· RSU Kelas C yang mempunyai dokter spesialis obstetric dan ginekologi dan dokter spesialis bedah serta dokter
umum yang telah mendapat pelatihan
· RSU Swasta setara yang mempunyai dokter spesialis kebidanan dan dokter spesialis bedah serta dokter umum
yang telah mendapat pelatihan
· RSU TNI / POLRI yang mempunyai dokter spesialis kenidanan dan dokter spesialis bedah serta dokter umum
yang telah mendapat pelatihan
· RS Bersalin
Batasan
Fasilitas pelayanan keluarga berencana paripurna ialah fasilitas yang mampu dan berwenang memberikan semua
jenis pelayanan kontrasepsi ditambah dengan pelayanan rekanalisasi dan penanggulangan infertilitas.
Fungsi
· Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR dan implant serta kontrasepsi mantap pria
dan wanita.
Tenaga
· Dokter spesialis obstetric dan ginekologi yang telah mendapat pelatihan penanggulangan infertilitas dan
rekanalisasi.
· Dokter spesialis bedah yang telah mendapat pelatihan penanggulangan infertilitas dan rekanalisasi.
· Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis-dengan ukuran minimal 3x4 m2 dan perlengkapan minimal :
b. Satu lemari tempat penyimpanan kartu status, registrasi dan formulir laporan.
d. Konseling kit.
· Ruang periksa dan pelayanan kontrasepsi-dengan ukuran 3x3 m2 dan perlengkapan minimal :
· Peralatan nonmedis :
a. Satu tempat tidur periksa berikut kasur, bantal, sprei, sarung bantal, duk, dan karet laken.
c. Alat sterilisator.
d. Lima wadah DTT/steril masing-masing untuk menyimpan sarung tangan karet steril, kasa steril, kapas
DTT/steril, duk bersih dan AKDR.
h. Bahan/obat-obatan habis pakai, seperti cairan antiseptik, kapas dan kasa steril.
· Peralatan medis :
a. Meja ginekologik.
b. Satu tensimeter, satu stetoskop, satu timbangan berat badan dan Hb-meter.
a. Satu bak cuci tangan lengkap dengan kran air yang mengalir dengan baik.
c. Duk.
· Ruang operasi
b. Meja alat.
c. Histeroskop.
e. Perlengkapan untuk pelayanan kontrasepsi mantap pria dan kontrasepsi mantap wanita, rekanalisasi, serta
penanggulangan infertilitas.
· Ruang pascabedah
a. Beberapa tempat tidur berikut kasur, bantal, sprei, sarung bantal, duk dan karet laken.
b. Satu tensimeter.
c. Satu stetoskop.
· Ruang laboratorium lengkap (dapat sebagai bagian dari laboratorium umum) dengan kemampuan untuk :
b. Pemeriksaan sperma.
· Kamar kecil/wc
Ukuran 60x20 cm2, berisi hari dan jam kerja fasilitas pelayanan.
Fasilitas pelayanan keluarga berencana paripurna berlokasi dan merupakan bagian dari :
A. RSU kelas A.
Tata cara penyimpanan alat/obat kontrasepsi yang baik merupakan ipaya menjaga agar kulaitas alat/obat
kontrasepsi tersebut selalu dalam kondisi yang baik aman untuk digunakan oleh klien KB. Untuk itu, para petugas di
klinik dan dilapangan perlu memperhatikan pedoman dasar alat/obat kontrasepsi yang isinya antara lain sebagai
berikut.
· Bersihkan dan suci hamakan tempat penyimpanan alat/obat kontraspsi secara teratur
· Simpan alat/obat kontrasepsi dalam keadaan kering, tidak lembab, mendapat ventilasi udara yang baik, dan
tidak terkena sinar matahari langsung
· Pastikan bahwa tempat penyimpanan alat/obat kontrasepsi bebas dari cipratan air atau kebocoran atap
karena hujan
· Pastikan bahwa alat pengaman bahaya kebakaran berada dalam kondisi baik, serta siap dan mudah
digunakan/diambil
· Tempatkan dus kondom terbuat dari karton, agar dijauhkan dari sumber lisrik/lampu, untuk mencegah
bahaya kebkaran
· Agar diatur dus karton sedemikian rupa sehingga kartu identitas/label yang berisi batas waktu kadaluarsa
atau waktu pembuatan di pabrik dapat mudah dilihat
· Tempatkan alat/obat kontrasepsi pada posisi yang memungkinkan untuk pendistribusian pada sistem FEFO
(first expire-first out distribution yaitu alat/obat kontrasepsi yang lebih awal kdaluarsanya, agar lebih awal
didistribusikan/dipakai oleh klien)
· Tempatkan tiap jenis alat/obat kontrasepsi secara terpisah, dan jauhkan dari bahan-bahan yang mengandung
insektisida, bahan kimia, arsip tua/lama, peralatan kantor dan material lain
· Pisahkan alat dan obat kontrasepsi yang sampai pada batas kadaluarsa, sesuai dengan ketentuan
pemerintahan atau Donor Agency/pemberi bantuan
Untuk memastikan bahwa alat/obat kontrasepsi belum sampai pada batas ladaluarsa pada wkatu disalurkan ke
klien, maka perlu ditetapkan kebijakan FEFO (first expire, first out), sebagai pengganti sistem yang lama yaitu FIFO
(fisrt in first out). Kebijakan ini harus diinformasikan ke seluruh jajaran petugas (klinik dan lapangan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan pada FEFO:
· Teliti setiap dus alat/obat kontrasepsi yang tiba di gudang atau fasilitas pelayanan (RS, Puskesmas, Klinik), kapan
waktu kadaluarsa
· Letakan setiap dus alat/obat kontrasepsi sesuai dengan urutan waktu kadaluarsa. Letak dus alat/obat
kontrasepsi paling atas adalah alat/obat kontrasepsi yang masa kadaluarsanya paling tua/dekat. Pastikan bahwa
alat/obat kontrasepsi tersebut mudah terllihat dan mudah diambil oleh petugas untuk disalurkan ke klien
· Umumkan kepada petugas lain agar menggunakan allat/obat kontrasepsi yang masa kadaluarsanya paling tua
terlebih dahulu pastikan untuk tidak menyalurkan alat/obat kontrasepsi yang masa kadaluarsanya telah lewat
Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Untuk Penjagaan Kualitas Alat/Obat Kontrasepsi
Pengamatan alat/obat kontrasepsi secara visual dapat dilakukan apabila secara fisik terlihat adanya adanya tanda-
tanda kelainan sebagai berikut. Jangan digunakan pabila terdapat tanda-tanda:
1. Pil KB
2. Kondom
3. AKDR
4. Suntik KB
Catatan: Bila cairan obat suntik terpisah, kocok dahulu sebelum digunakan.
5. Implan
- Satu kapsul atau lebih dalam kemasan tersebut hilang atau berubah warna (tidak putih)
- Satu kapsul atau lebih dalam kemasan tersebut rusak atau bengkok/ tidak lurus
6. Spermisida
- Aplikator tertutup
7. Tablet foam
- Kemasannya membengkak atau mengelmbung (meandakan bahwa isi di daamnya lembab/ bocor
Guna mengetahui apakah obat/alat kontrasepsi yang tersimpan dalam gudang atau tempat penyimpanan di RS
atau Puskesmas/Klinik KB masih berada dalam kualitas yang baik dan aman untuk disalurkan ke klien, perlu
dilakukan pengamatan mutu terhadap fisik alat/obat kontrasepsi secara terbuka.
Manajer atau penyelia yang mengunjungi tempat penyimpanan alat/obat kontrasepsi yang perlu mengobservasi
dan melakukan pengamatann dengan menggunakan Dfatr Tilik. Penggunaan Daftar Tilik dilakukan dengan cara
mengisis pada kolom Ya Tu Tidak. Jawaban Tidak, dapat mengindikasinkan permasalahan yang perlu diperhatikan
dan dicarikan jalan keluarnya.
Kegiatan
Ya
Tidak
Pencataan
Kondisi persediaan
· Apakah persediaan setiap produk memadai (berada pada tingkatan minimum dan maksimum)?
· Apakah perkiraan penggunaan bulanan bulanan telah diperhitungkan secara benar dan akurat?
· Apakah ada masalah pada kondisi produk alokon yang ada (pecah/patah, rapuh)?
Jaminan mutu
· Apakah ada produk alat/obat kontrasepsi yang mengalami permasalahan (rapuh, retak, pecah)?
Inventaris fisik
Pemesanan
· Bila fasilitas pelayanan KB memesan alokon, apakah pesanan tersebut disesuaikan dengan tingkat minimum-
maksimumnya?
Pelaporan
· apakah ada alokon yang telah rusak atau lewat masa kadaluarsa, tetapi masih disimpan di fasilitas pelayanan
KB?
· Apakah alokon yang rusak atau lewat masa kadaluarsa telah dipsahkan dari alokon yang masih digunakan?
· Apakah staf pada fasilitas pelayan KB telah melakuakan prosedur pengaturan alokon yang rusak atau lewat
kadaluarsa?
· Apakah ada logistik atau manual distribusi yang memadai bagi petugas pada fasilitas pelayan KB?
· Apakah diperlukan formulir distribusi yang memadai untuk pencatatan, pelaporan dan pemesanan?
Ya
Tidak
· Apakah alokon yang sering digunakan diletakan pada tempat yang mudah dijangkau?
· Apakah alokon yang sudah tidak digunakan diletakan secara terpisah dari alokon yang masish digunakan?
· Apakah tempat/dus penyimpanan alokon telah diberi catatan yang jelas tentang waktu kadaluarsa?
· Apakah ada kipas angin atau sitem ventilasi untuk menjaga sirkulasi udara?
· Apakah kondisi ruang/tempat penyimpanan sesuai dengan kondisi alokon yang ada/
· Apakah penerangan yang ada pada temoat penyimpanan memadai untuk melihat tabel produksi/ kartu
persediaan?
· Apakah tempat penyimpanan dalam kondisi bersih, rapih dan bebas debu?
· Apakah tempat alokon terpisah dari barang lain yang membahayakan seperti insektisida, bahan kimia, arsip
lama, peralatan kantor dan material lainnya?
Efektivitas dan mutu alokon dapat etrjaga dengan baik, apabila disimpan dalam kondisi yang baik. Guna menjaga
kondidi ini dapat dilihat uraian berikut.
Jenis kontrasepsi
Kondisi penyimpanan
Masa kadaluarsa
· Pil KB
· Kondom
· AKDR
· Spermisida
· Norpalnt
· Suntik KB
Simpan ditempat kering, yaitu suhu >40oC dan jauhkan dari sinar matahari langsung, bahan kimia, dan bahan yang
mudah terbakar.
Simpan pada ruang bersuhu 15-30 oC, jauhkan dari tmperatur tinggi
Simpan pada suhu 15-30 oC posisi vials tegak lurus menghadap keatas, jauhkan dari sinar matahari langsung.
5 tahun
3-5 tahun
7 tahun
3-5 tahun
USAID; 5 tahun
Lain-lain: 3 tahun
5 tahun
Kegiatan pencatatan dan pelaporan program KB Nasional merupakan suatu proses untuk mendapatkan data dan
informasi yang merupakan substansi pokok dalam system informasi program KB Nasional dan dibutuhkan untuk
kepentingan operasional program. Data dan informasi tersebut juga merupakan bahan pengambilan keputusan,
perencanaan, pemantauan dan penilaian serta pengendalian program. Oleh karena itu data dan informasi yang
dihasilkan harus akurat, tepat waktu, dan dapat dipercaya. Dalam upaya memenuhi harapan data dan informasi
yang dihasilkan merupakan data dan informasi yang berkualitas, maka selalu dilakukan langkah-langkah
penyempurnaan sesuai dengan perkembangan program dengan visi dan misi program baru serta perkembangan
kemajuan teknologi informasi.
Mulai bulan april 2005, kegiatan Pencatatan dan Pelaporan Program KB Nasional telah dilaksanakan sesuai dengan
system pencatatan dan pelaporan yang disempurnakan melalui Instruksi Kepala BKKBN Nomor : 01/HK.012/D1/05
tanggal 3 Januari 2005 tentang Pedoman Tata Cara Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi
Program KB Nasional. Kegiatan pencatatan dan pelaporan program KB Nasional meliputi pengumpulan, pencatatan
serta pengolahan data dan informasi tentang kegiatan dan hasli kegiatan operasional.
System pencatatan dan pelaporan saat ini telah disesuaikan dengan tuntutan informasi, desentralisasi dan
perbaikan kualitas.
System pencatatan dan Pelaporan Program KB Nasional yang disesuaikan meliputi Subsistem Pencatatan Pelaporan
Pelayanan Kontrasepsi, Subsistem Pelaporan Pengendalian Lapangan, Subsistem Pencatatan Pelaporan Pendataan
Keluarga dan Subsistem Pencatatan Pelaporan Pendataan Keluarga Miskin. Dalam bab ini akan dibahas Subsistem
Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Kontrasepsi.
· Hasil Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi baik di Klinik KB maupun di Dokter / Bidan dan Praktik Swasta
System pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, diharapkan dapat menyediakan berbagai data dan
informasi pelayanan kontrasepsi di seluruh wilayah sampai ke tingkat kecamatan dan desa. Adapun mekanisme dan
arus pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi sebagai berikut :
· Pada waktu mendaftar untuk pembukaan atau peresmian klinik KB baru harus dibuat Kartu Pendaftaran Klinik
KB (K/0/KB/04) dalam rangkap 2 (dua), masing-masing dikirim ke PDPKB Kabupaten/Kota dan arsip
· Setiap bulan January pada awal tahun anggaran yang bersangkutan dilakukan pendaftaran ulang untuk setiap
klinik KB, dengan mengisi Kartu Pendaftaran Klinik KB(K/0/KB/04). Hal ini dimaksudkan untuk melakukan
perbaikan / penyesuaian data dan informasi mengenai klinik KB yang bersangkutan
· Setiap peserta KB baru dan peserta KB pindahan dari klinik KB atau pelayanan lain dibuatkan Kartu Status
Peserta KB (K/IV/KB/04), yang natara lain memuat cirri-ciri peserta KB yang bersangkutan, kartu ini disimpan di
klinik KB yang bersngkutan dan digunakan kembali sewaktu peserta KB melakukan kunjungan ulang di klinik
tersebut
· Setiap peserta KB baru dan peserta KB atau pindahan, dari klinik KB atau tempat pelayanan lain, dibuatkan
Kartu Peserta KB (K/I/KB/04)
· Setipa hari pelayanan KB yang dilakukan oleh klinik KB harus dicatat dalam Register Klinik KB (R/I/KB/04), dan
pada setiap akhir bulan dilakukan penjumlahan hasil pelayanan KB. Register ini merupakan sumber data untuk
pengisian Laporan Bulanan klinik KB (F/II/KB/04)
· Setiap penerimaan dan pengeluaran jenis alat kontrasepsi oleh klinik KB dicatat dalam Register Alat
Kontrasepsi Klinik KB (R/II/KB/04), dan pada setiap akhir bulan dilakukan penjumlahan. Register Alat Kontrasepsi
Klinik KB (R/II/KB/04) merupakan sumber data untuk pengisian LAporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/04)
· Pelayanan KB yang dilakukan oleh Dokter / Bidan Praktik Swasta setiap hari dicatat dalam Buku Bantu hasil
Pelayanan Kontrasepsi pada Dokter / Bidan Praktik Swasta (B/I/DBS/04) dan pada setiap akhir bulan dilakukan
penjumlahan. Buku bantu ini merupakan sumber data untuk pengisian Laporan Bulanan Petugas Penghubung
Dokter / Bidan Praktik Swasta (F/I/PHDBS/04)
· Setiap bulan PDPKB atau petugas yang ditunjuk sebagai petugas penghubung dokter / bidan praktik swasta
membuat ALporan Bulanan Petugas Penghubung Dokter / Bidan Praktik Swasta (F/I/PH/DBS/04) yang merupakan
rekapitulasi / penjumlahan dari catatan pada Buku Bantu Hasil Pelayanan Kontrasepsi pada Dokter / Bidan Praktik
Swasta yang ada di wilayah kerjanya. Laporan ini merupakan sumber data untuk pengisian Laporan Bulanan Klinik
KB (F/II/KB/04)
· Setiap bulan, petugas klinik KB membuat Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/04) yang sumber datanya diambil
dari Register Hasil Pelayanan di klinik KB (R/I/KB/04), Laporan Bulanan Petugas Penghubung Dokter / Bidan Praktik
Swasta (F/I/PH/DBS/04) dan Register Alat Kontrasepsi Klinik KB (R/II/KB/04)
· Setiap bulan PDPKB Kabupaten / Kota membuat Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB Tingkat Kabupaten /
Kota dengan menggunakan formulir Rek.Kab.F/II/KB/04. Data untuk membuat laporan ini diambil dari Laporan
Bulanan Klinik KB (F/II/KB/04) yang diterima dari klinik KB yang berada diwilayah (F.KB/Kota) yang bersangkutan
· Setiap bulan BKKBN Provinsi membuat Rekapitulasi Laporan Bulanan Klinik KB Tingkat Provinsi dengan
menggunakan formulir Rek.Prov.F/II/KB/04. Data untuk membuat laporan ini diambil dari Rekapitulasi Laporan
Bulanan Klinik KB Tingkat Kabupaten/kota (Rek.Kb.F/II/KB/04) yang diterima dari PDPKB Kabupaten/Kota yang
berada di wilayah provinsi yang bersangkutan
· Satu tahun sekali PDPKB Kabupaten/Kota membuat Rekapitulasi Kartu Pendaftaran Klinik KB Tingkat
Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir Rek.Kab.K/0/KB/04. Data untuk membuat laporan ini diambil dari
semua K/0/KB/04 yang diterima dari Klinik KB yang berada di wilayah kerja PDPKB Kabupaten/Kota
· Satu tahun sekali BKKBN Provinsi membuat Rekapitulasi Pendaftaran Klinik KB Tingkat Provinsi dengan
menggunakan formulir Rek.Prov.K/0/KB/04.
Data untuk membuat laporan ini diambil dari semua Rek.Kab.K/0/KB/04 yang diterima dari PDPKB Kabupaten/Kota
yang berada di wilayah kerja BKKBN Provinsi.
· Kartu Pendaftaran Klinik KB (K/0/KB/04) dibuat oleh klinik KB rangkap 2 (dua), 1 lembar untuk Pengelola
Daerah Program KB (PDPKB) Provinsi/Kota yang dikirim selambat-lambatnya tanggal 7 februari setiap tahun PDPKB
Provinsi/Kota dan Arsip.
· Rekapitulasi kartu pendaftaran klinik KB tingkat Provinsi/kota (Rek.Prov.K/0/KB/04), dibuat rangkap 3 (tiga)
oleh PDPKB Provinsi/Kota dan dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 14 februari setiap tahun, masing-masing ke
BKKBN Provinsi, BKKBN Pusat, dan Arsip.
· Rekapitulasi kartu pendaftaran klinik KB tingkat Provinsi (Rek.Prov.K/0/KV/04), dibuat rangkap 3 (tiga) oleh
PDPKB Provinsi dan dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 21 februari setiap tahun, masing-masing ke BKKBN
Pusat, dan Arsip.
· Laporan Bulanan Petugas Penghubung Hasil Pelayanan Oleh dokter /Bidan Praktek Swasta (F/I/PH/DBS/04)
dibuat oleh PDPKB Dokter/Bidan Praktik Swasta dalam rangkap 2 (Dua), dikirim selambat-lambatnya tanggal 5
bulan berikutnya ke klinik KB Induk di wilayah kerjanya dan arsip.
· Laporan Bulanan Klinik KB (F/II/KB/04) dibuat oleh klinik KB dalam rangkap 4 (Empat), dikirim selambat-
lambatnya tanggal 7 bulan berikutnya masing-masing ke PDPKB Provinsi/Kota, mitra kerja tingkat II, kantor camat
dan arsip.
· Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB tingkat Provinsi/Kota (Rek.Prov.F/II/KB/04), dibuat rangkap 3 (tiga) oleh
PDPKB Provinsi/Kota dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 10 bulan berikutnya ke BKKBN Provinsi BKKBN
Pusat, dan Arsip.
· Rekapitulasi laporan bulanan klinik KB tingkat Provinsi (Rek.Prov.F/II/KB/04), dibuat rangkap 2 (dua) oleh
BKKBN Provinsi dikirim selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya ke BKKBN Pusat, dan Arsip.
· PDPKB Kabupaten/Kota setiap bulan menyampaikan umpan balik kepada camat dan mitra kerja.
· BKKBN Provinsi (Bidang Informasi Keluarga dan Analisis Program) setiap bulan menyampaikan umpan balik ke
PDPKB Kabupaten/Kota dan Dinkes.
· BKKBN Pusat (Direktorat pelaporan dan statistik) setiap bulan menyampaikan umpan balik kepada semua
pimpinan dijajaran BKKBN pusat, ke BKKBN Provinsi, Kabupaten/Kota dan Mitra kerja tingkat pusat.
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi sistem pencatatan dap pelaporan pelayanan kontrasepsi, beberapa hal
yang perlu diperhatikan diantaranya :
· Cakupan Laporan
Dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap cakupan laporannya meliputi jumlah, ketepatan pengisian,
ketepatan waktu data yang dilaporkan, mulai dari tingkat lini lapangan sampai ke tingkat pusat.
· Kualitas data
Dalam melakukan evaluasi terhadapa kualitas data pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi perlu dilihat
bagaimana masukan laporannya, baik laporan bulanan maupun laporan tahunan serta bagaimana informasi yang
disajikan setiap bulanan atau tahunan. Dalam hal ini sering/ dapat terjadi laporan yang mengalami keterlambatan
dan cakupannya belum optimal maupun kualitas dan kuantitasnya serta informasi yang disampaikan belum
optimal.
· Tenaga
Dalam melakukan evaluasi terhadap tenaga pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi, hal-hal yang perlu
diperhatikan yaitu ketersediaan/jumlah tenaga dan kualitas tenaga :
Ø Ketersediaan/jumlah tenaga
Bagaimana kondisi jumlah petugas RR Klinik yang melakukan pencatatan pelaporan pelayanan nkontrasepsi.
Ø Kualitas tenaga
· Sarana
Dalam melakukan evaluasi terhadap saran, perlu dilihat bagaimana sarana mendukung kelancaran pelaksanaan
pencatatan dsan pealporan diantaranya :
Dalam mengevaluasi penyedian dana operasional perlu dilakukan inventarisasi apakah tersedia dukungan anggaran
unytuk kegiatan operasional petugas RR Klinik dan biaya pembinaan RR, baik yang bersumber dari APBN maupun
diluar APBN. Dengan tersedianya dukungan dana operasional tersebut, pemanfaatannya dapat secara efektif dan
efisien untuk peningkatan kualitas pelaksanaan pencatatan dan pelaporan pelayanan kontrasepsi sehingga
cakupan, kualitas data dan informasi meningkat disetiap tingkat.
a. Mengacu standar profesi, standar pelayanan, standar kompetensi dan pedoman penyelengga-raan
pelayanan KB-RS
1. Pemetaan kebutuhan dan prioritas pelatihan untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi SDM
4. Advokasi untuk penyediaan anggaran pelatihan TA 2010 dan 2011 s/d 2014
5. Dukungan kebijakan/peraturan Kemenkes khususnya tentang Kewenangan melakukan tindakan medis bagi
Bidan dan Perawat