Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maluku
Maluku adalah sebuah provinsi yang ada di Indonesia. Dikenal secara Internasional
dengan nama Moluccas adalah provinsi tertua dalam sejarah negara kesatuan republic
Indonesia. Terbentuk dua hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 agustus 1945
(Atamimi, 2012:1). Maluku sejak lama telah di kenal oleh bangsa-bangsa yang ada di dunia
Bangsa Arab ( sejak kuno), bangsa Cina (sejak kuno) telah berdatangan Maluku dikarenakan
potensi yang dimiliki oleh daerah ini. Sumber daya alam seperti rempah-rempah (pala dan
cengkih) dan mutiara pada waktu yang lampau selalu dican oleh berbagai bangsa
(Wailerunni, 2010:1).
Berdasarkan data yang diperoleh sesuai pencatatan dan pelaporan dari Kabupaten/Kota,
angka Kematian Maluku berfluktuasi dari tahun 2006 sampai dengan penurunan dari 369 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2006 menjadi 288 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2010 (Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengalaman psikologis perempuan Nuaulu dalam menjalankan
tradisi ritual Nuhune?
2. Bagaimanakah proses reaksi psikologis perempuan Nuaulu ketika harus
menerima diri dan menjalankan ritual Nulune?
3. Bagaimanakah pola interaksi sistem ritual budaya, spiritual, biologis,
psikologis perempuan Nuaulu dalam menjalankan ritual Nuhune?

C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Identifikasi dan deskripsi pengalaman psikologis perempuan Nuaulu dalam
menjalankan tradisi ritual Nuhune.
2. Identifikasi dan deskripsi proses reaksi psikologis perempuan Nuaulu ketika
harus menerima diri dan menjalankan ritual Nuhune.
3. Identifikasi dan deskripsi pola interaksi sistem ritual budaya, spiritual,
biologis, psikologis perempuan Nuaulu dalam menjalankan ritual Nuhune.
.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengasingan wanita melahirkan suku Naulu


1.Faktor penyebab
Dusun Rohua adalah anak desa dari Negeri Sepa, dan merupakan salah satu
bagian dari wiłayah kerja Puskesmas Tamilouw. Di situ berdiam Suku Nuaulu, yang
adalah keturunan dari Suku Alune dan Wemale, suku pertama yang mendiami Pulau
Seram. Suku Nuaulu mendiami beberapa dusun Rohua, dusun Hawalan/Latan, dusun
Bonara, dan dusun Nuanea/Aisuru dengan jumlah penduduk 3911 jiwa (Data
Kecamatan Amahai, 2011). Suku Nuaulu mempunyai kebiasaan yang unik dalam
persalinan. Setiap perempuan Suku ini yang hamil pada usia sembilan bulan, harus
dipisahkan dari suami maupun laki-laki lainnya, dan ditempatkan di rumah khusus
yang disebut Posuno. Pemisahan ini disebahkan karena Suku yaitu dusun Nuaulu
memandang bahwa proses kehamilan pada usia 1-8 bulan merupakan peristiwa biasa
saja. Akan tetapi pada usia kehamilan 9 bulan ada pandangan bahwa wanita hamil
tersebut akan banyak diliputi oleh pengaruh roh-roh jahat yang dapat menimbulkan
berbagai bahaya gaib bagi dirinya maupun pada bayi yang dikandungnya, bahkan juga
kepada orang lain yang ada di sekitarnya, khususnya kaum laki- laki. Untuk
menghindari pengaruh roh-roh jahat itu maka wanita hamil tersebut perlu diasingkan
atau dipisahkan dari rumah induk, dan tinggal di posuno atau tikosune hingga tiba saat
melahirkan. Posuno berukuran luas 2 x 2,5 meter, yang pada awalnya terletak sangat
jauh dari rumah vakni di hutan. Akan tetapi sekarang posune tidak lagi dibuat di hutan
melainkan di dekat atau di samping rumah saja sehingga jaraknya tidak terlalu jauh
dari rumah. Hal ini berkaitan dengan pemahaman bahwa pengaruh roh-roh jahat
hanya berada di sekitar diri perempuan itu tinggalnya saja. ini biasanya dan Tradisi
tempat mengasingkan wanita hamil dalam dilakukan bentuk upacara kehamilan yang
atau dinamakan upacara masa Tinantawa. Untuk mencegah kemungkinan erjadinya
berbagai jenis bahaya gaib yang dapat menghambat atau menghalangi berlangsungnya
kehidupan seorang individu, yang menurut suku Nuaulu proses tersebut dimulai dari
kelahiran hingga kematian maka dilakukanlah upacara ini (Uneputty, 1984).
Perempuan Suku Nuaulu yang hamil, pada umumnya menjalani proses kehamilan
hingga melahirkan di bawah kontrol seorang dukun bayi (mama biang). Ini
disebabkan adanya keyakinan bahwa berbagai ilmu yang mampu mengusir roh jahat
sehingga ibu dan bayi akan selamat, dengan melakukan upacara-upacara menghadapi
kekuatan gaib tersebut. Salah satunya adalah upacara masa kehamilan, yang dilakukan
pada bulan menghindarkan perempuan hamil dari bahaya gaib sehingga dapat selamat
hingga proses biang memiliki mama tertentu untuk kesembilan untuk melahirkan.
Saat melahirkan perempuan Suku Nuaulu ditolong oleh seorang dukun beranak atau
mama biang yang disebut Irihitipue. Ihiritipue merupakan gelar yang khusus
diberikan kepada seorang wanita yang bertugas menolong proses kelahiran. Irihitipue
melaksanakan tugasnya dengan terlebih dahulu mempersiapkan alat yang diperlukan
menolong persalinan seperti alat pemotong tali pusar yang terbuat dari bambu. Alat
ini dinamakan kaitimatana atau wane. Di Pada saat melahirkan biasanya samping alat
ini, juga disediakan air untuk dipakai memandikan bayi. Air itu diambil dari sungai
yang dianggap keramat oleh masyarakat (Uneputty, 1984)
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keadaan cemas dan ketidaktersediaannya kebutuhan membuat ibu seringkali
merasa tidak berdaya dalam menjalani tradisi adat nuhune, namun berlandaskan
dalam melakukan trad isi adat dan juga nilai-nilai budaya yang dipertahankan yang
membuat ketangguhan itu muncul karena adanya komitmen dan kontrol dari dalam
diri individu sendiri dalam menjalani tradisi. Tanggung jawab kepada Tuhan maupun
masyarakat secara luas dan berusaha menghindari bahaya yang dipercaya sejak zaman
leluhur memunculkan ketangguhan pada perempuan Nuaulu. Resiliensi pada
perempuan Nuaulu dilihat sebagai suatu yang alamiah karena dibentuk melalui
pemaknaan nilai kehidupandan tradisi yang ada dan berkembang di Suku Nuaulu.
Resiliensi terbentuk dari dalam diri perempuan juga dukungan sosial keluarga, kepala
suku, juga komunitas masyarakat (laki-laki dan perempuan). Tradisi Nuhune dilihat
sebagai suatu aktivitas yang sakral dan sebagai perwujudan penghormatan kepada
Tuhan Sang Pemberi Hidup Dalam menjalankan tradisi ini, diyakini perempuan
Nuaulu tidak hanya mendatangkan berkat bagi diri dan keluarga. Pemaknaan simbol-
simbol yang ada dalam setiap tradisi ritual membentuk ketangguhan pribadi
perempuan Nuaulu dalam menjalani tantangan hidup kedepan. Perlu adanya
penelitian lebih lanjut mengenai strategi resiliensi yang tepat untuk diberlakukan
sesuai subjek penelitian, yaitu perempuan Nuaulu. Masih banyak melahirkan di
posuno yang tidak sesuai dengan kesehatan wanita suku Nuaulu karena tradisi yang
sudah turun-temurun dan sampai sekarang masih dipertahankan, merugikan wanita
dan bayinya. Sebagian besar wanita suku Nuaulu mempunyai pengetahuan terhadap
praktek melahirkan di pengasingan dalam posuno dengan katagori kurang. Seperti
pemahaman tujuan melahirkan di Posuno adalah untuk mencegah terjadinya berbagai
jenis bahaya gaib. Masih kondisi seperti ini bisa diperlukan KIE (Komunikasi,
Informasi, Edukasi) kepada ibu-ibu suku Nuaulu, tokoh adat dalam menambah
pengetahuan tentang budaya perawatan kehamilan yang sesuai kesehatan. Pada
penelitian tersebut perlu melihat keterkaitan dukungan sosial, religiusitas, dan
pengaruh nilai-nilai budaya setempat untuk mendapatkan model resiliensi yang sesuai
dengan subjek didaerah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai