Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS

TUGAS INDIVIDU

RESUME JURNAL “EFEKTIFITAS PEMBERIAN OBAT TRADISIONAL LANCAU


WOLIO TERHADAP INVOLUSI UTERUS DAN ESTETIKA KECANTIKAN PADA IBU
NIFAS DI KOTA BAUBAU”

Dosen Pembimbing : Ns. Abdurrahman Hamid, M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Oleh :

Azzahrotul Humaira

(19031051)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH PEKANBARU

2021
Pengobatan tradisional merupakan salah satu pengobatan yang masih banyak
dilakukan oleh masyarakat. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 80% dari
total populasi di benua Asia dan Afrika bergantung pada pengobatan tradisional. WHO juga
telah mengakui pengobatan tradisional dapat mengobati berbagai jenis penyakit infeksi,
penyakit akut, dan penyakit kronis (Yuningsih, 2012). Pengobatan tradisional tidak hanya
digunakan sebagai obat penyembuhan penyakit infeksi, kronik, maupun akut saja tetapi juga
sering digunakan dalam berbagai perawatan diantaranya adalah perawatan masa nifas.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh Mary Kristin tahun 2018
yang menyatakan bahwa salah satu ragam pengobatan tradisional Indonesia terdapat di
Sulawesi Tenggara Kota Baubau Kecamatan Murhum khususnya Kelurahan Melai dan
Kelurahan Baadia. Perempuan suku Buton mempunyai tradisi pengobatan tradisional dalam
perawatan masa nifas yang sering dikenal masyarakat dengan nama Lancau Wolio. Lancau
dalam bahasa Buton mempunyai arti obat sedangkan Wolio berarti wolio. Jika diterjemahkan
secara harfiah Lancau Wolio berarti obat Wolio,yaitu suatu ramuan tradisional untuk
perawatan ibu nifas.

Lancau Wolio dibuat dengan memanfaatkan umbi, batang, dan akar dari 40 jenis
tanaman, diantara beberapa tanaman yang digunakan dalam pembuatan lancau wolio, yaitu :
alang-alang dan gingseng jawa yang dimanfaatkan akarnya. Kemudian kayu jawa, jarak,
sambung nyawa, bangle, dan kayu kuning yang dimanfaatkan batangnya. Tanaman yang
dimanfaatkan kulit batangnya, yaitu : asam jawa, jambu biji, kusambi, dan kecapi. Serta
tanaman yang dimanfaatkan umbinya, yaitu ; paku uban. Seluruh bahan ini dipercaya
bekhasiat mempercepat involusio uteri dan pemulihan kondisi ibu selama masa nifas meliputi
peningkatan produksi ASI, mempercepat penyembuhan luka bekas implantasi plasenta di
uterus maupun luka bekas jahitan perineum dan bekas operasi serta membuat tubuh ibu
kembali sehat bugar dan cepat terjadi penurunan berat badan sehingga kondisi tubuh
kelihatan langsing .

Ramuan tradisional Lancau Wolio diklaim oleh masyarakat wolio di kota baubau
dapat menurunkan berat badan dan memberi efek kesegaran pada badan. Ramuan tradisional
Lancau wolio selain dikonsumsi oleh ibu nifas juga biasa dikonsumsi oleh para gadis wolio
dengan tujuan untuk menurunkan berat badan bagi mereka yang memiliki berat badan
berlebih dan juga diklaim dapat meningkatkan berat badan bagi mereka yang memiliki berat
badan kurang.
Menurut Indriati (2009) dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas ASI serta
keadaan tubuh ibu, maka ibu nifas dapat menurunkan berat badan 1 kg dalam 1 minggu.
Menurut Christian (2007) dalam Brace Carol Sipasulta (2010) ibu nifas akan kehilangan berat
badan selama 6 bulan sebanyak 11 kg hanya dengan memberikan ASI Eksklusif. Hal ini
disebabkan karena tubuh ibu memerlukan tenaga sebanyak 500 kalori setiap hari untuk
menghasilkan ASI yang dibutuhkan selama menyusui bayinya sehingga dalam seminggu ibu
yang menyusui bayinya secara eksklusif akan kehilangan tenaga sebanyak 3.500 kalori atau
0,45 kg berat badannya untuk menyediakan ASI sebagai makanan bagi bayinya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa walaupun ibu tidak mengonsumsi obat tradisional
Lancau Wolio akan tetap mengalami penurunan berat badan dengan menyusui bayinya secara
eksklusif. Berdasarkan hasil observasi selama penelitian semua responden menyusui bayinya
secara eksklusif. Namun berdasarkan hasil penelitian yang memiliki penurunan badan
terbanyak adalah pada kelompok yang mengonsumsi ramuan tradisional Lancau Wolio.

Ada efek pemberian ramuan tradisional Lancau Wolio terhadap involusio uterus
terutama pada penurunan panjang uterus pada ibu nifas sedangkan untuk penurunan diameter
uterus juga mengalami penurunan yang signifikan namun lebih besar persentase penurunan
diameter uterus pada kelompok control. Sedangkan untuk estetika kecantikan dalam hal ini
berat badan ibu nifas berdasarkan hasil uji statistic tidak ada perbedaan antara berat badan
pretest dan post test tetapi ada penurunan berat badan yakni 7,09% pada kelompok intervensi
dan 3,52% pada kelompok kontrol .
MATA KULIAH

KEPERAWATAN KOMUNITAS

LAPORAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“EFEKTIFITAS PEMBERIAN OBAT TRADISIONAL LANCAU WOLIO


TERHADAP INVOLUSI UTERUS DAN ESTETIKA KECANTIKAN PADA IBU
NIFAS DI KOTA BAUBAU”

Dosen Pembimbing :

Ns. Abdurrahman Hamid, M.Kep.,Sp.Kep.Kom

Oleh :

Azzahrotul Humaira

(19031051)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH PEKANBARU

2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Materi : Efektifitas Pemberian Obat Tradisional Lancau Wolio Terhadap


Involusi Uterus Dan Estetika Kecantikan Pada Ibu Nifas Di Kota
Baubau

Pokok Bahasan : Pemberian Obat Tradisional Lancau Wolio Terhadap Involusi Uterus
Dan Estetika Kecantikan Pada Ibu Nifas Di Kota Baubau

Hari/Tanggal : 15 November 2021

Waktu Pertemuan : 09.00-10.00

Tempat : Rumah Sakit RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru

Sasaran : Masyarakat Umum

A. Latar Belakang
Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika
alat -alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil), (Sulistiyowati,
2009:1). Dengan pemantauan yang melekat pada asuhan ibu masa nifas, maka
kemungkinan kematian dapat dicegah (Prawirohardjo, 2002). Oleh karena itulah
pemerintah mengeluarkan program dan kebijakan teknis, yaitu setidaknya dilakukan 4x
kunjungan masa nifas untuk menilai setatus ibu dan BBL, dan untuk mencegah,
mendeteksi menangani masalah-masalah yang terjadi, salah satunya masalah yang
dipantau pada ibu nifas adalah involusi uteri. Involusi uteri merupakan suatu proses
dimana uterus kembali kekondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram
(Ambarwati,dkk, 2009).
Pengobatan tradisional merupakan salah satu pengobatan yang masih banyak
dilakukan oleh masyarakat. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), sebanyak 80%
dari total populasi di benua Asia dan Afrika bergantung pada pengobatan tradisional.
WHO juga telah mengakui pengobatan tradisional dapat mengobati berbagai jenis
penyakit infeksi, penyakit akut, dan penyakit kronis (Yuningsih, 2012).
Perempuan suku Buton mempunyai tradisi pengobatan tradisional dalam
perawatanmasa nifas yang sering dikenal masyarakat dengan nama Lancau Wolio.
Lancau dalam bahasa Buton mempunyai arti obat sedangkan Wolio berarti wolio. Jika
diterjemahkan secara harfiah Lancau Wolio berarti obat Wolio,yaitu suatu ramuan
tradisional untuk perawatan ibu nifas. Ramuan ini sudah digunakan oleh perempuan
Buton dalam masa nifas secara turun temurun sejak nenek moyang suku Buton.
Lancau Wolio dibuat dengan memanfaatkan umbi, batang, dan akar dari 40 jenis
tanaman, diantara beberapa tanaman yang digunakan dalam pembuatan lancau wolio,
yaitu : alang-alang dan gingseng jawa yang dimanfaatkan akarnya. Kemudian kayu
jawa, jarak, sambung nyawa, bangle, dan kayu kuning yang dimanfaatkan batangnya.
Tanaman yang dimanfaatkan kulit batangnya, yaitu : asam jawa, jambu biji, kusambi,
dan kecapi. Serta tanaman yang dimanfaatkan umbinya, yaitu ; paku uban. Seluruh
bahan ini dipercaya bekhasiat mempercepat involusio uteri dan pemulihan kondisi ibu
selama masa nifas meliputi peningkatan produksi ASI, mempercepat penyembuhan
luka bekas implantasi plasenta di uterus maupun luka bekas jahitan perineum dan bekas
operasi serta membuat tubuh ibu kembali sehat bugar dan cepat terjadi penurunan berat
badan sehingga kondisi tubuh kelihatan langsing.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, SAP ini dibuat agar dapat memberikan
penyuluhan kepada masyarakat terkait pemanfaatan tanaman lancau wolio
terhadap involusi uterus ibu dan kecantikan pada ibu nifas
b. Tujuan Khusus :
1. Untuk Mengetahui Dan Memahami Pengertian involusi uterus
2. Untuk Mengetahui Dan Memahami Faktor-faktor yang mempengaruhi proses
involusi uterus ibu
3. Untuk Mengetahui Dan Memahami Terapi Tradisional
4. Untuk Mengetahui Dan Memahami tanaman lancau wolio
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara penggunaan lancau wolio terhadap
involusi ibu dan masa nifas
C. Metode :
Ceramah, diskusi dan tanya jawab

D. Media :
Power Point (PPT), dan Poster

E. Waktu dan Tempat :


Hari/tanggal : 15 November 2021
Jam : 09.00- 10.00 WIB
Tempat : Rumah Sakit RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru

F. Pengorganisasian :
1. Leader : Azzahrotul Humaira
2. Co-leader : Sopia Mulida
3. Fasilitator : Poppy Rafita
4. Observer : Syafira Intantry
 Pembagian Tugas
1) Leader
- Mengkoordinasikan seluruh kegiatan
- Memimpin jalannya penyuluhan pemanfaatan tanaman lancau
wolio dari awal hingga berakhirnya terapi
- Membuat suasana agar lebih tenang dan kondusif
2) Co-leader
- Membantu leader mengkoordinasikan seluruh kegiatan
- Mengingatkan leader jika kegiatan yang menyimpang
- Membantu memimpin jalannya kegiatan
- Mengantikan leader jika terhalang tugas
3) Fasilitator
- Memotivasi masyarakat agar dapat kooperatif dalam penyuluhan
yang akan dilakukan
- Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
- Fasilitator bertugas sebagai pemandu dan memotivasi
masyarakat agar dapat kooperatif dalam penyuluhan yang akan
dilakukan
- Membimbing masyarakat selama penyuluhan berlangsung
4) Obsever
- Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan
waktu, tempat, serta proses jalannya terapi
- Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok

G. Setting/Tempat : (Gambar/Denah Ruangan)

Keterangan :

Keterangan :

: Leader : Fasilitator : co-leader

H. Kegiatan Penyuluhan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1 5 Menit Pembukaan : Menjawab salam


a. Salam pembuka
b. Perkenalan
c. Menjelaskan tujuan dari
pertemuan
2 10 Menit Penyampaian materi Memperhatikan dan mendengarkan

3 5 Menit Penutup Memperhatikan dan menjawab


a. Menyimpulkan materi salam
bahasan yang telah
disampaikan
b. Memberikan motivasi peserta
penyuluhan untuk
menerapkan tanaman lancau
wolio sebagai terapi
tradisional untuk involusi
uterus ibu dan estetika
kecantikan ibu selama masa
nifas
c. Salam penutup

I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Yang diharapkan :
- Perlengkapan yang digunakan lengkap
- Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik dan lancar
2. Evaluasi Proses
Yang diharapkan :
- Penyuluhan tanaman lancau wolio dapat berjalan dengan baik
- Masyarakat dapat mengikuti penyuluhan tanaman lancau wolio dengan baik dan
kooperatif
- Semua anggota dapat bekerja sama sesuai dengan tugas masing-masing
3. Evaluasi Hasil
Yang diharapkan :
- Involusi ibu kembali normal setelah dilakukan penyuluhan penggunaan tanaman
lancau wolio
- Masyarakat merasa nyaman
- Masyarakat dapat mengikuti kegiatan dengan baik
Materi Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

1. Pengertian Involusi Uterus


Involusi adalah perubahan retrogresif pada uterus yang menyebabkan berkurangnya
ukuran uterus,involusi puerperium dibatasi pada uterus dan apa yang terjadi pada organ
dan struktur lain hanya dianggap sebagai perubahan puerperium (Varney's, 2004).
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus ( Ambarwati dan Wulandari, 2008 ).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus diantaranya :


a. Senam nifas
merupakan senam yang dilakukan pada ibu yang sedang menjalani masa nifas.
Tujuan senam : mempercepat pemulihan kondisi tubuh ibu setelah melahirkan,
mencegah komplikasi yang mungkin terjadi selama masa nifas, memperkuat otot
perut, otot dasar panggul, dan memperlancar sirkulasi pembuluh darah , membantu
memperlancar terjadinya proses involusi uteri.
b. Mobilisasi dini ibu post partum
Merupakan suatu gerakan yang dilakukan bertujuan untuk merubah posisi semula
ibu dari berbaring , miring-miring, duduk sampai berdiri sendiri setelah beberapa
jam melahirkan. Tujuan memperlancar pengeluaran lochea(sisa darah nifas),
mempercepat involusi, melancarkan fungsi organ gastrointestinal dan organ
perkemihan, memperlancar peredaran sirkulasi darah .
c. Menyusui dini
Menyusui dini merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya. Proses involusi
uteri karena dengan memberikan Air Susu Ibu kepada bayi segera setelah
melahirkan sampai satu jam pertama, memberikan efek kontraksi pada otot polos
uterus .
d. Gizi
Merupakan proses organisme dengan menggunakan makanan yang dikonsumsi,
secara normal melalui proses digesti, transportasi, penyimpanan metabolisme dan
pengeluaran zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ- organ, serta menghasilkan energi
(Arisman,2004).
e. Psikologis
Terjadi pada pasien post partum blues merupakan perubahan perasaan yang dialami
ibu saat hamil sehingga sulit menerima kehadiran bayinya. Ditinjau dari faktor
hormonal ,kadar estrogen, progesteron, prolactin, estriol yang terlalu tinggi maupun
terlalu rendah. Kadar estrogen yang rendah pada ibu post partum memberikan efek
supresi pada aktifitas enzim mono amineoksidase yaitu enzim otak yang bekerja
menginaktifkan baik nor adrenalin maupun serotinin yang memberikan efiek pada
suasana hati dan kejadian depresi pada ibu post partum.
f. Faktor usia
Elastisitas otot uterus pada usia lebih 35 tahun keatas berkurang.
g. Faktor paritas
Ukuran uterus primipara dan multipara juga mempengaruhi proses berlangsungnya
involusi uterus ( Hanifa,2002) dan (Ambarwati & Wulandari,2008 ).

3. Pengertian Terapi Tradisional


Terapi tradisonal adalah metode pengobatan yang digunakan dalam masyarakat
sejak jaman dahulu yang diturunkan dan dikembangkan secara bertahap dari generasi
kegenerasi berdasarkan tingkat pemahaman manusia terhadap pengetahuan dari masa ke
masa. Terapi komplementer yang saat ini populer dan dipercaya masyarakat untuk
mengobati hipertensi yaitu terapi bekam (Ekawati, 2016).

4. Tanaman Lancau Wolio


Lancau dalam bahasa Buton mempunyai arti obat sedangkan Wolio berarti wolio.
Jika diterjemahkan secara harfiah Lancau Wolio berarti obat Wolio, yaitu suatu ramuan
tradisional untuk perawatan ibu nifas. Ramuan ini sudah digunakan oleh perempuan
Buton dalam masa nifas secara turun temurun sejak nenek moyang suku Buton.
Lancau Wolio dibuat dengan memanfaatkan umbi, batang, dan akar dari 40 jenis
tanaman, diantara beberapa tanaman yang digunakan dalam pembuatan lancau wolio,
yaitu : alang-alang dan gingseng jawa yang dimanfaatkan akarnya. Kemudian kayu jawa,
jarak, sambung nyawa, bangle, dan kayu kuning yang dimanfaatkan batangnya. Tanaman
yang dimanfaatkan kulit batangnya, yaitu : asam jawa, jambu biji, kusambi, dan
kecapi. Serta tanaman yang dimanfaatkan umbinya, yaitu ; paku uban. Seluruh bahan ini
dipercaya bekhasiat mempercepat involusio uteri dan pemulihan kondisi ibu selama masa
nifas meliputi peningkatan produksi ASI, mempercepat penyembuhan luka bekas
implantasi plasenta di uterus maupun luka bekas jahitan perineum dan bekas operasi
serta membuat tubuh ibu kembali sehat bugar dan cepat terjadi penurunan berat badan
sehingga kondisi tubuh kelihatan langsing.

5. Cara Penggunaan Lancau Wolio


Berdasarkan bentuknya, terdapat beberapa jenis jamu atau ramuan lancau wolio yang
digunakan ibu selama nifas. Yaitu jamu serbuk dan jamu cair. contoh jamu serbuk adalah
Jamu galohgor adalah jamu habis bersalin yang diproduksi secara tradisional dan terbuat
dari berbagai jenis ramuan (lancau wolio) seperti daun-daunan, akar-akaran rimpang dan
batang pohon yang dikeringkan kemudian ditambah dengan biji-bijian. Semua disangrai
kemudian dihaluskan sehingga diperoleh jamu dalam bentuk serbuk. Manfaat yang
banyak dirasakan setelah mengkonsumsi jamu galohgor adalah kebugaran tubuh dan
penyembuhan rahim yang dinyatakan oleh masing-masing sebesar 30,4%. Jamu galohgor
umumnya dikonsumsi langsung oleh contoh tanpa diseduh terlebih dahulu.
Penggunaannya pun tidak mengenal waktu artinya bisa dikonsumsi kapanpun.
Sedangkan jamu cair contohnya adalah jamu seduhan. Jamu seduhan terbuat dari
berbagai macam tanaman obat berupa daun-daunan dan rimpang yang digunakan secara
obat yang tunggal atau campuran. Tanaman berupa daun langsung diseduh dengan air
panas dan air seduhannya diminum. Sedangkan yang berupa rimpang harus diparut
terlebih dahulu, kemudian diseduh dengan air panas. Sebagian besar jamu seduhan yang
dikonsumsi dibuat sendiri oleh contoh. Tanaman obat yang banyak digunakan oleh
contoh dalam pembuatan jamu seduhan adalah jawer kotok (Coleus scutella roides
BENTH), daun sembung (Blumea balsamifera DC) dan daun sirih (Piper betle LINN).
DAFTAR PUSTAKA

Anita, A., & Ernawati, S. (2020). Efektifitas Pemberian Obat Tradisional Lancau Wolio
Terhadap Involusi Uterus Dan Estetika Kecantikan Pada Ibu Nifas Di Kota Baubau.
Journal Of Healthcare Technology And Medicine, 6(2), 666-677.

Fairus, M. (2017). Faktor-faktor yang berhubungan dengan involusi uterus pada ibu post
partum di wilayah kerja puskesmas Ketapang Lampung Utara. Jurnal Kesehatan
Metro Sai Wawai, 7(2), 1-7.

Paryono, P., & Kurniarum, A. (2014). Kebiasaan konsumsi jamu untuk menjaga kesehatan
tubuh pada saat hamil dan setelah melahirkan di desa Kajoran Klaten Selatan.
Interest: Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(1).

Subu, M. A. (2015). Pemanfaatan Terapi Tradisional dan Alternatif oleh Penderita Gangguan
Jiwa. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 3(3).

Anda mungkin juga menyukai