Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perawatan Paliatif merupakan pendekatan yang efektif  bagi pasien
yang penyakitnya tidak dapat disembuhkan, bertujuan untuk mengurangi
penderitaan dan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarganya dengan
mengantisipasi masalah yang mungkin timbul dan meminimalkan dampak
dari progresifitas penyakit sehingga pasien dapat berfungsi semaksimal
mungkin sesuai dengan kondisinya sebelum akhirnya meninggal. Pada saat
pengobatan kuratif belum mampu memberikan kesembuhan yang diharapakan
dan usaha preventif baik primer maupun sekunder belum terlaksana dengan
baik sehingga sebagian besar pasien ditemukan dalam stadium lanjut,
perawatan paliatif sudah semestinya menjadi satu satunya layanan fragmatis
dan jawaban yang manusiawi bagi mereka yang menderita akibat penyakit-
penyakit tersebut di atas. Di Indonesia, Perawatan paliatif  telah dituangkan ke
dalam Sistem Kesehatan Nasional, dengan SK Menkes
No.812/Menkes/SK/VII/2007, tentang ”Kebijakan Perawatan Paliatif”. 

Untuk itu petugas kesehatan perlu mempelajari kebudayaan sebagai


upaya mengetahui dan memahami perilaku masyarakat di kebudayaan
tersebut sehingga dapat turut berperan dalam melayani pasien dengan
berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Terciptanya sebuah kebudayaan
bukan hanya dari buah pikir dan budi manusia, tetapi juga dikarenakan adanya
interaksi antara manusia dengan alam sekitarnya. Dari interaksi itulah terjadi
sebuah kebudayaan yang menyangkut lingkungan sekitar dan oleh sebab itu
pula kita mempunyai beragam kebudayaan.Perubahan kebudayaan bisa saja
terjadi akibat perubahan sosial dalam masyarakat, begitu pula sebaliknya.
Manusia sebagai pencipta kebudayaan dan pengguna kebudayaan, oleh karena
itu kebudayaan akan selalu ada jika manusia pun ada.

2. Tujuan

a. Untuk memahami konsep Paliatif Care


b. Untuk memahami Paliatif Care dari segi sosial budaya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Paliatif Care


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah, yang berhubungan dengan
penyakit yang dapat mengancam jiwa , melalui pencegahan dan peniadaan
melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan
masalah-masalah lain,fisik,psikososial dan spiritual (WHO,2002)
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga mereka dalam menghadapi masalah yang terkait dengan
penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan,penilaian sempurna dan
pengobatan rasa sakit masalah lain, fisik, psikososial, dan spiritual (kemenkes RI
no.812,2007)
Perawatan paliatif memiliki fokus pada peredaman rasa sakit, gejala serta
stress akibat penyakit kritis .Ini merupakan perawatan medis yang dapat
membantu meminimalisir penderitaan serta meningkatkan kualitas hidup pasien
yang mengalami penyakit kritis yang mengancam keberlangsungan hidup
pasien.Perawatan paliatif mencakup perawatan holistic bagi pasien dan
keluarganya serta pemberian informasi terkini tentang kondisi pasien.

B. Tinjauan Budaya dan Sosial Paliatif Care


1. Pengertian Sosial Budaya
Sosial Budaya terdiri dari 2 kata, yang pertama definisi sosial, menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia milik W.J.S Poerwadarminta, sosial ialah
segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat
juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum (kata sifat).
Sedangkan budaya dari kata Sans atau Bodhya yang artinya pikiran
dan akal budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan
pikiran dan akal budinya yang mengandung cipta, rasa dan karsa.Dapat
berupa kesenian, pengetahuan, moral, hukum, kepercayaan, adat istiadat
ataupun ilmu.
Kebudayaan atau disebut juga kultur merupakan keseluruhan cara
hidup manusia sebagai warisan sosial yang diperoleh individu dari
kelompoknya. Pengetahuan tentang suatu kebudayaan tertentu dapat
digunakan untuk meramalkan berbagai kepercayaan dan perilaku
anggotanya.Untuk itu petugas kesehatan perlu mempelajari kebudayaan
sebagai upaya mengetahui dan memahami perilaku masyarakat di kebudayaan
tersebut sehingga dapat turut berperan dalam melayani pasien dengan
berbagai latar belakang budaya yang berbeda. Memiliki latar belakang budaya
yang berbeda membuat seseorang unik dan memiliki kebiasaan berbeda
dengan orang lain . Contoh ritual berkabung  menurut tinjauan social dan
budaya diantaranya adalah :
a. Ritual berkabung  dari orang Irlandia adalah begadang semalaman, dimana
teman dan keluarga mengenang orang yang telah meninggal
b. Ritual berkabung ala orang Yahudi  sampai sepanjang minggu yang
dinamakan shiva, di mana pihak yang berkabung melepaskan berbagai
perasaan mereka dan membagi kenangan tentang orang yang meninggal.
c. Pada suku sabu, bila orang meninggal maka yang harus mengurusi
jenazahnya adalah para wanita, mereka mempunyai kepercayaan jika saat
dilahirkan para wanitalah yang mengurusi semua keperluan bersalin untuk
ibu dan sang calon bayi maka para wanita juga yang harus mengurusi
jenazah untuk kembali kepada sang pencipta.Bila yang meninggal laki-
laki maka akan dikenakan selendang sedangkan perempuan dikenakan
sarung. Biasanya jenazah dimakamkan di kampung halaman tetapi bila
tidak memungkinkan maka harus dibawa pulang rambut dan pakaian dari
almarhum/almarhumah. Untuk di makamkan di kampung halaman. Cara
pemakamannya juga sama seperti pemakaman biasanya hanya rambut dan
pakaian sebagai pengganti dari jenazahnya.
d. Pada Suku Toraja
Rambu solo adalah upacara adat kematian masyarakat Tanah Toraja yang
bertujuan untuk menghormati dan menghantarkan arwah orang yang
meninggal dunia menuju alam Roh. Upacara ini sering juga disebut upaca
penyempurnaan kematian karena orang yang meninggal baru dianggap
benar-benar meninggal setelah seluruh prosesi acara ini digenapi. Jika
belum maka orang yang meninggal tersebut hanya diangggap sebagai
orang sakit atau lemah,sehingga ia tetap di berlakukan seperti halnya
orang hidup yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi hidangan bahkan
diajak bicara. Dalam masyarakat Toraja, upacara Rambu solo merupakan
ritual yang paling penting dan biayanya cukup mencengangkan.sebuah
acara pemakaman bisa mencapai 4 sampai 5 milyaran rupiah.
Upacar pemakaman ini terkadang baru digelar setelah berminggu-
minggu,berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang
bersangkutan dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat
mengumpulkan cukup uang untuk membiayai acara pemakaman yang
terbilang fantastis.
e. Upacara Kematian (Ammateang) dalam Adat Bugis Makassar merupakan
upacara yang dilaksanakan masyarakat Bugis Makasar saat ada seseorang
dalam suatu kampung meninggal, maka keluarga, kerabat dekat maupun
kerabat jauh, juga masyarakat sekitar lingkungan rumah orang yang
meninggal itu berbondong – bondong menjenguknya. Pelayat yang hadir
biasanya membawa sidekka (Sumbangan kepada keluarga yang
ditinggalkan) berupa barang atau kebutuhan untuk mengurus mayat.
Mayat belum mulai diurus seperti dimandikan sebelum semua anggota
terdekatnya hadir. Nanti keluarga terdekatnya hadir semua, barulah mayat
dimandikan, yang umumnya dilakukan oleh orang-orang tertentu yang
memang biasa memandikan mayat atau oleh anggota kelurganya sendiri.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan ketika memandikan mayat, yaitu
pajenekang (menyiramkan air ke tubuh mayat diiringi pembacaan do’a
dan tahlil), pasuina (menggosok bagian-bagian tubuh mayat), Pabbisina
(membersihkan anus dan kemaluan mayat yang biasa dilakukan oleh salah
seorang anggota keluarga seperti anak,adik atau oleh orang tuanya) dan
pamaralui (menyiramkan air mandi terakhir sekaligus mewudhukan
mayat). Orang – orang yang bertugas tersebut diberikan pappasidekka
(sedekah) berupa pakaian si mayat ketika hidupnya lengkap dengan
sarung, baju, celana, dan lain sebagainya. Mayat yang telah selesai
dimandikan kemudian dikafani dengan kain kaci oleh keluarga
terdekatnya. Setelah itu imam dan beberapa pengikutnya
menyembahyangkan mayat menurut aturan Islam
f. Pada nilai keyakinan Spiritual : individu yang beragama Katolik, Kristen
dan Islam meyakini bahwa seseorang yang telah meninggal dunia akan
mempunyai kehidupan lain sesuai dengan amal baktinya selama ia hidup
di dunia ( di neraka atau Surga ), dan doa dari anggota keluarga atau dari
kerabat yang masih hidup akan membantu mengantarkan almarhum ke
kehidupannya di alam baka, selain itu dianjurkan untuk tidak membebani
“perjalanannya” dengan meneteskan airmata pada jasadnya. Sedangkan
individu yang beragama Hindu dan Budha, meyakini juga ada kehidupan
lain di alam baka dan kemungkinan akan reinkarnasi. Keyakinan setiap
individu sesuai dengan spiritualnya akan mempengaruhi juga reaksi
berdukanya. Semakin kuat imannya, semakin positif reaksi berdukanya.

Berbagai kebiasaan yang bervariasi ini membantu orang-orang di


lingkungan tempat mereka berada untuk mendapati kematian dan kehilangan
melalui makna budaya yang dipahami dengan baik.Berbagai kebiasaan
menyangkut pengaturan dan mengenang kematian, pengalihan hak milik,
dan bahkan ekspresi berduka, sangat bervariasi dari satu budaya ke budaya
yang lain, dan sering kali diatur oleh perintah agama atau hukum yang
mencerminkan pandangan masyarakat mengenai apa yang dimaksud dengan
kematian dan apa yang terjadi setelahnya.

2. Beberapa pandangan budaya tentang kematian dari segi agama


a. Agama Katolik
Dalam ajaran agama Katolik Roma mati itu hanya suatu perpisahan untuk
waktu sementara. Setelah kematian akan muncul kehidupan yang abadi
dan Tuhan.Tuhan itu baik hati dan mengampuni semua dosa dan
kesalahan. Seorang katolik yang baik tidak usah takut menghadapi
kematian, karena setelah kematian akan ada kehidupan yang lebih baik.
Yang penting dalam untuk seorang pasien Katolik adalah bahwa ia
memperoleh kesempatan untuk Sakramen orang sakit, yang juga
dinamakan Pembalseman orang sakit.

b. Dalam agama Protestan, terdapat berbagai perbedaan pandangan terhadap


penyakit dan kematian. Contoh:
1) Penyakit dan kematian adalah sebagai akibat dari dosa Adam.
Seseorang dengan sadar harus memilih Tuhan, dan dapat mengetahui
dan merasa bahwa ia dapat masuk dalam kerajaan Allah setelah ia
meninggal.
2) Penyakit adalah suatu penguasaan iblis atas diri kita dan melalui doa
diusahakan agar iblis itu keluar.
3) Penyakit adalah suatu hukuman yang dijalani manusia karena
kesalahannya.
c. Agama Islam
Penyakit dalam agama Islam adalah suatu gangguan keseimbangan
sebagaimana yang dimaksud oleh Allah.Sebab-sebab dari gangguan ini
dapat dicari baik dalam kekuatan yang meguasai alam semesta maupun
yang berasal dari kuasa-kuasa manusia. Kematian bagi orang-orang islam
berarti suatu pemindahan dari kehidupan karena suatu situasi menuggu
sampai akhir zaman. Dan pada saat itu akan tiba masa pengadilan bagi
semua orang. Orang islam pada saat pengadilan itu boleh percaya akan
kebaikan-kebaikan Allah. Orang islam percaya bahwa di dalam kuburan
akan datang dua malaikat yang akan menanyakan masalah
kepercayaannya.

d. Agama Hindu dan Budha


Bagi orang-orang yang beragama Hindu dan Budha dikatakan bahwa
penyakit adalah akibat dari dewa-dewa yang marah atau kuasa-kuasa
yang lain.Penyakit harus dihindari dan dilawan dengan cara membawa
persembahan-persembahan bahan melalui pembacaan mantera. Setelah
kematian maka manusia akan kembali muncul di bumi baik dalam bentuk
manusia atau binatang (reinkarnasi), sampai rohnya menjadi sempurna.

3. Budaya dan Keyakinan dalam Perawatan Jenazah


Setiap masyarakat memiliki beragam budaya dan keyakinan dalam
merawat jenazah di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Kristen
Jika pasien kristen meninggal:
1) Ritual sangat beragam diantara kelompok mungkin memberikan
komunio terakhir
2) Memilih penguburan daripada kremasi
b. Muslim
Jika pasien muslim meninggal
1) Setelah kematian, tubuh dianggap sebagai milik Allah.
2) Menempatkan tubuh harus menghadap Mekkah (Timur) dan kepala
harus berbalik ke arah bahu kanan sebelum rigor mortis.
3) Menyisir rambut, meluruskan tungkai, menghapus peralatan dan
menutupi tubuh pasiendengan kain putih
4) Pos pemeriksaan mayat hanya dibolehkan jika hukum memerlukan
itu.
5) Umat Islam selalu dikubur dalam waktu 24 jam dari kematian

c. Hindu
Jika pasien hindu meninggal:
1) Putar tempat tidur sehingga kepala pasien menghadap India (Timur)
2) Bernyanyi,berdoa, dan dupa adalah bagian dari ritual
3) Berikan abu suci kekening pasien dan berikan tetesan air suci dari
sungai Gangga kemulut pasien sampai habis.
4) Anggota keluarga yang berjenis kelamin sama dengan pasien
mempersiapkan mayat setelah kematian.

d. Budha
Berikan tempat yang tenang untuk meninggal jadi pasien dapat
menggunakan pikiran yang sehat dan berusaha mengingat kembali
kenangan yang baik pada masa lalu.
DAFTAR PUSTAKA

 WHO,2002

Kemenkes RI no.812,2007

Http://agus-prayogi./2013/04/medikolegal-dalam-perawatan-paliatif.html.diakses
tanggal 28 oktober 2017

Https://www.slideshare.net/lieyangelo/palliative-care-34945825diakses tanggal 28
oktober 2017

Https://qonyanakbali./2013/01/askep-pada-pasien-menjelang-ajal.html. diakses
tanggal 29 oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai