Anda di halaman 1dari 10

ASKEP MENINGIOMA

BAB I
PENDAHULUAN

MENINGIOMA

1.1 Latar Belakang


Meningioma adalah tumor pada meningens, yang merupakan selaput pelindung yang
melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di
bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisfer otak di semua
lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat jinak (benign), sedangkan meningioma
malignan jarang terjadi.
Meningioma merupakan neoplasma intrakranial nomor 2 dalam urutan frekuensinya yaitu
mencapai angka 20%. Meningioma lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria
terutama pada golongan umur antara 50-60 tahun dan memperlihatkan kecenderungan
untuk ditemukan pada beberapa anggota di satu keluarga. Korelasinya dengan trauma
kapitis masih dalam pencarian karena belum cukup bukti untuk memastikannya. Pada
umumnya meningioma dianggap sebagai neoplasma yang berasal dari glioblas di sekitar
vili arachnoid. Sel di medulla spinalis yang sebanding dengan sel tersebut ialah sel yang
terletak pada tempat pertemuan antara arachnoid dengan dura yang menutupi radiks.1
Tempat predileksi di ruang kranium supratentorial ialah daerah parasagitalis. Yang terletak
di krista sphenoid, parasellar, dan baso-frontal biasanya gepeng atau kecil bundar. Jika
meningioma terletak infratentorial, kebanyakan didapati di samping medial os petrosum di
dekat sudut serebelopontin. Meningioma spinalis mempunyai kecenderungan untuk memilih
tempat di bagian T.4 sampai T.8. Meningioma yang bulat sering menimbulkan penipisan
pada tulang tengkorak sedangkan yang gepeng justru menimbulkan hyperostosis.1
Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen dan dapat menimbulkan
manifestasi klinis yang sangat bervariasi sesuai dengan bagian otak yang terganggu.
Sekitar 40% meningioma berlokasi di lobus frontalis dan 20% menimbulkan gejala sindroma
lobus frontalis. Sindroma lobus frontalis sendiri merupakan gejala ketidakmampuan
mengatur perilaku seperti impulsif, apati, disorganisasi, defisit memori dan atensi, disfungsi
eksekutif, dan ketidakmampuan mengatur mood.

Dalam makalah ini akan dibicarakan gambaran radiologi beruapa foto polos, CT scan, MRI,
angiografi dan USG sebagai pemeriksaan penunjang untuk menegakkan penyakit
meningioma.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Pengertian
Tumor otak adalah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA,
Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000)
Tumor otak adalah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak (buku
ajar patofisiologi)
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas
(maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum
tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat
berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu
sendiri, disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti
; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.

2.1. Epidemiologi dan Insidensi


Tumor ini mewakili 20% dari semua neoplasma intrakranial dan 12 % dari semua tumor
medulla spinalis. Meningioma biasanya jinak, tetapi bisa kambuh setelah diangkat. Tumor
ini lebih sering ditemukan pada wanita dan biasanya muncul pada usia 40-60 tahun, tetapi
tidak tertutup kemungkinan muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia yang lebih
lanjut.Paling banyak meningioma tergolong jinak (benign) dan 10 % malignan. Meningioma
malignant dapat terjadi pada wanita dan laki-laki,meningioma benign lebih banyak terjadi
pada wanita.
2.2. Etiologi
Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun beberapa teori telah
diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang meyebabkan
timbulnya meningioma. Para peneliti sedang mempelajari beberapa teori tentang
kemungkinan asal usul meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiomas berisi
kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan
gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik.
Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat berkembang
menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi
gen yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma .
Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan tumor. Penyebab kelainan ini
tidak diketahui. Meningioma juga sering memiliki salinan tambahan dari platelet diturunkan
faktor pertumbuhan (PDGFR) dan epidermis reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang
mungkin memberikan kontribusi pada pertumbuhan tumor ini. Sebelumnya radiasi ke
kepala, sejarah payudara kanker, atau neurofibromatosis tipe 2 dapat risiko faktor untuk
mengembangkan meningioma. Multiple meningioma terjadi pada 5% sampai 15% dari
pasien, terutama mereka dengan neurofibromatosis tipe 2. Beberapa meningioma memiliki
reseptor yang berinteraksi dengan hormon seks progesteron, androgen, dan jarang
estrogen. Ekspresi progesteron reseptor dilihat paling sering pada meningioma yang jinak,
baik pada pria dan wanita. Fungsi reseptor ini belum sepenuhnya dipahami, dan demikian,
sering kali menantang bagi dokter untuk menasihati pasien perempuan mereka tentang
penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu meningioma. Meskipun peran tepat
hormon dalam pertumbuhan meningioma belum ditentukan, peneliti telah mengamati
bahwa kadang-kadang mungkin meningioma tumbuh lebih cepat pada saat kehamilan.2,3

2.3. Anatomi
Meningen adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus enchepalon dan medulla
spinalis. Terdiri dari duramater, arachnoid dan piamater, yang letaknya berurutan dari
superficial ke profunda. Bersama-sama,araknoid dan piamater disebut leptomening.4

Duramater terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna putih, terdiri dari lamina
meningialis dan lamina endostealis. Pada medulla spinalis lamina endostealis melekat erat
pada dinding kanalis vertebralis, menjadi endosteum (periosteum), sehingga di antara
lamina meningialis dan lamina endostealis terdapat spatium extraduralis (spatium
epiduralis) yang berisi jaringan ikat longgar, lemak dan pleksus venosus. Antara dura mater
dan archnoid terdapat spatium subdurale yang berisi cairan limfe. Pada enchepalon lamina
endostealis melekat erat pada permukaan interior kranium, terutama pada sutura, basis
krania dan tepi foramen occipitale magnum. Lamina meningialis mempunyai permukaan
yang licin dan dilapisi oleh suatu lapisan sel, dan membentuk empat buah septa, yaitu:4
1. Falx cerebri
2. Tentorium cerebella
3. Falx cerebella
4. Diaphragm sellae
Arachnoid bersama-sama dengan pia mater disebut leptomeningens. Kedua lapisan ini
dihubungkan satu sama lain oleh trabekula arachnoideae. Arachniod adalah suatu selubung
tipis, membentuk spatium subdurale dengan dura mater. Antara archnoid dan pia mater
terdapat spatium subarachnoideum yang berisi liquor cerebrospinalis. Arachnoid yang
membungkus basis serebri berbentuk tebal sedangkan yang membungkus facies superior
cerebri tipis dan transparant. Arachnoid membentuk tonjolan-tonjolan kecil disebut
granulation arachnoidea, masuk kedalam sinus venosus, terutama sinus sagitallis
superior.4
Lapisan disebelah profunda, meluas ke dalam gyrus cerebri dan diantara folia cerebri.
Membentuk tela chorioidea venticuli. Dibentuk oleh serabut-serabut reticularis dan elastic,
ditutupi oleh pembuluh-pembuluh darah cerebral. Pia terdiri dari lapisan sel mesodermal
tipis seperti endothelium. Berlawanan dengan arachnoid, membrane ini ini menutupi semua
permukaan otak dan medulla spinalis.
2.4. Patofisiologi
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologik progresif. Gangguan neurologik pada
tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal disebebkan
oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya
bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai gejala perunahan kepekaan neuron dihubungkan dengan
kompesi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Bebrapa tumor membentuk
kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat ganggguan
neurologist fokal.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya
massa dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan
serebrospinal.
Beberapa tumor dapat menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang
disebabkan oleh kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intracranial dan meningkatkan tekanan intracranial. Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal
dari ventrikel lateral ke ruangan subaraknoid menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intracranial akan membahayakan jiwa. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu lama untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tak berguna apabila
tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intracranial,
volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim,
kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi unkus atau serebelum yang
timbul bilagirus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh
massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensenfalon, menyebabkan hilangnya
kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Kompresi medula oblogata dan henti
pernafasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologi lain terjadi akibat peningkatan intracranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi), dan gangguan
pernafasan.

2.5. Klasifikasi
WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor yang telah diketahui,
termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan melalui tipe sel dan derajat pada hasil biopsi
yang dilihat di bawah mikroskop. Penatalaksanaannya pun berbeda-beda di tiap
derajatnya.7
a. Grade I
Meningioma tumbuh dengan lambat, jika tumor tidak menimbulkan gejala, mungkin
pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara periodik. Jika tumor
semakin berkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala, kemudian
penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan. Kebanyakan meningioma grade I diterapi
dengan tindakan bedah dan observasi yang berkelanjutan. 7

b. Grade II
Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih cepat
dibandingkan dengan grade I dan juga mempunyai angka kekambuhan yang lebih tinggi.
Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini. Meningioma grade II biasanya
membutuhkan terapi radiasi setelah pembedahan.7
c. Grade III
Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma malignan atau
meningioma anaplastik. Meningioma malignan terhitung kurang dari 1 % dari seluruh
kejadian meningioma. Pembedahan adalah penatalaksanaan yang pertama untuk grade III
diikuti dengan terapi radiasi. Jika terjadi rekurensi tumor, dapat dilakukan kemoterapi.7
Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtipe berdasarkan lokasi dari tumor8 :
a. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx adalah selaputyang
terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan kanan. Falx cerebri
mengandung pembuluh darah besar. Parasagital meningioma terdapat di sekitar falx.
b. Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada permukaan atas otak.
c. Meningioma Sphenoid (20%) Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah belakang
mata. Banyak terjadi pada wanita.
d. Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang menghubungkan
otak dengan hidung.
e. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan bawah bagian
belakang otak.
f. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah kotak pada
dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitari.
g. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang berumur antara
40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pda medulla spinbalis setingkat thorax dan dapat
menekan spinal cord. Meningioma spinalis dapat menyebabkan gejala seperti nyeri
radikuler di sekeliling dinding dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai.
h. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang paa atau di sekitar mata
cavum orbita.
i. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi cairan di seluruh
bagian otak.
2.6. Diagnosa
Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan tumor pada otak dan
medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus (disebabkan oleh terganggunya fungsi normal
dari bagian khusus dari otak atau tekanan pada nervus atau pembuluh darah). Secara
umum, meningioma tidak bisa didiagnosa pada gejala awal.
Gejala umumnya seperti
· Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau pada pagi hari.
· Perubahan mental
· Kejang
· Mual muntah
· Perubahan visus, misalnya pandangan kabur.
Gejala dapat pula spesifik terhadap lokasi tumor :
· Meningioma falx dan parasagittal : nyeri tungkai
· Meningioma Convexitas : kejang, sakit kepala, defisit neurologis fokal, perubahan status
mental
· Meningioma Sphenoid : kurangnya sensibilitas wajah, gangguan lapangan pandang,
kebutaan, dan penglihatan ganda.
· Meningioma Olfactorius : kurangnya kepekaan penciuman, masalah visus.
· Meningioma fossa posterior : nyeri tajam pada wajah, mati rasa, dan spasme otot-otot
wajah, berkurangnya pendengaran, gangguan menelan, gangguan gaya berjalan,
· Meningioma suprasellar : pembengkakan diskus optikus, masalah visus
· Spinal meningioma : nyeri punggung, nyeri dada dan lengan
· Meningioma Intraorbital : penurunan visus, penonjolan bola mata
· Meningioma Intraventrikular : perubahan mental, sakit kepala, pusing

2.7. Pemeriksaan Radiologi


Umumnya pada banyak pasien, tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan radiografi.
Foto polos kepala dapat memberikan gambaran kalsifikasi karena ada meningioma pada
dasar tulang kepala dengan bentuk yang konveks. Meningioma dapat mengakibatkan
reaktif hyperostosis yang tidak berhubungan dengan ukuran tumor. Osteolisis jarang
mengakibatkan meningioma yang jinak dan malignan.
Pemeriksaan foto polos kepala sebagai penunjang penyaki meningioma masih memiliki
derajat kepercayaan yang tinggi. Gambaran yang sering terlihat plak yang hyperostosis,
dan bentuk sphenoid , dan pterion.
Kalsifikasi tanpa adanya tumor pada foto polos kepala dapat menunjukkan hasil false-
negatif pada meningioma. Banyak pasien dengan meningioma otak dapat ditegakkan
secara langsung dengan menggunakan CT atau MRI.
a. Foto polos Otak
Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada foto polos. Foto
polos diindikasikan untuk tumor pada meninx. Tampak erosi tulang dan dekstruksi sinus
sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada tulang tengkorak. Pembesaran pembuluh darah
meninx menggambarkan dilatasi arteri meninx yang mensuplai darah ke tumor. Kalsifikasi
terdapat pada 20-25% kasus dapat bersifat fokal maupun difus.

b. Computed Tomography (CT scan)


CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling banyak meningioma.
Tampak gambaran isodense hingga hiperdense pada foto sebelum kontras, dan gambaran
peningkatan densitas yang homogen pada foto kontras. Tumor juga memberikan gambaran
komponen kistik dan kalsifikasi pada beberapa kasus. Udem peritumoral dapat terlihat
dengan jelas. Perdarahan dan cairan intratumoral sampai akumulasi cairan dapat terlihat.
CT-scan memiliki kelebihan untuk menggambarkan meningioma. Invasi sepanjang dura
serebri sering muncul akibat provokasi dari respon osteoblas, yang menyebabkan
hiperostosis. Gambaran CT-scan paling baik untuk menunjukkan kalsifikasi dari
meningioma; dapat dilihat pada gambar-gambar berikut. The CT nature of the calcification
may be nodular, fine and punctate, or dense. Penelitian histologi membuktikan bahwa
proses kalsifikasi > 45% adalah meningioma.

Gambar 1.
Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan meningioma fossa media. Massa
kalsifikasi melekat pada anterior tulang petrous kanan. Terlihat kalsifikasi berbentuk cincin
dan punctata. Tidak terlihat adanya edema.

Gambar 2.
Dua kasus berbeda. A, B. CT-scan menunjukkan kalsifikasi meningioma dari lobus parietal.
C, D. CT-scan nonkontras potongan axial menunjukkan massa kalsifikasi yang homogeny
melekat pata tulang parietal kanan. Jaringan lunak tumor banyak terlihat pada bagian
posterior. Penyebab kalsifikasi minor lain pada hemispere serebri kiri disebabkan oleh
penyakit parasit. Gambaran MRI potongan coronal T2 menunjukkan deposit kalsium
(seperti bintang) yang dikelilingi jaringan solid. Pada kasus ini tidak terlihat edema.
CT-scan efektif menunjukkan hyperostosis, destruksi tulang, erosi pada perlekatan dura.
Hiperostosis sering terlihat 15-20% pada pasien. Lihat gambar berikut.

Gambar 3.
Meningioma otak. Gambaran CT-Scan tanpa zat kontras menunjukkan sebuah meningioma
maligna di lobus frontal yang muncul seperti massa dengan densitas tinggi. Kavitas kistik
bisa berupa nekrosis tumor, perdarahan yang lama, degenaratif kistik atau CSF yang
terjebak. Edema dan pergeseran Midline ke bagian kiri anterior juga dapat terlihat.

Gambar 4.
Meningioma otak. CT-Scan tanpa kontras menunjukkan meningioma maligna di lobus
frontal. Dapat terlihat peningkatan densitas dan massa yang homogen dan perselubungan
yang berbentuk cincin.
Brain meningioma.

Gambar 5.
Meningioma otak. Meningioma maligna pada lobus frontal. CT-scan pada frontal internal
cerebri dan gambaran diploic menunjukkan erosi dan infiltrasi tulang.
CT-scan dapat menunjukkan perdarahan tumor akut dan pelebaran pembuluh darah pada
kalvarium.
Massa yang homogeny dengan densitas yang sama mengelilingi otak dapat 25-33% adalah
meningioma. Densitas meningioma lebih tinggi disbanding otak. Meningioma dapat
menimbulkan edema yang luas, necrosis dan jarang terjadi perdarahan. Edema tidak terjadi
pada 50% pasien karena pertumbuhan yang lambat, tetapi dapat meluas. Edema lebih
dominan terjadi di lapisan white matter, dan mengakibatkan penurunan densitas. Lihat
gambar berikut.
Gambar 6.
Meningioma otak. CT-scan nonkontras menunjukkan isodensitas sphenoid-wing
meningioma. Fissura Sylvii kiri kolaps sebagian.

Gambar 7.
Meningioma Otak. CT-scan menunjukkan meningioma isodensitas spenoid. Massa
meningioma terlihat setelah diberi injeksi zat kontras secara intravena.
Brain meningioma. CT scan shows an isoattenuating sphenoid-wing meningioma. The
contrast-enhancing mass is attached to the major sphenoid wing and was demonstrated
only after the intravenous injection of contrast material. Zat kontras pada CT-Scan akan
menunjukkan tumor dengan densitas sedang sampai kuat; dapat dilihat pada gambar-
gambar dibawah.

Gambar 8.
Meningioma Otak. Meningioma pada lobus parietal. CT-scan dengan kontras menunjukkan
lingkaran, peningkatan desitas, dan massa unilobus. Perlekatan massa pada bagian dura
serebral, sehingga adanya terlihat edema yang jelas pada otak.
ganbar 9
Meningioma otak. Meningioma lobus parietal. Injeksi pada arteri meningeal media
menunjukkan adanya perkumpulan tumor. Vaskularisasi yang meningkat dapat di lihat di
posterior dari massa. Vena drainase tidak terlihat.Periperal kistik dapat mengakibatkan
cairan serebrospinal terperangkap yang dapat dilihat pada gambaran berikut.

Gambar 10.
Meningioma otak. Tentorium posterior meningioma dengan potongan coronal pada CT-scan
dengan zat kontras. Terdapat massa yang berbatas tegas dengan peningkatan densitas di
sepanjang tentorium. Penumpukan cairan serebrospinal, edema subtle, `hemodensitas, dan
dilatasi ventrikel.
Komponen-kompenen kistik pada meningioma dapat terlihat di dalam tumor atau antara
tumor dengan jaringan otak, oleh karena itu disebut CSF yang terjebak.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan untuk mengevaluasi meningioma.
MRI memperlihatkan lesi berupa massa, dengan gejala tergantung pada lokasi tumor
berada.9 Kelebihan MRI dalam memberikan gambaran meningioma adalah resolusi 3
dimensi. Kemampuan MRI untuk membedakan tipe dari jaringan ikat, kemampuan
multiplanar, dan rekonstruksi 3D. Dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 11.
Meningioma Parasagital. A. MRI nonkontras potongan sagital T1 menunjukkan massa dural
yang padat dengan invasi dan kompresi terhadap korteks parietal. B. MRI dengan zat
kontras potongan sagittal T1 menunujukkan perlekatan sebagian tumor. C. Potongan
Koronal T2 menunjukkan massa padat yang menunjukkan jaringan padat. Gambaran ini
menunjukkan meningioma fibroblastik. D. MRI potongan axial T1 dengan zat kontras
menujukkan hiperintensitas yanr terletak di sumsum tulang.

Gambar 12.
A. Nonkontras angio-MRI lateral menunjukkan oklusi sinus sagital ssuperior akibat invasi
oleh meningioma. B. MRI rekonstruksi menunjukkan obstruksi vena-venas sagital dan
memperlihatkan tumor dalam 3D.
A. Noncontrast angio-MRI on lateral view demonstrates occluded superior sagittal sinus due
to meningioma invasion. B. MRI reconstruction shows sagittal venous obstruction and 3D
appearance of the tumor.

MRI dapat memperlihatkan vaskularisasi tumor, pembesaran arteri, dan invasi sinus venos,
dan hubungan antara tumor dengan dengan sekeliilingnya.Kelebihan lain dapat melihat
area juxtasellar dan fossa posterior dan kadang dapat menunjukkan hubungan penyebaran
penyakit melalui CSF. Kemampuan multiplanar adalah kemampuan untuk
memvisualisasikan kontak tumor dengan meningen, kapsul tumor, dan kontras pada
meningeal dapat memperjelas tumor.11,12,13 Dapat dilihat pada gambar berikut.

Anda mungkin juga menyukai