Anda di halaman 1dari 112

PEMBUATAN ALAT PERAGA POMPA INJEKSI

TYPE IN LINE MERK NIPPON DENSO

TUGAS AKHIR

Oleh :

Indra Eri Saputra


NIM 13611116

KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI PERAWATAN DAN PERBAIKAN MESIN (D3)
SAMARINDA
2016
HALAMAN JUDUL

PEMBUATAN ALAT PERAGA POMPA INJEKSI


TYPE IN LINE MERK NIPPON DENSO

Diajukan sebagai persyaratan untuk memenuhi derajat Ahli Madya (Amd) pada
Pogram Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin (D3)
Jurusan Teknik Mesin
Politeknik Negeri Samarinda

Oleh :

Indra Eri Saputra


NIM 13611116

KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI PERAWATAN DAN PERBAIKAN MESIN (D3)
SAMARINDA
2016

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Indra Eri Saputra

NIM : 13611116

Jurusan : Teknik Mesin

Program Studi : Perawatan Dan Perbaikan Mesin (D3)

Jenjang : Diploma III

Judul Tugas Akhir : Pembuatan Alat Peraga Pompa Injeksi Type In Line

Merk Nippon Denso

Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya

saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya

menyatakan dengan benar.

Jika dikemudian hari terbukti ditemukan unsur plagiarism dalam Laporan

Tugas Akhir ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang

undangan yang berlaku.

Samarinda, 20 Juli 2016

INDRA ERI SAPUTRA


NIM 13611116

ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

PEMBUATAN ALAT PERAGA POMPA INJEKSI


TYPE IN LINE MERK NIPPON DENSO

NAMA : INDRA ERI SAPUTRA

NIM : 13611116

JURUSAN : TEKNIK MESIN

PROGRAM STUDI : PERAWATAN DAN PERBAIKAN MESIN

JENJANG STUDI : DIPLOMA III

Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan


pada tanggal, Juli 2016

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Suwarto, ST, MT Hasan Basri, ST, MT


NIP.19780403 200604 1 001 NIP. 19711101 199702 001

Mengesahkan :

Ketua Jurusan Teknik Mesin

Suparno, ST, MT
NIP. 19640815 199003 1 004

iii
HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI

PEMBUATAN ALAT PERAGA POMPA INJEKSI


TYPE IN LINE MERK NIPPON DENSO
NAMA : INDRA ERI SAPUTRA

NIM : 13611116

JURUSAN : TEKNIK MESIN

PROGRAM STUDI : PERAWATAN DAN PERBAIKAN MESIN

JENJANG STUDI : DIPLOMA III

Laporan Tugas Akhir ini telah diuji dan disetujui


pada tanggal, Juli 2016

Dewan Penguji :

Penguji I,
Nama : Drs. Martin Surya Putra, M.Pd
NIP : 19680317 199403 1 002 ________________________

Penguji II,
Nama : Samen Lolongan, ST,.MT
NIP : 19680710 199803 1 005 ________________________

Penguji III,
Nama : Hariadi, ST, MT
NIP : 19640214 199201 1 001 ________________________

Mengetahui:

Ketua Jurusan Teknik Mesin, Ketua Program Studi Teknik Mesin


Perawatan dan Perbaikan

Suparno, ST, MT Simon Petrus, ST, MT


NIP. 19640815 199003 1 004 NIP. 19660202 199603 1 001

iv
HALAMAN PENGESAHAN DIREKTUR

PEMBUATAN ALAT PERAGA POMPA INJEKSI


TYPE IN LINE MERK NIPPON DENSO

NAMA : INDRA ERI SAPUTRA

NIM : 13611116

JURUSAN : TEKNIK MESIN

PROGRAM STUDI : PERAWATAN DAN PERBAIKAN MESIN

JENJANG STUDI : DIPLOMA III

Laporan Tugas Akhir ini telah disahkan


Pada tanggal, Agustus 2016

Mengesahkan :

Direktur Politeknik Negeri Samarinda

Ir. H. Ibayasid, M.Sc


NIP. 19590303 198903 1 002

v
ABSTRAK

Angga Arianto, Pembuatan Alat Peraga Pompa Injeksi Tipe In-Line Merk
Nippon Denso, Laporan Tugas Akhir Teknik Mesin D3 Politeknik Negeri
Samarinda.
Motor diesel merupakan mesin yang banyak digunakan untuk berbagai
bidang antara lain sektor industri dan transportasi. Pompa injeksi (Injection Pump)
adalah salah satu bagian dari mesin diesel yang paling utama dan berfungsi untuk
memompa bahan bakar dari tangki kemudian disalurkan ke ruang bakar, dengan
cara disemprotkan pada saat yang tepat oleh injektor, sehingga terjadi pembakaran
dalam ruang bakar dengan baik. Pompa injeksi bekerja atas dasar gerakan dari
camshaft yang berputar sehingga menghasilkan gerak bolak balik pegas dan
plunyer, dengan gerakan bolak balik plunger akan menekan bahan bakar yang
masuk melalui lubang hisap serta melewati katub dan kemudian keluar dari pipa
tekanan tinggi menuju ke injektor yang kemudian disalurkan kedalam silinder.

Oleh karena sangat pentingnya peran pompa injeksi dalam konstruksi dan
kinerja mesin diesel maka diperlukan suatu alat peraga untuk mengetahui kinerja
pompa injeksi tersebut.

Hasil yang akan dicapai dalam pembuatan alat peraga ini untuk
mengetahui berjalannya sistem pompa injeksi pada saat pompa injeksi sedang
running.

Kata Kunci : Diesel, Pompa Injeksi

vi
ABSTRACT

Angga Arianto, Viewer Tool Making Injection Pump Type In-Line Brand
Nippon Denso, final report Mechanical Engineering D3 Samarinda State
Polytechnic.
Diesel engine is a machine that is widely used for various fields such as
industry and transportation. Injection Pumps is one part of the main diesel engine
and serves to pump fuel from the tank is then routed to the combustion chamber,
by spraying at the right time by the injector, resulting in combustion within the
combustion chamber well. Injection pump works on the basis of the movement of
the camshaft rotates so as to produce movement back - back the spring and
plunger, with a movement back - back the plunger will push fuel coming through
a hole suction and passing through the valve, and then out of the high-pressure
pipe leading to the injector later channeled into the cylinder.

Herefore a very important role in the construction of the injection pump


and diesel engine performance we need a props to determine the performance of
the injection pump.

Results will be achieved in the manufacture of these props to determine the


passage of the injection pump system at the time of the injection pump was
running.

Keywords: Diesel, Injection Pumps

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

senantiasa memberikan kemudahan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan

Laporan Tugas Akhir ini dengan baik, sehingga Laporan Tugas Akhir yang

berjudul Pembuatan Alat Peraga Pompa Injeksi Type In Line Merk Nippon

Denso ini dapat terselesaikan.

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

jenjang pendidikan program Diploma III pada jurusan Teknik Mesin Politeknik

Negeri Samarinda. Laporan ini disusun berdasarkan data yang penulis peroleh

selama melakukan penelitian mulai dari proses pembuatan kerangka meja pompa

injeksi sampai proses pembuatan alat peraga pompa injeksi.

Dalam penulisan laporan ini penulis mengalami banyak kendala, namun

berkat bantuan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan. Dalam

kesempatan ini penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar besarnya

kepada:

1. Bapak Ir. H. Ibayasid, M.Sc, selaku Direktur Politeknik Politeknik samarinda.

2. Bapak Suparno, ST, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin.

3. Bapak Suwarto, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan petunjuk dalam penyelesaian laporan ini.

4. Bapak Hasan Basri, ST, MT, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, saran, dan petunjuk dalam penyelesaian laporan ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen, Staf Teknisi serta Administrasi Jurusan Teknik Mesin.

viii
6. Teman-teman Teknik Mesin Angkatan 2013 yang senantiasa saling membantu
dan memberikan semangat selama proses penyusunan penulisan Laporan

Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih

banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun sehingga dalam penulisan Tugas Akhir ini dapat menjadi lebih baik.

Besar harapan penulis laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

menggunakannya.

Samarinda, 20 Juli 2016

Indra Eri Saputra


NIM 13611116

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI ..........................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN DIREKTUR ........................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................................vi

ABSTRACT ......................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

DAFTAR TABEL .............................................................................................xix

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2

1.3 Batasan Masalah .......................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian......................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian....................................................................................... 3

1.6 Metode Penulisan ........................................................................................ 4

1.7 Sistematika Penulisan .................................................................................. 4

x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 6

2.1 Motor Diesel ................................................................................................ 6

2.1.1 Motor 4 Langkah ............................................................................... 8

2.1.2 Cara Motor Diesel 4 Langkah ............................................................ 9

2.2 Pengertian Sistem Bahan Bakar ................................................................ 10

2.2.1 Fungsi Sistem Bahan Bakar ............................................................. 11

2.2.2 Prinsip Kerja Sistem Bahan Bakar Diesel ....................................... 11

2.3 Pompa Injeksi ............................................................................................ 13

2.3.1 Tipe Tipe Pompa Injeksi Pada Motor Diesel ................................ 14

2.3.2 Pompa Injeksi Distributor ................................................................ 14

2.3.3 Cara Kerja Pompa Injeksi Distributor ............................................. 15

2.3.4 Pompa Injeksi In-Line ...................................................................... 16

2.3.5 Cara Kerja Pompa Injeksi Tipe In-Line ........................................... 18

2.3.6 Komponen Skema Aliran Pompa Injeksi Tipe In-Line ................... 19

2.3.7 Jenis Jenis Pompa Injeksi Tipe In-Line ........................................ 21

2.3.8 Keuntungan Pompa Injeksi In-Line ................................................. 23

2.3.9 Kerugian Pompa Injeksi In-Line ...................................................... 23

2.4 Komponen Pompa Injeksi Tipe In-Line .................................................... 23

2.4.1 Konstruksi ........................................................................................ 24

xi
2.4.2 Mekanisme Pasokan Bahan Bakar Bakar ........................................ 25

2.4.3 Mekanisme Kontrol Volume Injeksi................................................ 27

2.4.4 Delivery Valve.................................................................................. 29

2.4.5 Rumah Pompa (Pump Housing) ...................................................... 30

2.4.6 Poros Cam (Camshaft) ..................................................................... 31

2.4.7 Tapered Roler Bearings ................................................................... 32

2.4.8 Tappet .............................................................................................. 33

2.4.9 Control Sleeve dan Control Pinion .................................................. 33

2.4.10 Control Rack .................................................................................... 34

2.4.11 Governor Pneumatic ........................................................................ 35

2.4.12 Feed Pump (Pompa Supply) ............................................................ 38

2.4.13 Timer ................................................................................................ 40

2.5 Prestasi Mesin ........................................................................................... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 47

3.1 Metode Penelitian ...................................................................................... 47

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................................... 48

3.3 Alat dan Bahan .......................................................................................... 48

3.3.1 Alat Penelitian.................................................................................. 48

3.3.2 Bahan Penelitian .............................................................................. 50

xii
3.4 Spesifikasi Alat Peraga .............................................................................. 50

3.5 Diagram Alir Penelitian ............................................................................ 51

3.6 Deskripsi Diagram Alir Penelitian ............................................................ 52

3.6.1 Mulai ................................................................................................ 52

3.6.2 Observasi Lapangan dan Studi Pustaka ........................................... 52

3.6.3 Desain Alat Peraga........................................................................... 52

3.6.4 Pemilihan Komponen ...................................................................... 52

3.6.5 Pembuatan dan Perakitan Alat Peraga ............................................. 53

3.6.6 Uji Coba Alat Peraga ....................................................................... 53

3.6.7 Hasil Pembahasan ............................................................................ 53

3.6.8 Kesimpulan dan Saran ..................................................................... 53

3.6.9 Selesai .............................................................................................. 53

3.7 Gambar Alat Penelitian ............................................................................. 54

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 55

4.1 Proses Perakitan ........................................................................................ 55

4.1.1 Perakitan Kerangka Meja Alat Peraga Pompa Injeksi ..................... 55

4.1.2 Pembuatan Putaran Untuk Dudukan Pompa Injeksi ........................ 55

4.1.3 Menyesuaikan Posisi Dudukan Alat Peraga Pompa Injeksi Sesuai

Dengan Letak Kerangka Meja Pompa Injeksi ...................................................... 56

xiii
4.1.4 Pewarnaaan Kerangka Meja Pompa Injeksi .................................... 57

4.2 Proses Pembentukan Alat Peraga .............................................................. 57

4.2.1 Pembersihan Pompa Injeksi ............................................................. 57

4.2.2 Proses Pemotongan Bagian Bagian Pompa Injeksi ...................... 58

4.2.3 Pewarnaan Alat Peraga Pompa Injeksi ............................................ 59

4.3 Pemeliharaan Pompa Injeksi Tipe In-Line ................................................ 59

4.3.1 Pemeliharaan Terencana .................................................................. 59

4.3.2 Pemeliharaan Tak Terencana ........................................................... 66

4.4 Langkah Pembongkaran, Pemeriksaan, Pemasangan Pompa Injeksi Tipe

In-Line ............................................................................................................... 68

4.4.1 Urutan Pembongkaran Injection Pump ............................................ 68

4.4.2 Langkah-langkah Pembongkaran Injection Pump Tipe In-Line ...... 69

4.4.3 Pemeriksaan Komponen Injection Pump Tipe In-Line.................... 74

4.4.4 Memasang Injection Pump Tipe In-Line ......................................... 76

4.5 Trobleshooting Pada Pompa Injeksi .......................................................... 82

4.6 Kelebihan Pompa Injeksi Type In-Line dengan Pompa Injeksi Tipe

Distributor ......................................................................................................... 87

4.7 Rincian Dana Pengeluaran Tugas Akhir ................................................... 88

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 89

5.1 Kesimpulan................................................................................................ 89

xiv
5.2 Saran .......................................................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 90

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Engine Motor Diesel ........................................................................... 6

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Motor Diesel 4 langkah ................................................. 8

Gambar 2.3 Sistem Bahan Bakar Motor Diesel .................................................... 10

Gambar 2.4 Tipe Pembakaran Direct Injection .................................................... 12

Gambar 2.5 Tipe Pembakaran Indirect Injection .................................................. 12

Gambar 2.6 Konstruksi Pompa Injeksi Distributor VE ........................................ 15

Gambar 2.7 Aliran Bahan Bakar Pada Pompa Injeksi Distributor........................ 15

Gambar 2.8 Konstruksi Pompa Injeksi In-Line .................................................... 17

Gambar 2.9 Cara Kerja Pompa Injeksi Tipe In-Line ............................................ 18

Gambar 2.10 Pompa Injeksi In-Line Ukuran M.................................................... 21

Gambar 2.11 Pompa injeksi In-Line Ukuran A .................................................... 21

Gambar 2.12 Pompa In-Line Ukuran MW ............................................................ 22

Gambar 2.13 Pompa In-Line Ukuran P ................................................................. 22

Gambar 2.14 Komponen Pompa Injeksi Tipe In-Line .......................................... 23

Gambar 2.15 Konstruksi Pompa In-Line .............................................................. 24

Gambar 2.16 Kontruksi Elemen Pompa In-Line ................................................... 25

Gambar 2.17 Silinder Putaran Stop ....................................................................... 26

Gambar 2.18 Proses Pemasokan Bahan Bakar ..................................................... 26

Gambar 2.19 Konstruksi Mekanisme Kontrol Volume Injeksi ............................ 27

Gambar 2.20 Kontrol Aliran Bahan Bakar ........................................................... 28

Gambar 2.21 Delivery Valve ................................................................................. 29

xvi
Gambar 2.22 Fungsi Delivery Valve ..................................................................... 29

Gambar 2.23 Katup Delivery Valve ...................................................................... 30

Gambar 2.24 Pump Housing ................................................................................. 30

Gambar 2.25 Camshaft ......................................................................................... 31

Gambar 2.26 Bentuk Dasar Cam .......................................................................... 31

Gambar 2.27 Tapered Roler Bearings .................................................................. 32

Gambar 2.28 Tappet .............................................................................................. 33

Gambar 2.29 Control Sleeve dan Control Pinion ................................................. 33

Gambar 2.30 Plunger and Control Sleeve ............................................................ 34

Gambar 2.31 Control Rack ................................................................................... 34

Gambar 2.32 Mekanisme Putaran Plunger ........................................................... 35

Gambar 2.33 Prinsip Pengoperasian Governor Pneumatic .................................. 36

Gambar 2.34 Cara Kerja Governor Pneumatic ..................................................... 37

Gambar 2.35 Konstruksi Feed Pump .................................................................... 38

Gambar 2.36 Cara Kerja Feed Pump .................................................................... 39

Gambar 2.37 Pompa Dasar ................................................................................... 40

Gambar 2.38 Grafik Kecepatan Mesin dan Proses Pembakaran........................... 40

Gambar 2.39 Cara Kerja Timer ............................................................................. 41

Gambar 2.40 Pergerakan Timer 1 ......................................................................... 42

Gambar 2.41 Pergerakan Timer 2 ......................................................................... 42

Gambar 2.42 Pergerakan Timer 3 ......................................................................... 43

Gambar 2.43 Sub Timer Spring ............................................................................ 44

xvii
Gambar 3.1 Mesin Las .......................................................................................... 48

Gambar 3.2 Gerinda .............................................................................................. 48

Gambar 3.3 Mesin Bor .......................................................................................... 49

Gambar 3.4 Alat Penelitian ................................................................................... 54

Gambar 4.1 Perakitan Kerangka Meja Alat Peraga Pompa Injeksi ...................... 55

Gambar 4.2 Pembuatan Putaran Untuk Dudukan Pompa Injeksi ......................... 56

Gambar 4.3 Menyesuaikan Posisi Dudukan Alat Peraga Pompa Injeksi.............. 56

Gambar 4.4 Pewarnaan Kerangka Meja Pompa Injeksi........................................ 57

Gambar 4.5 Pembersihan Pompa Injeksi .............................................................. 58

Gambar 4.6 Proses Pomotongan Bagian - Bagian Pompa Injeksi ........................ 58

Gambar 4.7 Pewarnaan Alat Peraga Pompa Injeksi ............................................. 59

Gambar 4.8 Memasang Injection Pump pada Test Stand ..................................... 62

Gambar 4.9 Memasang Measuring Device ........................................................... 62

Gambar 4.10 Melepas Delivery Spring ................................................................. 63

Gambar 4.11 Memasang Prestroke Measuring Device. ....................................... 63

Gambar 4.12 Minyak Tetap Mengalir Jika Belum Ditemukan Prestroke ............ 64

Gambar 4.13 Minyak Berhenti Jika Prestroke Telah didapatkan. ........................ 64

Gambar 4.14 Bagianbagian dari Injection Pump tipe In-Line ............................ 69

Gambar 4.15 Memasang Injection Pump Pada Mounting Base............................ 69

Gambar 4.16 Melepas Feed Pump ........................................................................ 70

Gambar 4.17 Mengukur kontrol rack sliding resistance ...................................... 70

Gambar 4.18 Memutar camshaft untuk mengetahui nilai resistance.................... 71

Gambar 4.19 Mengukur end play ......................................................................... 71

xviii
Gambar 4.20 Melepas Camshaft. .......................................................................... 72

Gambar 4.21 Melepas Tappet ............................................................................... 72

Gambar 4.22 Melepas Valve Holder ..................................................................... 73

Gambar 4.23 Melepas Delivery Valve .................................................................. 73

Gambar 4.24 Melepas Plunger Barrel .................................................................. 74

Gambar 4.25 Memeriksa kondisi plunger............................................................. 74

Gambar 4.26 Memeriksa kondisi delivery valve ................................................... 75

Gambar 4.27 Melepas Bearing ............................................................................. 76

Gambar 4.28 Memasang kontrol rack................................................................... 76

Gambar 4.29 Memasang plunger barrel ............................................................... 77

Gambar 4.30 Memasang delivery valve dan stopper ............................................ 77

Gambar 4.31 Memasang kontrol pinion dan kontro sleeve................................... 78

Gambar 4.32 Memasang Plunger ......................................................................... 78

Gambar 4.33 Memasang Tappet ........................................................................... 79

Gambar 4.34 Melepas Tappet Insert ..................................................................... 79

Gambar 4.35 Mengencangkan Delivery Valve...................................................... 80

Gambar 4.36 Cara Memasang Roller Rearing ...................................................... 80

Gambar 4.37 Mengukur End Play ........................................................................ 81

xix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penggolongan Motor Bakar .................................................................... 7

Tabel 4.1 Ketebalan Shim Pada Sisi Timer dan Sisi Governor ............................ 81

Tabel 4.2 Trobleshooting Pada Pompa Injeksi ..................................................... 82

Tabel 4.3 Rincian Dana Pengeluaran Tugas Akhir ............................................... 88

xx
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Motor Diesel merupakan mesin yang banyak digunakan untuk berbagai

bidang antara lain untuk sektor industri dan transportasi. Motor Diesel tidak

menggunakan pengapian dan nyala api dari busi melainkan tekanan kompresi.

Prinsip kerjanya menggunakan pemampatkan udara, bila udara di mampatkan

maka suhu dan tekananya menjadi naik, setelah itu barulah disemprotkan bahan

bakar sehingga terjadilah pembakaran.

Dalam hal ini proses pengabutan bahan bakar harus sempurna maka di

perlukan campuran bahan bakar yang tepat dan diperlukan tekanan yang tinggi

agar bahan bakar bisa dikabutkan dengan baik, yang menyebabkan sistem

penyemprotan bahan bakarnya lebih rumit dibandingkan dengan motor bensin.

Dengan demikian pompa injeksi menjadi salah satu komponen dari motor diesel

yang utama. Fungsi dari pompa injeksi (injection pump) yaitu menaikan tekanan

dan mengatur jumlah bahan bakar yang disalurkan ke nozzle sesuai dengan

kebutuhan tiap silinder.

Pompa injeksi merupakan komponen yang sangat penting dalam motor

diesel yang dapat mempengaruhi besarnya tenaga dari motor diesel, sehingga

pompa injeksi harus dalam keadaan yang sangat baik. Jika keadaan pompa injeksi

tidak baik, itu sangat mempengaruhi kinerja dari engine tersebut. Maka, untuk

mengetahui pompa injeksi apakah berfungsi dengan baik atau tidak, perlu
2

mengetahui cara kerja pompa injeksi dari bagian dalam, dengan cara dilakukan

pemotongan pada sisi sisi cover pompa injeksi.

Dalam hal ini kami ingin membuat suatu alat peraga yang dimana kita bisa

mengetahui cara kerja, fungsi dari masing - masing komponen, beserta alur bahar

bakar dari dan setelah pompa injeksi.

Oleh karena itu, kami merencanakan suatu alat peraga pompa injeksi

dengan biaya pembuatan yang semurah mungkin dan kami harapkan dapat

menjadi tolak ukur yang berguna. Hal inilah yang menjadi latar belakang

penyusunan tugas akhir dengan judul PEMBUATAN ALAT PERAGA POMPA

INJEKSI TYPE IN-LINE MERK NIPPON DENSO.

Dengan dibuatnya alat ini dimaksudkan untuk mempermudah pengajar

dalam melakukan penjelasan mengenai sistem bahan bakar diesel dan

mempermudah mahasiswa dalam mempelajari sistem bahan bakar motor diesel

khususnya pompa injeksi tipe in-line secara lebih mendalam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka, pemasalahan yang dapat diambil

adalah :

1. Bagaimana melakukan pembuatan alat peraga pompa injeksi type in-line

yang tepat ?

2. Bagaimana cara mempelajari cara kerja, konstruksi dan fungsi pompa

injeksi type in-line sesuai penggunaan pada suatu kendaraan ?


3

1.3 Batasan Masalah

Untuk mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan penafsiran, maka

pada penelitian ini dibatasi dengan ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

1. Pompa injeksi yang akan dijadikan alat peraga adalah pompa injeksi type

in-line

2. Pemahaman dan pembelajaran untuk pompa injeksi harus sesuai dengan

spesifikasi pompa injeksi type in-line

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah :

1. Dapat digunakan sebagai media praktikum khususnya lab jurusan Teknik

Mesin Perawatan dan Perbaikan

2. Dapat mempelajari lebih mendalam mengenai pompa bahan bakar injeksi

khususnya type in-line

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat menambah pengetahuan bagi penulis tentang pompa injeksi

khusunya type in-line

2. Dapat dijadikan sebagai bahan ajaran untuk lab Teknik Mesin Perawatan

dan Perbaikan
4

1.6 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah :

Studi Perpustakaan

Yaitu mencari literatur yang berasal dari buku buku pendukung

yang memuat berbagai informasi maupun keterangan lainya tentang alat

yang direncanakan.

Eksplorasi Internet

Yaitu mencari data data refrensi melalui media internet karena

data data yang bisa ditemukan sangat beragam dan mudah untuk

didapatkan.

Interview

Yaitu mengadakan serangkaian wawancara tanya jawab langsung

pada dosen pembimbing dan pihak pihak yang berkompeten

dibidangnya.

1.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan yang digunakan dalam penyusunan

Tugas Akhir ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang, latar belakang, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.


5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang pengertian sistem bahan bakar, prinsip kerja

sistem bahan bakar, prinsip kerja sistem pompa bahan bakar injeksi, dan

konstruksi pompa bahan bakar injeksi.

BAB III METODE PEMBUATAN ALAT PERAGA

Pada bab ini berisi tentang : metode penelitian, tempat dan waktu

penelitian, alat dan bahan, spesifikasi alat peraga, gambar penelitian, tahap

pembuatan, langkah pembuatan, hasil pembuatan, diagram alir.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini berisikan tentang proses pembuatan dan pembahasan, cara

kerja alat peraga, langkah langkah penelitian, hasil penelitian.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan perencanaan pembuatan alat

peraga pompa injeksi type in-line dan saran saran yang diberikan dalam

pemakaian alat peraga pompa injeksi type in-line yang di buat.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Motor Diesel

Sumber : anton-rivai.blogspot.com, Rabu, 07 Desember 2011

Gambar 2.1 Engine Motor Diesel

Motor diesel biasanya disebut dengan motor penyaalaan kompresi

(compression ignition engine), karena cara penyalaan bahan bakarnya

menggunakan udara kompresi. Adapun cara kerja motor diesel empat langkah

yaitu terdiri dari empat langkah piston dan dua putaran poros engkol

menghasilkan satu kali langkah kerja. Bahan bakar disemprotkan kedalam silinder

berbentuk butir butir cairan halus atau kabut, oleh karena di dalam silinder pada

saat itu tekanan dan temperaturnya sudah tinggi, maka butiran cairan halus

tersebut akan menguap dan selanjutnya akan bercampur dengan udara tersebut

sehingga akan tejadi pembakaran.

Campuran bahan bakar dan udara tersebut di bakar di dalam ruang bakar,

yaitu ruangan yang dibatasi oleh dinding silinder, kepala piston dan kepala

silinder. Gas pembakaran yang dihasilkan akan mendorong piston ke bawah dan
7

selanjutnya dengan perantaraan connecting rood, gerakan tersebut diubah dan

diteruskan ke poros engkol menadi gerak putar. kepala silinder mempunyai katup

masuk dan katup buang. Katup masuk berfungsi untuk memasukan udara murni

ke dalam silinder, sedangkan katup buang berfungsi untuk mengeluarkan gas

bekas hasil pembakaran yang tidak terpakai.

Tabel 2.1 Penggolongan Motor Bakar

Kelompok
Golongan Gerak Penggunaan yang khas
Jenis

Motor pembakaran

luar (External
Turbin Uap Rotasi Pusat tenaga listrik, kapal laut
Combustion

Engines)

Kendaraan darat, industri,


Motor Translasi,
Motor pembakaran lokomotif, kapal laut, pusat tenaga
bensin Rotasi
dalam (Internal listrik

Combustion Kendaraan darat, industri,


Motor
Engines) Translasi lokomotif, kapal laut, pusat tenaga
diesel
listrik

K = Kecil, di bawah 1.000 kW

S = Sedang, antara 1.000 10.000 kW

B = Besar, di atas 10.000 kW


8

2.1.1 Motor 4 Langkah

Motor 4 langkah adalah suatu motor yang tiap satu silindernya

untuk mendapatkan satu kali pembakaran membutuhkan empat kali

gerakan piston yaitu dua kali bergerak ke bawah atau dua kali putaran

poros engkol.

Sumber : www.bppp-tegal.com, 2002

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Motor Diesel 4 langkah

Pada motor diesel 4 langkah terdapat langkah langkah :

1. langkah hisap (Suction Stroke)

2. langkah kompresi (Compression Stroke)

3. langkah usaha (Power Stroke)

4. langkah buang (Exhaust Stroke)


9

2.1.2 Cara Motor Diesel 4 Langkah

1. Langkah hisap (Suction Stroke)

a. Piston bergerak dari titik mati atas (TMA) menuju ke titik mati

bawah (TMB).

b. Katup masuk terbuka, katup buang tertutup karena langkah hisap

piston udara murni masuk ke dalam silinder mesin melalui intake

manifold katub masuk.

2. Langkah kompresi (Compression Stroke)

a. Piston bergerak dari TMB ke TMA. Katub masuk dan katub buang

tertutup.

b. Volume udara yang di kompresikan oleh piston dalam silinder

antara 1/12 sampai 1/16 bagian dari seluruh volume silinder.

c. Kompresi udara (kepadatan) sampai tekanan tinggi antara 35-40

kg/cm2.

3. Langkah kerja (Power Stroke)

a. katup masuk dan katup buang tertutup.

b. Sedikit sebelum piston mencapai titik mati atas (TMA) panas udara

yang dikompresi atau dipadatkan mencapai suhu 500 7000C,

kemudian pada saat bersamaan pengabut (Injektor Nozzle)

menyemprotkan bahan bakar solar yang yang berbentuk kabut

dimana sifat mudah terbakar.

c. Setelah terjadi pembakaran bakar bakar tersebut, maka tekanan gas

di dalam silinder dengan cepat naik mencapai tekanan 50 kg/cm2


10

dan mendorong piston dari titik mati atas (TMA) menuju ke titik

mati bawah (TMB) menghasilkan langkah kerja dari motor

tersebut.

4. Langkah pembuangan (Exhaust Stroke)

a. Katup masuk tertutup, katup buang terbuka.

b. Piston bergerak dari titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas

(TMB), maka sisa sisa pembakaran tadi dibuang melalui katup

buang dan diteruskan ke manifold buang.

2.2 Pengertian Sistem Bahan Bakar

Sumber : seputardiesel.blogspot.com

Gambar 2.3 Sistem Bahan Bakar Motor Diesel

Pengertian sistem bahan bakar adalah suatu sistem dimana bahan bakar

dari tangki penyimpanan dialirkan ke silinder dan dikabutkan ke dalamnya dengan

di bantu sebuah pompa. Sistem bahan bakar merupakan sistem yang sangat vital
11

bagi keberhasilan operasi suatu motor diesel mengingat bahwa sangat berkaitan

dengan penyediaan tenaga yang berasal dari bahan bakar. Sistem pengabutan

bahan bakar harus sempurna, karena bila sistem pengabutan bahan bakar yang

tidak sempurna akan menyebabkan kekurangan tenaga atau tidak maksimal dan

hal ini akan menimbulkan kerugian tenaga serta mempengaruhi daya motor.

2.2.1 Fungsi Sistem Bahan Bakar

Sistem bahan bakar berfungsu untuk :

1. Mengalirkan bahan bakar dari tangki ke bahan bakar.

2. Mengatur jumlah bahan bakar yang dikabutkan.

3. Mengatur saat pengabutan yang tepat.

4. Mengatur lamanya pengabutan.

5. Mengabutkan bahan bakar dan memasukkannya ke dalam silinder.

6. Mendistribusikan bahan bakar yang telah ditakar ke setiap silinder.

2.2.2 Prinsip Kerja Sistem Bahan Bakar Diesel

Pada mesin diesel hanya udara bersih yang di hisap dan dikompresikan.

Bahan bakar dan udara dicampur di dalam silinder dengan cara setelah udara di

kompresikan, bahan bakar di semprotkan ke dalam ruang bakar sehingga terjadi

pembakaran. Persyaratan tekanan udara kompresi 1,5-4 Mpa (15-40 bar) sehingga

temperatur udara naik 700-9000C. Bahan bakar harus dikabutkan halus, oleh

pompa injeksi pada tekanan (100-250 bar).


12

Ada dua cara penyemprotan bahan bakar ke dalam ruang bakar yaitu

injeksi langsung dimana injection nozzle menyemprotkan bahan bakar langsung

ke ruang bakar utama (main combustion camber) pada akhir langkah kompresi.

Udara terkekan dan menerima pusaran cepat akibat suhu dan tekanannya naik

bahan bakar cepat menguap dan menyala dengan sendirinya setelah disemprotkan.

Sumber : bismania.com

Gambar 2.4 Tipe Pembakaran Direct Injection

Cara penyemprotan yang kedua ini ialah injeksi tidak langsung dimana

bahan bakar di semprotkan oleh injection nozzle ke kamar depan (precombustion

camber). Udara yang dikompresikan oleh torak memasuki kamar pusar dan

membentuk aliran turbulensi di tempat bahan bahar yang di injeksikan. Tetapi

sebagian bahan bakar yang belum terbakar akan mengalir ke ruang bakar utama

melalui saluran transfer untuk menyelesaikan pembakaran.

Sumber : kelasotomotif.herobo.com

Gambar 2.5 Tipe Pembakaran Indirect Injection


13

2.3 Pompa Injeksi

Pompa injeksi merupakan salah satu komponen utama sistem bahan bakar

motor diesel yang berfungsi untuk memberikan tekanan tinggi pada bahan bakar

untuk dimasukan ke dalam silinder melalui injektor dalam bentuk kabut. Selain

fungsi tersebut pompa injeksi juga akan memberikan tekanannya sesuai dengan

waktu yang di tentukan yakni pada saat akhir kompresi dari siklus motor diesel

serta dengan volume yang sesuai dengan kebutuhan daya dari motor diesel

tersebut. Injection pump dikonstruksi sedemikian rupa dengan komponen yang

dibuat sangat presisi sehingga mempersyaratkan kebersihan bahan bakar yang

akan diproses di dalamnya serta berbagai komponen untuk memenuhi fungsinya

disamping kapaitasnya sesuai dengan jumah silinder motor diesel tersebut. Untuk

itu injection pump memiliki komponen utama yang terdiri atas : main block, fuel

pump, governor dan automatic.

Di dalam silinder pompa terdapat plunger yang diatur oleh governor

menurut kebutuhan volume bahan bakar baik secara mekanik maupun secara

pneumatic yang juga dilengkapi dengan automatic timer untuk mempercepat

waktu penyemprotan kabut bahan bakar di dalam silinder.

Pompa injeksi bahan bakar bertugas menaikan tekanan bahan bakar

sebelum melalui injektor. tekanan yang kurang tinggi mempengaruhi jumla bahan

bakar yang masuk ke dalam silinder, hal ini menyebabkan kualitas pembakaran

pada silinder menjadi kurang sempurna. Biasanya ditandai dengan putaran mesin

yang tidak seimbang, gejala seperti ini disebabkan oleh tekanan yang di hasilkan

pompa injeksi tidak merata untuk masing masing silinder, sedangkan fungsi lain
14

bahan bakar adalah sebagai pendingin dalam ruang bakar, volume bahan bakar

yang kurang dapat menyebabkan temperatur mesin tinggi.

2.3.1 Tipe Tipe Pompa Injeksi Pada Motor Diesel

Ada dua tipe pompa injeksi konvesional pada sistem bahan bakar diesel

yaitu pompa injeksi in-line dan pompa injeksi distributor.

2.3.2 Pompa Injeksi Distributor

Bahan bakar yang diinjeksikan melalui nozzle diatur banyaknya oleh

pompa injeksi dengan tekanan tinggi. Untuk fungsi tersebut maka pompa injeksi

harus mampu dengan akurat mengatur banyaknya bahan bakar sesuai dengan

beban mesin, dalam waktu singkat, untuk periode waktu tertentu dan sesuai

dengan setiap kondisi beban mesin. Pada jenis pompa injeksi ini menggunakan

sebuah pompa plunger untuk mensupply bahan bakar ke semua silinder. Pompa

injeksi distributor (tipe VE) mempunyai ciri ciri sebagai berikut :

1. kecil, ringan dan mampu pada rpm tinggi.

2. Penghantaran atau penekanan bahan bakar dengan cam permukaan dan

plunger tunggal.

3. Di dalam pompa terdapat governor.

4. Terdapat juga pengatur saat penyemprotan yang dikontrol oleh tekanan

bahan bakar, dan pompa penyalur atau pengisian tipe rotari.

5. Bahan bakar secara otomatis diputus ketika pengapian dimatikan.

6. Pelumasan dengan sendirinya.


15

Sumber : ikadanysuwanto.blogspot.com

Gambar 2.6 Konstruksi Pompa Injeksi Distributor VE

2.3.3 Cara Kerja Pompa Injeksi Distributor

Sumber : ikadanysuwanto.blogspot.com

Gambar 2.7 Aliran Bahan Bakar Pada Pompa Injeksi Distributor


16

Pompa mengalir (feed pump), pelat nok (cam plate) dan plunyer (plunger)

digerakan oleh poros penggerak (drive shaft). Dua pegas plunyer (plunger ring)

menekan plunyer untuk kembali pada posisi semula. Seperti diilustrasikan pelat

nok mempunyai empat nok (sesuai dengan banyaknya silinder mesin). Ketika

pelat nok berputar permukaan nok menaiki rollers dan secara simultan

menggerakan plunyer, oleh karena itu dengan satu putaran pelat nok plunyer juga

membuat satu putaran lengkap dengan satu kali penyemprotan bahan bakar satu

silinder di semprotkan pada setiap putaran saat gerak bolak balik plunyer.

Plunyer pompa mempunyai empat alur hisap dan satu pintu atau saluran

distribusi. Ada empat saluran distribusi dalam siinder. Ketika satu dari empat alur

hisap dalam plunyer bertemu dengan pintu atau gerbang hisap, penghisapan

berlangsung. Penekanan atau penginjeksian bahan bakar terjadi ketika pintu atau

port distribusi plunyer bertemu dengan satu dari empat saluran distribusi silinder

dan bahan bakar diinjeksikan ke setiap silinder oleh injektor.

2.3.4 Pompa Injeksi In-Line

Feed Pump menghisap bahan bakar dari tangki bahan bakar dan

menekan bahan bakar yang telah disaring oleh filter ke pompa injeksi. Pompa

injeksi tipe in-line mempunyai cam dan plunger yang jumlahnya sama dengan

jumlah silinder pada engine. Cara menggerakan plunger sesuai dengan firing

order engine. Gerak lurus bolak balik dari plunger ini menekan bahan bakar

dan mengalirkanya ke injection nozzle melalui delivery valve. Delivery valve

memegang dua peranan penting yaitu : mencegah aliran bahan bakar balik dari
17

saluran bahan bakar ke daerah plunger dan menghisap bahan bakar dari

injection nozzle untuk menghentikan injeksi dengan cepat. Plunger dilumasi

oleh bahan bakar diesel dan camshaft oleh minyak pelumas engine. Governor

mengatur banyaknya bahan bakar yang di semprotkan oleh injection nozzle

dengan menggeser control rack. Governor dibedakan dalam dua tipe yaitu :

simple mechanical sentrifugal governor dan combined governor yang

merupakan kombinasi antara pneumatic governor dengan mechanical

sentrifugal governor. Timing injeksi bahan bakar diatur oleh automatic

sentrifugal timer. Timer mengatur putaran camshaft. Engine akan mati ika

control rack digerakan ke arah akhir bahan bakar.

Sumber : alumniwuhngawengk.blogspot.com

Gambar 2.8 Konstruksi Pompa Injeksi In-Line


18

2.3.5 Cara Kerja Pompa Injeksi Tipe In-Line

Sumber : otoengine.com

Gambar 2.9 Cara Kerja Pompa Injeksi Tipe In-Line

Gambar diatas memperlihatkan cara kerja sistem pompa injeksi bahan bakar

tipe in-line. Putaran motor menggerakan poros hubungan pompa injeksi melalui

kopling atau roda gigi penggerak. Pompa Supply, diputar oleh poros hubungan,

sehingga bahan bakar terhisap dari tangki bahan bakar dan menekan bahan bakar

ke saringan dengan tekanan kira kira 1,8 2,5 kg/cm2. Bahan bakar yang telah

disaring kemudian diteruskan ke ruang bakar dalam rumah pompa injeksi.

Plunger diangkat oleh putaran poros hubungan, sehingga tekanan bahan bakar

menjadi lebih besar. Bahan bakar ini ditekankan oleh pompa injeksi. karena

jumlah bahan bakar yang diberikan oleh pompa supply dua kali jumlah

maksimum yang di injeksikan pompa, maka katup pengembali di pasang untuk

mengembalikan kelebihan bahan bakar ke tangki, jika tekanan bahan bakar

melebihi harga yang ditentukan. Kelebihan bahan bakar dari nozzle (yang
19

melumasi bagian dalam pemegang nozzle) mengalir melalui katup pengembali

pemegang nozzle dan dikembalikan ke tangki bahan bakar.

2.3.6 Komponen Skema Aliran Pompa Injeksi Tipe In-Line

Pada sistem pengaliran bahan bakar menggunakan pompa injeksi in-line

dan terdiri dari beberapa komponen diantaranya :

1. Tangki bahan bakar mempunyai fungsi untuk menyimpan bahan bakar

sementara.

2. Feed pump berfungsi untuk menghisap bahan bakar dari tangki dan

menekannya ke pompa injeksi. Feed pump adalah single acting pump

yang dipasang pada sisi pompa injeksi dandigerakkan oleh camshaft

pompa injeksi.

3. Fuel filter mempunyai 2 (dua) tempat pada bagian sebelum feed pump

yang dilengkapi dengan water separator yang berfungsi untuk

memisahkan air dalam sistem dan setelah feed pump berfungsi untuk

menyaring kotoran yang terdapat pada bahan bakar untuk menjaga

kualitas bahan bakar.

4. Fungsi Pompa Injeksi Bahan Bakar (Fuel Injection Pump) berfungsi

untuk mensuplai bahan bakar ke ruang bakar melalui nozzle. Bahan bakar

yang diinjeksikan dengan tekanan tinggi tersebut akan membentuk kabut

dengan partikel-partikel bahan bakar yang sangat halus sehingga mudah

bercampur dengan udara.


20

5. Automatic timer yang terpasang pada bagian depan pompa injeksi

berhubungan timing gear berfungsi untuk memajukan saat injeksi sesuai

dengan putaran motor.

6. Governor terpasang pada bagian belakang pompa injeksi yang berfungsi

sebagai pengatur jumlah injeksi bahan bakar sesuai dengan pembebanan

motor.

7. Pengabut (Nozzle) berfungsi untuk mengabutkan bahan bakar agar mudah

bercampur dengan oksigen sehingga mudah terbakar dalam silinder.

8. Pipa tekanan tinggi terbuat dari bahan baja yang berfungsi untuk

mengalirkan bahan bakar bertekanan tinggi dari pompa injeksi ke masing-

masing pengabut.

9. Busi pijar atau busi pemanas (glow plug) berfungsi untuk memanaskan

ruangan free chamber pada saat mulai start. Dengan merubah energi

listrik dari battery menjadi energi panas.

10. Battery (aki) berfungsi sebagai sumber energi listrik yang mensupply

energi yang dibutuhkan oleh busi pijar untuk memanaskan ruangan pre

chamber.

11. Kunci kontak (ignition switch) berfungsi sebagai saklar utama pada

sistem kelistrikan kendaraan.

12. Relay yang berfungsi sebagai pengaman dan pengatur saat pemanasan

ruang pre chamber.


21

2.3.7 Jenis Jenis Pompa Injeksi Tipe In-Line

Seperti yang kita ketahui jenis jenis dari pompa injeksi ada bermacam

macam yaitu :

1. Jenis pompa in-line ukuran M, memiliki kapasitas yang paling kecil

yaitu mampu menghasilkan tekanan hingga 400 bar.

Sumber : VEDC, 1990

Gambar 2.10 Pompa Injeksi In-Line Ukuran M

2. Jenis pompa in-line ukuran A, kapasita penyaluran bahan bakar lebih

besar dari jenis pompa injeksi in-line ukuran M. Tekanan injeksi jenis

pompa ukuran A ini mencapai 600 bar.

Sumber : VEDC, 1990

Gambar 2.11 Pompa injeksi In-Line Ukuran A


22

3. Jenis pompa in-line ukuran MW dirancang untuk mampu memberi

tekanan sampai 900 bar. Berlainan dengan jenis pompa injeksi in-line

ukuran A atau M maka pompa injeksi ukuran MW ini disebut dengan

tipe tertutup karena pada jenis pompa injeksi ini unit plunger dan barel

serta unit katup deliverynya dipreskan melalui bagian atas rumah

pompa dan diikatkan dengan dua buah baut dan flens. Pompa injeksi

tipe ini dibuat dengan kapasitas sampai 8 barel atau untuk mesin 8

silinder.

Sumber : VEDC, 1990

Gambar 2.12 Pompa In-Line Ukuran MW

4. Jenis pompa in-line ukuran P, seperti pada jenis pompa injeksi in-line

lainya, pada pompa jenis ini memiliki kapasitas yang lebih besar,

sehingga biasanya banyak digunakan untuk kendaraan dengan

kapasitas engine lebih besar.

Sumber : VEDC, 1990

Gambar 2.13 Pompa In-Line Ukuran P


23

2.3.8 Keuntungan Pompa Injeksi In-Line

1. Jumlah plunger sesuai dengan jumlah silinder, sehingga jika suatu saat

ada salah satu plunger bermasalah maka engine akan tetap bisa hidup

walapun pincang.

2. Konstruksinya sederhana karena tiap plunger melayani 1 silinder, waktu

penginjeksian ditentukan oleh camshaft.

3. Harganya relatif lebih murah karena konstruksinya lebih sederhana.

2.3.9 Kerugian Pompa Injeksi In-Line

1. Suplai bahan bakar ke setiap silinder kemungkinan tidak sama karena

plunger yang berbeda.

2. Memakan banyak tempat karena ukurannya yang relatif besar.

2.4 Komponen Pompa Injeksi Tipe In-Line

Pompa injeksi tipe In-line terdiri dari unit pompa, governor, timer dan feed

pump.

Sumber : Denso 2008, 11

Gambar 2.14 Komponen Pompa Injeksi Tipe In-Line


24

Komponen dan fungsi pompa terdiri dari: (a) unit pompa, terdiri dari

kompresi bahan bakar (mekanisme supply), mekanisme pengatur volume injeksi,

camshaft untuk menggerakkan mekanisme-mekanisme tersebut, unit pompa

mempuyai fungi untuk mengalirkan bahan bakar bertekanan ke setiap silinder

sesuai urutan injeksi; (b) governor, terhubung ke mekanisme pengatur volume

injeksi dari unit pompa, governor berfungsi untuk mengatur volume injeksi bahan

bakar sesuai dengan beban mesin secara otomatis, juga mengatur kecepatan mesin

sesuai keinginan pengemudi; (c) timer, berfungsi untuk mengatur timing injeksi

bahan bakar sesuai dengan kecepatan mesin untuk mendapatkan kondisi

pembakaran yang paling optimal. Timer terletak diantara camshaft unit pompa

dan drive shaft atau drive gear mesin; (d) feed pump, terletak pada unit pompa

dan digerakkan oleh camshaft, feed pump berfungsi untuk mengalirkan bahan

bakar dari tangki bahan bakar ke pompa injeksi.

2.4.1 Konstruksi

Sumber : Denso 2008, 13

Gambar 2.15 Konstruksi Pompa In-Line


25

Konstruksi pompa injeksi tipe in-line yaitu (a) pump housing, terbuat dari

alumunium cor (b) camshaft, dipasang menggunakan dua tapered roller bearing

dan digerakkan oleh mesin untuk mengaktifkan feed pump dan plunger (c)

elemen pompa, yang merupakan control rack tersambung dengan penghubung

governor dan terkait dengan tiap pinion yang memutar plunger untuk mengatur

jumlah pasokan bahan bakar dan untuk beberapa plunger khusus juga mengatur

timing injeksi (d) delivery valve, mencegah aliran balik bahan bakar di dalam pipa

tekanan tinggi dan tetesan dari nozzle setelah injeksi.

2.4.2 Mekanisme Pasokan Bahan Bakar Bakar

a. Kontruksi Elemen Pompa

Sumber : Denso 2008, 13

Gambar 2.16 Kontruksi Elemen Pompa In-Line

Elemen pompa terdiri dari silinder dan plunger. Plunger terdapat di dalam

silinder. karena pengerjaan yang sangat presisi, celah di antara keduanya dibuat

sangat kecil bertujuan menghindari kebocoran saat proses injeksi dan kondisi

kecepatan rendah. Namun karena plunger membutuhkan bahan bakar untuk


26

pelumasan, kebocoran dalam jumlah kecil tidak dapat dihindari. Dengan alasan

ini, saat penggantian, plunger dan silinder harus diganti satu set, tidak boleh salah

satu saja. Terdapat alur control dan lubang vertikal pada plunger sebagai tempat

mengalirnya bahan bakar.

Sumber : Denso 2008, 13

Gambar 2.17 Silinder Putaran Stop

Silinder dari elemen pompa terpasang pada rumah pompa sehingga alur

pada bagian luar silinder sesuai dengan pin yang terpasang pada rumah pompa,

hal ini digunakan untuk menentukan posisi dan rotasi stop.

b. Proses Pemasokan Bahan Bakar

Sumber : Denso 2008, 14

Gambar 2.18 Proses Pemasokan Bahan Bakar


27

Bahan bakar yang dipasok oleh feed pump ke pompa injeksi disemprotkan

dalam keadaan bertekanan melalui elemen pompa sesuai dengan gerakan

camshaft (gerak naik turun plunger) yaitu (1) pada titik mati bawah plunger

bahan bakar mengalir ke silinder melalui lubang masuk dari ruang bahan bakar;

(2) seiring putaran camshaft, plunger akan bergerak ke depan, ketika bagian atas

plunger mencapai bagian atas lubang masuk, plunger akan menutup lubang

masuk, kemudian memberikan tekanan pada bahan bakar; (3) saat plunger terus

bergerak ke depan, bahan bakar bertekanan pada silinder akan menekan delivery

valve ke atas kemudian mengalir ke luar melalui pipa injeksi ke nozzle; (4) ketika

bagian atas alur control menyentuh bagian bawah lubang masuk, proses

pemompaan bahan bakar berhenti; (5) seiring gerak maju plunger semakin jauh

ke depan, sisa bahan bakar pada silinder akan mengalir kembali melalui lubang di

bagian atas plunger dan mengalir ke luar melalui alur control dan lubang masuk

ke ruang bahan bakar.

2.4.3 Mekanisme Kontrol Volume Injeksi

a. Kontruksi Mekanisme Kontrol

Sumber : Denso 2008, 15

Gambar 2.19 Konstruksi Mekanisme Kontrol Volume Injeksi


28

Penggerak plunger masuk ke dalam celah pada control sleeve. Pinion

control terpasang pada bagian atas sleeve. Gerigi dari control rack bertemu

dengan pinion control, sehingga ketika control rack bergerak maju mundur,

gerakannya akan diteruskan ke pinion control, hal ini akan menyebabkan sleeve

control berputar, pada saat yang sama Plunger juga berputar.

b. Kontrol Pasokan Bahan Bakar

Sumber : Denso 2008, 15

Gambar 2.20 Kontrol Aliran Bahan Bakar

Bahan bakar mengalir dari ruang bahan bakar menuju ruang plunger,

elemen pompa akan mendorong bahan bakar ke nozzle, walaupun demikian bahan

bakar yang disemprotkan harus disesuaikan dengan beban mesin. Volume injeksi

diatur dengan merubah panjang waktu antara awal dan akhir proses pemasokan

bahan bakar, hal ini dilakukan dengan menggerakkan control rack untuk memutar

plunger, kemudian merubah posisi alur control (langkah efektif plunger), sampai

akan merubah volume bahan bakar.


29

2.4.4 Delivery Valve

Delivery valve terdiri dari katup dan dudukan katup. Katup bergerak

secara vertikal di dalam rumah katup untuk melakukan dua fungsi yaitu Fungsi

delivery valve adalah mencegah aliran balik ke pompa dan menarik balik

(menghisab bahan bakar dari ruang injektor setelah penyemprotan).

a. Pencegahan aliran balik

Sumber : Denso 2008, 18

Gambar 2.21 Delivery Valve

Ruang plunger dan nozzle secara konstan saling terbuka, waktu jeda antara

elemen pompa mulai memompa bahan bakar hingga nozzle menyemprotkan

bahan bakar akan meningkat, dan akan mempengaruhi nozzle dalam

menghentikan semprotan bahan bakar saat injeksi bahan bakar selesai.

Sumber : Denso 2008, 19

Gambar 2.22 Fungsi Delivery Valve


30

Pasokan bahan bakar selesai, pegas katup delivery akan menekan katup ke

bawah, menyebabkan katup bersentuhan dengan rumah pompa, kemudian pipa

injeksi akan tertutup dari sisi plunger.

b. Fungsi menarik balik

Sumber : Denso 2008, 19

Gambar 2.23 Katup Delivery Valve

Katup bergerak lebih jauh ke bawah hingga kerucut katup bersentuhan

dengan rumah katup. Volume pipa baja meningkat sesuai dengan pergerakan

katup ke bawah, hal ini menyebabkan tekanan pada pipa baja berkurang dan

memperbaiki kemampuan nozzle dalam menghentikan injeksi bahan bakar,

sehingga mencegah nozzle meneteskan bahan bakar.

2.4.5 Rumah Pompa (Pump Housing)

Sumber : Denso 2008, 19

Gambar 2.24 Pump Housing


31

Komponen dapat dipasang pada tempat yang benar dan beroperasi dengan

baik, maka berbagai lubang dibuat pada rumah pompa, termasuk lubang oli, dan

lubang untuk memasukkan tappet, elemen pompa, dan control rack. Baut adaptor,

pin beralur (pin ketokan silinder), feed pump set stud, dan baut bleeder udara

terpasang pada rumah pompa. Pin beralur, berguna untuk menentukan lokasi

silinder. Baut adaptor digunakan untuk mencegah campuran alumunium rumah

pompa terkikis arus dari aliran balik bahan bakar menuju ruang bahan bakar dari

lubang masuk ketika injeksi selesai.

2.4.6 Poros Cam (Camshaft)

Sumber : Denso 2008, 20

Gambar 2.25 Camshaft

Sumber : Denso 2008, 20

Gambar 2.26 Bentuk Dasar Cam

Camshaft, mempunyai tonjolan yang menggerakkan plunger secara

vertikal sesuai dengan urutan injeksi, dan tonjolan untuk menggerakkan feed
32

pump, camshaft digerakkan oleh drive shaft mesin atau drive gear. Bentuk dasar

cam pada camshaft terdiri dari, (1) eccentric cam, umumnya digunakan untuk

menggerakkan feed pump; (2) dual-tangent cam atau tangent-arc cam, digunakan

untuk menggerakkan plunger; (4) cam holdback, yang berfungsi untuk mencegah

putaran balik camshaft.

2.4.7 Tapered Roler Bearings

Sumber : Denso 2008, 21

Gambar 2.27 Tapered Roler Bearings

Tapered roller bearing mempunyai kapasitas beban yang besar dan dapat

secara simultan menerima beban radial (beban tegak lurus terhadap shaft) dan

beban dorongan (beban dengan arah aksial), karena putaran tapered roller

bearing luar dan dalam terpisah, mereka dapat dipasang terpisah, sehingga jika

diperlukan penyesuaian celah dapat dilakukan dengan mengatur jarak antara

keduanya.
33

2.4.8 Tappet

Sumber : Denso 2008, 22

Gambar 2.28 Tappet

Tappet yang bersentuhan dengan cam dilengkapi dengan roller. Tappet

roller dipasang pada unit tappet melalui pin roller, bagian kepala tappet

dilengkapi dengan mekanisme pengaturan yang digunakan untuk mengatur

interval anatar silinder. Tappet roller dibedakan menjadi dua mekanisme

pengaturan, tipe adjustmen baut yang menggunakan baut pengatur dan tipe

adjustmen shim yang menggunakan shim pengatur. Tipe adjustmen shim biasanya

digunakan pada mesin berkecepatan tinggi.

2.4.9 Control Sleeve dan Control Pinion

Sumber : Denso 2008, 23

Gambar 2.29 Control Sleeve dan Control Pinion


34

Control sleeve tempat dipasangnya control pinion terdapat pada silinder.

Control dapat diputar dengan bebas di silinder. Kipas penggerak plunger terdapat

pada bagian bawah control sleeve, ketika digerakkan oleh putaran camshaft,

plunger bergerak secara vertical sesuai celah pada sleeve. Control pinion berputar

akan menyebabkan control sleeve berputar dan plunger juga akan berputar di

dalam silinder.

Sumber : Denso 2008, 23

Gambar 2.30 Plunger and Control Sleeve

Control pinion dipasang pada bagian atas control sleeve menggunakan

baut clamp pinion sehingga berputar bebas pada silinder, dikarenakan control

pinion terkait dengan gear control rack, maka control pinion merubah gerak linier

menjadi gerak rotasi pada control sleeve, kemudian diteruskan ke plunger.

2.4.10 Control Rack

Sumber : Denso 2008, 23

Gambar 2.31 Control Rack

Control rack terdiri dari gigi gear yang ukurannya sama dengan gigi gear

pinion control. Control rack dipasang pada lubang pemasangan rack di rumah

pompa.
35

Sumber : Denso 2008, 23

Gambar 2.32 Mekanisme Putaran Plunger

Gerakan control rack diteruskan control pinion dan control sleeve, akan

memutar plunger, akan menyebabkan posisi plunger bergerak sesuai dengan

silinder, hingga merubah volume injeksi bahan bakar, sedangkan Control rack

terhubung dan digerakkan oleh governor.

2.4.11 Governor Pneumatic

a. Fungsi Governor Pneumatic

Kendaraan bekerja, biasanya membutuhkan tenaga yang dapat

mengakomodasi berbagai kondisi beban. Pembahasan ini menurut Surahto

(2012:3) Governor berfungsi agar putaran poros engkol tidak berhenti pada

waktu idling dan mencegah putaran maksimum melebihi batas yang ditentukan

serta mengatur pemakaian bahan bakar sesuai dengan beban dan kecepatan suatu

keadaan. Volume bahan bakar yang diinjeksikan diatur dengan merubah posisi

dari control rack, bahkan gerakan yang sedikit saja dari control rack akan

menghasilkan perubahan pada output mesin. Volume injeksi kecil pada

pengoperasian tanpa beban, kendaraan bereaksi bahkan terhadap gerakan kecil

pada control rack, yang menyebabkan sulitnya pengendaraan yang stabil.


36

Governor Pneumatic membuat kendaraan merubah kecepatannya sesuai

dengan keinginan pengemudi, digunakanlah governor dengan fungsi-fungsi

sebagai berikut :

1) Menjaga kecepatan yang konstan pada berbagai kondisi beban

2) Merubah kecepatan sesuai dengan keinginan pengemudi

3) Menjaga mesin dalam kondisi idle

4) Menjaga mesin kelebihan putaran.

b. Cara Kerja Governor Pneumatic

Sumber : Denso 2008, 37

Gambar 2.33 Prinsip Pengoperasian Governor Pneumatic

Governor pneumatic bekerja karena tekanan vakum yang terbentuk di

venturi yang terdapat pada intake manifold pada mesin, oleh karena itu sistem

governor pneumatic terdiri dari venturi dan governor. Governor terbagi menjadi

dua bagian ruang yaitu ruang atmosperik dan ruang vakum, ruang atmosfir

terbuka di atmosfir atau terhubung dengan rumah pembersih udara, dan ruang

vakum terhubung dengan lubang oultet vakum pada venturi. Ruang vakum terdiri

dari spring utama, yang menekan control rack ke penambahan bahan bakar,
37

melalui diafragma. Tekanan vakum yang terbentuk pada venturi ditentukan oleh

bukaan throttle valve dan kecepatan mesin, posisi control rack ditentukan oleh

lokasi dimana tekanan vakum dan tekanan spring seimbang.

Cara kerja governor pneumatic pada saat putaran idling dan putaran

maksimum yaitu,

1) Saat putaran idling

Mesin ketika putaran idling atau sedang dengan beban ringan pedal gas

akan bebas sesuai dengan sistem batang-batang penghubung yang nok mendorong

kapsul pegas idling kearah rumah pompa penahan diafragma untuk menghasilkan

putaran idling yang setabil.

Sumber : NIPPONDENSO tt : 15

Gambar 2.34 Cara Kerja Governor Pneumatic

2) Putaran Maksimum

Mesin ketika putaran maksimum, pedal gas diinjak sedalam mungkin

maka katup throttle akan membuka penuh dan nok akan bergerak kearah tidak

mendorong pegas idling.


38

2.4.12 Feed Pump (Pompa Supply)

Feed pump digerakkan oleh camshaft pompa injeksi, pompa supply bahan

bakar menghisap bahan bakar dari tangki memberikan tekanan pada bahan bakar

untuk mengatasi hambatan dari filter, hingga tetap memberikan bahan bakar yang

bersih ke pompa injeksi.

a. Konstruksi Feed Pump

Sumber : Denso 2008, 93

Gambar 2.35 Konstruksi Feed Pump

Pompa dasar manual untuk membleading dipasang pada housing pump

supply, valve suction yang terletak di bawah pompa dasar ditekan oleh spring

kemudian piston pada bagian tengah housing ditekan oleh spring piston. Blind

plug menahan spring piston pada posisinya, Pushrod yang posisinya berlawanan

dengan blind plug menekan piston dan valve pelepasan menekan pushrod pada

posisinya.
39

b. Cara Kerja Feed Pump

Sumber : Denso 2008, 94

Gambar 2.36 Cara Kerja Feed Pump

Cara kerja feed pump yaitu (1) langkah persiapan cam berputar ke posisi

cam tinggi untuk menekan tapped ke bawah, tapped dan pushrod menyebabkan

piston bergerak ke arah yang berlawanan dengan spring piston dan menekannya.

Gerakan ini memaksa bahan bakar keluar dari ruang hisap, melalui valve

discharge, dan masuk ke dalam ruang tekanan (sebagian dari pompa injeksi),

sebelum akhir langkah persiapan, valve discharge akan menutup kembali; (2)

langkah hisap dan pelepasan ketika cam berputar ke posisi cam rendah, tekanan

spring piston menyebabkan piston, pushrod dan tapped untuk mengikuti cam.

Gerakan piston menekan bahan bakar ke ruang tekanan, dan mengalirkannya

menuju filter bahan bakar dan pompa injeksi, saat bersamaan, hisapan piston

menekan bahan bakar memasuki ruang hisap melalui suction valve. Kemudian

ruang hisap yang terisi bahan bakar, siklus pemompaan dimulai kembali;

(3) penghentian tekanan pelepasan meningkat sampai 2,5kg/cm2 (35,6 psi),

tekanan pelepasan menyebabkan piston tetap pada posisi langkah intermediate,

menekan spring piston. Pada kondisi ini, pompa supply tidak bekerja.
40

a. Pompa Dasar

Sumber : Denso 2008, 96

Gambar 2.37 Pompa Dasar

Udara harus dilepaskan dari sistem bahan bakar untuk memastikan mesin

diesel dapat dihidupkan, oleh karena itu mesin diesel menggunakan pompa dasar.

Pompa dasar terdiri dari dua tipe, tergantung dimana pemasangannya. Pompa

dasar bekerja dengan menekan pegangan dari piston naik dan turun untuk

memompa melalui suction chamber ke pompa.

2.4.13 Timer

Sumber : Denso 2008, 97

Gambar 2.38 Grafik Kecepatan Mesin dan Proses Pembakaran


41

Waktu dibutuhkan untuk melakukan jeda pengapian mulai bahan bakar

disemprotkan kedalam silinder sampai bahan bakar dinyalakan dan terbakar. Jeda

pengapian konstan antara 1/1000 sampai 4/1000 detik terlepas dari kecepatan

mesin, sudut crank untuk rotasi selama jeda pengapian meningkat sesuai dengan

kecepatan mesin, selain itu titik tekanan maksimum menjadi ideal saat sudut

crank mencapai sekitar 10o setelah titik mati atas untuk mendapatkan output

mesin yang paling efektif. Terkait dengan hal tersebut, ketika kecepatan mesin

meningkat, titik tekanan maksimum akan tertunda seperti pada diagram kecepatan

mesin dan proses pembakaran, untuk menghindari jeda yang panjang, jika timing

injeksi bahan bakar lebih awal (sudut advance) sesuai dengan peningkatan

kecepatan mesin, titik tekanan maksimum mencapai posisi yang paling baik

(sekitar 10 setelah TDC). Oleh karena itu, Timer otomatis digunakan untuk

merubah sudut fase antara camshaft pompa dan drive shaft pada mesin secara

otomatis, sesuai dengan kecepatan mesin.

a. Cara kerja

Secara umum dapat di lihat gambar di bawah ini:

Sumber : Denso 2008, 101

Gambar 2.39 Cara Kerja Timer


42

Apabila putaran mesin bertambah, gaya sentrifugal (F) bertambah, menyebabkan

bobot sentrifugal (E) bergerak ke arah luar. Hal ini menyebabkan pengurangan

jarak antara journal-journal (L), yang mengakibatkan majunya saat injeksi

(Surahto 2012: 4).

1) Fungsi Dasar

Pergerakkan timer di bawah ini mengambil contoh timing terlalu awal

pada fase injeksi.

Sumber : Denso 2008, 104

Gambar 2.40 Pergerakan Timer 1

Titik-titiknya diantaranya W adalah titik tengah pin beban (dipasang

ditengah beban), B adalah bagian tengah accentric cam besar, C adalah bagian

tengah accentric cam kecil, D adalah bagian tengah driving pin (dipasang pada

driving flange), dan O adalah bagian tengah hub Timer.

Sumber : Denso 2008, 104

Gambar 2.41 Pergerakan Timer 2


43

Aspek-aspek yang dipertimbangkan untuk memahami pergerakkan setiap

titik adalah sebagai berikut: (a) titik O tetap; (b) driving pin, dianggap tetap; (c)

titik D dapat dianggap tetap; (d) posisi hubungan antara titik W, B dan C pada

cam; (e) accentric besar tidak berubah, artinya tidak hanya sudut WBC yang

konstan tetapi jarak antara WB dan BC juga konstan; (f) posisi hubungan antara

titik C dan D pada accentric cam kecil tidak mengalami perubahan, sehingga

jarak CD konstan; (g) titik B bergerak sesuai titik O; (h) pergerakkan titik B

sesuai dengan pergerakkan Hub; (i) titik C bergerak disekitar titik D; (j) accentric

cam besar, titik W melalui titik B; dan (k) memperhatikan aspek-aspek di atas

bayangan pergerakan tiap titik.

Sumber : Denso 2008, 105

Gambar 2.42 Pergerakan Timer 3


Pergerakkan setiap titik adalah sebagai berikut: (a) rpm pompa meningkat; (b)

beban terlempar; (c) titik W bergerak disekitar titik B, accentric cam membesar

besar; (e) titik B bergerak disekitar titik O; dan (f) titik C bergerak disekitar titik

D.
44

2) Fungsi Sub Timer Spring

Sumber : Denso 2008, 106

Gambar 2.43 Sub Timer Spring

Fungsi sub timer spring yaitu: (1) saat timer berputar dan gaya sentrifugal

melebihi kekuatan timer spring, beban mulai terlempar dan menekan spring; (2)

saat beban terlempar, sub-spring timer akan diaktifkan oleh langkah untuk

menghentikan terlemparnya beban; (3) ketika rpm timer meningkat dan gaya

sentrifugal pada beban melampaui kekuatan sub-spring, timer spring dan sub-

spring akan tertekan dan menyebabkan beban terlempar.

b. Timing Injeksi Bahan Bakar dan Pengaruhnya

Pompa injeksi bahan bakar memasok bahan bakar pada timing yang tepat,

sangat mempengaruhi performance mesin. Sehingga, timing injeksi yang tidak

benar menyebabkan berkurangnya tenaga mesin.

1) Timing Injeksi Terlalu Awal

Bahan bakar diinjeksikan atau dikabutkan terlalu awal di dalam ruang

bakar belum mencapai suhu optimalnya, artinya bahwa kondisi yang diperlukan

untuk pembakaran belum mencapai jeda pengapian, maka akan menyebabkan


45

semakin panjang. Bahan bakar dalam jumlah besar diinjeksikan selama jeda

pengapian akan terbakar secara bersamaan dan menimbulkan gejala-gejala

seperti, ketukan diesel yang keras, keluarnya asap hitam, tenaga mesin berkurang

akibatnya mesin sulit dihidupkan.

2) Timing Injeksi Terlalu Lambat

Bahan bakar yang diinjeksikan terlambat, dapat menimbulkan keluarnya

asap hitam saat mesin dihidupkan, mengeluarkan asap biru dan bau yang

menggangu selama pengoperasian, tenaga mesin berkurang akibatnya mesin akan

sulit dihidupkan.

2.5 Prestasi Mesin

Prestasi mesin berfungsi untuk menguji kemampuan mesin. Pengujian

mesin ada beberapa macam cara dan prosedurnya.

a. Torsi (T) adalah perbandingan antara beban dan putaran poros mesin.

60
T=
2n

b. Daya (N) adalah kerja yang dihasilkan sebuah mesin.

2n
N=
60 746

c. Konsumsi bahan bakar (Kbb) adalah jumlah bahan bakar yang dibutuhkan

untuk melakukan pembakaran tiap jam.

KBB / engine = N x KBBS

d. effisiensi thermal diesel engine (%).



th = / 100%
46

e. Perhitungan analisa kebutuhan bahan bakar :

kbb/piston =Q

= cc/menit/rpm

=

= hasil cc/detik/piston

n FIP = putaran crank x 1/2

= rpm x 1/2 = hasil rpm


47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penulisan laporan dilaksanakan dengan menggunakan studi kasus, yaitu

melihat dan mengaplikasikan alat - alat sederhana menjadi peralatan modern

dengan menggunkan rekayasa teknologi untuk hasil yang efektif dan efisien. Dari

metode studi kasus tersebut penyusunan laporan Tugas Akhir ini menggunakan

metode observasi, interview dan literatur.

1. Metode Observasi

Metode obervasi yaitu suatu metode pengumpulan data dimana penulis

mengadakan pengamatan dan pengujian secara langsung alat yang sudah

dibuat, sehingga variabel variabel pada media yang dilihat.

2. Metode Interview

Metode dengan interview merupakan suatu metode pengumpulan data

dengn cara wawacara langsung dengan orang atau sumber yang

berkepentingan.

3. Metode Literatur

Metode literatur yaitu dengan suatu metode pengumpulan data dimana

penulis membaca dan mempelajari bahan - bahan penunjang laporan baik

dari buku maupun jurnal ilmiah.


48

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pekerjaan pembuatan akan dilaksanakan diruang otomotif bengkel mesin

perawatan dan dilangsungkan dari bulan Februari 2016 sampai bulan Juli 2016.

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat Penelitian

Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

Mesin Las

Gambar 3.1 Mesin Las

Mesin las berfungi membantu pembuatan alat peraga dan meja terutama

pada proses penyambungan.

Gerinda

Gambar 3.2 Gerinda


49

Gerinda berfungsi untuk memotong benda kerja, merapikan hasil

potongan, merapikan hasil las, membentuk lengkungan pada benda kerja

yang bersudut dan dapat juga bertujuan untuk mengasah benda kerja.

Mesin Bor

Gambar 3.3 Mesin Bor

Mesin bor berfungsi untuk mengebor dan memperluas lubang pada benda

kerja.

Alat dan bahan untuk pengelasan :

o Kawat las

o Pelindung wajah

o Apron

o Sarung tangan las

o Pemukul kerak las

Alat yang digunakan :

o Kunci pas

o Kunci ring

o Rachet
50

o Palu plastik

o Obeng minus

o Punch

3.3.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Satu unit pompa injeksi motor diesel tipe in-line.

Besi bahan pembuat kerangka.

3.4 Spesifikasi Alat Peraga

Jenis / Tipe Pompa : Injection Pump In-Line

Merk : Nippon Denso

Sistem Pembakaran : Direct Injection


51

3.5 Diagram Alir Penelitian

Mulai

Observasi Lapangan

Dan Studi Pustaka

Desain Alat Peraga

Pemilihan Komponen

Pembuatan dan Perakitan Alat Peraga

Uji Coba Tidak

Alat Peraga

Ya

Hasil Pembahasan

Kesimpulan

Selesai
52

3.6 Deskripsi Diagram Alir Penelitian

3.6.1 Mulai

Tahapan awal dari penelitian yaitu peneliti memulai kegiatan penelitian.

3.6.2 Observasi Lapangan dan Studi Pustaka

Penenliti mencari informasi - informasi yang memiliki hubungan dengan

penelitian yang akan dilakukan mengenai sistem bahan bakar diesel khususnya

sistem bahan bakar diesel yang menggunakan pompa injeksi tipe in-line. Selain

itu, peneliti menanyakan kepada orang orang yang lebih berpengalaman atau

pernah melakukan penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian yang akan

dilakukan. Peneliti juga mencari buku buku mengenai sistem bahan bakar diesel

sebagai refrensi, dan acuan untuk menambah kelengkapan data data yang dapat

mendukung untuk melakukan penelitian tersebut.

3.6.3 Desain Alat Peraga

Pada tahap ini peneliti juga mendesain alat peraga dengan menentukan

bahan dan alat serta mendesain alat peraga yang sesuai dengan yang diinginkan.

3.6.4 Pemilihan Komponen

Pada tahap ini peneliti juga melakukan pemilihan komponen yaitu dengan

memilih komponen yang tepat dalam pembuatan alat peraga pompa injeksi tipe

in-line.
53

3.6.5 Pembuatan dan Perakitan Alat Peraga

Pada tahap ini proses pembuatan dilakukan yaitu dengan membuat alat

peraga sesuai dengan desain yang ditentukan dan juga merakit setiap komponen

sesuai dengan pola dan letak yang ditentukan.

3.6.6 Uji Coba Alat Peraga

Pada tahap ini peneliti melakukan pengujian alat peraga berdasarkan

sistem pompa injeksi, lalu menentukan hasil kerja dari alat peraga pompa injeksi.

3.6.7 Hasil Pembahasan

Pada tahap ini dilakukan pembahasan mulai dari pembuatan dan perakitan

alat peraga, cara kerja alat peraga, hasil penelitian, dan hal hal yang

mempengaruhi kenerja pompa injeksi.

3.6.8 Kesimpulan dan Saran

Peneliti juga membuat kesimpulan berdasarkan pembuatan alat peraga dan

juga memberikan saran agar alat peraga yang dibuat bisa menjadi lebik baik

dikemudian hari sehingga alat peraga pompa injeksi tipe in-line yang di buat dapat

menjadi media pembelajaran yang lebih baik.

3.6.9 Selesai

Tahapan paling akhir dari penelitian dan pembuatan yaitu penulis

menyelesaikan dan mengakhiri penelitian yang telah dilakukan.


54

3.7 Gambar Alat Penelitian

Gambar 3.4 Alat Penelitian


55

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Proses Perakitan

Adapun proses pembuatan antara lain :

4.1.1 Perakitan Kerangka Meja Alat Peraga Pompa Injeksi

Langkah yang dilakukan yaitu : memotong besi kerangka tinggi 150 cm,

panjang 55 cm, lebar 30 cm, dan menyatukannya.

Gambar 4.1 Perakitan Kerangka Meja Alat Peraga Pompa Injeksi

4.1.2 Pembuatan Putaran Untuk Dudukan Pompa Injeksi

Langkah yang dilakukan yaitu : memotong besi kerangka panjang 20 cm,

lebar 12 cm, dan menyatukannya.


56

Gambar 4.2 Pembuatan Putaran Untuk Dudukan Pompa Injeksi

4.1.3 Menyesuaikan Posisi Dudukan Alat Peraga Pompa Injeksi Sesuai

Dengan Letak Kerangka Meja Pompa Injeksi

Langkah yang dilakukan yaitu dengan cara menyesuaikan dudukan dengan

komponen sesuai dengan posisi yang telah ditentukan. Adapun cara yang

dilakukan yaitu : dengan mengukur jarak memakai meteran, memotong besi yang

akan dijadikan dudukan, menyeimbangkan alat peraga pompa injeksi, lalu

melakukan pengelasan.

Gambar 4.3 Menyesuaikan Posisi Dudukan Alat Peraga Pompa Injeksi


57

4.1.4 Pewarnaaan Kerangka Meja Pompa Injeksi

Pewarnaan pada kerangka adalah dengan cara pengecetan dengan warna

hijau dan hitam.

Gambar 4.4 Pewarnaan Kerangka Meja Pompa Injeksi

4.2 Proses Pembentukan Alat Peraga

Adapun proses pembuatan antara lain :

4.2.1 Pembersihan Pompa Injeksi

Langkah yang dilakukan untuk pembersihan pompa injeksi adalah

pembersihan kotoran pompa injeksi menggunakan scrap, kuas dan bensin.


58

Gambar 4.5 Pembersihan Pompa Injeksi

4.2.2 Proses Pemotongan Bagian Bagian Pompa Injeksi

Proses pemotongan ini menggunakan gerinda potong dan pompa injeksi

yang di potong meliputi bagian bodi pompa injeksi, tutup governor.

Gambar 4.6 Proses Pomotongan Bagian - Bagian Pompa Injeksi


59

4.2.3 Pewarnaan Alat Peraga Pompa Injeksi

Pewarnaan pada alat peraga pompa injeksi adalah dengan cara pengecetan

dengan menggunakan cat semprot warna silver dan hitam.

Gambar 4.7 Pewarnaan Alat Peraga Pompa Injeksi

4.3 Pemeliharaan Pompa Injeksi Tipe In-Line

Pemeliharaan yang dilakukan dapat berupa yang terencana dan yang tidak

terencana. Untuk lebih jelasnya, dijelaskan di bawah ini :

4.3.1 Pemeliharaan Terencana

Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang ditentukan dan harus

dilakukan dengan pemikiran jauh ke depan, dengan tujuan untuk mengurangi

kerusakan dan mempertahankan fungsi aset yang tersedia. Pemeliharaan ini

dilakukan dengan berkala berdasarkan kondisi dan waktu yang telah ditentukan

sebelumnya, misalnya pemeliharaan yang dilakukan perjam, perhari,perbulan dan

pertahun. Yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan terencana di Injection


60

Pump ini seperti saringan minyak harus selalu dibersihkan setiap 10.000 kilometer

dan diganti setiap 40.000 kilometer atau tergantung dari pemekaian, cuaca, jarak

tempuh, serta kondisi jalan yang dilaluinya.

Pemeliharaan jenis ini dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance)

Pemeliharaan jenis ini dilakukan menurut waktu yang telah direncanakan

dan ditujukan untuk mengurangi kemungkinankemungkinan adanya bagian

bagian yang tidak memenuhi syarat kondisi yang dapat diterima. Pemeliharaan

pencegahan dilakukan berdasarkan dilihat, dengar dan rasakan, melakukan

penyetelan minor serta melakukan pengantian komponen minor yang ditemukan

saat melakukan pemeriksaan. Pemeliharaan pada Injection Pump disini

pemeriksaan yang bertujuan untuk pencegahan seperti adanya getaran, bunyi yang

diakibatkan adanya baut baut yang longar pada saat mesin beroperasi, tindakan

ini dilakukan saat mesin dalam kondisi beroperasi dan lebih dikenal dengan istilah

perawatan berjalan (running maintenance).

Untuk pelumasan pada Injection Pump dilakukan secara langsung oli dari

mesin, keadaan oli harus tetap dicek kecukupannya serta diganti setiap 2500

3000 kilometer untuk oli pertamina, untuk oli khusus keluaran Mitsubishi

(Mitsubishi oil) diganti setiap 5000 kilometer dan tergantung dengan cuaca, jarak

tempuh serta kondisi jalan yang dilaluinya.


61

2. Pemeliharaan korektif

Pemeliharaan korektif adalah perawatan yang dilakukan untuk

memperbaiki suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah terhenti

sampai pada suatu kondisi yang dapat diterima.

Pemeriksaan korektif meliputi perbaikan kecil terutama untuk rencana

jangka pendek yamg mungkin timbul diantara pemeriksaan termasuk penggantian

seluruh komponen yang rusak, terencana yang merupakan tindakan yang

direncanakan untuk jangka panjang sebagai tindakan dari hasil pemeriksaan

pencegahan.

Pemeriksaan korektif berfungsi dalam menaikkan kembali daya guna

fasilitas. Pemeliharaan korektif merupakan tindak lanjut dari pemeliharan

pencegahan yaitu pengantian beberapa komponen baru sehubung dengan inspeksi,

seperti adanya bunyi mesin yang tidak baik (merepet) hal ini biasa diakibatkan

oleh adanya saluran bahan bakar yang tersumbat, saringan yang kotor, plunger

yang aus sehinga tidak bekerja dengan baik, dan nozzle yang tersumbat. Hal ini

dilakukan saat mesin tidak berada dalam kondisi operasi dan dikenal dengan

Shutdown maintenance.
62

A. Pengetesan Penyemprotan Minyak Untuk Injection Pump tipe Inline.

Gambar 4.8 Memasang Injection Pump pada Test Stand

1. Dengan automatik timer dilepaskan pasang dan round nut (special tool) dan

pasang pada injection pump tester.

Gambar 4.9 Memasang Measuring Device

Lepaskan kontrol racks cover dan pasang position measuring device

(special tool). Kendorkan idling set bolt dan full speed set bolt. Dorong

control rack ke arah governor dengan penuh dan setkan posisi ini pada O

dari rack position measuring device (special tool).


63

2. Memeriksa langkah control rack.

Gambar 4.10 Melepas Delivery Spring

Lepaskan delivery valve spring dan stoper dari delivery valve holder.

Beri oli pada injection pump dan buang angin (air bleeding). Periksa control

rack dari gerakan kembalinya saat ditekan ke arah governor dengan penuh

dan dilepaskan. Rack dalam keadaan baik bila dapat kembali dengan baik

dan lancar, serta stroke pengembalian sesuai dengan ketentun yang

ditetapkan.

3. Mengukur Prestroke

Gambar 4.11 Memasang Prestroke Measuring Device.


64

Tempatkan posisi rack pada 21 mm dan setkan prestroke measuring

devive (special tool) pada tappet guide no.1 cylinder.

Gambar 4.12 Minyak Tetap Mengalir Jika Belum Ditemukan Prestroke

Dengan memakai cylinder no.1 pada BDC alirkan fuel dengan

tekanan kepada Injection Pump dengan high pressuring pump dari pump

tester. Biarkan nozzle mengalir dari cover flow pipe pada nozzle.

Gambar 4.13 Minyak Berhenti Jika Prestroke Telah didapatkan.

Putar coupling pada tester perlahan-lahan sampai fuel berhenti

mengalir dari cover flow pipe. Langkah plunger dari BDC hingga fuel

benar-benar berhenti mengalir, hal ini disebut dengan prestroke. Baca

prestroke pada dial indikator. Catatan: Pada saat mengukur prestroke,


65

yakinkan bahwa adjusting lever pada posisi full load. Bila prestroke diluar

ketentuan, setel seperti berikut ini.

4. Menyetel Prestroke

Dengan tappet pada TDC, masukkan spring holder antara lower

spring seat dan tappet. Putar camshaft dan akan didapat clearence antara

lower spring seat dan tappet. Tambahkan atau kurangi ketebalan shim untuk

dimasukkan pada clearence guna penyetelan prestroke. Bila shim terlalu

tebal maka stroke menjadi kecil, sebaliknya bila shim terlalu tipis prestroke

menjadi besar.

5. Mengukur Injection Timing Interval

Bila injection star silinder nomor satu digunakan sebagai patokan,

baca injection interval dari tiap-tiap silinder sesuai dengan urutan

penginjeksian dengan memakai skala pada tester. Bila interval diluar dari

ketentuam stel seperti penyetelan pada prestroke. Urutan penginjeksian : 1 -

3 - 4 2.

6. Mengukur Tappet Clearence

Pasang prestroke measung devide (special tool), putar camshaft agar

tappet mencapai TDC Gunakan tappet clearence bar (special tool), dorong

tappet ke atas dan ukur terangkatnya sampai plunger flange bagian atas

berhubungan dengan plunger barrel. Bila tappet clearence delevery

ketentuan, stel hingga batas limit yang diperbolehkan dari ijection interval.
66

Bila penyetean tidak dapat mendekati limit yang diperbolehkan, stel kembali

prestroke pada silinder no.1 denga maximal nilai nominal.

7. Penyetelan Injection Rate

Ukur injection rate pada posisi rack dan speed yang berbeda-beda. Bila

injection rate diluar ketentuan stel seperti berikut :

a. Kendorkan sedikit pinon clamp screw.

b. Dengan control rock dikunci putar control sleeve dengan adjusting rod.

c. Kencangkan pinion clamp screw.

Catatan: Berhati-hatilah melakukan penyetelan. Kesalahan atau tidak tepatnya

penyetelan akan mempengaruhi kemampuan engine. Amati kondisi pengukuran

dengan cermat penggunaan fuel pipe dan nozzle yang berbeda akan merubah

injection rate. Perbandingan tidak merata sama dengan maximal injection rate

dalam tiap silinder dikurangi minimum injction rate dalam tiap silinder.

4.3.2 Pemeliharaan Tak Terencana

Pemeliharaan tak terencana merupakan tindakan pemeliharaan yang

waktunya mendadak dan perlu segera dilaksanakan untuk mencegah akibat yang

serius, hilangnya waktu produksi, kerusakan besar pada peralatan dan untuk

alasan keselamatan kerja. Tindakan dalam pemeliharaan tak terencana ada

beberapa macam :
67

1. Berdasarkan permintaan

Apabila ada permintaan untuk melakukan tindakan perawatan maka

perawatan baru akan dilakukan sesuai dengan ada atau tidaknya permintaan.

2. Troubleshooting

Troubleshooting adalah perbaikan darurat yang dilakukan bila terdapat

kerusakan yang terdeteksi pada peralatan. Perawatan ini harus segera

dilaksanakan tanpa penundaan lagi setelah terjadinya breakdown, biasa dikatakan

bahwa troublle shooting merupakan perbaikan darurat.

3. Penggantian sebagian

Penggantian sebagian dilakukan bila ada suku cadang yang rusak dan tidak

memungkinkan lagi untuk dilakukan perbaikan terhadap suku cadang tersebut,

atau biaya untuk melakukan perawatan terhadap suku cadang tersebut lebih besar

dari pada melakukan penggantian.

4. Penghapusan

Dilakukan dengan menyingkirkan fasilitas yang rusak dari tempat kerja

dengan pertimbangan yang matang, bahwa semua usaha pemeliharaan yang

dilakukan tidak mampu untuk mengembalikan fasilitas sampai kondisi yang dapat

diterima dan bila fasilitas telah sampai atau melewati batas usia pemakaian.

5. Unit siaga

Unit siaga adalah suku cadang peralatan yang sengaja disediakan untuk

menghadapai kejadiankejadian yang tidak terduga. Unit siaga berfungsi

mengambil alih fungsi suku cadang aktif yang tibatiba berhenti beroperasi.

Berdasarkan atas Permintaan konsumen, Troubleshooting, pengantian sebagian.


68

Penghapusan dan unit siaga maka tugas dari Maintenance adalah melakukan apa

yang menjadi tuntutan dari konsumen dan mesin untuk mengembalikan mesin

kepada keadaan semula yang dapat diterima.

Kerusakan emergency yang terjadi pada Injection Pump tipe In-line

adanya plunger yang macet akibat adanya kotoran yang ikut terbawa oleh bahan

bakar, bocornya sil stang gas yang disebabkan oleh gesekan dengan as stang gas

akibatnya terjadi kebocoran bahan bakar dan dapat juga minyak bercampur

dengan oli, hal ini diakibatkan oleh feed pump yang rusak dan keausan pada

plunger. Dikarenakan pada Injection Pump tipe Distributor cocok untuk

digunakan untuk kecepatan maka kerusaka emergency yang sering terjadi adalah

sering patahnya spring plunger yang diakibatkan oleh putaran tinggi.

4.4 Langkah Pembongkaran, Pemeriksaan, Pemasangan Pompa Injeksi

Tipe In-Line

4.4.1 Urutan Pembongkaran Injection Pump

Pertama kita lepaskan injection pump dari engine dengan cara : Tahan

injection pump dengan tangan, lepaskan lima buah baut pengikat injection pump

flage plat. Kemudian lepaskan injection pump ke arah belakang, gunakan alat

khusus untuk memudahkan pelepasan.


69

Gambar 4.14 Bagianbagian dari Injection Pump tipe In-Line

4.4.2 Langkah-langkah Pembongkaran Injection Pump Tipe In-Line

1. Dengan auto timer telah dilepaskan, pasang injection pump pada mounting

base dan pump setting angle (special tool).

Gambar 4.15 Memasang Injection Pump Pada Mounting Base


70

2. Gunakan box wrench untuk melepas feed pump

Gambar 4.16 Melepas Feed Pump

3. Lepaskan governor.

4. Ukur kontrol rack sliding resistance.

Gambar 4.17 Mengukur kontrol rack sliding resistance

Putar camshaft untuk meyakinkan bahwa resistensi mencapai nilai yang

telah ditetapkan pada segala posisi.

Apabila melebihi nilai yang telah ditetapkan mungkin penyebabnya adalah :

1. Control rack atau giginya rusak

2. Gigi pinion rusak atau pinion yang berhubungan dengan housing rusak

3. Momen pengencangan pada delivery valve holder berlebihan.


71

Gambar 4.18 Memutar camshaft untuk mengetahui nilai resistance

4. Lepaskan cover plate dan gunakan coupling dengan round nut serta holding

wrench. Putar camshaft dengan plunger pada tiap-tiap cylinder berada pada

TDC, pasang tappet insert pada lubang tappet satu persatu.

Gambar 4.19 Mengukur end play

5. Pasang camshaft clereance gauge pada camshaft untuk mengukur end play.
72

Gambar 4.20 Melepas Camshaft.

6. Lepaskan camshaft, pukul perlahan dengan hamer plastik dari sisi governor.

Catatan : Pastikan bahwa cam pada camshaft tidak menyentuh dengan

tappet. Dan pasang flyweight round nut pada ujung camshaft guna

melindungi ulir dari kerusakan.

7. Melepas tappet

Gambar 4.21 Melepas Tappet

Masukkan roller clamp untuk mendorong tappet keatas. Dengan tappet

dalam keadaan terdorong lepaskan tappet insert dan masukkan tappet clamp

melalui camshaft hole, lalu jepit tappet dan tarik keluar.


73

8. Masukkan plunger clamp (special tool) dari bagian bawah pompa dan

cocokkan ujung plunger clamp ke lower spring seat. Kemudian tarik plunger

clam ke luar maka plunger akan terlepas.

Catatan : Ketika melepas plunger, pastikan bahwa lower spring menghadap

keatas guna mencegah terjatuhnya plunger.

Gambar 4.22 Melepas Valve Holder

9. Lepaskan lock plate dan lepaskan delivery valve holder dengan box wrench

kemudian lepaskan stopper delivery valve dan spring.

Gambar 4.23 Melepas Delivery Valve

10. Dengan mengunakan delivery valve extractor lepaskan delivery valve


74

Gambar 4.24 Melepas Plunger Barrel

11. Lepaskan plunger barrel.

Catatan: Tempatkan plunger pada plunger barrel.

4.4.3 Pemeriksaan Komponen Injection Pump Tipe In-Line

1. Plunger dan barrel.

Gambar 4.25 Memeriksa kondisi plunger

Setelah membersihkan dengan solar periksa apakah plunger bisa turun

dengan lembut pada barrel dengan sendirinya. Dengan cara :


75

a. Miringkan barrel 60

b. Tarik plunger sekitar 10 15 mm dan lepaskan.

c. Putar plunger pada barrel apakah tidak mengalami sendat atau macet.

d. Ganti plunger bila tidak bisa turun dengan sendirinya.

2. Delivery valve

Gambar 4.26 Memeriksa kondisi delivery valve

Bersihkan delivery valve dan bersihkan dengan solar kemudian periksa

dari kerusakan. Tutup bagian bawah valve seat dengan jari dan tekan piston

dengan jari lain. Bila piston melambung kembali ketika jari-jari dilepaskan maka

valve dalam kondisi baik jika tidak kembali maka ganti valve.

3. Tappet

Pasang dial gauge pada teppet roller dan periksa clereance dengan

menggerakkan roller keatas dan kebawah rod. Bila clerence melebihi limit ganti

tappet dengan yang baru.

4. Lower spring seat

Periksa permukaan lower spring seat yang berhubungan dengan plunger

darikerusakkan bila telah melebihi limit ganti lower spring seat.


76

5. Plunger spring dan delivery valve spring.

Perhatikan spring dan spring delivery valve bila tidak bagus ganti dengan

yang baru.

6. Menganti tappet roller bearing

Gambar 4.27 Melepas Bearing

Untuk melepas inner race dari camshaft gunakan gear puller. Dan untuk

memasang gunakan pipa atau metals block kemudian tekan dengan press.

4.4.4 Memasang Injection Pump Tipe In-Line

1. Pasang control rack dan kencangkan rack guide screw.

Catatan: Pastikan bahwa rack dapat bergerak dengan lancar dan periksa juga
untuk memastikan rack tidak berputar.

Gambar 4.28 Memasang kontrol rack


77

2. Pada saat memasang plunger barrel yakinkan bahwa knock pin yang terpasang

pada housing dalam keadaan lurus dengan lokasi notch pada plunger barrel.

Pastikan bahwa tonjolan knock pin projection sekitar 0,7 mm dari housing.

Apabila tonjolan lebih kecil dari 0,7 mm, keluarkan sedikit dari housing.

Gambar 4.29 Memasang plunger barrel

3. Dengan gasket baru terpasang pada delivery valve masukkan valve pada

tempatnya hingga kuat dan bertemu dengan permukaan plunger barrel.

Gunakan delivery valve gasket installer. (special tool)

Gambar 4.30 Memasang delivery valve dan stopper

4. Pasang delivery valve spring dan stopper pada tempatnya, kencangkan

sementara delivery valve holder.


78

Gambar 4.31 Memasang kontrol pinion dan kontro sleeve

5. Dengan control rack tepat ditegah-tengah pasang control pinion dan control

sleeve.

6. Memasang plunger

Gambar 4.32 Memasang Plunger

Pasang plunger clamp (special tool) kedalam keadaan lower spring seat

dan pasangkan plunger kedalam lower spring seat. Masukkan plunger kedalam

plunger barrel dan hati-hati jangan sampai ujung plunger membentur dengan

pump housing dan plunger spring.


79

Gambar 4.33 Memasang Tappet

7. Jepit tappet dengan tappet clamp dengan memakai tappet guide luruskan

dengan housing groove dan masukkan tappet kedalam rumah pompa.

Gambar 4.34 Melepas Tappet Insert

8. Gunakan roller clamp dorong tappet pada TDC. Kemudian masukkan eppet

insert (special tool) dan lepaskan roller camp (special tool). Pastikan bahwa

tanda dengan part number pada plunger flange adalah terletak pada sisi cover

plate. Untuk tiap-tiap silinder, periksa kondisi gerakkan kontrol rack setiap kali

tappet insert (special tool) dimasukkan.


80

Gambar 4.35 Mengencangkan Delivery Valve

9. Kencangkan delivery valve holder sesuai dengan ketentuan. Periksa juga

gerakkan control rack setip kali valve holder dikencangkan.

Gambar 4.36 Cara Memasang Roller Rearing

10. Pasang camshaft dengan tanda garis pada ujung picth (ulir) mengarah ke

drive end (camshaft gear).


81

Gambar 4.37 Mengukur End Play

11. Dengan bearing cover terpasang sementara ukur end play pada camshaft

dengan menggunakan camshaft clearence gauge. Bila end play melebihi limit

stel dengan shim atau ganti bearing.

Tabel 4.1 Ketebalan Shim Pada Sisi Timer dan Sisi Governor

Ketebalan shim pada sisi timer 0,10; 0,15; 0,30; 0,50

Ketebalan shim pada sisi governor 0,1; 0,12; 0,14; 0,16; 0,18; 0,50

12. Pasang governor

13. Pasang part berikut setelah penyetelan pump.


82

4.5 Trobleshooting Pada Pompa Injeksi

Tabel 4.2 Trobleshooting Pada Pompa Injeksi

Gejala Gejala Kemungkinan Penyebab Cara Mengatasi


1. Engine susah Ganguan pada feed pump
dihidupkan - Gauze filter kotor Bersihkan atau ganti
- Check valve tidak Ganti
bekerja
- Push rod macet Ganti
- Tappet aus Ganti
Ganguan pada injection
pump
- plunger macet atau aus Ganti
- Control rack macet Ganti
- Delivery valve aus Ganti
- Tappet aus Ganti
- Camshaft aus Ganti

a. Bahan bakar tidak 1) Tangki bahan bakar 1) Mengisi bahan bakar,


sampai ke pompa kosong pompa dan hilangkan
injeksi 2) Pipa penyalur udaranya
tersumbat 2) Membersihkan pipa
3) Saringan bahan bakar penyalur
tersumbat 3) Membersihkan atau
4) Pompa penyalur tidak ganti
bekerja 4) Mengganti
5) Katup solenoid tidak 5) Membersihkan atau
bekerja ganti
b. Bahan bakar sampai 1) Plunyer aus atau macet 1) Memperbaiki plunyer
ke pompa injeksi, motor 2) Pipa tekanan tinggi atau ganti
masih sukar dihidupkan macet 2) Mengencangkan, dan
83

3) Terdapat udara di buang udara


dalam system 3) Membuang udara dari
system
c. Waktu penginjeksian 1) Terlalu mundur 1) Menyetel 10 sebelum
bahan bakar tidak tepat 2) Roller assembly aus TMA
3) Piston timer macet 2) Mengganti roller
atau kotor assembly
3) Membersihkan atau
ganti
2. Daya motor rendah
- Pompa injeksi tidak 1) Plunyer injeksi dan 1) Mengganti plunyer dan
bekerja dengan baik barrel aus barrel
2) Roller aus yang baru
3) Pegas governor tidak 2) Mengganti roller yang
bekerja baru
4) Pipa tekanan tinggi 3) Mengganti pegas
bocor governor dengan yang
5) Dudukan delivery baru
valve rusak 4) Memperbaiki atau
ganti
5) Mengganti dudukan
delivery valve
3. Asap terlalu banyak
a. Asap terlalu hitam 1) Timing injeksi terlalu 1) Mundurkan timing
maju injeksi
2) Udara yang masuk 2) Bersihkan saringan
ruang bakar udara
terbatas 3. Memperbaiki
3) Penyemprotan nosel penyemprotan
tidak baik 4) Mengganti delivery
84

4) Delivery valve rusak valve


b. Asap terlalu putih 1) Timing injeksi terlalu 1) Majukan timing injeksi
mundur 2) Menguras water
2) Bahan bakar sedimenter dan
bercampur dengan air memeriksa tangki bahan
3) Minyak pelumas bakar
masuk ke ruang 3) Memeriksa gasket
bakar ruang bakar seal-seal oli
4. Putaran mesin sukar
diatur
a. Motor tidak dapat 1) Pegas governor patah 1) Mengganti pegas
mencapai putaran 2) Karbon di nosel injeksi governor
maksimum 3) Tekanan injeksi terlalu 2) Membersihkan nosel
tinggi injeksi
4) Timing injeksi tidak 3) Mengurangi tekanan
tepat injeksi
4) Menyetel waktu
injeksi
b. Motor bekerja pada 1) Governor sleeve macet 1) Memperbaiki atau
putaran tinggi dan tidak 2) Penyetelan putaran ganti
dapat dirnatikan maksimal 2) Menyetel putaran
terlalu banyak maksimal
3) Selenoid kotor atau 3) Membersihkan atau
macet ganti
5. Engine exhaust Ganguan pada injection
tersumbat dan knocking pump
- Injection timing tidak Stel
tepat
- Plunger aus Ganti
- Kerusakan delivery Ganti
85

valve seat
Mutu bahan bakar rendah Ganti
6. Engine output Ganguan pada injection
tidak stabil pump
- Jangkauan gerak Ganti
plunger tidak cukup
- Plunger spring patah Ganti
- Gerakkan control Perbaiki
rack tidak sempurna
- Tappet aus gerakkan Ganti
tidak sempurna
- Delivery valve Ganti
spring patah
- Delivery valve Perbaiki
holder kendor
- Delivery valve tidak Ganti
berfungsi dengan baik
Ganguan pada feed pump
- Check valve tidak Ganti
berfungsi dengan baik,
Piston aus

7. Engine idling Ganguan pada injection

tidak stabil pump

- Plunger macet, Ganti

bengkok atau aus

- Kedudukan plunger Ganti

spring tidak tepat


86

- Delivery valve Perbaiki

holder terlalu kencang

- Plunger spring patah Stel

Ganguan pada feed pump

- Kerusakan check valve Ganti

- Piston aus Ganti

- Gauze filter aus Ganti

- Injection timing tidak Stel

tepat
87

4.6 Kelebihan Pompa Injeksi Type In-Line dengan Pompa Injeksi Tipe

Distributor

1. Pompa injeksi in-line dapat di aplikasikan ke engine yang kebih besar

sedangkan pompa injeksi distributor tidak dapat diaplikasikan ke engine

yang lebih besar.

2. Teknanan yang dihasilkan pompa injeksi in-line lebih besar dari pada

pompa injeksi distributor karena jumlah plunger sesuai dengan jumlah

silinder, sehingga jika suatu saat ada salah satu plunger bermasalah maka

engine akan tetap bisa hidup walapun pincang.

3. Memiliki plunger sebanyak sesuai silinder engine sedangkan pompa

distributor hanya memiliki 1 distributor.

4. Konstruksi pompa injeksi in-line lebih sederhana dari pada pompa injeksi

distributor yang konstruksinya rumit dan harganya relatif mahal.


88

4.7 Rincian Dana Pengeluaran Tugas Akhir

Tabel 4.3 Rincian Dana Pengeluaran Tugas Akhir

No Keperluan (pembelian) QTY Nominal


1 Pompa Injeksi In-Line 1 Rp 2.500.000,00
2 Kerangka Besi 2 Rp 120.000,00
3 Cat Merah 1 Rp 10.000,00
4 Cat Hijau 1 Rp 10.000,00
5 Pilok Hitam 2 Rp 46.000,00
6 Pilok Silver 2 Rp 46.000,00
7 Clear 1 Rp 23.000,00
8 Kuas Kecil 3 Rp 30.000,00
9 Kuas Lukis 2 Rp 5.000,00
10 Amplas 2 Rp 10.000,00
11 Papan Kayu 1 Rp 60.000,00
12 Mata Gerinda (amplas, potong, kasar) 3 Rp 30.000,00
13 Banner 1 Rp 20.000,00
14 Roda 4 Rp 40.000,00
15 Cairan Pembersih 1 Rp 20.000,00
16 Bearing 1 Rp 15.000,00
17 Lem Besi 1 Rp 15.000,00
18 Baut 10 2 Rp 1.000,00
19 Baut 12 2 Rp 1.000,00
Jumlah Rp 3.042.000,00
89

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan perencanaan dan perakitan alat peraga pompa injeksi

tipe in-line, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pompa injeksi merupakan komponen memegang peranan penting dalam

sistem bahan bakar motor diesel.

2. Penerapan alat peraga pompa injeksi bahan bakar tipe In-line motor diesel

yang sesuai dengan uji kelayakan alat, dengan materi sistem bahan bakar

motor diesel khususnya pompa bahan bakar tipe In-line, diantaranya: (a)

menampilkan komponen pompa bahan bakar tipe In-line; (b) memberikan

informasi tentang sistem aliran bahan bakar motor diesel; (c) memberikan

informasi tentang mekanisme kerja pada pompa bahan bakar tipe In-line.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian diatas, maka penulis dapat memberi

saran sebagai berikut :

1. Penggunaan alat peraga pompa injeksi bahan bakar diesel dapat digunakan

saat proses belajar mengajar berlangsung untuk membantu mahasiswa

dalam penyerapan materi terutama pada kompetensi memperbaiki sistem

injeksi bahan bakar diesel.


90

2. Perlu adanya penambahan media pembelajaran tambahan seperti animasi

dan power point sebagai pendukung alat peraga pompa bahan bakar tipe

In-line motor diesel.


91

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2000). Motor Diesel. Malang: PPPGT VEDC

Anonim. (2000). Sistem Bahan Bakar Diesel Step 1. Malang: PPPGT VEDC.

Anonim. (2000). Sistem Bahan Bakar Diesel Step 2. Malang: PPPGT VEDC.

Anonim. (2000). Sistem Bahan Bakar Diesel II. Malang: PPPGT VEDC.

Daryanto. (2007). Motor Diesel pada Mobil. Bandung: Yrama Widya.

DENSO. (2008). Service Manual In Line Pumps. Jakarta: Denso Sales Indonesia.

Laporan Prestasi mesin, Teknik Mesin. UMS 2013.

NIPPONDENSO. tt. Pneumatic Governor for Fuel Injection Pmps. Jakarta:

Toyota Astra Motor.

Anda mungkin juga menyukai