Anda di halaman 1dari 35

REFERAT

HIV
Nurmalita Caesarlia W
30101206690

Pembimbing:
dr. Prahastya, M.Sc, Sp.PD

Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Agung


Semarang
RSUD Dr. ADHYTAMA, MPH
HIV AIDS
DEFINISI
EPIDEMIOLO
EPIDEMIOLOGI
GI
ETIOLOGI
ETIOLOGI

HIV : virus RNA berbentuk sferis yang


termasuk retrovirus dari famili
Lentivirus.
Dua tipe HIV: HIV1 dan HIV 2.
yang paling sering terjadi
adalah HIV 1
STRUKTUR
Struktur HIV
HIV
Cara penularan
CARA PENULARAN
WHO 1996 beberapa hal
yang tidak bisa

menularkan:
KONTAK FISIK
MEMAKAI MILIK PENDERITA
DIGIGIT NYAMUK ATAU BINATANG
LAINNYA
MENDONORKAN DARAH BAGI ORANG
YANG SEHAT
Perjalanan penyakit hiv
Manifestasi klinik
MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi Manifestasi Manifestasi


tumor oportunistik neurologis
Sarkoma kaposi Candidiasis oral Ensefalitis
Limfoma ganas Manifestasi paru- Meningitis
paru(pneumonia
pneumocytics,
CMV,
mycobacterium
tuberculosis,
mycobacterium
avilium)
Manifestasi Demensia
gastrointestinal (
nafsu makan, diare
kronis, berat
badan)
DIAGNOSIS HIV AIDS
FAKTOR RISIKO
Penjaja seks laki-laki atau perempuan

Pengguna napza suntik

Homoseksual atau lesbian

Berhubungan seks tanpa pelindung

Pernah atau sedang menderita

penyakiut infeksi menular seksual


Pernah mendapat tranfusi darah atau

resipient produk darah


Suntik, tato, tindik dengan

menggunakan alat non steril


PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Deteksi virus:
1. menggunakan PCR unutk mendeteksi
viral load
2. hitung jumlah limfosit
Tes hitung jumlah CD 4: <200
Tes antibodi HIV
1. ELISA
2. Tes konfirmasi dengan menggunakan
western Blot
STADIUM KLINIS HIV/AIDS
STADIUM 1: ASIMPTOMATIK

1. Tidak ada penurunan berat badan


2. Tidak ada gejala atau hanya : Limfadenopati Generalisata
Persisten

STADIUM 2: SAKIT RINGAN

1. Penurunan BB 5-10%
2. ISPA berulang, misalnya sinusitis atau otitis
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
4. Luka di sekitar bibir (keilitis angularis)
5. Ulkus mulut berulang
6. Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo -PPE)
7. Dermatitis seboroik
8. Infeksi jamur kuku
STADIUM 3: SAKIT SEDANG
1. Penurunan berat badan > 10%
2. Diare, Demam yang tidak diketahui penyebabnya, lebih dari 1
bulan
3. Kandidosis oral atau vaginal
4. Oral hairy leukoplakia
5. TB Paru dalam 1 tahun terakhir
6. Infeksi bakterial yang berat (pneumoni, piomiositis, dll)
7. TB limfadenopati
8. Gingivitis/Periodontitis ulseratif nekrotikan akut
9. Anemia (Hb <8 g%), netropenia (<5000/ml), trombositopeni
kronis (<50.000/ml)
STADIUM 4: SAKIT BERAT

1. Sindroma wasting HIV


2. Pneumonia pnemosistis*, Pnemoni bakterial yang berat berulang
3. Herpes Simpleks ulseratif lebih dari satu bulan.
4. Kandidosis esophageal
5. TB Extraparu*
6. Sarkoma kaposi
7. Retinitis CMV*
8. Abses otak Toksoplasmosis*
9. Encefalopati HIV
10.Meningitis Kriptokokus*
11.Infeksi mikobakteria non-TB meluas
Penatalaksanaan

secara umum penatalaksanaan ODHA


terbagi menjadi:
Pengobatan untuk menekan replikasi
virus HIV dengan obat antiretroviral
(ARV).
Pengobatan untuk mengatasi berbagai
penyakit infeksi oportunistik dan kanker
yang menyertai infeksi HIV/AIDS.
Pengobatan suportif
Terapi Antiretroviral (ARV)
No Nama Golongan Fungsi

1 NRTI (nucleoside reverse- penghambat kuat enzim


transcriptase inhibitor ) reversetranscriptase dari RNA
menjadi DNA yang terjadi
sebelum penggabungan DNA
virus dengan kromosom sel
inang.

2 NNRTI (non-nucleoside menghambat aktivitas enzim


reverse-transcriptase inhibitor reverse-transcriptase dengan
(NNRTI) mengikat secara langsung
tempat yang aktif pada enzim
tanpa aktivasi sebelumnya.

3 PI (Protease Inhibitor ) menghambat enzim protease


HIV yang dibutuhkan untuk
memecah prekursor poliprotein
virus dan membangkitkan
fungsi protein virus.
Nama Dagang Nama Generik Golongan Sediaan Dosis (per hari)

Duviral Tablet, kandungan: 2x1 tablet


zidovudin 300mg,
lamivudin 150mg

Stavir Stavudin (d4T) NsRTI Kapsul: 30mg, 40mg >60kg: 2x40mg


Zerit <60kg: 2x30mg

Hiviral Lamivudin (3TC) NsRTI Tablet 150mg Lar.oral 2x150mg


3TC 10mg/ml <50kg: 2mg/kg, 2x/hari

Viramune Neviral Nevirapin (NVP) NNRTI Tablet 200mg 1x200mg selama 14


hari, dilanjutkan,
2x200mg

Retrovir Adovi Zidovudin (ZDV, AZT) NsRTI Kapsul 100mg 2x300mg, atau 2x250mg
Avirzid (dosis alternative)

Videx Didanosin (ddI) NsRTI Tablet kunyah: 100mg >60kg: 2x200mg, atau
1x400mg
<60kg: 2x125mg, atau
1x250mg

Stocrin Efavirenz (EFV, EFZ) NNRTI Kapsul 100mg 1x600mg, malam

Nelvex Nelfinavir (NFV) PI Tablet 250mg 2x1250mg


Viracept
Bila tersedia pemeriksaan Jika tidak tersedia
Stadium Klinis
CD4 pemeriksaan CD4

1 Terapi ARV tidak diberikan


Terapi antiretroviral dimulai
bila CD4 <200 Bila jumlah total limfosit
2
<1200
Jumlah CD4 200 350/mm3,
pertimbangkan terapi
sebelum CD4 <200/mm3.
Pada kehamilan atau TB:
Terapi ARV dimulai tanpa
Mulai terapi ARV pada semua
3 memandang jumlah limfosit
ibu hamil dengan CD4 350
total
Mulai terapi ARV pada semua
ODHA dengan CD4 <350
dengan TB paru atau infeksi
bakterial berat
Terapi ARV dimulai tanpa
4
memandang jumlah CD4
Obat ARV direkomendasikan:
Pada semua pasien yang telah menunjukan gejala yang
termasuk dalam criteria diagnosis AIDS atau
menunjukan gejala yang sangat berat tanpa melihat
jumlah limfosit CD4+
Pada semua pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+
kurang dari 200 sel/mm3
Pasien asimptomatik dengan limfosit CD4+ 200-350
sel/mm3 dapat ditawarkan untuk memulai terapi.
Pada pasien asimptomatik dengan limfosit lebih dari
350 sel/mm3 dan viral load lebih dari 100.000
kopi/ml terapi ARV dapat dimulai, namun dapat pula
ditunda.
Kombinasi ARV
Terapi ARV tidak dianjurkan dimulai pada
pasien dengan limfosit CD4+ lebih dari 350
sel/mm3 dan viral load kurang dari 100.000
kopi/ml.

Kondisi khusus: pengobatan profilaksis pada


orang yang terpapar cairan tubuh yang
mengandung virus HIV (post exposure
prophylaxis) dan pencegahan penularan dari
ibu ke bayi
INFEKSI OPORTUNISTIK
Infeksi oportunistik (IO) adalah infeksi
yang timbul akibat penurunan kekebalan
tubuh. Infeksi ini dapat timbul karena
mikroba (bakteri, jamur, virus) yang
berasal dari luar tubuh, maupun yang
sudah ada dalam tubuh manusia namun
dalam keadaan normal terkendali oleh
kekebalan tubuh.
Cytomegalovirus (CMV) selain hati, limpa, atau kelenjar getah bening
CMV, retinitis (dengan penurunan fungsi penglihatan)
Ensefalopati HIV a
Herpes simpleks, ulkus kronik (lebih dari 1 bulan), bronchitis, pneumonitis, atau esofagitis
Histoplasmosis, diseminata atau ekstraparu
Isosporiasis, dengan diare kronis (> 1 bulan)
Kandidiasis bronkus, trakea, atau paru
Kandidiasis esophagus
Kanker serviks invasif
Koksidioidomikosis, diseminata, atau ekstraparu
Kriptokokosis, ekstraparu
Kriptokosporidiosis, dengan diare kronis (> 1 bulan)
Leukoensefalopati multifocal progresif
Limfoma Burkitt
Limfoma imunoblastik
Limfoma primer pada otak
Mycobacterium avium complex atau M. kansasii, diseminata atau ekstraparu
Mycobacteriumi tuberculosis, di paru atau ekstraparu
Mycobacteriumi spesies lain atau tak teridentifikasi, di paru atau ekstraparu
Pneumonia Pneumocystis carinii
Pneumonia rekuren b
Sarkoma Kaposi
Septikemia Salmonella rekuren
Toksoplasmosis otak
Wasting syndrome c
a
Terdapat gejala klinis gangguan kognitif atau
disfungsi motorik yang mengganggu kerja atau
aktivitas sehari-hari, tanpa dapat dijelaskan oleh
penyebab lain selain infeksi HIV. Untuk menyingkirkan
penyakit lain dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi dan
pemeriksaan pencitraan otak (CT scan atau MRI)
b
Berulang lebih dari satu episode dalam 1 tahun
c
Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10%
ditambah diare kronik (minimal 2 kali selama > 30
hari), atau kelemahan kronik dan demam lama (>30
hari, intermiten, atau konstan) tanpa dapat dijelaskan
oleh penyakit/ kondisi lain (missal kanker, tuberkulosis,
enteritis spesifik) selain HIV.
Daftar Pustaka
Djoerban Z, Djauzi S. HIV/AIDS di Indonesia. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, eds.
Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI 2006
Djauzi S, Djoerban Z. Penatalaksanaan HIV/AIDS di pelayanan kesehatan dasar. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
2002.
Aditama T. Tuberculosis Paru: Masalah dan Penanggulangannya. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2004.
Danusantoso, Halim. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates. 2000.
Fauci AS, Lane HC. Human Immunodeficiency Virus Disease: AIDS and related disorders. In: Kasper DL, Fauci
AS, Longo DL, Braunwald E, Hause SL, Jameson JL. editors. Harrisons Principles of Internal Medicine. 17th ed.
The United States of America: McGraw-Hill
Kelompok Studi Khusus AIDS FKUI. In: Yunihastuti E, Djauzi S, Djoerban Z, editors. Infeksi oportunistik pada
AIDS. Jakarta: Balai Penerbit FKUI 2005.
Laporan statistik HIV/AIDS di Indonesia. 2009 [cited 2009 March 10]. Available at url:
http://www.aidsindonesia.or.id
Merati TP, Djauzi S. Respon imun infeksi HIV. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S,
eds. Buku ajar ilmu penyakit dalam. 4th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
2006
Mustikawati DE. Epidemiologi dan pengendalian HIV/AIDS. In: Akib AA, Munasir Z, Windiastuti E, Endyarni B,
Muktiarti D, editors. HIV infection in infants and children in Indonesia: current challenges in management.
Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM 2009
Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral. Panduan Tatalaksana Klinis Infeksi HIV pada orang Dewasa dan
Remaja edisi ke-2, Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan 2007
UNAIDS-WHO. Report on the global HIV/AIDS epidemic 2010: executive summary. Geneva. 2010.
Yayasan Spiritia. Sejarah HIV di Indonesia. 2009 [cited 2009 April 8]; Available from:
http://spiritia.or.id/art/bacaart.php?artno=1040

Anda mungkin juga menyukai