No Tanggal
30-06-2016
Masalah aktif 1 Hipertensi Emergency
BAB I
1
CATATAN MEDIS
I. ANAMNESA
Anamnesis dilakukan di bangsal dahlia III 30 Mei 2016 pukul 09. 30 WIB secara
autoanamnesis.
A. IDENTITAS PENDERITA
a. Nama : Tn.N
b. Usia : 64 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Alamat : Borobudur timur, Semarang
e. Pekerjaan : Supir Truk
f. TglMasukRS :30 06-2016
g. Tgl Periksa :30 06 -2016
2
a. Riwayat Hipertensi : Disangkal
b. Riwayat Diabetes Millitus : Disangkal
c. Riwayat sakit lambung/ usus : Disangkal
d. Riwayat alergi obat : Disangkal
e. Riwayat Asma : Disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat Penyakit Serupa : Disangkal
b. Riwayat Hipertensi : Disangkal
c. Riwayat Diabetes Millitus : Disangkal
d. Riwayat Asma : Diangkal
F. Riwayat Pribadi
a. Konsumsi alkohol : Disangkal
b. Riwayat Merokok : disangkal
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai supir truk ,tinggal bersama istrinya . Biaya pengobatan
menggunakan Jamkesda Kota Semarang.
H. Anamnesa Sistem
Keluhan utama Gusi berdarah
Kepala Pusing (+),cekot cekot (+)
Mata Penglihatan kabur (+), pandangan ganda (-)berkunang-kunang (-)
Hidung mimisan (-), tersumbat (-)
pendengaran berkurang (-), gembrebeg (-), keluar cairan (-),
Telinga
darah (-).
sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah- pecah (-), gusi
Mulut
berdarah (+), mulut kering (-).
Leher Pembesaran kelenjar limfe (-)
Tenggorokan Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-).
Sistem respirasi Sesak nafas (-), batuk (-)
Sistem Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri dada (-), berdebar-debar
kardiovaskuler (+), keringat dingin (-)
Sistem mual (-), muntah (-),BAB hitam (-) BAB cair (-), nafsu makan
gastrointestinal menurun (-) perut sebah (-) nyeri ulu hati (-)
Sistem Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-), badan lemes (-) luka
muskuloskeletal yang tidak sembuh (-)
Kencing warna seperti teh (-), sering kencing (-), nyeri saat
Sistem
kencing (-),kencing nanah(-),sulit memulai kencing (-), anyang-
genitourinaria
anyangan (-).
3
Luka (-), kesemutan (-), kebas (-)kaku digerakan (-), bengkak (-),
Ekstremitas atas
sakit sendi (-) akral dingin (-)
Luka (-), kesemutan (-),kebas (-) kaku digerakan (-), bengkak (-)
Ekstremitas bawah
sakit sendi (-) akral dingin (-)
4
3. Telinga : Serumen (-), nyeri tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus
(-/-)
4. Hidung : Nafas cuping hidung (-), deformitas (-), secret (-)
5. Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-), stomatitis (-)
6. Leher : Pembesaran limfonodi (-), nyeri tekan tragus (-), otot bantu
pernapasan (-), pembesaran tiroid (-)
7. Thoraks
Normochest, simetris, retraksi supraternal (-), retraksi intercostalis
(-), ginekomastia (-), sela iga melebar (-), pembesaran kelenjar getah
bening aksilla (-)
Cor
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat di ICS V, Sternal lift (-), pulsus
epigastrium (-), pulsus parasternal (-), thrill (-)
- Perkusi : Batas jantung
- Batas atas jatung : ICS II linea parasternal sinistra
- Pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
- Batas kiri bawah jantung : ICS V, 2 cm ke medial linea
mid clavicula sinistra
- Batas kanan bawah jantung : ICS V linea sternalis dextra
- Kesan : konfigurasi jantung normal
- Auskultasi : BJ I> II reguler, frekuensi > 100x/menit , bising (-), gallop(-)
Pulmo
Dextra Sinistra
Pulmo Depan
5
Inspeksi
Bentuk dada Normal Normal
Hemitohorax Simetris, statis, dinamis Simetris, statis, dinamis
Warna Sama seperti kulit sekitar Sama seperti kulit sekitar
Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem fremitus Normal ka=ki Normal ka=ki
Perkusi Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
- Wheezing (-) (-)
- Ronki kasar (-) (-)
- RBH (-) (-)
Pulmo Belakang
Inspeksi
Bentuk dada Normal Normal
Hemitohorax Simetris, statis, dinamis Simetris, statis, dinamis
Warna Sama seperti kulit sekitar Sama seperti kulit sekitar
Palpasi
Nyeri tekan (-) (-)
Stem fremitus Normal ka=ki Normal ka=ki
Perkusi Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi
Suara dasar Vesikuler Vesikuler
Suara tambahan
- Wheezing (-) (-)
- Ronki kasar (-) (-)
- RBH (-) (-)
6
Auskultasi : Bising usus (+) 13 kali/ menit
Perkusi : Timpani seluruh region abdomen, Pekak sisi (+), undulasi (-)
pekak alih (-), batas paru hepar VI linea midclavikula dextra,
liver span 10 cm.
Palpasi : Nyeri tekan region epigastrium (-),, hepar, lien dan ginjal
tidak teraba, Murphy sign (-) turgor <2 detik
8. Ekstremitas
Keterangan Superior Inferior
Akral dingin (-/-) (-/-)
Edema (-/-) (-/-)
Capilary refill <2 <2
7
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Lekosit 10,14 10^3/ul 3,8 10,6
Eritrosit L 4,01 10^3/ul 4,4 5,9
Hemoglobin L 11,50 g/dl 13,2 17,3
Hematokrit L 33,30 % 40 52
MCV 83,00 Fl 80 100
MCH 28,70 Pg 26 34
MCHC 34.50 g/dl 32 36
Trombosit 299 10^3/ul 150 440
RDW H 15,90 % 11,5 14,5
Eosinofil absolute 0,22 10^3/ul 0,045 0,44
Basofil absolute 0.04 10^3/ul 0 0,02
Neutrofil absolute 7,16 10^3/ul 1,8 8
Limfosit absolute 2,10 10^3/ul 0,9 5,2
Monosit absolute 0,62 10^3/ul 0,16 1
Eosinofil 2,20 % 24
Basofil 0,40 % 01
Neutrofil H 70,60 % 50 70
Limfosit L 20,70 % 25 40
Monosit 6,10 % 28
Kimia klinik (30-06-2016)
Glukosa sewaktu 100 mg/dL <125
Kalium 3.64 mmol/L 3.5-5.0
Natrium 143,6 mmol/L 135-145
Chlorida H 105,3 mmol/L 95-105
Kreatinin H 2,63 mg/dL 0,6-0.90
Ureum H 68,0 mg/dl 10,0 -50,0
SGOT 10 U/L 0-35
SGPT 9 U/L 0-35
B. EKG
8
Intepretasi Hasil EKG :
1. Irama : Sinus,
2. Frekuensi : 69 x/menit
3. Regularitas : Regular, interval konsisten
4. Axis : lead I (+), aVF (+) normo axis deviasi
5. Zona transisi : V4 dan v5
6. Gel P : 0,08 detik
7. Interval PR : 0,12 detik (3 kotak kecil)
8. Komplek QRS : 0,08 detik (2 kotak kecil)
11. ST segmen : isoelektrik
12. Gel T : normal
Kesan EKG : normal sinus ritem
9
2. Pusing berdenyut 6. BMI= 33,0 kg/m2 9. Kreatinin H 2,63
3. Leher terasa tegang 7. TD =230/123 mmHg
4. Pandangan kabur
V. DAFTAR MASALAH
1. Hipertensi Emergency 1,2,3,4,5,6,7,8,9
VI. RENCANA PEMECAHAN MASALAH
1. Problem : Hipertensi Emergency
Assesment :
Etiologi :
- Primer
- Skunder
Faktor resiko :
- Usia
- Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum
obat
- Penderit hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal
- Obesitas
- Dislipidemia
Komplikasi :
- Gagal jantung
- Stroke
- Gagal ginjal
Inisial Plan :
Diagnosis : elektrolit, kreatinin serum, pemeriksaan darah
lengkap, EKG, foto Thoraks dan analisa urin,pemeriksaan funduskopi.
Terapi :
Infus RL 20 tpm
Syr catapres 1 amp / 6 jam
10
Dexketoprofen 2 x 1
Vitamin B compleks 2x1
Monitoring : KU dan TTV ,Funduskopi
Edukasi :
- Tirah baring
- Menjelaskan tentang penyakit dan komplikasi yang bisa terjadi
pada pasien dan keluarga
- Diet rendah garam
- Modifikasi gaya hidup
VII. PROGRESS NOTE
Tanggal 1 juli 2016
S Pandangan kabur, pusing cekot-cekot
O KU : tampak lemas
Kesadaran : CM
TD : 184/ 104 mmHg
HR : 58 x/menit
RR : 22 x/menit
T : 36,5 oC
Cor :
- Auskultasi : BJ1> II regular, HR< 100x/menit
Abdomen :
- Inspeksi tampak datar
- Auskultasi Bising usus 14x/menit
- Palpasi nyeri tekan epigastrium (-)
- Perkusi timpani
Extremitas : kesemutan (-/-) akral dingin (-)
A Hipertensi Emergensi
P Terapi lanjut
11
S Pandanan kabur
O KU : tampak baik
Kesadaran : CM
TD : 186/ 106 mmHg
HR : 65 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36 oC
Abdomen :
- Inspeksi tampak datar
- Auskultasi Bising usus 8x/menit
- Palpasi nyeri tekan epigastrium (-)
- Perkusi timpani
Extremitas : kesemutan (+/+) akral dingin (-)
Hipertensi
A
Infus RL 20 tpm
P Dexketoprofen inj 2 x 1 amp
Amlodipin 10 mg 1x1
Vit B compleks 3 x 1
Candesartan 16 mg 1x1
BAB II
12
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
DEFINISI
1. Hipertensi emergensi (darurat), yaitu peningkatan tekanan darah sistolik > 180
mmHg atau diastoik > 120 mmHg secara mendadak disertai kerusakan organ
terget. Hipertensi emergensi harus ditanggulangi sesegera mungkin dalam satu
jam dengan memberikan obat obatan anti hipertensi intravena.
13
2. Hipertensi urgensi (mendesak), yaitu peningkatan tekanan darah seperti pada
hipertensi emergensi namun tanpa disertai kerusakan organ target. Pada
keadaan ini tekanan darah harus segera diturunkan dalam 24 jam dengan
memberikan obat obatan anti hipertensi oral.
Dikenal beberapa istilah yang berkaitan dengan hipertensi krisis antara lain:
ETIOLOGI
14
Penyebab dari hipertensi emergensi adalah semua yang dapat meningkatkan
tekanan darah. Tingkat kenaikan tekanan darah berbanding lurus dengan resiko
terjadinya hipertensi emergensi. Keadaan hipertensi kronik menurunkan
kemungkinan terjadinya hipertensi emergensi. Sebaliknya pada individu tanpa
riwayat hipertensi sebelumnya, hipertensi emergensi dapat terjadi pada nilai tekanan
darah yang lebih rendah. Penyebab dari hipertensi emergensi dapat dilihat pada tabel
1.
Hipertensi Primer
Glomerulonefritis Akut
Vaskulitis
Penyakit Parenkim Ginjal
Sindrom Uremik Hemolitik
Trombotik Trombositopenik Purpura
Penyakit Vaskular Renal Stenosis Arteri Renal
Kehamilan Eklampsia
Pheokromositoma
Sindrom Cushing
Endokrin
Renin-Secreting tumor
Hipertensi mineralocortikoid
Kokain, simpatomimetik, eritropoietin,
siklosporin
Obat-obatan Withdrawal antihipertensi
Interaksi dengan Tyramin (MAOi)
Amfetamin, lead intoxication
Guillain-Barre syndrome, porphyria
Hipereakivitas autonomic
intermittent akut
Injuri serebral, infark/pendarahan
Penyakit Susunan Saraf Pusat
serebral, tumor otak
PATOFISIOLOGI
15
Patofisiologi terjadinya hipertensi emergensi hingga saat ini belum diketahui
secara jelas. Teori yang berkembang menghubungkan kejadian hipertensi emergensi
dengan kenaikan resistensi vaskular secara mendadak. Peningkatan resistensi
vaskular dapat dipicu oleh beberapa agen vasokonstriktor seperti angiotensin II atau
norepinephrin atau dapat terjadi karena hasil dari keadaan hipovolemia relatif.
Penelitian terhadap hewan menunjukkan bahwa aktivasi dari renin-angiotensin-
aldosteron merupakan bagian yang penting dari proses terjadinya hipertensi
emergensi.
Selama terjadinya kenaikan tekanan darah, endothelium berkompensasi dengan
keadaan resistensi vaskular dengan meningkatkan pengeluaran dari molekul
vasodilator seperti nitric oxide. Hipertensi yang bertahan atau parah, respon
kompensasi dari vasodilator tidak lagi mampu mengatasi keadaan tersebut,
mengakibatkan terjadinya dekompensasi endothelial yang nantinya akan
menyebabkan peningkatan yang lebih lagi dari tekanan darah dan terjadinya
kerusakan endotel. Kejadian lanjutan yang terjadi adalah siklus kegagalan
homeostasis yang menyebabkan peingkatan resistensi vaskular dan kerusakan endotel
yang lebih jauh. Mekanisme pasti dari kerusakan fungsi endotel belum dapat
dijelaskan. Mekanisme yang dipertimbangkan adalah respon proinflamasi yang dipicu
oleh mechanical stretching seperti pengeluaran sitokin-sitokin dan monocyte
chemotatic protein 1, peningkatan konsentrasi endothelial cell cytosolic calcium,
pengeluaran vasokonstriktor endothelin 1 dan peningkatan ekspresi dari endothelial
adhesion molecule. Peningkatan ekspresi dari vaskular adhesion molecule seperti P-
selectin, E-selectine atau intracellular adhesion molecule 1 oleh sel endotel memicu
inflamasi lokal dan menyebabkan kerusakan tambahan dari fungsi endotel.
16
Gambar 1. Patofisiologi vaskular Hipertensi Emergensi[
17
Semua kejadian molekular ini pada akhirnya akan memicu terjadinya
peningkatan permeabilitas endotel, menghambat fibrinolitik lokal dari endothel dan
mengaktifkan jalur koagulasi. Agregasi trombosit, dan degranulasi pada endothelium
yang telah rusak, dapat memicu terjadinya inflamasi yang lebih parah, trombosis dan
vasokonstriksi.[4]
DIAGNOSIS
Anamnesis yang dilakukan harus melingkupi durasi secara detail dan keparahan
dari hipertensi sebelumnya dan juga adanya kegagalan organ yang terjadi
sebelumnya. Obat-obatan anti hipertensi derajat pengontrolan tekanan darah dan
obat-obatan yang memicu naiknya tekanan darah seperti kokain harus ditanya secara
detail. Gejala khusus pada organ terminal harus ditanya dengan lengkap. Beberapa
gejala yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Nyeri dada
2. Nyeri punggung
3. Sesak Nafas
18
Pemeriksaan Fisik yang dilakukan pertama kali adalah apakah terdapat
kerusakan organ. Tekanan darah dilakukan jika memungkinkan pada dua posisi untuk
mencari tahu apakah ada deplesi volume dalam intravaskular. Tekanan darah juga
sebaiknya dilakukan pada kedua tangan, apabila terdapat perbedaan yang signifikan,
dapat memunculkan kecurigaan terjadinya diseksi aorta. Pemeriksaan kardiovaskular
harus berfokus pada adanya kegagalan jantung seperti adanya peningkatan tekanan
vena jugular, adanya crakles, atau gallop. Pemeriksaan neurologis harus dapat menilai
tingkat kesadaran, gejala iritasi meningen, lapang pandang dan gejala-gejala fokal.
MANIFESTASI KLINIS
Emergensi Neurologis
19
Tabel 2. Persamaan dan Perbedaan pada Emergensi Neurologis
Defisit Jarang;
Computed Terkadang
- Hipertensi Kardiak
Manifestasi hipertensi emergensi yang pada sistem kardiak yang paling sering
terjadi adalah infark atau iskemi miokard akut, edema paru dan diseksi aorta. Pasien
dengan kenaikan tekanan darah yang signifikan seharusnya dilakukan pemeriksaan
EKG untuk mengidentifikasi adanya iskemia kardiak, auskultasi pada paru dan
20
pemeriksaan lain untuk mencari apakah ada gagal jantung. Pemeriksaan lainnya
adalah dilakukan foto thoraks untuk melihat vaskularisasi pada paru-paru dan
diameter dari aorta.
- Emergensi vaskular
21
kedua dan ketiga dari kehamilan karena sifatnya yang nefrotoksik dan efek
sampingnya pada janin.
TATALAKSANA
Prinsip umum
Terapi spesifik
- Clevidipine
22
Clevidipine merupakan obat yang bekerja dengan menghambat kanal kalsium
yang telah di setujui oleh FDA pada Agustus 2008 untuk digunakan dalam tatalaksana
hipertensi akut setelah menunjukkan tingkat keamanan dan khasiat yang baik dalam
uji coba klinis. Obat ini mernurunkan tekanan darah dengan bergantung pada dosis
dengan waktu paruh yang sangat singkat yaitu 1-2 menit, bekerja dengan menurunkan
resistensi vaskular dan tidak mempengaruhi kapasitas pembuluh darah atau tekanan
pengisian jantung.
- Sodium nitroprusidde
Sodium Nitroprusidde dapat digunakan dalam berbagai situasi. Obat ini bekerja
sebagai dilator dari arteri dan vena yang bekerja secara cepat. Obat ini hanya
diberikan dengan infus intravena yang kontinyu dengan pengawasan terhadap tekanan
darah intra-arterial. Komplikasi dari pengunaan obat ini adalah hipotensi. Komplikasi
lainnya adalah kemungkinan terjadinya keracunan cyanate atau thiocyanate pada
pemakaian jangka panjang, khususnya pada pasien dengan penurunan fungsi liver dan
ginjal. Beberapa penelitian menyatakan bahwa Sodium nitroprusidde dapat
meningkatkan tekanan intracranial, tetapi dengan efek penurunan resistensi vaskular
tidak terlalu berpengaruh banyak terhadap peningkatan tekanan intra cranial oleh
sebab itu obat ini direkomendasi sebagai terapi untuk hipertensi emergensi termasuk
hipertensi ensefalopati.
- Labetalol
23
Labetalol biasanya muncul dalam dua sampai lima menit. Setelah bolus dan mencapai
puncaknya pada lima sampai lima belas menit dan efek dapat bertahan selama dua
sampai empat jam. Labetalol tidak mempunyai efek penghambat yang murni
sehingga curah jantung dapat dipertahankan. Resistensi vaskular yang terjadi adalah
efek dari penghambat reseptor , keadaan ini tidak mengurangi aliran darah perifer.
Obat ini digunakan pada saat-saat khusus seperti iskemia miokard akut, diseksi aorta,
hipertensi post-operatif akut, stroke iskemik akut, ensefalopati hipertensi, pre-eklamsi
dan eklamsia. Efek samping penggunaan labetalol antara lain mual, muntah,
flushing,bradikardi, bronkospasme dan gagal jantung.
- Esmolol
- Nitroglycerin
- Nicardipine
24
arteri koroner dan relaksasi otot polos. Obat ini mempunyai tingkat selektivitas yang
tinggi dan vasodilator pembuluh darah otak dan koroner yang kuat
- Fenoldopam mesylate
Obat-obat golongan ACE inhibitor dan hydralazine juga dapat digunakan untuk
beberapa kondisi. Penggunaan ACE inhibitor dalam kondisi akut membutuhkan
pertimbangan yang khusus karena dengan cara kerjanya obat ini dapat menyebabkan
tekanan darah yang turun sangat drastis pada pasien dengan hipovolemik atau pada
pasien dengan keadaan stenosis arteri renal. Obat-obatan diuretik sebaiknya dihindari
pada kasus hipertensi emergensi kecuali didapatkan adanya kegagalan ventrikel kiri
dan edem paru. Sebagian besar pasien mengalami keadaan hipovolemi disebabkan
oleh natriuresis yang disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi
25
menit. takikardia pada
gangguan
ginjal dan
gagal jantung
akut
Esmolol Infus awal 0,5 1 menit 10-20 Mual, flushing, Edem paru
mg/kg; Infus menit blok jantung akut, Iskemia
25-300 g/kg derajat satu, miokard akut,
per menit bronkospasme diseksi aorta
akut,
hipertensi
post-op akut
Fenoldopam 0,1 g/kg per 5 menit 30-60 Mual, sakit Edem paru
menit dari menit kepala, flushing akut,
infus awal ensefalopati
hipertensi,
gagal ginjal
akut, stroke
iskemik akut
Labetalol Bolus 20 mg; 2-5 2-4 Hipotensi, Edem paru
infus 1-2 menit jam pusing, akut,
mg/menit dan bronkospasme, ensefalopati
dititrasi sesuai mual, muntah hipertensi,
efek atau dosis iskemia
diulang 20-80 miokard akut,
mg pada diseksi aorta
interval 10 akut, post-op
menit hipertensi,
eklamsia dan
26
stroke
iskemik
Nicardipine Infus 5 5-15 4-6 Sakit kepala, Edem paru
mg/jam menit jam pusing, flushing, akut,
ditingkatkan edem, takikardia ensefalopati
2,5 mg/jam hipertensi,
setiap 5 menit gagal ginjal
(max: 15 akut, krisis
mg/jam) simpatetik,
post-op
hipertensi,
stroke
iskemik
Nitroglycerine 5 g/menit, 1-5 5-10 Refleks Agen
meningkat 5 menit menit takikardi, tambahan
g/menit tiap takifilaksis, pada edem
3-5 menit hipoksemia paru akut dan
sampai 20 iskemia
tidak ada
respon,
naikkan 10
g/menit tiap
3-5 menit
sampai 200
g/menit
Sodium Awal 0.3-0.5 Dalam 1-2 Efek toksik Edem paru
Nitroprusside g/kg /menit hitungan menit thiocyanate dan akut dan
dinaikan detik sianida, sakit Diseksi aorta
27
dengan kepala, spasme akut
kenaikan 0.5 otot, flushing
g/kg/menit
( max
2g/kg/menit)
28
DAFTAR PUSTAKA
Nafrialdi. Bab 6: Antihipertensi, dalam Buku Farmakologi dan Terapi, edisi 5, editor
William and Price. Bab VI: Krisis hipertensi dalam Buku Patoofisiologi, Edisi 5,
Failure, Acute Pulmonary Edem In. Harrisons Principles of Internal Medicine, edisi
Roesma J. Bab 175: krisis hipertensi, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi 5,
29
Sjaharudin H, Sally N. Bab XII: Edema Paru Aku dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, edisi 5, editor Sudoyo A.W dkk. Jakarta: Interna Publishing. 2009. p. 1920-
1923.
30