Anda di halaman 1dari 10

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak dulu gerakan mahasiswa berperan penting dalam menentukan
perjalanan bangsa Indonesia karena diyakini bahwa sosok mahasiswa adalah
mereka yang masih berjiwa bersih karena idealisme, semangat muda, dan
kemampuan intelektual yang tinggi. Dari pandangan ini kemudian mahasiswa
dianggap sebagai agen perubahan (agent of change) pada suatu masyarakat
atau bangsa.
Kemampuan intelektual tinggi yang dimiliki mahasiswa mampu berperan
sebagai agen perubahan (agent of change). Peran mahasiswa tersebut terlihat
menonjol dalam peristiwa-peristiwa besar seperti Kebangkitan Nasional tahun
1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945,
lahirnya Orde Baru tahun 1966, dan Reformasi tahun 1998. Maka tidaklah
berlebihan jika mahasiswa diharapkan juga dapat menjadi motor penggerak
utama gerakan anti korupsi di Indonesia. Oleh karena itu, penulis ingin
mengupas tuntas mengenai peran mahasiswa lebih khusus dalam
pemberantasan korupsi di lingkungan kampus melalui makalah yang berjudul
“Peran Mahasiswa Dalam Pemberantasan Korupsi Di Lingkungan
Kampus.”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi dari korupsi?
2. Bagaimana pembelajaran mata kuliah anti-korupsi?
3. Bagaimana peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi di lingkungan
kampus?

C. Tujuan Penulisan
1. Definisi dari korupsi.
2. Pembelajaran mata kuliah anti-korupsi.
3. Peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi di lingkungan kampus.

1
BAB II
Peran Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi

A. Definisi Korupsi
Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea,
1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary, 1960). Selanjutnya
dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa
Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah
“corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda). Arti kata korupsi secara harfiah adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral,
penyimpangan dari kesucian.
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa
Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral,
kebejatan dan ketidakjujuran”(S. Wojowasito-WJS Poerwadarminta, 1978).
Pengertian lainnya, “perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang,
penerimaan uang sogok, dan sebagainya” (WJS Poerwadarminta, 1976).
Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa (Muhammad
Ali, 1998) :
1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan
untuk kepentingan sendiri dan sebagainya;
2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok, dan sebagainya; dan
3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi.
Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan
merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut:
sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut
jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam
jabatan karena pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan
penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan
jabatan (Nanang, dkk, 2011).

2
Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus hukum, yang dimaksud
corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, perbuatan curang, tindak pidana
yang merugikan keuangan negara (Subekti dan Tjitrosoedibio, 1973).
Selanjutnya Baharudin Lopa mengutip pendapat David M. Chalmers,
menguraikan istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang menyangkut
masalah penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi,
dan yang menyangkut bidang kepentingan umum. Hal ini diambil dari definisi
yang berbunyi “financial manipulations and deliction injurious to the economy
are often labeled corrupt” (Evi Hartanti: 2008).
Korupsi adalah tindakan memporak-porandakan keadilan. Implikasi korupsi
adalah terjadinya kerusakan, terlanggarnya hak asasi manusia, pemiskinan,
kehancuran tatanan kehidupan, dan sebagainya (Marzuki & Hifdzil, 2016).

B. Pembelajaran Mata Kuliah Anti-korupsi


1. Mengapa Memberikan Pendidikan Anti Korupsi?
Secara umum, pendidikan ditujukan untuk membangun kembali
pemahaman yang benar dari masyarakat mengenai korupsi, meningkatkan
kesadaran (awareness) terhadap segala potensi tindak koruptif yang terjadi,
tidak melakukan tindak korupsi sekecil apapun, dan berani menentang
tindak korupsi yang terjadi. Tujuan praktis ini, bila dilakukan bersama-sama
semua pihak, akan menjadi gerakan masal yang akan mampu melahirkan
bangsa baru yang bersih dari ancaman dan dampak korupsi (Nanang, dkk,
2011).
2. Tujuan Mata Kuliah Anti-korupsi
Matakuliah Anti-korupsi ini tidak berlandaskan pada salah satu
perspektif keilmuan secara khusus. Berlandaskan pada fenomena
permasalahan serta pendekatan budaya yang telah diuraikan diatas,
matakuliah ini lebih menekankan pada pembangunan karakter anti-korupsi
(anti-corruption character building) pada diri individu mahasiswa.
Dengan demikian tujuan dari matakuliah Anti-korupsi adalah membentuk
kepribadian anti-korupsi pada diri pribadi mahasiswa serta membangun
semangat dan kompetensinya sebagai agent of change bagi kehidupan

3
bermasyarakat dan bernegara yang bersih dan bebas dari ancaman korupsi
(Nanang, dkk, 2011).

C. Peran Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi di Kampus


1. Menyelisik Peran Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi
Sejak dulu telah terbukti peran mahasiswa sebagai motor penggerak
dalam peristiwa-peristiwa besar, bermula dari Kebangkitan Nasional tahun
1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, Proklamasi Kemerdekaan NKRI tahun
1945, lahirnya Orde Baru tahun 1966, hingga Orde Reformasi tahun 1998.
Hal ini menjadi bukti keampuhan gerakan mahasiswa sebagai agen
perubahan. Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari
karakteristik yang dimiliki, yaitu intelektualitas yang tinggi, jiwa muda yang
penuh semangat, dan idealisme yang murni. Selain itu, peran ini sangat
terkait dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat. Demikian pula dalam memandang
persoalan bangsa ini, terutama terkait korupsi, mahasiswa patut menjadi
garda (pelopor) terdepan gerakan antikorupsi.
Mahasiswa dapat berperan nyata melalui edukasi dan kampanye, yang
merupakan salah satu strategi pemberantasan korupsi yang sifatnya represif
(menekan, menahan, menindas). Melalui program edukasi dan kampanye
dapat dibangun perilaku dan budaya antikorupsi antarsesama mahasiswa
atau jenjang lebih rendah lagi, yaitu taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan
sekolah menengah. Program edukasi dilakukan melalui banyak kegiatan,
seperti pembuatan bahan ajar pendidikan dan budaya antikorupsi, materi
pendidikan dan budaya antikorupsi dimasukkan ke dalam kurikulum
pendidikan, dan pembentukan pusat studi antikorupsi di kampus. Program
kampanye dapat dilakukan melalui media cetak, media elektronik, media
daring (online), perlombaan/ sayembara, termasuk modifikasi program
kuliah kerja nyata (KKN).

4
Gambar 2.1 Modul pendidikan yang telah dikembangkan KPK bekerjasama
dengan perguruan tinggi dan beberapa orang guru baik tingkat dasar
maupun tingkat menengah.
Apa pun bakat mahasiswa dalam edukasi dan kampanye dapat dijadikan
pintu masuk untuk kampanye gerakan antikorupsi. Kegiatan ini dapat
dimasukkan melalui aneka bakat seni yang dimiliki oleh mahasiswa, seperti
menyanyi, menciptakan lagu antikorupsi, seni drama, atau juga kemampuan
menulis.Selain itu, organisasi-organsasi mahasiswa seperti Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa (Hima), dan unit-unit kegiatan
dapat menjadi contoh komitmen penegakan integritas dalam berorganisasi.
Bukanlah hal yang mengejutkan jika praktik-praktik korupsi juga menjalari
organisasi-organisasi mahasiswa sehingga hal ini pun harus dicegah sejak
dini ketika mahasiswa juga dapat mengontrol organisasi yang dikelola di
antara mereka (Adwirman, 2014)..
2. Pelibatan Mahasiswa dalam Gerakan Antikorupsi
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti-korupsi di lingkungan
kampus dapat dibagi ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu
mahasiswanya sendiri, dan untuk komunitas mahasiswa. Untuk konteks
individu, seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar dirinya
sendiri tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi. Sedangkan untuk
konteks komunitas, seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah agar
rekan-rekannya sesama mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan di
kampus tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi (Nanang, dkk, 2011).
Dalam wilayah individu seyogianya mahasiswa menyadari perilakunya
agar tidak terjerembab pada praktik yang menyuburkan benih-benih

5
korupsi.Contohnya, menitipkan presensi kehadiran kepada teman untuk
mengelabui dosen. Dalam wilayah kelompok, mahasiswa dapat saling
mengingatkan dan mengontrol apa yang terjadi di sekelilingnya terkait
perilaku yang menjurus pada tindakan korup.
Nanang, dkk. (2011) keterlibatan mahasiswa dalam upaya
pemberantasan korupsi tentu tidak pada upaya penindakan yang merupakan
kewenangan institusi penegak hukum. Peran aktif mahasiswa diharapkan
lebih difokuskan pada upaya pencegahan korupsi dengan ikut membangun
budaya anti korupsi di masyarakat. Kemudian, Adwirman (2014)
menguraikan upaya-upaya yang dapat dilakukan mahasiswa di lingkungan
kampus adalah sebagai berikut.
a. Menciptakan lingkungan kampus bebas korupsi
Seseorang melakukan korupsi jika ada niat dan kesempatan.Kampus
juga menjadi tempat dapat berkembangnya niat dan kesempatan untuk
berlaku korup.Untuk itu, penciptaan lingkungan kampus yang bebas korupsi
harus dimulai dari kesadaran seluruh civitas academica kampus serta
ditegakkannya aturan-aturan yang tegas.Kampus dapat disebut sebagai
miniatur sebuah negara.
Kampus juga harus menciptakan budaya transparansi, baik itu di
lingkungan pejabat kampus maupun pengelola kampus secara keseluruhan.
Para dosen juga harus menunjukkan teladan dalam bersikap penuh
integritas. Berita dalam kliping koran berikut ini menunjukkan perilaku
akademisi yang tidak mencontohkan sikap berintegritas.

Gambar 2.1 Plagiarisme merupakan perilaku akademisi yang tidak


mencontohkan sikap berintegritas.

6
Contohnya: Tidak ada jasa-jasa plagiat misalnya fotocopy yang mengklaim
hasil desertasi orang lain, melepaskan halaman muka yang melakukan
desertasi, tugas, makalah yang dibuat orang lain.
b. Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan
korupsi
Kegiatan seperti kuliah kerja nyata (KKN) dapat dimodifikasi menjadi
kegiatan observasi tentang pelayanan publik di dalam masyarakat dan
sekaligus sosialisasi gerakan antikorupsi dan bahaya korupsi kepada
masyarakat. Selain itu, mahasiswa juga dapat menciptakan kegiatan-
kegiatan lain secara kreatif yang berhubungan dengan masyarakat secara
langsung, seperti mengadakan sayembara karya tulis antikorupsi,
mengadakan pentas seni antikorupsi, meminta pendapat masyarakat tentang
pelayanan publik, atau mendengarkan keluhan masyarakat terkait pelayanan
publik.
c. Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah
Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak sebagai agen
pengontrol dalam pemerintahan.Kebijakan pemerintah, baik itu eksekutif,
legislatif, maupun yudikatif sangat perlu untuk dikontrol dan dikritisi jika
dirasa kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada keadilan
dan kesejahteraan masyarakat dan semakin memperburuk kondisi
masyarakat. Misalnya, dengan melakukan aksi damai untuk mengkritik
kebijakan pemerintah atau melakukan jajak pendapat untuk memperoleh
hasil negosiasi yang terbaik.
Di samping itu, mahasiswa melakukan kontrol terhadap jalannya
penerimaan mahasiswa baru dan melaporkan kepada pihak-pihak yang
berwenang atas penyelewengan yang ada. Selain itu, mahasiswa juga
melakukan upaya edukasi terhadap rekan-rekannya ataupun calon
mahasiswa untuk menghindari adanya praktik-praktik yang tidak sehat
dalam proses penerimaan mahasiswa (Nasrullah, 2018).
Nanang, dkk. (2011) dalam buku yang berjudul Pendidikan Anti
Korupsi untuk Perguruan Tinggi menyimpulkan bahwa seorang mahasiswa
dapat berperan dengan baik dalam gerakan anti-korupsi maka pertama-

7
pertama mahasiswa tersebut harus berperilaku anti-koruptif dan tidak
korupsi dalam berbagai tingkatan. Dengan demikian mahasiswa tersebut
harus mempunyai nilai-nilai anti-korupsi dan memahami korupsi dan
prinsip-prinsip anti-korupsi. Kedua hal ini dapat diperoleh dari mengikuti
kegiatan sosialisasi, kampanye, seminar dan kuliah pendidikan anti korupsi.
Diperjelas oleh Nasrullah (2018) bahwa untuk dapat berperan secara
optimal dalam pemberantasan korupsi adalah dengan pembenahan
terhadap diri dan kampusnya.Nilai-nilai dan pengetahuan yang diperoleh
tersebut harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata
lain seorang mahasiswa harus mampu mendemonstrasikan bahwa dirinya
bersih dan jauh dari perbuatan korupsi.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

9
DAFTAR PUSTAKA

Adwirman. (2014). Buku Ajar Pendidikan Dan Budaya Antikorupsi. Jakarta:


Pusdiklatnakes Kementerian Kesehatan RI.
Ali, Muhammad (1993), Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta :
Pustaka Amani.
Andrea, Fockema (1951), Rechtsgeleerd Handwoordenboek, Groningen –
Djakarta, Bij J B Wolter Uitgevermaatschappij, 1951 (Kamus Hukum,
terjemahan), Bandung: Bina Cipta.
Hamzah, Andi (2002), Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Hukum Pidana,
Jakarta: Penerbit Pusat Hukum Pidana Universitas Trisakti.
Hartanti, Evi (2008), Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika.
Marzuki Wahid & Hifdzil Alim. (2016). Jihad Nahdlatul Ulama Melawan
Korupsi. Jakarta: Lakpesdam PBNU.
Nanang, dkk. (2011). Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Bagian Hukum Kepegawaian.
Nasrullah, Muhammad. (2018). Peran Mahasiswa dalam Gerakan Anti Korupsi.
https://www.inspirasi.co diakses tanggal 31 Agustus 2018.
Poerwadarminta, WJS (1976), Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pustaka
Poerwadarminta, S. Wojowasito-WJS (1982), Kamus Lengkap Inggris-Indonesia
Indonesia-Inggris, Bandung : Penerbit Hasta.
Subekti dan Tjitrosoedibio (1973), Kamus Hukum, Jakarta : Pradnya Paramita
Webster Student Dictionary (1960).

10

Anda mungkin juga menyukai