Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

POSTNATAL SECTIO CAESAREA (SC)

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Praktik Belajar Klinik Keperawatan Maternitas

Oleh:

Ajep Tohajudin
P2.06.20.2.17.043
2B Keperawatan

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN CIREBON
Jl.Pemuda Nomor 38 Kota Cirebon
2019
KONSEP DASAR
POSTNATAL SECTIO CAESAREA (SC)

A. Definisi
Pelahiran sesarea juga dikenal dengan istilah seksio sesarea atau seksio C adalah
pelahiran janin melalui insisi yang dibuat pada dinding abdomen dan uterus. Tindakan ini
dipertimbangkan sebagai pembedahan abdomen mayor. Nama sesarea berasal dari suatu
legenda bahwa Julius Caesar dilahirkan dengan cara seperti ini (Reeder et al, 2014).
Kelahiran cesar adalah melahirkan janin melalui insisi uterus transabdomen. Tujuan dari
kelahiran cesar adalah untuk menyelamatkan kehidupan atau kesehatan ibu dan janinnya; di
mana kelahiran cesar dapat menjadi pilihan terbaik untuk kelahiran ketika terdapat bukti-
bukti komplikasi pada ibu atau janin (Lowdermilk, Perry, dan Cashio, 2013).

B. Etiologi
Sebagain besar dari prosedur-prosedur ini dilakukan pada kondisi-kondisi yang dapat
menimbulkan bahaya bagi ibu dan janinnya jika kelahiran pervagina terjadi. Namun
permintaan pada kelahiran cesar tanpa indikasi medis atau kebidanan dapat terjadi.
Berikut indikasi-indikasi umum kelahiran cesar:
1. Ibu
a. Penyakit ibu yang berat seperti penyakit jantung, diabetes melitus, preeklamsia berat
atau eklamsia, kanker serviks atau infeksi berat (virus herpes simpleks tipe II atau
herpes genital dalam fase aktif atau dalam 2 minggu lesi aktif). Persalinan tersebut
membutuhkan persalinan seksio sesarea karena beberapa alasan: untuk mempercepat
pelahiran dalam suatu kondisi yang kritis; karena klien dan janin tidak mampu
mentoleransi persalinan; atau janin akan terpajan dengan risiko bahaya yang
meningkat saat melalui jalan lahir (Reeder et al, 2014).
b. Obstruksi jalan lahir karena adanya fibroid atau tumor ovarium.
2. Janin
a. Malpresentasi (seperti presentasi bokong [Gambar 1.1], atau posisi melintang).
Gambar 1.1 A. Presentasi bokong frank; B. Presentasi bokong lengkap. Sumber:
Cunningham, FG, et al. (2014). Williams Obstetrics. New York: McGraw Hill.
b. Gawat janin, seperti janin dengan kasus prolaps tali pusat, insufisiensi uretroplasenta
berat.
3. Ibu-janin
a. Distosia (kemajuan persalinan yang abnormal) pada umumnya ditunjukan sebagai
suatu “kegagalan kemajuan” dalam persalinan. Persalinan berlangsug lebih lama,
lebih nyeri, atau tidak normal karena ada masalah pada mekanisme persalinan,
tenaga/kekuatan, jalan lahir, janin yang akan dilahirkan, atau masalah psikis (Reeder
et al, 2014).
b. Abrupsio plsenta (Gambar 1.2), lepasnya seluruh atau sebagian plasenta secara
prematur.

Gambar 1.2 abrupsio plasenta, menunjukkan pemisahan plasenta lengkap atau


sebagian. Sumber: Durham, Roberta F & Chapman, L.( 2014). Maternal-newborn
nursing : the critical components of nursing care. Philadelphia: F. A. Davis
Company.
c. Plasenta previa, plasenta yang melekat secara abnormal pada segmen bawah uterus
seluruh atau sebagain sehingga menutupi serviks atau cukup dekat dengan serviks
dan menyebabkan perdarahan (Gambar. 1.3) (Hull & Resnik, 2009).

Gambar 1.3 jenis plasenta previa; a. Lengkap, b. Sebagian. Sumber: Perry, SE., et
al. (2014). Maternal Child Nursing Care. St. Louis: Elsevier.
d. Kelahiran caesar elektif, istilah kelahiran cesar atas permintaan merujuk pada
kelainan cesar tanpa indikasi medis atau kebidanan. Alasan ibu meninginkan
kelahiran caesar adalah dikarenakan kenyamanan dalam merencanakan tanggal atau
memiliki pilihan mengenai kapan akan melahirkan (Lowdermilk, Perry, dan Cashio,
2013).

C. Patofisiologi
Sebelum pembedahan caesar, kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien.
Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding
abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan
berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post SC, yang bila tidak dirawat
dengan baik akan menimbulkan masalah resiko infeksi. Setelah kelahiran bayi prolaktin dan
oksitosin meningkat menyebabkan efeksi ASI, efeksi ASI yang tidak adekuat menimbulkan
masalah ketidakefektifan pemberian ASI pada bayi (Astuti, 2015).
Gambar 1.3 pathway sectio caesarean. Sumber: Astuti, DP. (2015). Asuhan
Keperawatan Pada Ny.Y Dengan Post Sectio Caesarea Indikasi Disproporsi Kepala
Panggul di Bangsal Bougenfil RS T IV Slamet Riyadi Surakarta. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

D. Teknik Operasi
Insisi kulit dapat vertikal, memanjang dari dekat umbilikus ke mons pubis, atau
transversal (insisi Pfannenstiel) pada abdomen bawah (Gambar 1.4). insisi tranversal
kadang disebut insisi bikini, dilakukan lebih sering dibandingkan insisi vertikal. Jenis
insisi kulit umumnya ditentukan oleh urgensi operasi dan adanya insisi kulit sebelumnya
(Landon, 2007).
Gambar 1.4 insisi kulit untuk kelahiran cesar; A. Vertikal, B. Horizontal (insisi
Pfannenstiel). Sumber: Perry, SE., et al. (2014). Maternal Child Nursing Care. St. Louis:
Elsevier
Dua jenis insisi uterus utama adalah tranversal rendah dan vertikal, yang dapat
rendah atau klasik (Gambar 1.5). Idealnya, insisi vertikal seluruhnya berada pada
segmen uterus bawah, namun memanjang kebagian kontraktil uterus (seperti insisi
klasik) sering terjadi. Indikasi insisi uterus vertikal meliputi segmen bawah uterus yang
belum terbentuk sempurna, posisi tansversal atau presentasi bokong pada prematur,
anomali janin tertentu seperti hidrosefalus masif, dan plasenta previa anterior. Insisi
uterus transversal rendah lebih mudah dilakukan dan lebih mudah penyembuhannya,
serta berhubungan dengan kehilangan darah yang lebih sedikit (Landon, 2007).

Gambar 1.5 insisi uterus untuk kelahiran cesar. A. Insisi transversal rendah. B. Insisi vertikal
rendah. C. Insisi klasik. Sumber: Gabbe SG, Niebyl J, Simpson J, et al. (2012). Obstetrics:
normal and problem pregnancies, ed 6, Philadelphia: Saunders.
E. Proses Kelahiran Sectio Caesarea
1. Klien diberikan anestesi 5. Anggota tim mengekstraksi janin dari
rahim

2. Area pembedahan ditentukan dan


6. Bayi baru lahir berhasil muncul
dibersihkan

3. Dokter bedah kandungan mulai 7. Perawat memegang bayi baru ahir dan
melakukan insisi menunjukkannya pada ibu

4. Uterus telah dibuka 8. Rahim didorong kembali ke tubuh


9. ahli bedah memperbaiki rahim 10. Tempat sayatan dijahit

11. klien dipersiapkan untuk ditempatkan di ruang pemulihan

Sumber: Robin J. Evans et al. (2010).


Canadian ed. of: Maternity, newborn, and
women's health nursing. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.

F. Manifestasi Klinis
Menurut Doenges (2001), manifestasi pada klien setelah kelahiran sesaria adalah
sebagai berikut:
1. Mungkin mengeluh ketidaknyamanan (nyeri) dari sumber insisi.
2. Aliran lochea sedang dan bebas bekuan darah.
3. Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh.

G. Komplikasi
Komplikasi ibu yang mungkin terjadi berhubungan dengan kelahiran cesar meliputi
aspirasi, perdarahan, atelektasis, endometritis, terbukanya jahitan pada abdomen atau
infeksi, infeksi saluran kemih, perlukaan pada kandung kemih atau usus, dan komplikasi
yang berhubungan dengan anestesi. Janin dapat lahir secara prematur jika usia kehamilan
belum ditentukan secara akurat. Perlukaan pada janin juga dapat terjadi pada operasi (Thorp,
2009).
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi
dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Urinalisis, kultur urine, darah, vaginal, dan lokhia: pemeriksaan tambahan didasarkan
pada kebutuhan individual (Doenges, 2001).

I. Penatalaksanaan
Masalah fisiologi ibu pada hari-hari pertama dapat didominasi oleh nyeri pada daerah
insisi. Selama 24 jam pertama setelah operasi, pereda nyeri dapat diberikan dengan
analgesik. Makanan dan cairan yang dimakan biasanya hanya menyeruput air putihhingga
terdapat bising usus. Diet kemudian ditingkatkan menjadi cairan penuh. Setelah ibu telah
kentut, dapat melanjutkan diet biasa (Gilbert, 2007).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
POSTNATAL DENGAN SECTIO CAESAREA (SC)

A. Pengkajian
A. Biodata
1. Identitaas pasien: nama, umur, jenis kelamin, alamat, status perkawinan, agama,
suku, pendidikan, pekerjaan, no. Register, diagnosa medis, tanggal masuk, dan
tanggal pengkajian.
2. Identitas penanggung jawab: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
hubungan dengan pasien, dan alamat.
B. Keluhan utama/alasan kunjungan
C. Riwayat kesehatan sekarang
Termasuk uraian keluhan utama secara kronoligis. Untuk membantu dalam
mengutarakan keluhannya secara lengkap, kita dapat menggunakan analisis simtom
PQRST sebagai berikut (Priharjo, 2013).
P (Provokatif-paliatif): apakah yang menyebabkan gejala? Apakah yang dapat
mengurangi atau memperbaiki gejala? Apakah yang memperburuk gejala?
Q (Kualitas-kuantitas): bagaimana gejala dirasakan? Lebih parah atau lebih ringan dari
yan dirasakan sebelumnya?
R (Region-radiasi): dimana gejala terasa? Apakah menyebar?
S (Skala): seberapakah keparahan yang dirasakan? (nilai dengan menggunakan skala 1-
10 (nilai 10 paling parah).
T (Timing/waktu): tanggal dan jam gejala terjadi? Tiba-tiba atau bertahap? Setiap jam,
hari, minggu, bulan, sepanjang hari, pagi, siang, malam? Berapa lama gejala dirasakan?
D. Riwayat kesehatan dahulu
E. Riwayat kesehatan keluarga
F. Riwayat obstetri dan ginekologi
1. Riwayat obstetri
a. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nipas yang lalu (G... P... A...)
b. Riwayat kehamilan sekarang: klien merasa hamil berapa bulan, keluhan waktu
hamil, gerakan anak pertama dirasakan, imunisasi, penambahan BB selama
kehamilan pemeriksaan kehamilan teratur/tidak, tempat pemeriksaan dan hasil
pemeriksaan.
2. Riwayat ginekologi
a. Riwayat menstruasi: menarche, lamanya haid, siklus, banyaknya, sifat darah,
HPHT, taksiran persalinan.
b. Riwayat perkawinan: usia saat menikah, lamanya menikah, pernikahan yang
ke-.
c. Riwayat kontrasepsi: jenis kontraksi yang digunakan sebelum hamil, waktu dan
lama penggunan, masalah dalam penggunaaan, jenis kontrasepsi yang akan
dilaksananakn setelah persalinan sekarang, jumlah anak yang direncanakan
keluarga.
G. Pemeriksaan Fisik
1. Penampilan umum; kondisi umum, tingkat kesadaran, TTV, BB dan TB.
2. Sistem pernapasan
3. Respirasi seharusnya menurun sampai frekuensi normal sebelum 6-8 minggu
setelah melahirkan (Lowdermilk, Perry, dan Cashio, 2013).
4. Sistem kardiovaskuler
Darah yang hilang bisa sampai 1.000 ml (15-30% volume darah) pada kelahiran
dengan operasi cesar (Blackburn, 2013).
5. Sistem pencernaan
Ibu biasanya merasa lapar segera setelah melahirkan dan dapat menoleransi menu
makan. Sebagain besar ibu akan sangat lapar setelah pulih dari anestesi, analgesik,
dan kelelahan (Lowdermilk, Perry, dan Cashio, 2013).
6. Sistem persyarafan
Rasa baal dan nyeri berkala di jari dialami 5% ibu hamil biasanya enghilang
setelah melahirkan (Lowdermilk, Perry, dan Cashio, 2013).
7. Sistem pancaindra
Kaji fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, perabaan.
8. Sistem perkemihan
Fungsi ginjal akan kembli normal dalam 1 bulan setelah melahirkan. Dibutuhkan
2-8 minggu sampai hipotonus dan dilatasi ureter dan pelvis ginjal yang terjadi
karena kehamilan kembali seperti sebelum hamil (Cunningham, 2014).
9. Sistem integumen
Ketika pasien berdiri pada hati-hari pertama setelah melahirkan, bagian abdomen
akan menonjol dan tampak masih hamil. Selama dua minggu pertama setelah
melahirkan, integumen abdomen akan berelaksasi. Dibutuhkan sekitar 6 minggu
agar dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil (Gambar 2.1)
(Lowdermilk, Perry, dan Cashio, 2013).
Gambar 2.1 dinding abdomen setelah 6 minggu
kelahiran. Sumber: Perry, SE., et al. (2014).
Maternal Child Nursing Care. St. Louis: Elsevier.

10. Sistem muskuloskeletal


Relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu sebagai
respon terhadap uterus yang membesar. Meskipun semua sendi lainnya kembali
ke keadaan sebelum hamil, sendi kaki tidak akan kembali (Lowdermilk, Perry,
dan Cashio, 2013).
11. Sistem reproduksi
Payudara; kolostrum, cairan kuning jernih dapat keluar dari payudara. Payudara
perlhan akan menjadi lebih penuh dan berat ketika kolostrum berubah menjadi
susu 72-96 jam setelah melahirkan; perubahan ini sering dikatakan sebagai
”Kehadiran air susu” (Lowdermilk, Perry, dan Cashio, 2013).
Uterus; dala 12 jam, fundus akan naik menjadi setinggi umbilikus atau sedikit
dibawah atau diatas umbilikus (Gambar 2.2 A). uterus yang pada saat cukup
bulan beratnya sekitar 11 kali berat pada saat tidak hamil, akan berinvolusi
menjadi sekitar 500 g pada minggu pertama postpartum dan 350 g setelah 2
minggu. Setelah 6 minggu berat uterus akan berkisar antara 60-80 g (Gambar 2.2
B-C-D). sub involusi adalah kegagalan uterus untuk kembali ke ukuran dan
keadaan normal (Lowdermilk, Perry, dan Cashio, 2013).
Lokia, cairan dari uterus setelah melahirkan. Awalnya berwarna merah (lokia
rubra), merah muda atau kecoklatan (lokia serosa), putih atau kekuningan (lokia
alba) (Lowdermilk, Perry, dan Cashio, 2013).

Gambar 2.2 pemeriksaan involusi uterus; A. Kemajuan yang normal, hari 1-9. B
ukuran dan posisi uterus 2 jam setelah melahirkan. C, 2 hari setelah melahirkan.
D, 4 hari setelah melahirkan. Perry, SE., et al. (2014). Maternal Child Nursing
Care. St. Louis: Elsevier.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami baik yang berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon
klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(PPNI, 2017). Diagnosa keperawatan yag mungkin muncul pada klien setelah pembedahan
cesar adalah:
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d mengeluh nyeri, tampak
meringis, bersikap protektif (waspada) gelisah, frekuesni nadi meningkat, sulit tidur.
2. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d merasa bingung, merasa khawatir dengan
kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi, tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.
3. Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan suplai ASI d.d ASI tidak
menetes/memancar.
4. Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif.
C. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Mandiri
agen pencedera keperawatan selama ...x... 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Untuk membantu
fisik (prosedur jam, diharapkan nyeri dapat durasi, frekuensi, kualitas, skala menetukan pilihan dan
operasi) teratasi kriteria hasil: nyeri. keefektifan intervensi.
a. Mengungkapkan skala nyeri 2. Berikan teknik non- 2. Meningkatkan relaksasi
berkurang. farmakologis untuk mengurangi
b. Menunjukkan ekspresi nyeri (posisi nyaman, napas
wajah rileks dalam, terapi musik, dll).
3. Jelaskan penyebab nyeri, 3. Agar klien mampu
periode nyeri, dan pemicu nyeri. mengetahui keadaan dan
kondisinya.
Kolaborasi
4. Berikan analgesik 4. Agen pereda nyeri.
2. Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Mandiri
kurang terpapar keperawatan selama ...x... 1. Identifikasi benyebab ansietas 1. Menentukan pilihan
informasi jam, diharapkan klien akan interpensi
mampu melakukan 2. Lakukan reduksi ansietas (mis. 2. Membantu klien memahami
pengendalian diri tehadap anjurkan napas dalam, berikan tujuan apa yang dilakukan
ansietas, dengan kriteria informasi). dan mengurangi
hasil: kekhawatiran yang berkaitan
a. Tampak rileks, tidak dengan hal yang tidak
menunjukkan diketahui.
3. Ajarkan teknik menurunkan
kekhawatiran 3. Meningkatkan relaksasi.
kecemasa (mis. latihan
b. Menunjukan rentang
pernapasan, imajinasi
perasaan yang tepat dan
terbimbing, terapi musik, dll)
pengurangan rasa cemas.
3. Menyusui tidak Setelah dilakukan tindakan Mandiri
efektif b.d keperawatan selama ...x... 1. Identifikasi permasalahan yang 1. Berpengaruh dalam proses
ketidakadekuatan jam, diharapkan klien dapat ibu alami selama proses penyampaian informasi
suplai ASI. menyusui bayinya dengan menyusui. 2. Mengetahui permasalahn
efektif, dengan kriteria hasil: 2. Gunakan teknik mendengarkan klien.
a. Mengerti terhadap aktif (dengarkan permasalah 3. Mengurangi permasalah
informasi yang ibu) ketidakefektifan menyusui
disampaikan. 3. Ajarkan teknik menyusui yang
b. Mengetahui teknik tepat.
menyusui
4. Risiko infeksi d.d Setelah dilakukan tindakan Mandiri
efek prosedur keperawatan selama ...x... 1. Anjurkan mencuci tangan dalam 1. Mencegah dan membatasi
invasif. jam, diharapkan klien pembuangan penutup luka. penebaran nfeksi.
terhindar dari infeksi, dengan 2. Tinjau ulang pemeriksaan darah. 2. Kelahiran sesaria
kriteria hasil: meningkatkan risiko infeksi
a. Mendemonstrasikan 3. Inspeksi balutan abdominal 3. Rembesan menandakan
teknik menurunkan risiko terhadap eksudat atau rembesan. gangguan penyatuan jahitan
infeksi. 4. Ganti balutan sesuai indikasi 4. Pengangkatan balutan
b. Menunjukkan luka bebas memungkinkan insisi
tanda infeksi mengering dan
meningkatkan
penyembuhan.
(PPNI, 2018)
D. Implementasi
Menurut Karjatin (2016) pelaksanaan keperawatan atau biasa disebut implementasi keperawatan merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan sesuai perencanaan keperawatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan bagian akhir dari proses keperawatan, di mana perawat menilai hasil yang diharapkan
terhadap perubahan diri ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat diatasi. Disamping itu perawat juga memberikan umpan
balik atau pengkajian ulang jika tujuan yang telah ditetapkan belum tercapai sehingga proses keperawatan dapat dimodifikasi
(Mitayani, 2013).
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, DP. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Ny.Y Dengan Post Sectio Caesarea Indikasi
Disproporsi Kepala Panggul di Bangsal Bougenfil RS T IV Slamet Riyadi Surakarta.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Blackburn ST. (2013). Maternal, fetal, and neonatal physiology, ed 4, St Louis: Saunders.
Cunningham, FG, et al. (2014). Williams Obstetrics. New York: McGraw Hill.
Doenges, ME. (2001). Rencana perawatan maternal/bayi: pedoman untuk perencanaan dan
dokumentasi perawatan klien. Jakarta: EGC.
Durham, Roberta F & Chapman, L.( 2014). Maternal-newborn nursing : the critical components
of nursing care. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Gabbe SG, Niebyl J, Simpson J, et al. (2012). Obstetrics: normal and problem pregnancies, ed 6,
Philadelphia: Saunders.
Gilbert E. (2007). Manual of high risk pregnancy & delivery, ed 5, St Louis: Mosby.
Hull AD, & Resnik R. (2009). Creasy and Resnik’s maternal-fetal medicine: principles and
practice, ed 6, Philadelphia: Saunders.
Karjatin, A. (2016). Keperawatan Maternitas. Jakarta: BPPSDM Kesehatan.
Landon, M. (2007). “Cesarean delivery”. Dalam S. Gabee, J. Obstetrics: normal and problem
pregnancies. Philadelphia: Churchill Livingstone.
Lowdermilk, DL., Perry, SE., Cashio, K. (2013). Keperawatan maternitas. Jakarta: Salemba
Medika.
Mitayani. (2013). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Perry, SE., et al. (2014). Maternal Child Nursing Care. St. Louis: Elsevier.
PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
_____. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
Priharjo, Robert. 2013. Pengkajian Fisik Keperawatan ed.2. Jakarta: EGC.
Reeder, S., Martin, L., & Griffin, D. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi,
dan Keluarga. Vol 1. Alih Bahasa Afiyanti, dkk. Jakarta: EGC.
Robin J. Evans et al. (2010). Canadian ed. of: Maternity, newborn, and women's health nursing.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Thorp JM (2007): Clinical aspects of normal and abnormal labor. In Creasy R, Resnik R, Iams J,
et al, editors: Creasy and Resnik’s maternal-fetal medicine: principle and practice, ed 6,
Philadelphia: Saunders.

Anda mungkin juga menyukai