Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan model perawatan kesehatan telah menciptakan suatu kebutuhan untuk
memodifikasi peran tradisional. Perawat dan dokter terutama telah dipengaruhi oleh
perubahan ini dan bekerja secara lebih kolaboratif. Batasan dari tiap profesi perawatan
kesehatan secara konstan mengalami perubahan, dan anggota berbagai profesi bekerja
sama dengan bertukar pengetahuan dan ide mengenai bagaimana memberikan perawatan
kesehatan yang berkualitas tinggi.
Secara tradisional, model perawatan kesehatan telah menunjukan distribusi kekuatan
satu pihak dalam pemberian perawatan. Sistem ini didominasi oleh dokter dan berfokus
pada penyembuhan penyakit. Akan tetapi baru-baru ini sistem perawatan kesehatan telah
bergerak pada upaya inisiatif yang lebih kolaboratif dengan pemberian perawatan. Banyak
yang mengembangkan ide bahwa perawatan berpusat klien dan diarahkan klien serta
melibatkan kolaborasi antar pemberi perawatan dan klien.
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi juga
diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif. Negosiasi sering dirancang sebagai
suatu strategi menyelesaikan konflik dengan pendekatan kompromi. Selama negosiasi
berlangsung, berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan untuk
mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara keduanya. Satu hal yang penting dalam
negosiasi adalah apakah ada salah satu atau kedua pihak menghendaki adanya perubahan
hubungan yang berlangsung dengan meningkatkan hubungan yang lebih baik.
Ketika seorang perawat berkata “Saya akan menjawab panggilan pasien itu jika Anda
yang menghitung obat narkotik ini”, ia mempraktikkan seni negosiasi. Banyak negosiasi
kecil yang terjadi setiap hari secara spontan dan berhasil tanpa persiapan yang lebih lanjut.
Namun, tidak semua perawat adalah negosiator yang ahli. Oleh karena itu, penulis
membuat makalah yang berjudul “Kolaborasi dan Negosiasi.”

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah yang berjudul “Kolaborasi dan Negosiasi”
antara lain sebagai berikut.
1. Bagaimanakah konsep dasar kolaborasi?
2. Bagaimanakah konsep dasar negosiasi?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah yang berjudul “Kolaborasi dan Negosiasi”
antara lain sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah berjudul “Kolaborasi dan Negosiasi” adalah
untuk mengetahui dan memahami konsep dasar kolaborasi dan negosiasi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan umum dari penulisan makalah berjudul “Kolaborasi dan Negosiasi” antara
lain sebagai berikut.
a. Menjelaskan definisi kolaborasi, elemen kolaborasi, proses kolaborasi, dan hasil
akhir kolaborasi.
b. Menjelaskan definisi negosiasi, strategi sebelum negosiasi, selama negosiasi,
serta penutupan dan tindak lanjut negosiasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kolaborasi


1. Definisi Kolaborasi
Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2016), kolaborasi adalah perbuatan
kerja sama; sedangkan kerja sama dapat didefinisikan sebagai kegiatan atau usaha yang
dilakukan bersama-sama oleh beberapa pihak. Sedangkan Menurut Nursalam (2014)
yang mengutip dari buku Bowditch dan Buono yang bejudul “A Primer on Organizing
Behavior” dalam kolaborasi, kedua pihak yang terlibat menentukan tujuan bersama dan
bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan.
Menurut American Medical Assosiation (AMA), dalam hubungan profesional
dokter dan perawat, kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan
dan praktik bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantunga dalam batasan-
batasan lingkup praktik mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui serta
menghargai yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga, dan masyarakat
(Sari, 2012).

Gambar. Dokter dan perawat berkolaborasi dan berkontribusi dalam merawat klien.
Sumber: Black, Beth Perry. 2014. Professional nursing : concepts & challenges. St.
Louis, Missouri: Elsevier Saunders.
Kolaborasi di kalangan profesional perawatan kesehatan melibatkan pengakuan
keahlian profesional lain di dalam dan di luar profesi tersebut dan rujukan kepada
pemberi perawatan kesehatan tersebut jika tepat. Kolaborasi juga menakup beberapa
pembagian fungsi dan fokus umum pada misi keseluruhan yang sama.

3
2. Elemen Kolaborasi

Praktik kolaborasi mendorong interaksi antar


sesama anggota. Gambar samping menunjukkan
elemen-elemen kolaborasi yang berpusat pada pasien,
dan pemberi pelayanan harus saling bekerja sama, juga
dengan pasien. Setiap kelompok yang terdiri dari
pemberi pelayanan dengan lebih dri satu jenis disiplin
disebut multidisiplin. Selama hukum belum berubah,
dokter biasanya yang menuliskan pesanan (order).

Otoritas utama atas perawatan menjadi bentuk yang lebih bersifat legal, bukan lagi
determinan dari suatu hubungan. Dalam situasi apapun, praktik kolaboratif yang baik
harus dapat menyesuaikan diri secra adekuat pada setiap lingungan yang dihadapi
sehingga anggota kelompok dapat mengenal masalah yang dihadapi pasien, sampai
terbentuknya diskusi dan pengambilan keputusan (Siegler & Whitney, 2000).
3. Proses Kolaborasi

Literatur bisnis telah membantu menerangkan proses kolaborasi. Ruble dan


Thomas dalam journal Organizational Behavior and Human Perfomance, telah
mengembangkan suara ilustrasi yang dapat membantu antara dua pribadi. Ordinat
(vertikal/atas bawah) menyatakan tingkat seseorang memuaskan kebutuhannya sendiri;

4
absis (horizontal/kiri kanan) menyatakan tingkat orang tersebut memuaskan kebutuhan
pihak lain. Kolaborasi terbentuk disaat seseorang berusaha memuaskan kebutuhannya
sendiri dan kebuthan pihak lain secara maksimal. Maka grafik ini dapat
memperlihatkan bahwa proses kolaborasi membutuhkan sikap yang tegas dan kerja
sama, bukan menyerahkan seseorang untuk memuaskan pihak lain demi
mempertahankan harmoni.
Model dari Ruble dan Thomas sangat terbatas. Memang dapat digunakan interaksi
potensi antara perawat dan dokter atau antara dua orang pribadi dalam suatu kelompok
yang besar dan antar-disiplin tetapi model tersebut tidak dapat menggambarkan
interaksi yang kompleks yang biasa berlangsung dalam kerja berkelompok. Itu
sebabnya penelitian kolaborasi biasanya mengukur proses diantara pasangan kerja atau
mengabaikan seluruh proses disaat meneliti hasil akhir yang dicapai (Siegler &
Whitney, 2000).
4. Hasil Akhir Kolaborasi
Siegler & Whitney (2000) berpendapat bahwa hasil akhir memegang peran penting
sebagai penentu “alasan” kolaborasi; sulit mengatakan ada kolaborasi apabila tidak ada
yang dihasilkannya. kolaborasi akan menghasilkan perkembangan rencana perawatan
baru yang memungkinkan kecil dapat dihasilkan oleh individu sendiri, apapun bidang
yang ditekuninya. Rencana tersebut mungkin tidak lebih baik dari apa yang diciptakan
oleh seseorang secara pribadi, tapi setidaknya ada perbedaannya.
Saat mempertimbangkan praktik kolaboratif harus didasari juga elemen-elemen
struktur, proses dan hasil akhir yang menentukannya. Praktik kolaborasi harus
memenuhi tiga buah kriteria berikut dibawah ini :
1. Harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda, yang dapat
bekera sama imbal balik secara mulus.
2. Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerjasama.
3. Kelompok harus memberikan pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari
kombinasi pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim
tersebut.

5
B. Konsep Dasar Negosiasi
1. Definisi Negosiasi
Pada organisasi, negosiasi juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif
(Marquis dan Huston, 2010). Negosiasi sering dirancang sebagai suatu strategi
menyelesaikan konflik dengan pendekatan kompromi. Selama negosiasi berlangsung,
berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan untuk mengakomodasi
perbedaan-perbedaan antara keduanya.
Ada dua tipe dasar negosiasi, yakni kooperatif (setiap orang menang), dan
kompetitif (hanya satu orang yang menang). Satu hal yang penting dalam negosiasi
adalah apakah ada salah satu atau kedua pihak menghendaki adanya perubahan
hubungan yang berlangsung dengan meningkatkan hubungan yang lebih baik. Jika
kedua pihak menghendaki adanya perbaikan hubungan, maka akan muncul tipe
kooperatif. Namun, jika hanya salah satu pihak yang menghendaki perbaikan
hubungan, maka yang muncul adalah tipe kompetitif. Meskipun dalam negosiasi ada
pihak yang menang dan kalah, sebagai negosiator penting untuk memaksimalkan
kemenangan kedua pihak untuk mencapai tujuan bersama, meminimalkan kekalahan
dengan membuat pihak yang kalah tetap dapat tujuan bersama, dan membuat kedua
belah pihak merasa puas terhadap hasil negosiasi (Nursalam, 2014).
Negosiasi dalam bentuk yang paling kreatif akan sama seperti kolaborasi dan
dalam bentuk yang dikelola dengan buruk akan mirip dengan pedekatan kompetisi.
Negosiasi sering mirip dengan pendekatan kompromi jika digunakan sebagai strategi
penyelesaian konflik. Selama negosiasi, setiap pihak merelakan sesuatu, dan
penekanannya adalah pada mengakomodasi perbedaan antara pihak yang terlibat.
Karena didunia ini kita hidup dengan orang lain, kita mengalami konflik kebutuhan,
keinginan, dan kepentingan yang harus selalu dikompromikan. Beberapa orang mampu
memenuhi kebutuhannya atau mencapai tujuannya. Sebagian besar konflik dari hari ke
hari diselesaikan dengan negosiasi. Ketika seorang perawat berkata, “saya akan
menjawab panggilan pasien itu jika Anda yang menghitung obat narkotik ini’, ia
mempraktikkan seni negosiasi (Marquis dan Huston, 2010).

6
Gambar. perawat manajer membahas negosiasi perawat pelaksana terkait perubahan
shift jaga. Sumber: Berman, A & Shirlee J. Snyde. 2012. Kozier & Erb’s fundamentals
of nursing : concepts, process, and practice. New Jersey: Pearson.
Tujuan utama negosiasi yang efektif adalah membuat pihak lain merasa puas
dengan hasilnya. Fokus dalam negosiasi adalah menciptakan situasi menang-menang.
Untuk lebih berhasil dalam negosiasi, orang perlu melakukan beberapa hal sebelum,
selama, dan setelah negosiasi.
2. Sebelum Negosiasi
Nursalam (2014) mengemukakan bahwa terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi
sebelum manajer setuju untuk memulai proses negosiasi, yaitu: masalah harus dapat
dinegosiasikan, negosiator harus tertarik terhadap “take and give” selama proses
negosiasi, dan mereka harus saling percaya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melaksanakan negosiasi adalah
sebagai berikut (Marquis dan Huston, 2010).
a. Mengumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin. Karena pengetahuan
adalah kekuatan, semakin banyak informasi yang didapat, maka semakin besar
kemungkinan untuk menawarkan negosiasi.
b. Selain itu, individu harus ingat bahwa negosiasi terjadi dalam dua tingkat. Tingkat
pertama adalah tingkat tentang substansi, yaitu mengapa, apa, kapan, dimana dan
bagaimana isu muncul. Ini adalah area tempat mempersiapkan strategi. Tingkat
kedua, yaitu sisi manusiawi setiap negosiasi dan interaksi. Ingat bahwa “lawan”
yang sedang Anda hadapi di meja perundingan adalah individu seperti anda juga.
Cara pihak lain memandang Anda sebagai orang yang adil dan terbuka untuk
negosiasi sering berperan dalam keputusan yang akan dicapai dalam negosiasi.
c. Manajer harus memutuskan waktu memulai negosiasi. Manajer awalnya harus
berfokus untuk mencari gambaran besar masalah, bukan gambaran kecilnya. Dengan
kata lain, negosiator lebih melihat nilai kemasan daripada menunggu pengakuan dari
setiap pihak.

7
d. Di mana manajer harus memulai. Oleh karena tugas manajer adalah melakukan
kompromi, maka mereka harus memilih tujuan yang utama. focus harus bergeser ke
kompromi dan penetapan prioritas. Karena harus mau berkompromi, manajer harus
memilih langkah awal yang tinggi, tetapi tidak mengada-ada. Langkah awal yang
dipilih ini sebaiknya merupakan batas atas keinginan mereka karena mereka
menyadari bahwa mereka perlu menurunkan keinginan mereka ke tujuan yang
realistis. Misalnya, Anda menginginkan tambahan empat orang RN purnawaktu dan
petugas administrasi purnawaktu untuk unit anda. Anda tahu bahwa Anda benar-
benar membutuhkan tiga orang RN purnawaktu dan asisten administrasi paruh
waktu, tetapi Anda mulai dengan meminta hal yang idealnya.
e. Manajer yang bijak juga memiliki pilihan lain dalam benaknya ketika
menegosiasikan sumber daya yang penting. Alternatif lainnya adalah satu set pilihan
lain yang akan dinegosiasikan yang dapat digunakan sehingga manajer tidak perlu
menggunakan batas bawahnya, tetapi masih tetap dapat mencapai tujuannya secara
keseluruhan. Sebagai contoh, Anda mengajukan permintaan empat orang RN
purnawaktu dan satu orang tenaga administrasi purnawaktu. Anda dapat
menjalankan unit dengan tiga RN purnawaktu dan satu tenaga administrasi
purnawaktu. Namun, Anda sangat yakin bahwa Anda tidak dapat memberikan
asuhan yang aman kepada pasien, kecuali jika Anda diberikan dua RN dan tenaga
administrasi paruh waktu, sebagai batas bawah Anda. Namun, jika negosiasi awal
tidak berhasil, lakukan kembali negosiasi dengan mengatakan bahwa pilihan kedua
yang tidak memerlukan penambahan jumlah staff akan membebani tugas tenaga
administrasi selama empat jam sehari, mengimplementasikan system unit-dosis,
meminta pekerjaan rumah tangga untu membereskan linen, dan meminta ahli diet
untuk memberikan makan kepada pasien. Dengan cara ini, tujuan keseluruhan, yaitu
memberikan lebih banyak perawatan langsung kepada pasien oleh staf keperawatan
akan tetap tercapai, tanpa harus menambah personel keperawatan.
f. Manajer juga harus mencari dan meyadari agenda tersembunyi- tujuan negosiasi
tersembunyi. Biasanya, setiap negosiasi memiliki agenda yang tersembunyi dengan
jelas. Misalnya, manajer baru dapat menetapkan pertemuan dengan pimpinannya
untuk mendiskusikan agenda yang jelas tentang kurangnya suplai pada unit. Namun,
agenda tersembunyi mungkin membuat manajer merasakan ketidakpastikan dan
benar-benar mencari umpan-balik perfoma selama diskusi. Memiliki agenda
tersembunyi merupakan hal yang biasa dan bukan merupakan hal yang salah. Setiap
8
orang memilikinya, dan Anda tidak perlu atau bahkan tidak bijak jika
memberitahukannya kepada orang lain. Namun, manajer harus cukup mawas diri
untuk mengenali agenda tersembunyi mereka sehingga mereka tidak menjadi
lumpuh jika agenda itu diketahui dan digunakan untuk melawan mereka selama
negosiasi. Misalnya, walaupun agenda tersembunyi tentang penambahan staf unit
adalah untuk meningkatkan harga diri manajer didepan para staf, terdapat kebutuhan
logis untuk penambahan staff. Jika selama negosiasi pengendali keuangan menuduh
manajer ingin meningkatkan staf karena ingin memperluas kekuasaan, manajer dapat
merespons dengan mengatakan, “Manager yang sukses selalu perlu meningkatkan
sumber daya bagi unit, tetapi isu yang sebenarnya terjadi adalah tidak cukupnya
staf.” Manajer yang memprotes terlalu kuat bahwa mereka tidak memiliki agenda
tersembunyi akan tampah defensive dan rapuh.
3. Selama Negosiasi
Menurut Marquis dan Huston (2010), ada beberapa strategi yang biasa digunakan
oleh pemimpin selama negosiasi untuk meningkatkan cara persuasive dan melakukan
komunikasi terbuka antara lain:
a. Hanya menggunakan pernyataan faktual yang dikumpulkan dari penelitian
b. Mendengarkan dengan seksama, dan mengamati komunikasi non verbal
c. Selalu berpikiran terbuka, karena negosiasi selalu menjadi bahan pelajaran. Penting
untuk tidak menghakimi terlalu dini, tetapi kondisi kooperatif (bukan kompetitif)
harus di ciptakan
d. Mencoba untuk memahami darimana pihak lain berasal. Persepsi seseorang mungkin
berbeda dari orang lain. Negosiasi perlu dipusatkan pada pemahaman dan bukan
hanya pada menyetujui.
e. Selalu berupaya mengarah pembahasan pada konflik yang terjadi. Penting untuk
tidak membuat konflik sebagai urusan pribadi dengan mendiskusikan pihak yang
terkait dalam negosiasi
f. Mengupayakan untuk tidak memperdebatkan secara detail tentang bagaimana
konflik terjadi. Namun, fokus harus diarahkan pada pencegah timbulnya konflik itu
kembali.
g. Bersikap jujur.
h. Mengawali negosiasi dengan tuntunan yang banyak sehingga penurunan jumlah
tuntunan dapat dilakukan. Akan lebih sulit untuk mengabulkan tuntutan dalam
negosiasi daripada membuat penurunan jumlah tuntutan.
9
i. Menunda negosiasi jika dihadapkan dengan suatu yang benar tidak diperkirakan
dalam kasus seperti itu, negosiator harus berespons, “saya tidak siap untuk
membahas masalah ini sekarang” atau “maaf, tetapi ini bukan agenda kita hari ini,
kita dapat membuat pertemuan nanti untuk membahas hal ini.” Jika diajukan
pertanyaan yang jawabannya tida diketahui negosiator, ia dapat mengatakan , “saya
tidak memiliki informasi itu untuk saat ini.”
j. Tidak pernah memberitahukan pihak lain tentang apa yang ingin dinegosiasikan
secara keseluruhan.
k. Mengenali batas bawah negosiasi tetapi mengupayakan untuk tidak menggunakan
itu. Jika batas bawah digunakan, negosiator harus siap mendongkraknya atau ia
dapat kehilangan kredibilitasnya. Negosiasi menghasilkan peningkatan posisi kedua
belah pihak, tetapi dalam kenyataannya, kita kadangkala harus meninggalkan meja
perundingan jika kita tidak dapat meninggalkan situasi kita, karena tidak setiap
negosiasi dapat menghasilkan kesepakatan yang disetujui oleh setiap pihak. Jika
batas bawah tercapai, negosiator harus memberitahu pihak lai bahwa telah mencapai
jalan buntu dan negosiasi lebih lanjut untuk saat ini tidak mungkin digunakan oleh
karena itu pihak lain harus didorong untuk memikirkannya dan
mempertimbangkannya kembali. Pintu utnuk negosiasi lebih lanjut hars selalu
dibiarkan terbuka. Perjanjian selanjutnya dapat dibuat kedua belah pihak harus
diberikan kesepakatan untuk mempertahankan harga diri mereka.
l. Mengakhiri pertemuan jika salah satu pihak menjadi marah atau lelah selama
negosiasi. Pergi ke kamar mandi, atau menelpon seseorang. Ingatlah, bahwa tidak
ada pihak yang dapat secara efektif bernegosiasi jika ia dalam keadaan marah atau
lelah.
Nursalam (2014) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang harus dihindari
dalam negosiasi antara lain sebagai berikut.
a. Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar, dan menyepelekan.
b. Trik yang tidak baik, seperti manipulasi.
c. Distorsi.
d. Tergesa-gesa dalam proses negosiasi.
e. Tidak berurutan.
f. Membuat hanya satu pilihan.
g. Memaksakan kehendak.
h. Berusaha menekankan pada satu pendapat.
10
4. Penutupan dan Tindak Lanjut Negosiasi
Di akhir setiap negosiasi, hasilnya harus memberikan kepuasan pada kedua belah
pihak karena setiap pihak memenangkan sesuatu. Menindaklanjuti negosiasi formal
secara tertulis dengan cara mengirimkan surat atau memo yang membuat pernyataan
yang disetujui merupakan ide yang bagus (Marquis dan Huston, 2010)

Gambar. mengirimkan surat/memo yang membuat pernyataan yang disetujui


merupakan tindak lanjut negosiasi. Sumber: Sue C. DeLaune and Patricia K. Ladner.
2011. Fundamentals of Nursing: Standards and Practice ed.4. Clifton Park: Delmar.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kolaborasi adalah perbuatan kerja sama; sedangkan kerja sama dapat didefinisikan
sebagai kegiatan atau usaha yang dilakukan bersama-sama oleh beberapa pihak.
Sedangkan Menurut Nursalam (2014) yang mengutip dari buku Bowditch dan Buono
yang bejudul “A Primer on Organizing Behavior” dalam kolaborasi, kedua pihak yang
terlibat menentukan tujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan.
Dalam hubungan profesional dokter dan perawat, kolaborasi adalah proses dimana
dokter dan perawat merencanakan dan praktik bersama sebagai kolega.
Negosiasi sering dirancang sebagai suatu strategi menyelesaikan konflik dengan
pendekatan kompromi. Selama negosiasi berlangsung, berbagai pihak yang terlibat
menyerah dan lebih menekankan untuk mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara
keduanya. Ada dua tipe dasar negosiasi, yakni kooperatif (setiap orang menang), dan
kompetitif (hanya satu orang yang menang).

B. Saran
Mempelajari konsep dasar kolaborasi dan negosiasi sangat diperlukan sebagai
modal pengetahuan sebelum terjun ke lapangan praktik. Kita akan dihadapkan pada
keadaan harus berkolaborasi dengan tenaga keshatan profesional lain. Dalam
menghadapi konflik kita akan dituntut untuk bernegosiasi. Banyak negosiasi kecil yang
terjadi setiap hari secara spontan. Namun, tidak semua perawat adalah negosiator yang
ahli.

12
DAFTAR PUSTAKA

Berman, A & Shirlee J. Snyde. 2012. Kozier & Erb’s fundamentals of nursing : concepts,
process, and practice. New Jersey: Pearson.
Black, Beth Perry. 2014. Professional nursing : concepts & challenges. St. Louis, Missouri:
Elsevier Saunders.
Marquis, B.L., dan C.J. Huston. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Teori
& Aplikasi. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Sari, Selvia H. 2012. Penerapan Kolaborasi Pendidikan dan Praktik Antarprofesi
Kesehatan. Dalam https://kompasiana.com/selviaharum, diakses tanggal 24 Maret 2019.
Siegler, Eugenia L & Whitney, Fay W. 2000. Kolaborasi perawat-dokter: perawatan orang
dewasa dan lansia. Jakarta: EGC.
Sue C. DeLaune and Patricia K. Ladner. 2011. Fundamentals of Nursing: Standards and
Practice ed.4. Clifton Park: Delmar.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2016. Kamus Bahasa Indonesia Edisi 5. Jakarta: Pusat
Bahasa.

13

Anda mungkin juga menyukai