Anda di halaman 1dari 3

Kadar Asam Urat Darah (mg/dL)

Kontrol Dosis 70 Dosis 140 Dosis 280


Waktu Dosis
Negatif mg/kgbb mg/kgbb mg/kgbb
T0 3,57 3,57 3,00 3,00 3,10
T1 7,10 14,87 9,23 9,23 8,03
T2 4,23 6,93 4,73 4,73 6,33
T3 4,53 4,63 3,67 3,67 5,83
Kjefchlewl,rbgvflershgv;rsjvlsd/lvjsrljv

Kontrol Negatif:

Pada kelompok kontrol negatif, tidak ada pemberian obat, dan tikus hanya diberikan perlakuan placebo
atau tidak mendapat perlakuan sama sekali. Dalam data yang diberikan, kadar asam urat dalam darah
pada kontrol negatif relatif stabil dari T0 hingga T3, dengan perubahan yang tidak signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh terapi atau pengobatan pada penurunan kadar asam urat
dalam darah.

Dosis 70 mg/kgbb:

Pada dosis 70 mg/kgbb, terlihat penurunan yang signifikan dalam kadar asam urat pada tikus percobaan.
Pada T1, terjadi peningkatan yang drastis dalam kadar asam urat, yang mungkin disebabkan oleh reaksi
awal terhadap pemberian obat. Namun, pada T2 dan T3, terlihat penurunan yang signifikan dalam kadar
asam urat, menunjukkan aktivitas antihiperurisemia obat pada dosis ini.

Dosis 140 mg/kgbb:

Pada dosis 140 mg/kgbb, terlihat penurunan yang signifikan dalam kadar asam urat pada tikus
percobaan. Pada T1, peningkatan awal dalam kadar asam urat juga terlihat, tetapi kemudian terjadi
penurunan yang signifikan pada T2 dan T3. Hal ini menunjukkan efek antihiperurisemia yang lebih kuat
dibandingkan dengan dosis 70 mg/kgbb.

Dosis 280 mg/kgbb:

Pada dosis 280 mg/kgbb, terlihat penurunan yang signifikan dalam kadar asam urat pada tikus
percobaan. Pada T1, peningkatan awal dalam kadar asam urat juga terjadi, tetapi kemudian terjadi
penurunan yang signifikan pada T2 dan T3. Dosis ini menunjukkan aktivitas antihiperurisemia yang lebih
tinggi dibandingkan dengan dosis 70 mg/kgbb dan 140 mg/kgbb

Perlakuan BB/ Kadar Kadar Kadar Glukosa Setelah Menit


(gram) Glukosa glukosa 30’ 60’ 120’ 150’
darah darah
puasa/ induksi/
(mg/dL) (mg/dl)
Na CMC 25 85 250 300 325 350 355
Glibenclamid 26 80 275 250 180 150 100
e
Metformin 30 82 260 180 140 100 80
Acarbose 25 80 256 225 190 150 120

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang ditandai oleh kadar glukosa darah yang tinggi
(hiperglikemia) akibat kelainan dalam produksi atau penggunaan insulin. Pengobatan diabetes mellitus
melibatkan penggunaan berbagai jenis obat, termasuk obat hipoglikemik oral. Obat-obatan ini
digunakan terutama untuk mengontrol kadar glukosa darah pada pasien dengan diabetes tipe 2.
Beberapa contoh obat hipoglikemik oral yang umum digunakan meliputi Na CMC, Glibenclamide,
Metformin, dan Acarbose.

Pada praktikum ini, dilakukan perlakuan terhadap tikus percobaan dengan berat badan yang telah
ditentukan sebelumnya (25-30 gram). Tikus-tikus ini diberi perlakuan dengan obat hipoglikemik oral
yang berbeda, yaitu Na CMC, Glibenclamide, Metformin, dan Acarbose. Kadar glukosa darah puasa
diukur sebelum pemberian obat, sedangkan kadar glukosa darah setelah induksi glukosa diukur pada
interval waktu 30 menit, 60 menit, 120 menit, dan 150 menit setelah pemberian obat. Data-data ini
dicatat dan dianalisis untuk mengevaluasi efek dari masing-masing obat hipoglikemik oral

Na CMC digunakan sebagai kelompok kontrol dalam praktikum ini. Dari data yang diperoleh, terlihat
bahwa pemberian Na CMC tidak menghasilkan penurunan yang signifikan dalam kadar glukosa darah
setelah pemberian obat. Kadar glukosa darah setelah pemberian obat tetap tinggi dan cenderung stabil

Glibenclamide adalah obat hipoglikemik oral yang termasuk dalam golongan sulfonilurea. Obat ini
bekerja dengan merangsang pelepasan insulin dari sel beta pankreas. Dari hasil praktikum, terlihat
bahwa pemberian Glibenclamide menyebabkan penurunan yang signifikan dalam kadar glukosa darah
setelah pemberian obat. Penurunan kadar glukosa darah yang diamati setelah 30 menit, 60 menit, 120
menit, dan 150 menit menunjukkan bahwa Glibenclamide memiliki efek hipoglikemik yang bertahan
cukup lama.

Metformin adalah obat hipoglikemik oral yang termasuk dalam golongan biguanida. Obat ini bekerja
dengan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, menghambat produksi glukosa di hati, dan
meningkatkan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh. Dari data yang diperoleh, terlihat bahwa
pemberian Metformin juga menghasilkan penurunan yang signifikan dalam kadar glukosa darah setelah
pemberian obat. Penurunan kadar glukosa darah yang diamati setelah 30 menit, 60 menit, 120 menit,
dan 150 menit menunjukkan bahwa efek hipoglikemik Metformin juga berlangsung cukup lama

Acarbose adalah obat hipoglikemik oral yang termasuk dalam golongan inhibitor alfa-glukosidase. Obat
ini bekerja dengan menghambat enzim yang memecah karbohidrat menjadi glukosa di usus, sehingga
menghambat penyerapan glukosa oleh tubuh. Dari data tersebut, terlihat bahwa pemberian Acarbose
juga menghasilkan penurunan yang signifikan dalam kadar glukosa darah setelah pemberian obat. Efek
hipoglikemik Acarbose terlihat cukup baik pada waktu 30 menit, 60 menit, 120 menit, dan 150 menit
setelah pemberian.
Berdasarkan hasil praktikum ini, dapat disimpulkan bahwa Glibenclamide, Metformin, dan Acarbose
memiliki efek hipoglikemik yang signifikan dalam menurunkan kadar glukosa darah pada tikus
percobaan. Penurunan kadar glukosa darah yang diamati pada ketiga obat ini berlangsung setelah
pemberian obat dan bertahan cukup lama. Sementara itu, pemberian Na CMC sebagai kontrol tidak
menunjukkan efek hipoglikemik yang signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa Glibenclamide,
Metformin, dan Acarbose dapat menjadi pilihan yang efektif dalam pengobatan diabetes mellitus tipe 2.
Namun, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi hasil ini dan mengamati efek
samping yang mungkin terkait dengan penggunaan obat-obatan ini.

Anda mungkin juga menyukai