Anda di halaman 1dari 4

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Kemajuan Kesehatan Internasional Aloha (AIJHA)


ISSN 2621-8224
Volume 2 Nomor 3, Maret 2019 http:// RISET
journal.aloha.academy/index.php/aijha

Pengaruh Aroma Terapi Esensial Mawar Melalui Perawatan Inhalasi pada Skala Nyeri
Pasien Post Sectio Caesarea

Gusti Lestari Handayani1 (penulis yang sesuai), Syamsul Ridjal2, Abbasiah3


1Departemen Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Jambi, Indonesia
2Departemen Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Jambi, Indonesia
3Departemen Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Jambi, Indonesia

Dikirim: 1 Januari 2019 -Revisi: 19 Maret 2019 -Diterima: 24 Maret 2019 -Diterbitkan: 31 Maret 2019

ABSTRAK

Pada tahun 2008, dilaporkan jumlah ibu yang melahirkan dengan sectio caesarea (SC) meningkat 4
kali lipat dibandingkan 10 tahun terakhir. Angka persalinan di Amerika Serikat sebanyak 35% dari
seluruh persalinan, dan di Asia sebanyak 28%. WHO melaporkan bahwa kejadian persalinan SC di
negara berkembang terjadi sekitar 10-15% dari semua jenis persalinan. Melahirkan dengan SC
bukanlah hal yang baru bagi sebagian ibu maupun ibu dari kalangan menengah ke atas. Terbukti
dengan meningkatnya angka kelahiran SC Indonesia dari 5% menjadi 20% dalam 20 tahun terakhir.
Ada beberapa komplikasi yang timbul dari SC. Salah satunya adalah rasa sakit di area sayatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi aroma essensial bunga mawar melalui
terapi inhalasi terhadap skala nyeri pasien SC pasca operasi di ruang kebidanan RSUD H. Abdul
Manap Jambi tahun 2013. Penelitian ini menggunakan penelitian quasi-experimental yaitu dirancang
dengan satu kelompok pre test-post test. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala
deskripsi verbal (verbal response scale). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat
penurunan skala nyeri pasien yang signifikan setelah diberikan perlakuan roses essential inhalasi (p-
value = 0,003). Hasil uji statistik menunjukkan penurunan skala nyeri pasien yang optimal sebelum
dan sesudah perawatan. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa penurunan skala nyeri sudah optimal
karena terjadi penurunan dari rata-rata 3,27 (kuartil keempat) menjadi 2,97 (kuartil kedua).

Kata kunci: Nyeri, Post sectio Caesarea, Terapi aroma esensial mawar, Perawatan inhalasi

PENGANTAR

Sectio Caesarea adalah melahirkan janin melalui sayatan pada dinding perut (laparotomi) dan dinding rahim (histerektomi).
Beberapa komplikasi yang timbul dari SC salah satunya adalah nyeri pada area sayatan.(1) Nyeri pada daerah sayatan yang
membuat pasien sangat terganggu dan tidak nyaman.(2) Nyeri merupakan suatu kondisi perasaan tidak menyenangkan yang
sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda-beda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya satu
orang yang secara tepat dapat menjelaskan atau mengevaluasi nyeri yang dialaminya. Banyak teori yang menjelaskan fisiologi
nyeri, namun yang paling sederhana adalah teori Gate control theory dari Melzack and Wall(3)
menggambarkan zat agar-agar dari sumsum tulang belakang bekerja seperti gerbang yang memungkinkan atau memblokir
impuls rasa sakit ke otak. Dengan kata lain, jika ada zat yang mempengaruhi zat agar-agar, zat tersebut dapat digunakan untuk
pengobatan nyeri.
Secara umum penanganan nyeri dapat dilakukan secara farmakologis dengan pemberian obat
penenang dan analgetik. Sedangkan non farmakologi melalui distraksi, relaksasi dan stimulasi kulit
kompres hangat atau dingin, latihan nafas dalam dengan musik, aromaterapi, reiki, guided imagery,
hipnosis, relaksasi.(4)
Penggunaan aromaterapi ternyata bukan aroma yang enak untuk dihirup. Menurut Rho(5), aromaterapi adalah penggunaan minyak
atsiri dari tumbuhan untuk meningkatkan kesehatan, vitalitas tubuh, pikiran dan jiwa, dengan cara menghirup, berendam, kompres,
aplikasi topikal, dan pijat. Penyakit tertentu dapat mengambil manfaat dari minyak atsiri aromaterapi sebagai contoh untuk terapi nyeri.(6)
Salah satu jenis tumbuhan penghasil minyak atsiri yang sering digunakan untuk merilekskan tubuh dan mengurangi kecemasan dengan
menghirup yang berasal dari bunga mawar, dibandingkan dengan bunga lain seperti melati dan lavender yang juga harum, mawar
memiliki 14,2% dari total senyawa kimia geraniol (C10H18O) dengan komponen yang berbeda

57 | Penerbit: Aliansi Aktivis Kesehatan (AloHA)


Jurnal Kemajuan Kesehatan Internasional Aloha (AIJHA)
ISSN 2621-8224
Volume 2 Nomor 3, Maret 2019 http:// RISET
journal.aloha.academy/index.php/aijha

bunga lain dari kelopak bunga dan efek harum yang dihasilkan juga lebih menyegarkan. Selain itu, kelopak bunga mawar juga
mengandung 3,71% senyawa kimia linalool yang bersifat penenang.(7)
Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RSU H. Abdul Manap Kota Edinburgh pada bulan April 2013 di dapatkan
dari petugas menyebutkan bahwa rata-rata pasien yang dirawat di bangsal kebidanan SC memiliki keluhan nyeri pasca operasi,
dan dari survey di bangsal, ada 3 di antaranya mengalami nyeri berat dan salah satunya nyeri ringan. Tindakan yang dilakukan
oleh dokter dan perawat dalam manajemen nyeri cukup dengan pemberian obat analgetik. Terapi non farmakologi yang telah
dilakukan adalah dengan teknik relaksasi nafas dalam dan pijat. Terapi wewangian minyak esensial mawar dengan inhalasi
belum digunakan untuk mengurangi nyeri pada klien Pasca Operasi SC. Aromaterapi dapat menjadi salah satu alternatif yang
dapat mengurangi nyeri karena aromaterapi masih belum dipopulerkan sebagai bentuk pengobatan dalam upaya pelayanan
kesehatan.

METODE

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan One group pre test-post test design. Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan skala deskripsi verbal (verbal response scale) untuk skala nyeri. Penelitian
dilakukan untuk mengidentifikasi pengaruh aromaterapi mawar terhadap skala nyeri pasien post SC. Rancangan ini
tidak menggunakan kelompok kontrol, tetapi observasi awal menjadi dasar pengujian perubahan yang terjadi setelah
intervensi (penggunaan aromaterapi mawar). Pengujian pengaruh perlakuan terhadap subjek setelah intervensi
diketahui melalui observasi akhir.
Penelitian dilakukan di ruang kebidanan RS H. Abdul Manap Kota Jambi, karena RS ini merupakan
rujukan kasih sayang ibu kebidanan. Penelitian ini dilakukan pada bulan September-Oktober 2013.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post SC yang dirawat di ruang kebidanan RS H. Abdul Manap Kota
Jambi. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Penilaian skala nyeri dilakukan dengan menggunakan Respon Skala Verbal (1-5). Pre test dilakukan pada pasien 6 jam pasca
SC. Setelah dilakukan pengukuran skala nyeri sebelum dilakukan perawatan, selanjutnya perawat melakukan intervensi dengan
memberikan inhalasi wewangian esensial bunga mawar yang telah dikemas dalam botol gulung pada pasien yang sedang
mengalami nyeri selama ± 10 menit. Pasien diminta menghirup wewangian tersebut dalam keadaan tenang dan bernafas
dengan pola nafas teratur dan akan diukur skala nyeri punggung (post-test).
Data numerik dianalisis secara deskriptif berupa mean dan standar deviasi(8), kemudian dianalisis
menggunakan uji Wilcoxon.

HASIL

Tabel 1. Skala Nyeri Pasien Post Sectio Caesarea sebelum dan sesudah menghirup Bunga Mawar Esensial

Variabel Berarti Perbedaan Berarti Perbedaan SD nilai-p 95% CI


Nyeri sebelum inhalasi 3.27 3.05-3.48
0,3 0,182 0,003
Nyeri setelah inhalasi 2.97 2.68-3.25

Rerata skor skala nyeri pasien post SC sebelum diberikan inhalasi mawar esensial adalah
3,27, dengan standar deviasi 0,583. Skala nyeri terendah adalah 2 dan tertinggi adalah 4. 95% percaya bahwa
skala nyeri rata-rata pasien antara 3,05 hingga 3,48, sedangkan skor rata-rata setelah diberikan inhalasi mawar
esensial adalah 2,97, dengan standar deviasi 0,765. Skala nyeri terendah adalah 2 dan tertinggi adalah 4. 95%
percaya bahwa rata-rata skala nyeri pasien antara 2,68 hingga 3,25.
Nilai p adalah 0,003. Analisis statistik menunjukkan bahwa penurunan skala nyeri pasien optimal sebelum dan
sesudah diberikan inhalasi mawar esensial. Penurunan tersebut dikatakan optimal karena terjadi penurunan dari rata-
rata 3,27 (kuartil keempat) menjadi 2,97 (kuartil kedua).

DISKUSI

Berdasarkan hasil, semua pasien mengalami nyeri. Skala nyeri yang dirasakan pasien bervariasi dengan rerata 3,27. Dapat
dijelaskan bahwa pada pasien pasca operasi pasien akan merasakan nyeri pada tubuh yang menjalani operasi. Menurut Smeltzer
(9) Faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah: 1) pengalaman masa lalu, individu yang mengalami nyeri
berulang dan berkepanjangan akan kurang gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibandingkan orang yang hanya mengalami
nyeri ringan. Namun, bagi kebanyakan orang, ini tidak selalu benar. Seringkali, individu yang lebih berpengalaman

58 | Penerbit: Aliansi Aktivis Kesehatan (AloHA)


Jurnal Kemajuan Kesehatan Internasional Aloha (AIJHA)
ISSN 2621-8224
Volume 2 Nomor 3, Maret 2019 http:// RISET
journal.aloha.academy/index.php/aijha

dengan rasa sakit yang dialami, orang akan semakin takut dengan peristiwa menyakitkan yang akan ditimbulkannya. 2) Kecemasan Hubungan antara nyeri dan kecemasan bersifat kompleks.

Kecemasan sering meningkatkan persepsi rasa sakit, tetapi rasa sakit juga dapat menyebabkan perasaan cemas. Pola bangkitan otonom sama dalam rasa sakit dan kecemasan. Sulit untuk memisahkan

sensasi. 3) Budaya, Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara orang mengatasi rasa sakit. Individu belajar apa yang diharapkan dan apa yang dapat diterima oleh budaya mereka. Ini

termasuk bagaimana bereaksi terhadap rasa sakit. Terdapat perbedaan makna dan sikap terkait nyeri pada berbagai kelompok budaya. Pemahaman tentang nyeri dari segi signifikansi budaya akan

membantu perawat dalam merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami nyeri. 4) Usia, usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri, terutama pada anak-

anak dan orang tua. Perkembangan yang ditemukan di antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak laki-laki dan orang tua bereaksi terhadap rasa sakit. Anak-anak yang sangat kecil

mengalami kesulitan mengekspresikan dan mengekspresikan rasa sakit. 5) Efek Plasebo, Plasebo adalah zat yang tidak memiliki aktivitas farmakologis berupa tablet, kapsul, injeksi cair dan sebagainya.

Plasebo umumnya terdiri dari gula, garam normal, atau air biasa. Karena plasebo tidak memiliki efek farmakologis, obat ini hanya memberikan efek pengeluaran produk ilmiah (endogen) endorfin pada

sistem kontrol desenden sehingga menimbulkan efek penurunan nyeri. 5) Efek Plasebo, Plasebo adalah zat yang tidak memiliki aktivitas farmakologis berupa tablet, kapsul, injeksi cair dan sebagainya.

Plasebo umumnya terdiri dari gula, garam normal, atau air biasa. Karena plasebo tidak memiliki efek farmakologis, obat ini hanya memberikan efek pengeluaran produk ilmiah (endogen) endorfin pada

sistem kontrol desenden sehingga menimbulkan efek penurunan nyeri. 5) Efek Plasebo, Plasebo adalah zat yang tidak memiliki aktivitas farmakologis berupa tablet, kapsul, injeksi cair dan sebagainya.

Plasebo umumnya terdiri dari gula, garam normal, atau air biasa. Karena plasebo tidak memiliki efek farmakologis, obat ini hanya memberikan efek pengeluaran produk ilmiah (endogen) endorfin pada

sistem kontrol desenden sehingga menimbulkan efek penurunan nyeri.(10)

Seringkali orang yang lebih berpengalaman dengan rasa sakit yang dialaminya, semakin takut orang tersebut akan peristiwa
menyakitkan yang akan diakibatkannya. Individu ini mungkin kurang menoleransi rasa sakitnya, akibatnya ia ingin rasa sakitnya segera
mereda sebelum rasa sakitnya menjadi lebih parah. Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu mengetahui ketakutan dapat meningkatkan
rasa sakit dan pengobatan yang tidak memadai. Efek yang tidak diinginkan yang dihasilkan dari pengalaman sebelumnya menunjukkan
pentingnya perawat untuk menyadari pengalaman masa lalu pasien dengan nyeri. Jika nyeri teratasi dengan tepat dan memadai, individu
mungkin kurang takut akan nyeri yang akan datang dan mampu menoleransi nyeri dengan baik.(11)

Penelitian ini menggunakan skala pengukuran verbal untuk menilai nyeri yang dialami pasien, seperti nyeri merupakan suatu kondisi
yang diketahui berupa perasaan tidak nyaman yang disebabkan oleh suatu stimulus tertentu. Stimulus stimulus nyeri dapat berupa fisik,
maupun mental. Nyeri bersifat subjektif, sehingga respon setiap orang tidak sama ketika merasakan nyeri. Nyeri tidak dapat diukur secara
objektif, seperti dengan menggunakan tes darah. Orang yang merasakan nyeri itulah yang dapat mengukur tingkat nyeri yang dialaminya.
(12) Hasil yang diperoleh menunjukkan skala yang bervariasi sesuai dengan nyeri yang dirasakan pasien.

Perubahan skala yang dialami pasien setelah intervensi secara teoritis dapat menjelaskan bahwa struktur spesifik sistem
saraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut
sebagai sistem nonseptik. Sensitivitas komponen sistem nonseptik dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan bervariasi antar
individu. Tidak semua orang yang terpapar stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasinya sangat
menyakitkan bagi seseorang yang mungkin hampir tidak terlihat oleh orang lain. Lebih lanjut, suatu stimulus dapat
menyebabkan nyeri pada satu waktu tetapi tidak pada waktu yang lain. Misalnya, rasa sakit akibat radang sendi dan nyeri kronis
pasca operasi sering kali terasa lebih buruk di malam hari(9), sehingga pada penelitian ini dapat dilihat respon pasien terhadap
intervensi yang berbeda.
Bunga mawar esensial yang diberikan secara inhalasi dapat memberikan perubahan skala nyeri pasien pasca
operasi sectio caesarea yang telah mengalami penurunan skala nyeri. Penghirupan adalah salah satu cara
menggunakan metode yang paling simpel.Mekanisme yang diperkenalkan aromaterapi esensial adalah melalui
sistem peredaran darah dan sistem penciuman. Organ penciuman adalah satu-satunya indera perasa dengan
berbagai reseptor saraf yang berhubungan langsung dengan dunia luar dan saluran langsung ke otak. Hanya
sejumlah terbatas delapan molekul yang dapat memicu impuls listrik di ujung saraf dan dibutuhkan sekitar 40
ujung saraf yang harus dirangsang sebelum seseorang menyadari bau apa yang sedang dicium. Bau adalah
molekul yang menguap langsung ke udara. Jika masuk ke rongga hidung melalui pernafasan, akan diartikan
sebagai indera penciuman.(13) 2) Penciuman Ditransmiskannya sebagai pesan ke pusat penciuman yang terletak
di bagian belakang hidung. Pusat penciuman hanya sebesar biji delima di dasar otak. Pada titik ini berbagai sel
saraf menafsirkan bau dan dikirim ke sistem limbik untuk dikirim ke hipotalamus untuk diproses.(14) Saat minyak
atsiri dihirup, molekul-molekul volatil akan membawa unsur aromatik yang terkandung dalam kandungan
minyak puncak hidung. 3) Getah rambut yang terkandung didalamnya akan beerfungsi sebagai reseptor, akan
menyampaikan pesan elektrokimia ke pusat emosi dan memanggil kembali seseorang yang kemudian akan
menyampaikan pesan kembali ke seluruh tubuh melalui sistem peredaran darah. Pesan yang disampaikan ke
seluruh tubuh akan diubah menjadi tindakan dengan pelepasan zat neurokimia seperti perasaan senang, rileks
dan tenang.
Pemberian essensial rose sebagai salah satu bentuk penanganan nyeri non farmakologi terbukti dapat menurunkan skala nyeri pasien
pasca operasi sectio caesarea, namun non farmakologi bukan pengganti obat, namun memiliki resiko yang sangat rendah. Tindakan non
farmakologis diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Dalam hal ini, terutama
bila nyeri hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau berhari-hari, menggabungkan metode nonfarmakologis dengan obat-obatan
adalah cara paling efektif untuk mengendalikan rasa sakit. Kontrol nyeri nonfarmakologis

59 | Penerbit: Aliansi Aktivis Kesehatan (AloHA)


Jurnal Kemajuan Kesehatan Internasional Aloha (AIJHA)
ISSN 2621-8224
Volume 2 Nomor 3, Maret 2019 http:// RISET
journal.aloha.academy/index.php/aijha

menjadi lebih murah, lebih mudah, efektif dan tanpa efek samping.(12) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien tidak merasakan nyeri
yang hilang, tetapi skala nyeri menurun secara signifikan.

KESIMPULAN

Skala nyeri pasien post SC di Ruang Kebidanan RS H. Abdul Manap Kota Jambi setelah diberikan
inhalasi mawar esensial memiliki skala nyeri rata-rata 2,68 – 3,25.

REFERENSI

1. Farrer H. Keperawatan Maternitas (Keperawatan Maternitas). Penerjemah: Andry Hartono. Jakarta: EGC; 2001.
2. Whalley, dkk. Kehamilan dan Persalinan (Kehamilan dan Persalinan). Penerjemah: Meiliana Purnama. Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Populer; 2008.
3. Melzack R, Wall PD. Mekanisme Nyeri: Sebuah Teori Baru. Sains. 1965;150(3699)::971–979.
4. Frayusi A. Pengaruh Grading Terapi Wewangian Lavender Terhadap Penyebaran Skala Nyeri Pada Klien
Infark Mioakrdium di CVCU RSUP Dr. M Djamil Padang Tahun 2011 (Pengaruh Pemberian Terapi
Wewangian Bunga Lavender secara Oles terhadap Skala Nyeri pada Klien Infark Mioakrdium di CVCU
RSUP DR M Djamil Padang tahun 2011). Tersedia dari: http://www.repository.unand.ac.id
5. Rho KH, Han SH, Kim KS, Lee MS. Efek Pijat Aromaterapi pada Kecemasan dan Harga Diri pada Wanita Lansia
Korea: Sebuah Studi Percontohan. Int J Neurosci. 2006;116:1447-1455.
6. Bidang T, Diego M, Hernandez-Reif M, Cisneros W, Feijo L, Vera Y, Gil K, Grina D, Claire He Q. Efek Gel
Pembersih Aroma Lavender pada Relaksasi. Jurnal Internasional Ilmu Saraf. 2005;115(2):207– 222.

7. Buckle J. Tinjauan Literatur: Haruskah Keperawatan Mengambil Aromaterapi Lebih Serius?. Jurnal Keperawatan
Inggris. 2007;16(2):116-120.
8. Nugroho HSW. Analisis Data Deskriptif untuk Data Kategorik (Analisis Data Secara Deskriptif untuk Data
Kategorik). Ponorogo: Forikes; 2014.
9. Smeltzer, Suzanne C. Brunner dan Suddart Medical Surgical Nursing (Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddart). Jakarta: EGC; 2001.
10. Tamsuri. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri (Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri). Jakarta: EGC; 2007.
11. Peleburan, Telanjang. Brunner dan Suddart Medical Surgical Nursing (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddart). Penerjemah: Kuncoro, Monica Ester. Jakarta: EGC
12. Potter PA, Perry AG. Fundamental Keperawatan: Concepts, Process, and Practice (Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik). Penerjemah: Yasmin Asih, Made Sumarwati, Dian Evriyani, Laily Mahmudah,
Ellen P, Kusrini, Sari K, Enie Novieastari. Jakarta: EGC; 2005.
13. Howard S, Harapan Hughes BM. Bukan Aroma, Jelaskan Dampak Aromaterapi Lavender. Jurnal
kedokteran New England. 2007;S(365)
14. Deveraux. Aromaterapi. Minyak Atsiri dan Cara Menggunakannya. Amerika Serikat. Penerbitan Tutle; 2003.

60 | Penerbit: Aliansi Aktivis Kesehatan (AloHA)

Anda mungkin juga menyukai