PEMBIMBING
2019
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
2.1.1 Definisi
2.1.2 Klasifikasi
4.2 Hubungan Kejadian Infeksi Dini dengan Onset Debridement pada Pasien
BAB V PEMBAHASAN
5.2 Hubungan Kejadian Infeksi Dini Dengan Onset Debridement pada Pasien
6.1 Simpulan
4
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Infeksi Dini
6
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
wilayah.Hal ini tergantung dari faktor geografik dan sosial ekonomi, jumlah
terbuka terjadi pada ekstremitas bawah yaitu pada diafisis tibia dan femur. Angka
Januari 1988 sampai dengan Maret 1994 sebanyak 1000 kasus dengan frekuensi
21,3 kejadian per 100.000 per tahun. Tulang yang paling banyak terkena
adalah tibia (21,6%), femur (12,1 %) radius dan ulna (9,3%) dan humerus (5,7
%).
tetanus, debridement luka operasi, reduksi dan fiksasi fraktur serta restorasi
Dilaporkan jumlah infeksi pada fraktur terbuka, dari 214 kasus fraktur terbuka
didapatkan grade I 41%, grade II 11% dan grade III 15%. Pada kasus ini, 65 %
1
2
didapat angka infeksi superfisial 4,5%, infeksi jaringan bagian dalam 3%,
tulang terbuka dalam 6 jam trauma untuk mengurangi risiko infeksi dalam muncul
dari penemuan klasik Friedrich (1898). Waktu antara trauma dan debridement
kadang-kadang lebih besar dari 6 jam, yang diakibatkan oleh berbagai faktor,
termasuk kebutuhan pasien akan perawatan cedera lainnya sebelum tata laksana
fraktur tulang karena pasien trauma yang datang dengan fraktur terbuka sering
memiliki cedera lain lebih parah yang perlu dikelola sebelum debridement dapat
dilakukan penundaan transfer pasien dari unit kesehatan lain dan masalah logistik,
Hingga saat ini di Indonesia belum banyak penelitian tentang infeksi pada
fraktur terbuka. Maka dari itu peneliti ingin melihat hubungan kejadian infeksi
dini dengan onset debridement pada pasien fraktur tulang terbuka diaphysis di
Dari rujukan di atas peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan kejadian
infeksi dini dengan onset debridement pada pasien fraktur tulang terbuka
1.3.Hipotesis
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kejadian infeksi dini
dengan onset debridement pada pasien fraktur tulang terbuka diaphysis di RSUP
1. Memperoleh data angka kejadian infeksi dini pada pasien fraktur tulang
Malik Medan.
4
Manfaat penelitian ini bagi tenaga kesehatan adalah sebagai bahan pertimbangan
untuk segera melakukan debridement pada pasien fraktur tulang terbuka diaphysis
kejadian infeksi dini dengan onset debridement pada pasien fraktur tulang terbuka
Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan
penelitian lebih lanjut tentang hubungan kejadian infeksi dini dengan onset
debridement pada pasien fraktur tulang terbuka diaphysis serta faktor-faktor apa
Bagi pasien dan masyarakat awam, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dan
pemahaman agar tidak terlambat untuk membawa pasien dengan curiga fraktur
tulang terbuka diaphysis ke rumah sakit untuk segera ditangani oleh tenaga
kesehatan.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas dari struktur tulang, tulang rawan dan
lempeng pertumbuhan yang disebabkan oleh trauma dan non trauma. Tidak hanya
kerusakan yang komplit dan fragmen tulang terpisah. Tulang relatif rapuh, namun
diakibatkan oleh cidera, stress yang berulang, kelemahan tulang yang abnormal
dengan dunia luar, baik ujung fragmen fraktur tersebut yang menembus dari
penetrasi suatu objek yang tajam dari luar hingga kedalam. Sedangkan fraktur
tertutup adalah bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
Setelah patah tulang terjadi maka otot, pembuluh darah, dan jaringan lunak
lainnya mengalami kerusakan. Sebuah respon sel dengan sel-sel inflamasi dan sel
mesenkimal dibedakan yang menonjol dalam tiga sampai lima hari pertama.
Dalam penyembuhan fraktur pada tulang panjang menjalani proses klinis dalam
Penyembuhan dari fraktur dipengaruhi oleh beberapa faktor lokal dan faktor
sistemik, adapun faktor lokal: a) Lokasi fraktur, b) Jenis tulang yang mengalami
fraktur, c) Reposisi anatomis dan immobilasi yang stabil, d) Adanya kontak antar
fragmen. e) Ada tidaknya infeksi. f) Tingkatan dari fraktur. Dan faktor sistemik :
rokok.
2.1.2. Klasifikasi
1. Diafisis
2. Metafisis
3. Epifisis
4. Intra artikular
5. Dislokasi fraktur
7
Klasifikasi patah tulang terbuka yang dibuat oleh Gustillo and Anderson
1. Tipe I
Panjang luka < 1 cm, biasanya luka tusukan atau puncture dimana patokan
ujung tulang menembus kulit. Kerusakan jaringan lunak sedikit dan tidak ada
comminutive.
2. Tipe II
Panjang luka > 1 cm dan tidak ada kerusakan jaringan lunak yang luas, flap
3. Tipe III
Ditandai dengan kerusakan jaringan lunak luas meliputi otot, kulit dan
a. Tipe IIIA
Jaringan lunak yang meliputi tulang yang patah cukup adekuat meskipun
terdapat laserasi luas, flap atau trauma high velocity, tanpa memandang
ukuran luka.
b. Tipe IIIB
Cedera luas, terdapat atau hilangnya sebagian dari pada jaringan lunak
c. Tipe IIIC
jaringan lunak.
Pada fraktur terbuka terdapat hubungan antara daerah fraktur dengan lingkungan
luar melalui luka, hal ini menyebabkan risiko untuk terjadi infeksi menjadi sangat
tinggi. Dengan demikian penanganan fraktur terbuka tidak hanya bertujuan untuk
untuk mencegah infeksi (Salter, 1999). Fraktur terbuka termasuk kasus gawat
darurat oleh karena itu beberapa prinsip dalam penanganannya harus diperhatikan
maupun material lainnya harus diirigasi dengan larutan saline dalam jumlah
besar. Material yang masih menempel setelah irigasi harus diambil hingga
untuk tumbuhnya kuman. Oleh karena itu, jaringan yang sudah mati seperti
kulit, lemak subkutan, fasia, otot, dan fragmen tulang yang kecil harus
kultur kuman pada tahap ini. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
Eksisi tepi luka. Tapi luka dieksisi hingga tepi kulit yang sehat.
lebih lanjut.
Pembuangan jaringan mati. Jaringan otot yang sudah mati harus dapat
Saraf dan tendon. Secara umum otot dan tendon yang terpotong
bersih dan tenaga yang ahli tersedia, maka saraf dan tendon tersebut
c. Penanganan fraktur. Pada fraktur terbuka tipe I dengan luka yang kecil,
debridementt, dan dibiarkan terbuka. Namun bila luka yang terjadi cukup
fiksasi skeletal. Secara umum, fiksasi internal dapat digunakan bila tidak
tidak dapat menjamin sepenuhnya luka akan bebas dari infeksi. Antibiotik
Salah satu komplikasi yang berbahaya pada fraktur terbuka adalah infeksi. Oleh
karena itu, pencegahan infeksi merupakan salah satu tujuan utama dalam
penanganan fraktur terbuka. Salah satu cara yang digunakan dalam pencegahan
topikal.
Streptococcal, and kelompok Gram negatif secara fisiologis dapat ditemukan pada
Bakteri yang tidak berkoloni atau berada dalam kelompok kecil, bersifat
aktif secara metabolik dan rentan terhadap sistim imunitas inangnya maupun
antibiotik yang sesuai. Kolonisasi bakteri baru akan terjadi bila bakteri tersebut
kompleks dan teratur sehingga dapat bertahan terhadap sistim imunitas inangnya
Tulang yang rusak dapat berfungsi sebagai substrat yang baik untuk
kolonisasi bakteri. Struktur tulang relatif aseluler dengan matriks organik yang
terdiri dari prolin, hidroksiprolin, glisin, dan alanin. Matriks organik tersebut
dapat berfungsi sebagai ligand dalam proses adhesi dari bakteri terhadap
permukaan tulang.
reaktif pada lingkungan biologis. Pada tahap awal kolonisasi, bakteri masih dapat
dibunuh oleh inangnya. Namun terdapat beberapa kondisi dimana bakteri dapat
bertahan yaitu, jumlah inokulum melebihi batasan sistim imunitas inang, rusaknya
maupun nekrosis, adanya benda asing, dan adanya permukaan yang aselular
akibat adanya gaya Van Der Waals. Keadaan ini memungkinkan bakteri untuk
akan terbentuk pada permukaan yang non reaktif atau non viabel. Antibiotik harus
dapat menembus lapisan ini sebelum mencapai bakteri. Lapisan biofilm dapat
nekrotik, implan, dan debris lainnya merupakan media yang baik bagi bakteri
untuk membentuk koloni dan lapisan biofilm. Lapisan biofilm ini dibentuk oleh
memperkuat agregasi antar bakteri. Karena implan dan material yang digunakan
antibiotik.
mengeluarkan sisa jaringan dan bakteri. Pada akhirnya akan terbentuk sebuah
14
klinis yang berbahaya dari infeksi umumnya disebabkan oleh karena masuknya
bakteri ke dalam aliran darah, pelepasan toksin, dan pelepasan enzim oksidatif
oleh sel inang. Meskipun bakteri tersebut cenderung rentan terhadap sistim
pertahanan tubuh dan antibiotik, namun jumlah bakteri dan masuknya bakteri
secara kontinyu ke dalam aliran darah, atau adanya penurunan sistim pertahanan
infeksi dapat terjadi, menyebar dan bertahan dalam lingkungan ini (Moholkar,
2006).
15
Grade I
Fraktur
≤ 6 jam Grade II
Kecelakaan terbuka tipe DM tipe 2 OREF
> 6 jam Grade III
lalu lintas I, II: Penyakit ORIF
Jatuh dari sefalosforin ginjal
ketinggian generasi I Gangguan
Fraktur
Cidera pembekuan
terbuka tipe
akibat darah
III:
olahraga sefalosforin Penyakit
Cidera generasi I + paru
akibat aminoglikos obstruktif
kekerasan ida kronis
fisik Kontaminasi
Tertimpa organic (+):
benda berat ditambahkan
metronnida-
zol dan
penisilin
BAB 3
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain Cross Sectional untuk melihat
hubungan kejadian infeksi dini dengan onset debridement pada pasien fraktur
Populasi dalam penelitian ini adalah penderita fraktur tulang terbuka diaphysis
Sampel penelitian adalah penderita fraktur tulang terbuka diaphysis yang berobat
di RSUP H. Adam Malik Medan sejak bulan Januari hingga Desember 2018 yang
melalui IGD.
KBE.
anti tetanus.
kronis.
Untuk menentukan besar sampel tunggal minimal pada uji hipotesis dengan
et al, 2011):
2
(𝑧𝛼 + 𝑧𝛽 )
𝑛= [ ] +3
0,5ln(1 + 𝑟⁄1 − 𝑟)
18
Keterangan:
n: besar sampel
1,96.
zβ : Derivat baku β, dihitung dari kesalahan tipe II. Pada penelitian ini,
yaitu nilai koefisien korelasi 0,6-0,79, sehingga diambil nilai r adalah 0,6.
2
(1,96 + 0,84)
𝑛= [ ] +3
0,5ln(1 + 0,6⁄1 − 0,6)
2,8 2
𝑛= [ ] +3
0,5ln(4)
𝑛 = 19,32
Diambil data : usia, jenis kelamin, mekanisme trauma, tulang yang mengalami fraktur,
klasifikasi fraktur menurut Gustilo-Anderson, waktu antara trauma dan debridement, jenis
tindakan operasi definitif, lama rawatan, terhadap pasien dengan onset debridement ≤ 6 jam dan
> 6 jam
Dilihat dari follow up rekam medis selama 30 hari adanya tanda-tanda klinis infeksi dini
(eritema, hangat, bengkak, atau keluar sekret yang menandakan infeksi) dan uji diagnosis
tambahan (kadar leukosit, laju endap darah, hasil kultur)
Onset dilakukannya
Kejadian infeksi dini
debridement
(30 hari)
(≤ 6 jam dan > 6 jam)
Usia
Penyakit penyerta lainnya
Derajat fraktur terbuka
Variabel Perancu
3.8Definisi Operasional
fragmen fraktur dengan dunia luar, baik ujung fragmen fraktur tersebut
dipermukaan yang mengalami penetrasi suatu objek yang tajam dari luar
hingga kedalam.
7. Tulang yang terkena fraktur terbuka terbagi atas: humerus, radius, ulna,
kembali tulang yang fraktur, terdiri dari: fiksasi eksternal, cast, plate and
10. Lama rawatan adalah durasi pasien dirawat di rumah sakit, dinilai dalam
satuan hari.
Data yang sudah dikumpulkan, diolah, dan disajikan secara deskriptif dalam
bentuk tabel atau diagram dan dijelaskan dengan narasi. Sedangkan untuk menilai
hubungan antar variabel digunakan uji Chi Square yang disajikan dalam bentuk
tabel 2x2 (tabel 3.1) dengan menggunakan program SPSS ver. 20.
Onset Infeksi
Debridement Ya Tidak
>6 jam
≤ 6 jam
bersedia untuk menjadi subjek atau tidak tanpa sanksi apapun. Responden juga
mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan,
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini, 56 subjek didiagnosis dengan fraktur tulang terbuka diaphysis.
orang (73,2%), dengan usia rata-rata 34,46 tahun. Fraktur tulang terbuka diaphysis
yang paling sering ditemukan pada penelitian ini adalah fraktur tibia sebanyak 22
kasus (39,3%), diikuti dengan fraktur radius sebanyak 16 kasus (28,6%), dengan
derajat fraktur terbuka terbanyak adalah derajat IIIA sebanyak 24 pasien (42,9%).
Mekanisme trauma yang paling sering adalah kecelakaan lalu lintas sebanyak 46
kasus (82,1%). Rata-rata onset debridement dilakukan pada 12,46 jam setelah
fraktur terjadi. Tiga puluh sembilan pasien (69,6%) menjalani prosedur definitif
berupa OREF. Rentang lama rawatan adalah 4 – 12 hari dengan rata-rata 6,41
Proporsi kejadian infeksi dini pada fraktur tulang terbuka diaphysis di RSUP H.
Adam Malik Medan adalah 30,35%. Untuk mengetahui hubungan antara kejadian
infeksi dini dengan onset debridement pada pasien fraktur tulang terbuka
diaphysis, dilakukan uji Chi Square. Hasil uji Chi Square didapatkan nilai p 0,062
(Tabel 4.2)
Infeksi Dini
Infeksi Dini
Nilai p
Ya Tidak
> 6 jam 3 17
Onset Debridement
≤ 6 jam 14 22
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dijumpai penderita fraktur tulang terbuka diaphysis berjenis
(26,8%), dengan usia rata-rata 34,46 tahun. Hal ini sejalan dengan kebanyakan
sampel penelitian adalah laki-laki (118 orang (78,14%)) dan 33 orang (21,85%)
perempuan dengan usia rata-rata pasien adalah 31,76 (antara 3-87) tahun
(Fernandes et al. 2015). Penelitian lain menemukan usia rata-rata (SD) adalah
33,9 (16,3) tahun yang 79,0% sampelnya adalah laki-laki (Srour et al.
tulang panjang yang lebih tinggi yaitu 21,5 per 100.000 pasien, dibandingkan
dengan wanita dengan insidens 12,3 per 100.000 pasien per tahun (Taki et al,
2017).
terbuka diaphysis yang paling sering terjadi, diikuti oleh radius (28,6%), femur
penelitian sebelumnya diamati 76 patah tulang tibia, yang merupakan tulang yang
paling terkena, yaitu 50,3% dari patah tulang (Fernandes et al. 2015). Lokasi
fraktur yang paling sering dari fraktur terbuka adalah tibia (48,3%), diikuti oleh
femur (21,9%), radius-ulna (21,3%), dan humerus (8,6%) (Srour et al. 2015).
27
Fernandes dkk (2015) yang juga menemukan distribusi fraktur menurut Gustilo-
dan 82 (54,30%) derajat III diamati. Dari jumlah tersebut, 75 kasus adalah derajat
IIIA (49,66%), 2 kasus derajat IIIB (1,32%), dan 5 kasus derajat IIIC (3,31%).
lainnya adalah jatuh dari ketinggian (7,95%), cedera akibat senjata api (4,64%),
cedera akibat olahraga (2,64%), kekerasan fisik (1,98%), crushing injury (1,32%),
dan sebagian besar cedera (78,4%) disebabkan oleh trauma tumpul (Fernandes et
al. 2015).
Pada penelitian ini, rata-rata onset debridement dilakukan pada 12,46 jam
bukanlah menjadi fokus pada penelitian ini. Pada penelitian oleh Srour dkk
OREF pada penelitian ini. Fernandes dkk (2015) menemukan tindakan yang
(3,15%), plateand screw (6,3%), intramedullary nails (0, 79%), Kirschner wire
28
(2,36%), imobilisasi atau traksi (14,96%). Dari 151 kasus patah tulang dalam
definitif pada operasi kedua. Penelitian lain menemukan 59% kasus membutuhkan
fiksasi internal, dan frekuensi intervensi ini berbeda secara signifikan antara
kelompok yang menjalani debridement dalam waktu kurang dari 6 jam pasca
trauma dan kelompok yang menjalani debridement dalam waktu 19 hingga 24 jam
dengan rata-rata 6,41 hari. Hal ini berbeda jauh dengan penelitian sebelumnya
2011).
5.2 Hubungan Kejadian Infeksi Dini dengan Onset Debridement pada Pasien
Tata laksana fraktur terbuka telah menjadi topik yang kontroversi. Di rumah sakit
yang merawat pasien yang menderita trauma, terdapat konsensus bahwa tata
laksana awal fraktur ini idealnya dilakukan dalam waktu kurang dari 6 jam. Teori
ini didasarkan pada penelitian Friedrich yang menggunakan tanah dan debu
sebagai agen infeksi untuk luka pada hewan percobaan. Dalam studinya ia
ini, debridement akan kurang efektif untuk mengendalikan infeksi pada luka.
infeksi dini dengan onset debridement pada pasien fraktur tulang terbuka
kejadian infeksi dini dengan onset debridement pada pasien fraktur tulang terbuka
kesalahan tipe II (karena jumlah kasus yang terbatas) dalam penelitian ini, kami
infeksi dini.
terbatas yang meneliti efektivitas debridement awal hanya pada fraktur tibia.
Dalam analisis retrospektif dari 103 pasien dengan fraktur tibia terbuka, Khatod
dkk (2003) tidak menemukan peningkatan dalam kejadian infeksi pada pasien
yang menjalani debridement dalam waktu kurang dari 6 jam dibandingkan dengan
dkk (2008) menunjukkan dalam tinjauan retrospektif dari 206 pasien dengan
fraktur tibia terbuka bahwa tidak ada perbedaan dalam hasil infeksi berdasarkan
infeksi pada pasien dengan trauma tumpul. Tidak ada perbedaan dalam
komplikasi infeksi antara kelompok debridement dini (≤6 jam) dan debridement
terbuka derajat III, Singh dkk (2012) menunjukkan tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam tingkat infeksi untuk debridement dini (≤6 jam) dibandingkan
dengan debridement tertunda (>6 jam). Pollak (2010) menunjukkan dalam sebuah
penelitian prospektif dari 307 pasien dengan fraktur terbuka ekstremitas bawah
kelas III Gustilo bahwa tidak ada perbedaan dalam komplikasi infeksi untuk 3
kelompok waktu debridement (<5 jam, 5-10 jam, dan>10 jam). Di Inggris, Al-
Arabi dkk (2007) menunjukkan dalam studi prospektif dari 237 pasien dengan
patah tulang panjang selama periode 9 tahun bahwa tidak ada perbedaan dalam
tingkat komplikasi infeksi untuk debridement kurang dari 6 jam atau lebih dari 6
jam. Penelitian oleh Fernandes dkk menemukan ada 20 (13,24%) kasus infeksi
secara keseluruhan, dari jumlah tersebut, 7 kasus (35%) berada dalam kelompok
Karena berbagai alasan, debridement tidak selalu dapat dilakukan dalam 6 jam
pertama. Dalam beberapa kasus, debridement ini dilakukan oleh ahli bedah dan
ahli anestesi yang kelelahan pada waktu yang tidak tepat (Landrigan et al 2004).
Waktu tunggu antara 6 hingga 24 jam untuk tata laksana bedah pada fraktur dapat
klinis yang memadai. Dalam literatur saat ini, tidak ada bukti ilmiah yang
BAB 6
6.1 Simpulan
2. Onset debridement ≤ 6 jam atau > 6 jam bukan merupakan faktor risiko
6.2 Saran
terbuka diaphysis.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Arabi YB, Nader M, Hamidian-Jahromi AR, Woods DA. 2007. The effect
19:765-786
Enninghorst N, McDougall D, Hunt JJ, Balogh ZJ. 2011. Open tibia fractures:
outcome. J Trauma.;70(2):352-356.
Fahmi, I., Siregar, C. 2017. Karakteristik Penderita Infeksi Pasca Operasi Fiksasi
Nusantara. 50(3):
33
Fernandes, M.C., Peres, L.R., Neto, A.C.Q., et al. 2015. Open Fractures and the
78522015230100932
Friedrich PL. 1898. Die aseptische Versorgung frischer Wunden. Arch Klin
Chir.;57:288-310.
Gustilo RB, Anderson JT. 1976. Prevention of infection in the treatment of one
Khatod M, Botte MJ, Hoyt DB, Meyer RS, Smith JM, Akeson WH. 2003.
Landrigan CP, Rothschild JM, Cronin JW, Kaushal R, Burdick E, Katz JT, et al.
Pollak AN. 2010. The relationship between time to surgical debridement and
Rasjad C. 2008. Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi: Struktur dan Fungsi Tulang.
Salter RB. 2009. Treatment for open fractures. In : Textbook of disorders and
DOI:10.1001/jamasurg.2014.2022
shaft in adults. Orthopaedics and Trauma, 31(2) 116 – 124. Available at:
https://doi.org/10.1016/j.mporth.2016.09.012
Orthopedics.;31(12):1-5.
166:95 100.