Fraktur Terbuka
Oleh :
Preseptor :
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga makalah grand case yang berjudul “Fraktur Terbuka” ini
dapat di selesaikan pada waktu yang ditentukan.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, khususnya kepada dr. Hermansyah, SpOT
sebagai preseptor yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan saran,
perbaikan dan bimbingan. Terima kasih kepada rekan-rekan dokter muda dan
semua pihak yang turut berpartisipasi.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur dikatakan tertutup (sederhana) jika
jaringan kulit di atasnya masih utuh, sehingga tidak ada kontak antara fragmen
tulang yang patah dengan lingkungan luar. Namun jika kulit atau salah satu dari
luar, maka disebut fraktur terbuka (compound). Fraktur terbuka cenderung untuk
terstandar dan segera untuk mengurangi resiko infeksi. Utamanya adalah untuk
Insiden per tahun dari patah tulang terbuka tulang panjang diperkirakan
11,5 per 100.000 penduduk dengan 40% terjadi di ekstrimitas bagian bawah.4
Fraktur terbuka terjadi dalam banyak cara, dan lokasi serta tingkat keparahan
cederanya berhubungan langsung dengan lokasi dan besarnya gaya yang mengenai
tubuh. Fraktur terbuka dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak
langsung seperti luka tembak, trauma kecelakaan lalu lintas, ataupun kecelakaan
kerja yang berhubungan dengan himpitan pada jaringan lunak.2,3 Fraktur terbuka
ini diklasifikasikan menjadi tiga grade, yaitu Grade I, II, dan III. Grade I adalah
robekan kulit dengan kerusakan kulit dan otot. Grade II seperti grade 1 dengan
memar kulit dan otot. Grade III luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh
menemukan dan mengatasi kondisi life threatening yang ada pada pasien,
terutama pada layanan primer. Penatalaksaan yang tepat pada pasien fraktur
debridement urgent pada luka dan fraktur, stabillisasi fraktur, penutupan luka
segera secara definitif.6 Perawatan yang baik juga perlu untuk mencegah
Menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk dari berbagai literatur dan
TINJAUAN PUSTAKA
lingkungan luar akibat kerusakan jaringan lunak dan kulit sehingga dapat terjadi
kontaminasi bakteri dan timbul komplikasi berupa infeksi.7,8 Fraktur terbuka juga
banyak melibatkan kerusakan pada otot, tendon dan ligamen. Hal ini yang dapat
terkontaminasi oleh mikroorganisme dari luar, kehilangan darah, Syok dll. Luka pada
kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam dan keluar menembus kulit (from
within) atau dari luar oleh karena tertembus misal oleh peluru atau trauma langsung
(from without). Fraktur terbuka merupakan suatu kondisi keadaan darurat yang
2.2 Epidemiologi
sosioekonomi, populasi penduduk, dan trauma yang terjadi. Fraktur terbuka lebih
sering terjadi pada laki-laki dari pada wanita (7:3) dengan usia ratarata 40-56 tahun di
populasi umum. Di amerika serikat setiap tahunnya terjadi insiden fraktur terbuka
tulang panjang yang di perkirakan 11,5 dari 10.000 penduduk.4 Dari data yang
diambil dari Universitas Gajah Mada didapatkan insidensi fraktur terbuka sebesar 4%
dari seluruh fraktur dengan perbandingan laki-laki dan perempuan sebesar 3,64:1 dan
untuk kelompok usia mayoritas pada dekade dua atau dekade tiga, dimana mobilitas
dan aktifitas fisik tergolong tinggi.10 Sedangkan insiden fraktur terbuka di Edinburgh
Orthopaedic Trauma Unit di Skotlandia mendata sebanyak 21.3 kasus per 100.000
dala setahun. Yang terbanyak adalah fraktur diafisis pada tibia (21,6%), lalu pada
femur (12,1%), radius dan ulna (9,3%), dan humerus (5,7%). Pada tulang panjang,
fraktur terbuka diafiseal (15,3%) lebih sering terjadi disbanding metafiseal (1,2%).11
2.3 Etiologi
antara lain mekanisme cedera (direct, indirect force), besar kekuatan energi
(lowenergy, high-energy), tipe benda yang terlibat dalam kejadian fraktur (tajam dan
traumatik pada tulang bisa disebabkan karena cedera langsung atau pukulan langsung
terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan atau cedera tidak langsung yaitu
pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan, dan fraktur yang disebabkan
kekuatan energi yang tidak terlalu besar, tidak terdapat perlibatan benda tajam, dan
kronologis seperti terjatuh, terkilir, dan tertimpa benda berat yang terjadi pada
direct force dengan kekuatan high-energy dan keterlibatan benda tajam seperti badan
fraktur, komplit atau fraktur tidak komplit, fraktur terbuka atau fraktur tertutup
kelurusan fraktur dapat dibagi kepada fraktur tertutup, fraktur terbuka, fraktur
komplit dan fraktur tidak komplit. Fraktur tertutup (simple) adalah fraktur
yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit atau tidak menyebabkan robeknya
terbuka (complete) ialah fraktur yang mempunyai hubungan dngan dunia luar melalui
luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk dari dalam dan berpotensial
untuk terjadi infeksi. Fraktur komplit (complete) adalah garis fraktur yang melibatkan
seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang biasanya berubah tempat
atau mengalami pergeseran atau perpindahan posisi tulang. Fraktur tidak komplit (
tulang satu sisi patah yang lain biasanya hanya bengkok (green stick).13
spiral,fraktur kompresi dan fraktur avulsi. Fraktur transversal adalah fraktur yang
arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau
langsung. Fraktur oblik adalah fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut
terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi juga. Fraktur
spiral adalah fraktur yang arah garis patahnya spiral yang di sebabkan oleh
trauma rotasi. Fraktur kompresi adalah fraktur yang terjadi karena trauma aksial
fleksi yang mendorong tulang kearah permukaan lain. Fraktur avulsi adalah
fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya
pada tulang.14
Klasifikasi fraktur terbuka paling sering digunakan menurut Gustilo dan Anderson
Kontaminasi
Gustilo juga membagi tipe III menjadi subtipe, yaitu tipe IIIA, IIIB, IIIC:
Tabel 2. Klasifikasi subtype fraktur terbuka tipe III menurut Gustilo &
16
Anderson
Expose
lunak
Keterangan :
dan berat.
Tipe IIIB terjadi pada fragmen fraktur tidak dibungkus oleh jaringn
masif dan merupakan trauma high energy tanpa memandang luas luka.
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Apabila tekanan eksternal lebih besar dari yang diserap tulang, maka
terjadi trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang. Fraktur dapat disebabkan oleh trauma langsung, trauma tidak langsung, atau
kondisi patologis. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah seta saraf
dalam korteks, marrow dan jaringan tulang yang membungkus tulang rusak.
rongga medulla tulang. Akibat hematoma yang terjadi dapat menghambat suplai
darah atau nutrisi ke jaringan tulang yang berdekatan, sehingga jaringan tulang
menstimulasi histamine pada otot yang iskemik dan menyebabkan protein plasma
hilang dan masuk ke interstisial, hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang
terbentuk akan menekan ujung saraf yang dapat menyebabkan nyeri yang bila
jaringan sekitar seperti merusak integritas kulit atau terjadi laserasi kulit hal ini
fragmen tulang yang dapat mempengaruhi mobilitas fisik sehingga terjadi gangguan
pergerakan dan gangguan perfusi jaringan jika terjadi penyumbatan pembuluh darah
oleh emboli lemak dan trombosit yang terjadi akibat reaksi stress dan memicu
tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu,
dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur, dan faktor intrinsik, yang
menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur, seperti kapasitas absorbs dari
Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat trauma, rasa nyeri disekitar
berhubungan dengan otak dan medulla spinalis. Tanda-tanda lokal dapat dilihat dari
perubahan bentuk atau deformitas mungkin terlihat jelas, kulit utuh atau tidak utuh.
Terdapat nyeri tekan setempat dan dari gerakan, ada krepitasi dan gerakan menjadi
terbatas.17
2.7 Diagnosis
Diagnosa fraktur dapat ditegakkan dari anamnesis, yaitu dari tiga keluhan
utama seperti nyeri, deformitas dan disfungsi. Dari anamnesa, ditanyakan pada
penderita apakah ada riwayat trauma ataupun riwayat dengan penyakit berhubungan
jelas dan gangguan neurovaskular bagian distal dan lesi. Pulsasi arteri bagian distal
penderita hipotensi akan melemah dan dapat menghilang sehingga dapat terjadi
kesalahan penilaian vaskular. Apabila disertai trauma kepala dan tulang belakang
maka akan terjadi kelainan sensasi nervus perifer dari distal lesi, serta perlu dilakukan
1. Look (inspeksi)
Pembengkakan, memar, dan deformitas, berupa penonjolan yang abnormal, angulasi,
rotasi, ataupun pemendekan, mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah
apakah kulit itu utuh atau tidak, kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan
(compound).
2. Feel (palpasi)
pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri
dorsalis pedis, arteri tibialis posterior atau sesuai anggota gerak yang terkena, refilling
atau pengisisann arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma, serta
perbedaan panjang tungkai. Palpasi juga untuk memeriksa bagian distal dari fraktur
merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Trauma pembuluh darah adalah keadaan
3. Movement (pergerakan)
Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih pnting untuk
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan pasif
sendi paroksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pemeriksaan
pergerakan harus dilakukan secara hati- hati karena pada penderita dengan fraktur
setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat dan kerusakan pada jaringan lunak
1. X-Ray
a. Two views, minimal dua jenis proyeksi (anteroposterior dan lateral) harus
diambil.
b. Two joints, sendi yang berada di atas dan di bawah dari fraktur harus
difoto.
c. Two limbs, x-ray pada sisi anggota gerak yang tidak cidera dibutuhkan
sebagai pembanding.
d. Two injuries, trauma keras biasanya menyeabkan cidera lebih dari satu
daerah tulang. Maka dari itu, pada fraktur calcaneum atau femur, penting
e. Two occasions, beberapa fraktur sulit kelihatan pada hasil foto x-ray
pertama sehingga pemeriksaan ulang x-ray dalam satu atau dua minggu
2. Pemeriksaan khusus
CT scan dan MRI memperlihatkan hasil yang lebih optimal pada cidera tulang
manejemen awal dari fraktur terbuka.(1) CT scan melihat lebih detail bagian
tulang sendi dengan membuat irisan foto lapis demi lapis. MRI digunakan
untuk mengidentifikasi cidera pada tendon, ligament, otot, tulang rawan, dan
tulang.
fraktur. Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respon dari stress setelah
2.8 Tatalaksana
maka dari itu perlu dilakukan penatalaksanaan yang sesuai dengan prinsip
penanganan trauma yaitu penilaian awal (primary survey) yang bertujuan untuk
menilai dan memberikan pengobatan sesuai dengan proritas berdasarkan trauma yang
dialami.14 Penanganan pasien terdiri dari evaluasi awal segera serta resusitasi fungsi
untuk menilai ventilasi pasien. Jalan napas yang bebas tidak menjadikan
dan output jantung; (2) perdarahan, baik dari luar maupun dalam, dengan
maka pakaian pasien perlu dilepas, selain itu perlu dicegah terjadinya
hipotermi.
fraktur, terdapat prinsip pengobatan 4R20 pada waktu menangani fraktur, yakni
sebagai berikut:
dalam kesehariannya.
Ketika fraktur terbuka siap untuk ditangani, luka pertama kali diinspeksi secara
cidera yang baru terjadi, lalu luka ditutup dengan dressing yang dibasahi dengan
normal saline. Pasien diberikan antibiotik yang biasanya co-amoxiclav atau
cefuroxime, tapi clindamycin dipakai jika pasien alergi terhadap penicillin. Juga
diberikan profilaksis tetanus toxoid jika sebelumnya telah diimunisasi atau antiserum
jika belum diimunisasi. Bagian yang cidera lalu dibidai sampai pembedahan siap
dilakukan. Sirkulasi dan status neurologis bagian distal dari fraktur harus dicek secara
lunak (termasuk ukuran luka) dan derajat kontaminasi. Biasanya banyak digunakan
klasifikasi fraktur terbuka dari Gustilo. Semua fraktur terbuka, sesimpel apapun
kelihatannya harus dianggap telah terkontaminasi. Penting bagi kita untuk mencegah
1. Debridement
Tujuan debridement adalah menjadikan luka bersih dari benda asing dan jaringan
mati, menyisakan daerah untuk operasi yang bersih serta jaringan yang memiliki
perdarahan yang baik. Dressing yang sebelumnya digantikan dengan sterile pad dan
kulit di sekelilingnya dibersihkan. kemudian pad dilepaskan dan luka diirigasi dengan
teliti membutuhkan eksposur luka yang adekuat, eksposur luka dapat dilakukan
melalui ekstensi luka dengan cara yang aman yakni mengikuti garis pada insisi
Lalu, penilaian permukaan fraktur tidak dapat dilakukan dengan adekuat tanpa
mengekstraksi tulang di dalam luka. Cara yang paling sederhana adalah dengan
menekuk eksremitas pada posisi dimana bagian tersebut menerima benturan saat
cidera terjadi sehingga permukaan fraktur akan terekspos melalui luka tanpa
dan debris dibersihkan dengan eksisi atau dicuci dengan menggunakan normal saline.
Jangan menginjeksikan cairan ke dalam celah luka kecil untuk membersihkan luka
karena ini hanya akan membuat kontaminan semakin terdorong ke dalam. Sekitar 6 -
2. Penanganan fraktur
Fraktur dengan luka yang hebat memerlukan reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna
lunak. Metode fiksasi bergantung pada derajat kontaminasi, lama waktu cidera terjadi
sampai operasi dilakukan dan jumlah dari kerusakan jaringan lunak. Jika tidak ada
kontaminasi yang tampak dan penutupan luka definitive dapat dilakukan saat
debridement, fraktur terbuka dalam semua grade dapat ditatalaksana seperti cidera
tertutup, dimana fiksasi internal atau eksternal dapat dilakukan tergantung dari
karakteristik individual dari fraktur dan luka. Jika penutupan luka terlambat
Fiksasi eksternal dapat diganti dengan fiksasi internal pada saat penutupan
luka definitive jika (1) penundaan penutupan luka kurang dari 7 hari; (2) kontaminasi
pada luka tidak tampak dan; (3) fiksasi internal dapat mengontrol fraktur sebaik
fiksator eksternal.19
posisi normal kemudian fiksasi dengan skrup khusus atau dengan menggunakan pelat
logam ke permukaan luar tulang. Indikasinya adalah (1) fraktur yang tidak bisa
direduksi kecuali dengan operasi; (2) fraktur yang tidak stabil dan cenderung untuk
lambat dan sulit, contohnya fraktur kolumn femur; (4) fraktur patologis dimana
Fiksasi eksternal tergantung pada cedera yang terjadi. Fiksasi ini digunakan
untuk menahan tulang agar tetap berada dalam satu garis lurus, dengan menggunakan
kawat atau skrup yang ditempatkan di atas dan di bawah tempat fraktur. Kemudian
fragmen tulang direposisi. Pin atau skrup dihubungkan ke sebuah lempengan logam
di luar kulit. Perangkat ini merupakan suatu kerangka stabilisasi yang menyangga
tulang dalam posisi yang tepat. Indikasinya adalah untuk penanganan fraktur yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan lunak yang berat (termasuk fraktur terbuka) atau
dengan kontaminasi yang berat; (2) fraktur disekitar sendi dimana fiksasi internal
dapat dilakukan namun jaringan lunaknya terlalu bengkak untuk bisa dilakukan
pembedahan secara aman, sehingga pemasangan fiksator eksternal memberikan
stabilitas sampai kondisi lunak membaik; (3) fraktur pada pasien tidak stabil yang
3. Penutupan luka
Fraktur terbuka harus diobati dalam waktu periode emasnya (6-8 jam mulai dari
flap(1,3) serta pemasangan drainase isap untuk mencegah akumulasi darah dan serum
pada luka yang dalam. Pada luka yang lebih berat atau Gustilo grade yang lebih lanjut
profilaksis melawaan bakteri Gram positif dan Gram negative yang telah memasuki
luka saat cidera terjadi. Selanjutnya, hanya co-amoxiclav atau cefuroxime (atau
antibiotik tidak perlu diberikan lebih dari 24 jam. Pada fraktur grade II dan IIIA-C
biasanya terdapat penundaan penutupan luka, dan karena luka yang ada sekarang
telah berada pada lingkungan rumah sakit, ada data yang menyebutkan bahwa infeksi
pada fraktur terbuka banyak disebabkan oleh hospital-acquired bacteria dan tidak
tumbuh saat cidera terjadi, gentamicin dan vancomycin (1g) (atau teicoplanin
(800mg)) diberikan saat penutupan luka definitif. Total waktu penggunaan antibiotic
Tetanus disebabkan oleh infeksi dari Clostridium tetani yang merupakan bakteri
anaerob yang menghasilkan toksin yang dapat menjurus pada terjadinya spasme otot
yang mengancam jiwa. Pemberian vaksin tetanus pada kasus luka traumatik (1)
melakukan irigasi dan debridement sesuai indikasi (2) memperoleh riwayat imunisasi
pasien (3) pemberian tetanus toxoid jika booster terakhir diberikan lebih dari 10 tahun
atau jika riwayat vaksinasi tidak ada/jelas (4) memberikan imunoglobulin tetanus
5. Aftercare
maksimal pemberiannya hanya sampai 72 jam pada tipe fraktur yang lebih berat.22
6. Amputasi
Indikasi absolut dilakukannya amputasi adalah gangguan anatomis komplit dari saraf
tibialis dan iskemia yang lebih dari 6 jam. Indikasi relatifnya adalah polytrauma
serius, trauma kaki ipsilateral berat, penanganan yang berlarut-larut untuk bisa terjadi
penutupan jaringan lunak dan rekonstruksi tulang. Jika terdapat satu indikasi absolut
atau dua dari tiga indikasi relative maka amputasi diindikasikan untuk dilakukan.16
a. Umum
Syok, koagulopati difus atau gangguan fungsi pernapasan yang dapat terjadi dalam 24
jam pertama setelah trauma dan setelah beberapa hari kemudian dapat terjadi
dapat berupa emboli lemak, thrombosis vena dalam, infeksi tetanus atau gas
gangrene.19
Yakni komplikasi yang terjadi dalam 1 minggu pertama pasca trauma, komplikasi
pada waktu ini dapat mengenai tulang, otot, jaringan lunak, sendi, pembuluh darah,
avaskuler.19
Yakni komplikasi yang terjadi lebih dari 1 minggu pasca trauma. Dapat berupa
maupun nekrosis pasca trauma. Dalam penyembuhan fraktur dapat juga terjadi
2.10 Prognosis
terbukanya barier jaringan lunak, maka fraktur tersebut terancam mengalami proses
infeksi. Selama 6 jam sejak fraktur terjadi, luka masih dalam periode emas
penyembuhannya, dan setelah periode tersebut luka berubah menjadi luka infeksi.
Oleh karenanya, penanganan fraktur terbuka harus dilakukan sebelum periode emas
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 54 Tahun
Alamat : Seberang Padang
Pekerjaan : Guru
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Minang
2. Anamnesis
Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri pada kaki kanan setelah ditabrak mobil 2 jam
sebelum masuk rumah sakit.
Primary Survey
Airway : Bebas
Breathing : Frekuensi napas 20x/menit, tidak terpasang oksigen
Circulation : TD 118/80 mmHg, Nadi teraba, kuat angkat, frekuensi nadi
80x/menit
Disability : Pasien GCS 13 (E3M6V4), pupil isokor 3mm/3mm, refleks
cahaya +/+
Secondary Survey
Pasien mengeluh nyeri pada kaki kanan setelah ditabrak mobil saat pulang
dari mesjid 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Mekanisme trauma tidak
diketahui pasti.
Riwayat penurunan kesadaran ada. Riwayat muntah ada. Sampai di rumah
sakit pasien gelisah dan bicara tidak jelas. Alis berkabut ada.
Keluar darah dari telinga, hidung dan mulut tidak ada.
Sebelumnya pasien dibawa ke puskesmas dipasang infus dan dipasang spalk
di kaki.
Hipertensi (-)
Diabetes Mellitus (-)
Riwayat perdarahan sukar membeku (-)
Riwayat konsumsi obat jantung (-)
Hipertensi (-)
Diabetes Mellitus (-)
Riwayat perdarahan sukar membeku (-)
Riwayat konsumsi obat jantung (-)
3. Pemeriksaan Fisik
Vital Sign
- Paru
Inspeksi : Simetris kanan = kiri, jejas (-)
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
- Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari LMCS sinistra RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ 1 dan 2 normal, irama regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
Palpasi : Muscle rigid (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
Perkusi : Timpani
Status Lokalis (Regio Cruris Dextra)
Look : Luka terbuka (+) di sisi anteromedial 1/3 distal cruris dextra,
bone exposed (+), tendon exposed (+), deformity (+) angulasi dan eksternal rotasi
Feel : Tenderness (+) di area 1/3 distal, CRT < 2”, SpO2 98%,
sensorik (+)
Move : motorik
555 555
555 555
Foto Klinis
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Diagnosis
Analgetik
Antibiotik
Antitetanus
Debridement
External Fixation Tibia
7. Prognosis
Seorang pasien laki-laki berusia 54 tahun datang dengan keluhan nyeri pada
kaki kanan setelah ditabrak mobil 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Pada saat
pasien datang ke IGD langsung dilakukan primary survey. Hal ini untuk mengatasi
kegawatdaruratan yang ada pada pasien dan menstabilkan kondisi pasien. Pada
primary survey tindakan dilakukan berdasarkan panduan dari ATLS. Pada airway
tidak didapatkan adanya gangguan pada jalan nafas pasien. Apabila pasien disertai
cedera kepala sering terjadi penurunan kesadaran dan memerlukan intervensi pada
jalan nafas seperti pemasangan intubasi dan ventilator mekanik.2 Pada pemeriksaan
breathing didapatkan pasien bernafas spontan, dengan frekuensi nafas 20 menit dan
tidak diberikan oksigen, tidak ditemukan adanya gangguan pada pernafasan pasien.
Pada pemeriksaan circulation didapatkan nadi teraba kuat angkat, teratur, dengan
frekuensi nadi 80x/menit dan tekanan darah 118/80 mmHg. Pada pasien trauma
normal, nilai GCS seseorang yaitu 15 dan mengindikasikan bahwa orang tersebut
berada dalam kesadaran penuh komposmentis. Pada pasien ini didapatkan pasien
hanya membuka mata apabila dipanggil, dan pasien mengeluarkan suara tapi dengan
tatabahasa yang kacau. GCS digunakan untuk menilai level kesadaran seseorang dan
harus selalu dilakukan pada pasien dengan trauma yang disertai cedera kepala. Nilai
tertinggi untuk penilaian ini adalah 15 (komposmentis) dan nilai terendah yaitu 3
(koma). pada pasien didapatkan pupil isokor dengan refleks cahaya positif pada
kedua mata yang mengindikasikan belum terdapat defisit neurologi pada pasien.1
Secondary survey juga dilakukan dengan panduan dari ATLS, yaitu AMPLE.
Pada pasien ini riwayat alergi disangkal, riwayat penggunaan obat-obatan disangkal,
sebelumnya tidak diketahui, dan lingkungan terakhir pasien yaitu pasien terjatuh di
jalan raya. Pasien awalnya sedang pulang dari mesjid, lalu pasien ditabrak oleh mobil
dari belakang dan terjatuh, tidak diketahui mekanisme cedera pada pasien karena
tidak ada saksi mata saat di rumah sakit. Pada saat kejadian pasien tidak sadar, ada
muntah dan tidak ada kejang pada pasien, yang apabila ada mungkin menunjukkan
adanya kelainan pada intrakranial pasien. Pada pasien juga tidak ditemukan adanya
cairan yang keluar dari hidung, telinga, mulut yang mengindikasikan adanya
fraktur dari basis cranii. Sebelumnya pasien telah dibawa ke Puskesmas dan dipasang
infus dan spalk di kaki. Pada pasien didapatkan adanya trauma di kaki kanan, tidak
umum pasien sakit sedang dengan tanda vital normal. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan adanya kelainan pada mata, telinga, hidung, leher, thoraks, abdomen, dan
ekstremitas. Pada status lokalis didapatkan adanya luka terbuka di sisi anteromedial
1/3 distal cruris dekstra dan ditemukan adanya bone exposed, tendon exposed,
deformitas, angulasi dan eksternal rotasi pada inspeksi. Pada palpasi ditemukan
adanya tenderness di area 1/3 distal, CRT < 2 detik, saturasi oksigen 98%, sensorik
jari-jari kaki (+), pada movement ditemukan gerak aktif dan pasif terbatas.
di kaki kanan yang menyebabkan terjadinya fraktur pada kaki kanan dan etiologinya
akibat high energy trauma atau trauma karena energi yang tinggi. Cedera terjadi
akibat gaya angulasi yang hebat yang menyebabkan garis fraktur transversal atau
oblik, kadang-kadang dengan fragmen komunitif. Tenaga rotasi dapat juga terjadi
pada olah ragawan seperti pemain bola. Jenis kecelakaan yang menyebabkan
terjadinya fraktur jenis ini antara lain adalah trauma kecelakaan bermotor (kecelakaan
sepeda motor, kecelakaan mobil, pesawat jatuh, dsb), olahraga yang berkaitan dengan
kecepatan (sepeda balap, naik gunung, jatuh dari tempat tinggi).11 Pada pasien ini
didapatkan etiologi fraktur tibia adalah akibat kecelakaan lalu lintas. Fraktur pada
shaft (batang) tibia sering disebut fraktur kruris merupakan fraktur yang sering terjadi
dibandingkan dengan fraktur pada tulang panjang lainnya. Periosteum yang melapisi
tibia agak tipis terutama path daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang
ini mudah patah dan biasanya fragmen frakturnya bergeser karena berada langsung
dibawah kulit sehingga sering juga ditemukan fraktur terbuka.12 Nyeri pada pasien ini
terjadi karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur yang meningkat karena
penekanan sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur.15 Pada pasien ditemukan
luka terbuka di sisi anteromedial 1/3 distal cruris dekstra dan ditemukan adanya bone
exposed, tendon exposed, deformitas, angulasi dan eksternal rotasi yang artinya
merupakan fraktur terbuka.7 Pada pemeriksaan rontgen cruris dextra, tampak fraktir
1/3 distal tibia dan fibula dextra. Dari hasil keseluruhan pemeriksaan, pasien
didiagnosis open fracture tibia dextra grade IIIB, open fracture fibula dextra grade
IIIB, dan tendon rupture dikarenakan pada grade IIIB telah terdapat fragmen fraktur
tidak dibungkus oleh jaringan lunak, sehingga tulang terlihat jelas atau bone expose,
terdapat pelepasan periosteum, fraktur kominutif. Ruptur tendon dapat dilihat pada
tendon exposed.
Prinsip tatalaksana pada trauma adalah live saving dan limb saving. Live
saving merupakan prioritas utama dimana kita melakukan primary survey berupa A,
hemmorage control, Disability dan Environment. Setelah live saving sudah aman,
lakukan limb saving berupa penanganan nyeri, mengembalikan fungsi, tindakan non
Prinsip penanganan fraktur disebut dengan 4R, terdiri atas Recognizing yaitu
meluruskan ekstremitas yang cedera dalam posisi seanatomis mungkin dan mencegah
gerakan yang berlebihan pada daerah fraktur. Pemasangan spalk secara benar akan
membantu menghentikan perdarahan, mengurangi nyeri dan mencegah kerusakan
jaringan lunak lebih lanjut. Tatalaksana yang diberikan berupa infus NaCl 0,9%
sebagai terapi cairan pada pasien. Selanjutnya pasien juga diberikan anti nyeri yaitu
paracetamol. Nyeri pada pasien ini disebabkan karena kerusakan jaringan yang
mengakibatkan sel melepaskan zat yang bernama arachidonic acid sebagai bahan
paracetamol ini dapat menyebabkan iritasi pada lambung, ulserasi, dan perdarahan
akibat efek samping obat. Oleh karena itu, diberikanlah ranitidin sebagai obat untuk
melindungi lambung dari efek yang akan ditimbulkan oleh ketorolac16. Pasien
bertujuan untuk menjadikan luka bersih dari benda asing dan jaringan mati,
menyisakan daerah untuk operasi yang bersih serta jaringan yang memiliki
perdarahan yang baik. Fiksasi external diindikasikan pada fraktur terbuka dengan
kerusakan jaringan lunak yang berat serta terdapat kontaminasi yang berat.19
BAB V
KESIMPULAN
18. Chapman MW. Open fractures in Chapman’s orthopaedic surgery. 3rd ed.
Lippincott Williams & Wilkins;2001
19. Nayagam S. Principles of fractures. In: Warwick D and Nayagam S (eds) Apley’s
System of Orthopaedics and Fractures, 9th edition. London: Hodder Arnold; 2010.
p. 687-732.
20. Carter, A. Michael. Fraktur dan Dislokasi. Dalam: Price and Wilson, Patofisiologi
Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit, edisi 6. Jakarta: EGC; 2006. p. 1187-91.
21. Marshall ST, Browner BD. Emergency Care of Musculoskeletal Injuries. In:
Townsend CM, Beauchamp RD, Evers B, Mattox K (eds) Sabiston textbook of
surgery : the biological basis of modern surgical practice, 19th ed. Canada:
Elsevier Sauders; 2012. p. 482-504.
22. Nanchahal J, Nayagam S, Khan U, Moran C, Barrett S, Sanderson F, et al.
Standards for the Management of Open Fractures of the Lower Limb. British
Orthopaedic Association and British Association of Plastic, Reconstructive and
Aesthetic Surgeons, 2009.