SISTEM PENGHITUNGAN
PREDIKSI AMPUTASI
PADA FRAKTUR TERBUKA TIBIA TIPE III
FK UNAIR/RSUD DR.SOETOMO
2005
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan 1
Pengambilan Sampel 19
Daftar Pustaka
Lampiran
2
BAB I
PENDAHULUAN
rekonstruksi mikrovaskuler dan tehnik fiksasi fraktur yang semakin baik, telah
memberikan berbagai harapan baru yang sebelumnya tidak mungkin kepada para
peranan penting untuk mencapai hasil terbaik dalam menyelamatkan tungkai yang
cedera.
cedera tungkai berat yang lebih baik dilakukan amputasi sejak awal. Apabila pada
penderita ini tungkai yang cedera dipertahankan, penderita harus melewati periode
infeksi yang lama dan masalah iskemi pada tungkai, juga harus menghadapi
beberapa kali operasi yang rumit, dan menderita lebih banyak komplikasi daripada
Tentu saja hal yang mengecewakan ini harus dihindari. Banyak faktor
diamputasi sejak awal. Tetapi bukan suatu hal yang mudah untuk memutuskan hal
3
tersebut, sehingga para ahli bedah membutuhkan suatu predictive scoring system
untuk menilai beratnya cedera yang terjadi dan menjadi petunjuk dalam
Penderita mangled extremity yang datang di IRD RSU Dr. Soetomo dinilai
keputusan penanganan yang akan dikerjakan apakah tungkai yang cedera akan
menghadapi amputasi pada akhirnya (3, 14). Untuk itu dirasa perlu dilakukan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fraktur terbuka adalah fraktur dimana terjadi kerusakan barier kulit dan
jaringan lunak hingga terjadi hubungan antara fraktur dan hematomnya dengan
luar.
lunak yang tidak viabel karena trauma serta derajat kontaminasi dan jenis
dengan subklasifikasi grade III tahun 1984. Klasifikasi mereka menekankan pada
luka kurang dari 1 cm, karena patahan tulang yang menembus keluar. Derajat
kontaminasi biasanya rendah dan kerusakan otot minimal. Luka tipe II lebih dari 1
cm dengan derajat kerusakan jaringan lunak menengah karena energi trauma yang
luka masih memungkinkan tanpa graft atau flap. Trauma berenergi besar
5
menimbulkan luka tipe III, biasanya lebih dari 10 cm dengan banyak otot tidak
viabel dan fraktur yang kominutif. Tipe IIIa terjadi pengelupasan periosteum dan
otot derajat menengah, namun tulang masih bisa ditutupi, tipe IIIb menunjukkan
pengelupasan yang luas sehingga penutupan tulang membutuhkan flap atau graf,
evaluasi obyektif dan subyektif terhadap tungkai yang cedera. Klasifikasi cedera
seorang dokter bedah dapat menyelamatkan tungkai yang cedera ini, namun
melakukan amputasi sejak awal pada tungkai yang fraktur disertai kerusakan
2.2.1.1. Usia
umum karena penderita yang lebih tua akan memiliki penyakit penyerta yang
6
lebih banyak dan inaktivitas. Gaston (1999) mendapatkan usia menentukan waktu
penyembuhan dari fraktur isolated dari tibia yang difiksasi dengan intramedullary
berat dan gagal jantung kongestif dapat memperpanjang operasi dan beresiko,
tungkai yang berat. Mereka memerlukan waktu yang lebih panjang untuk
7
2.2.2. Faktor lokal trauma
energi yang diserap oleh jaringan. Pada trauma berenergi besar (seperti
kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian) akan lebih besar resiko terjadinya
fraktur yang kominutif dengan kerusakan jaringan lunak yang berat, dibandingkan
waktu penyembuhan yang lebih lama dibandingkan fraktur yang simple atau
wedge.
penting. Kerusakan jaringan lunak yang serius dan nekrosis otot yang terjadi
kemudian akan berakhir dengan kematian tungkai. Otot tidak hanya berfungsi
8
2.2.2.4. Cedera pembuluh darah
pasokan darah untuk tulang dan jaringan lunak yang cedera. Iskemi akibat
jaringan terhadap iskemi maksimal selama 6 jam dan fasiotomi lengkap harus
raba pada telapak kaki, dengan resiko tinggi terjadinya ulkus neuropatik. Menurut
banyak ahli, hal ini dapat menjadi pertimbangan yang kuat untuk melakukan
amputasi sejak awal. Namun, Jones melaporkan hilangnya rasa raba kaki dalam
trauma berenergi besar pada tungkai memang menyebabkan kecacatan, namun hal
ini tidak tergantung pada apakah dilakukan penanganan dengan amputasi sejak
awal atau tidak (11). Lagi pula, graft nervus tibialis dilaporkan dapat
Cedera tungkai bawah akan ditangani berbeda bila disertai cedera berat
lainnya pada tungkai tersebut, misalnya pada kaki, yang akan menyebabkan
9
2.2.2.7. Kontaminasi
Bila luka sangat kotor, resiko infeksi akan sangat tinggi, dengan segala
konsekuensi negatifnya.
Penderita dengan mangled leg bisa disertai cedera lain yang mengancam
liver atau lien. Dalam situasi seperti ini, usaha untuk mempertahankan tungkai
Kebanyakan penderita dengan cedera berat yang multiple dan Injury Severity
2.2.3.2. Syok
vasoaktif akan menyebabkan perfusi jaringan yang tidak adekuat, dengan segala
konsekuensinya.
2.2.3.3. Hipotermi
10
fibrinolisis. Pada akhirnya, semua ini akan berakhir dengan koagulopati dan
terjadi pada tungkai sehingga dapat membantu ahli bedah dalam memutuskan
sejak awal. Secara umum, sistem penghitungan ini dinilai secara retrospektif pada
dan bila total nilai melebihi nilai ambang (cutoff point), amputasi sejak awal harus
ditetapkan melalui rasio sensitivitas (hampir semua tungkai yang cedera dengan
semua tungkai dengan nilai pada atau di atas ambang diamputasi) yang tinggi.
Fracture Scale (HFS), Limb Salvage Index (LSI), Mangled Extremity Severity
11
Score (MESS) dan Nerve Injury, Ischemia, Soft-Tissue Injury, Skeletal Injury,
cedera ekstremitas atas) (7). Sistem ini menekankan pada beratnya kerusakan
tungkai (jaringan ikat, saraf, pembuluh darah dan tulang), Injury Severity Score
(ISS), berat dan lamanya iskemi, usia, cedera lain, dan syok. Peneliti menetapkan
menyelamatkan tungkai dapat dicoba, sedang di atas itu semua penderita yang
lagi, lokasi fraktur dan cedera lain pada tungkai yang sama (kaki) tidak
diperhitungkan.
bawah disertai cedera vaskuler, tahun 1987 oleh Howe dan rekan-rekannya (10).
adanya syok, rusaknya vena, dan cedera penyerta lain. Faktor yang menentukan
adalah interval waktu antara kejadian trauma dan saat operasi, lokasi arteri yang
cedera, serta beratnya cedera yang dialami otot dan tulang. Dibandingkan dengan
MESI, PSI memiliki lebih sedikit variabel dan tampak lebih mudah digunakan.
Namun dalam aplikasinya, sangatlah sulit untuk menilai beratnya cedera yang
terjadi pada jaringan lunak, karena PSI tidak memberikan batasan yang jelas.
12
Bosse dan rekannya melakukan evaluasi terhadap PSI dan menunjukkan
HFS, diajukan oleh Sudkamp dan kawan-kawan tahun 1989, terdiri dari
beberapa parameter tipe fraktur, ukuran defek tulang, beratnya cedera jaringan
lunak, berat dan lamanya iskemi, cedera saraf, kontaminasi, beratnya cedera
keseluruhan, serta periode antara trauma dan operasi (17). Walaupun HFS
komplikasi karena amputasi tidak dikerjakan sejak awal. Disamping itu, HFS sulit
tibia dengan cedera arteri (16). Penghitungan didasarkan pada tujuh kriteria :
arteri, saraf, tulang, kulit, otot dan cedera vena dalam begitu pula waktu iskemi.
Walau LSI sangat detail, parameter yang penting seperti usia dan cedera yang
berdasarkan empat variabel klinis (cedera pada tulang dan jaringan lunak, iskemi,
syok, dan usia). Karena variabelnya tidak terlalu banyak, penghitungan ini tampak
13
pilihan di Amerika dan Eropa sebagai dasar pengambilan keputusan untuk
lunak dan tulang (16). Dalam laporan mereka, sistem baru ini memiliki
sensitivitas (82%) dan spesifisitas (92%) yang lebih baik. Sayangnya, perbaikan
Banyak laporan mengenai jumlah dan rumitnya operasi yang harus dilalui penderita, lamanya rawat inap, banyaknya
serta macam komplikasi yang dialami penderita yang tungkainya coba dipertahankan dibandingkan yang dilakukan
amputasi sejak awal.
a. Operasi
lebih banyak operasi yang kompleks dibandingkan yang diamputasi sejak awal.
terbuka tibia derajat III dimana penderita yang tungkainya berhasil dipertahankan
harus melalui rata-rata 5,3 kali operasi, 3,8 kali untuk yang amputasi sejak awal
dan 5,0 untuk yang sekunder amputasi (9). Penderita dimana tungkainya berusaha
14
fiksasi fraktur, transplantasi jaringan dengan free atau mikrovaskuler, serta
peningkatan jumlah operasi yang harus dilalui penderita dengan primer amputasi
yang harus dijalani. Banyak peneliti melaporkan penderita dengan tungkai yang
dipertahankan memerlukan waktu inap dua kali lebih lama dibandingkan yang
diamputasi sejak awal. (Hoogendoorn melaporkan 38,4 hari berbanding 67,1 hari).
c. Komplikasi
Lebih banyak komplikasi yang dialami penderita dengan tungkai cedera yang
seperti infeksi dengan osteitis, gagalnya flap parsial maupun total dan
berkurangnya fungsi fisik dalam waktu lama dan kualitas hidup penderita.
15
Melalui pengamatannya terhadap 18 penderita yang diamputasi dan 16
cederanya dipertahankan memiliki hasil akhir jangka panjang yang lebih jelek
dalam kualitas hidup dan penerimaan atas kecacatannya (6). Disamping itu,
penderita dengan usaha mempertahankan tungkai yang cedera lebih merasa tidak
berguna, lebih bermasalah dengan pekerjaan dan aktivitas lainnya. Kemp dan
Impairment” dari Ikatan Dokter Amerika dan menyatakan penderita ini memiliki
nilai lebih rendah dibandingkan yang dilakukan amputasi bawah lutut (12).
hidup yang lebih baik, sehingga ia lebih menganjurkan tindakan amputasi bila
tungkai yang berat, apakah tungkainya harus diamputasi sejak awal atau berusaha
dokter bedahnya. Adalah wajar, dokter bedah, begitu pula penderita dan
16
keluarganya berharap untuk menyelamatkan tungkainya bila memungkinkan.
melalui lebih banyak prosedur operasi yang rumit, lebih lama tinggal di rumah
sakit dan menderita lebih banyak komplikasi. Komplikasi ini bisa demikian berat
dan persistennya sehingga penderita harus dilakukan sekunder amputasi. Hal ini
tempat tersendiri untuk amputasi sejak awal pada kasus-kasus tertentu. Beberapa
Parameter umum dan lokal seperti yang dijelaskan di depan menjadi dasar
17
BAB III
Prediksi
Konsekuensi
18
3.2. Hipotesis Penelitian
dan PPV yang lebih tinggi dibandingkan sistem penghitungan yang lain dalam
19
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
MESS
MESS
MESI
Amputasi MESI Sensitivitas
PSI
Spesifisitas
Evaluation PSI
OF PPV
MESS HFS
NPV
tibia Salvage
HFS
LSI
grd III
LSI
NISSSA
NISSS
A
20
4.2. Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel
4.2.1. Populasi penderita adalah pasien yang datang ke IRD RSUD Dr. Soetomo
4.2.2. Sampel penderita yang dipilih adalah dengan catatan medik yang memiliki
penghitungan.
4.2.3. Jumlah sampel adalah sesuai jumlah penderita yang memiliki informasi
4.2.4. Tehnik pengambilan sampel adalah dari data kunjungan IRD RSUD Dr.
penghitungan.
4.3.1.1.Variabel bebas
Predictive Salvage Index (PSI), Hannofer Fracture Scale (HFS), Limb Salvage
21
Index (LSI), Mangled Extremity Severity Score (MESS) dan Nerve Injury,
4.3.1.2.Variabel tergantung
spesifisitas, positive predictive value (PPV) dan negative predictive value (NPV).
4.3.2.1. Penderita fraktur terbuka grade III adalah pasien yang datang ke IRD
RSUD Dr. Soetomo dengan fraktur tibia derajat III menurut Gustillo-
4.3.2.7. Nerve Injury, Ischemia, Soft-Tissue Injury, Skeletal Injury, Shock, Age
(NISSSA)
22
4.3.2.9. Secondary amputation : apabila dikerjakan dalam 6 bulan setelah
diamputasi akan memiliki nilai pada atau di atas ambang batas dari
tungkai yang diamputasi dengan nilai pada atau diatas ambang batas
dibagi jumlah total tungkai yang diamputasi dalam jangka waktu 6 bulan
setelah trauma.
23
membagi jumlah tungkai yang berhasil dipertahankan dengan jumlah
derajat III yang datang ke IRD RSUD Dr. Soetomo dari tanggal 1 Januari 2004
Dari data-data pada catatan medik penderita, MESI, PSI, HFS, LSI, MESS
spesifisitas, PPV serta NPV-nya. Student t-test dengan p < 0,05 digunakan untuk
24
BAB V
tiba serta penilaian klinis (clinical impressions) dan beberapa pertimbangan lain
penelitian.
(8,6%), dengan usia rata-rata 35,8 tahun (usia antara 12 tahun sampai 60 tahun).
derajat IIIB dan 14 (24%) kasus disertai cedera pembuluh arteri sehingga
25
Sebanyak 46 (79,3%) penderita, tungkainya dipertahankan, sedang 12
26
BAB VI
Threshold 20 8 15 6 7 9
27
sebanyak 12 orang dan yang berhasil dipertahankan tungkainya sebanyak 46
orang.
Observed Observed
Amp 6 8 14 Amp 7 24 31
Predicted Predicted
Salv 6 38 44 Salv 5 22 27
12 46 58 12 46 58
Observed Observed
Amp 9 18 27 Amp 8 14 22
Predicted Predicted
Salv 3 28 31 Salv 4 32 36
12 46 58 12 46 58
Observed Observed
Amp 7 8 15 Amp 8 7 15
Predicted Predicted
Salv 5 38 43 Salv 4 39 43
12 46 58 12 46 58
28
Tabel 2 menunjukkan sensitivitas, spesifisitas, positive predictive value,
dan negative predictive value untuk setiap sistem penghitungan. Nilai sensitivitas
berkisar dari 50% (MESI) sampai 75% (HFS), spesifisitas berkisar dari 61%
(HFS) sampai 85% (NISSA). Positive predictive value berkisar antara 23% (PSI)
dan 53% (NISSA) dan negative predictive value berkisar antara 81% (PSI) dan
91% (NISSA).
29
BAB VII
PEMBAHASAN
penanganan bedah. Banyak kontroversi muncul mengenai criteria apa yang dapat
dijadikan standar untuk memutuskan suatu tindakan amputasi pada tungkai yang
beratnya tungkai yang cedera untuk membantu dokter bedah dalam memprediksi
dan 100% spesifik. Sensitivitas yang tinggi sangat penting untuk mencegah
banyaknya jumlah tungkai yang dapat dipertahankan akan memiliki nilai diatas
Predictive Salvage Index (PSI), Hannover Fracture Scale (HFS), Limb Salvage
Index (LSI), Mangled Extremity Severity Score (MESS) dan Nerve Injury,
30
Mangled Extremity Severity Index (MESI)
Sistem ini menekankan pada derajat cedera tungkai bawah (jaringan lunak,
saraf, pembuluh darah, dan tulang), Injury Severity Score, berat dan lamanya
iskemia, usia, penyakit penyerta dan syok, dengan nilai 20 menjadi garis batas
Dalam studi ini, MESI hanya memiliki sensitivitas sebesar 50%, spesifisitas
83%, PPV 43% dan NPV 86%. Jadi dengan sistem MESI ini hanya 50% penderita
dan 83% penderita yang berhasil dipertahankan tungkainya akan memiliki nilai
83%.
kominutif tanpa segmental, karena gambaran fraktur seperti ini akan disertai
(neglected), akan sangat besar karena satu point diberikan setiap jamnya bila
31
Pada sistem ini, komponen syok pun tidak dideskripsikan derajatnya apakah
Dalam studi ini, PSI memberikan sensitivitas sebesar 58%, spesifisitas 48%,
PPV 23% dan NPV 81%. Dalam sistem ini tidak terdapat batasan yang jelas pada
derajat beratnya cedera jaringan lunak dan tulang, dimana hanya dideskripsikan
sebagai mild, moderate dan severe. Tentunya hal ini akan menimbulkan
parameter dan jaringan lunak harus dinilai sedetail mungkin. Dalam studi ini,
memerlukan waktu untuk dinilai. Pada kasus multifraktur pun terjadi kesulitan
Studi ini mendapatkan sensitivitas HFS sebesar 75%, spesifisitas 61%, PPV
Sistem ini berdasarkan tujuh criteria : arteri, saraf, tulang, kulit, otot, cedera
vena dalam dan waktu iskemia. Sistem ini tidak menyertakan komponen penting
lain seperti usia penderita dan cedera lain yang menyertai. Banyak yang tidak
menganjurkan sistem ini untuk menilai cedera yang akut. Studi ini mendapatkan
32
Dalam studi ini didapatkan sensitivitas sebesar 67%, spesifisitas 69%, PPV 36%
Sistem ini paling banyak digunakan karena memiliki variabel yang tidak
terlalu banyak, tidak memerlukan operasi besar untuk evaluasi, dan tampak
mudah digunakan. Dari studi ini didapatkan sensitivitas sebesar 58%, spesifisitas
(NISSSA)
Namun dalam studi ini hanya didapatkan sedikit peningkatan, dimana sensitivitas
33
BAB VIII
KESIMPULAN
dalam membedakan tungkai cedera yang memerlukan amputasi segera dan yang
Untuk itu, sistem-sistem penghitungan ini memiliki nilai klinis yang harus
dijabarkan didepan.
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams CI., et. al. Cigarette Smoking and Open Tibial Fractures. Injury
2001; 32 : 61-5
2. Bondurant FJ., et.al. The Medical and Economis Impact of Severely Injured
Lower Extremities. Journal of Trauma 1988; 28: 1270-3
4. Fairhurst MJ. The Function of Below-Knee Amputee Versus The Patient with
Salvage Grade III Tibial Fracture. Clinical Orthopaedic 1994; 301:
227-32
5. Gaston P., et.al. Fractures of The Tibia : Can Their Outcome be Predicted ?.
Journal Bone & Joint Surgery (Br). 1999; 81: 71-6
6. Georgiadis GM., et.al. Open Tibial Fractures with Severe Soft-Tissue Loss.
Journal Bone & Joint Surgery (Am). 1993; 75: 1431-41
9. Hoogendoorn, Jochem M., Chris van der Werken. The Mangled Leg
Decision-Making Based on Scoring Systems and Outcome. European
Journal of Trauma. 2002; 28: 1-10
35
11. Jones AI., et.al. The Insensate Foot : An Indication for Amputation?
Presented at OTA Meeting San Antonio, Texas, USA October 12,
2000
12. Kemp AG., et.al. Impairment Scores of Type III Open Tibial Fractures.
Injury 1993; 24: 161-2
14. Mc. Namara MG., et.al. Severe Open Fractures of The Lower Extremity : A
Retrospective Evaluation of The Mangled Extremity Severity Score
(MESS). Journal of Orthopaedic Trauma 1994; 8: 81-7
15. Nicoll EA. Fractures of The Tibial Shaft : A Survey of 705 Cases. Journal
Bone & Joint Surgery (Br). 1964; 46: 373-87
16. Russel WL., et.al. Limb Salvage Versus Traumatic Amputation : A Decision
Based on A Seven Part Predictive Index. Annual Surgery 1991; 213:
473-80
36
DATA COLLECTION FORM
TYPE III OPEN TIBIAL FRACTURE
Diagnosis : 1. __________________________
2. __________________________
3. __________________________
4. __________________________
5. __________________________
37
Nerve Contusion 1
Transection 2
Avulsion 3
Vascular Artery
transected 1
thrombosed 2
avulsed 3
Vein 1
Total Score
38
Predictive Salvage Index (PSI)
Suprapopliteal 1
Level of arterial injury Popliteal 2
Infrapopliteal 3
Mild 1
Skeletal Injury Moderate 2
Severe 3
Mild 1
Soft-tissue injury Moderate 2
Severe 3
<6h 0
Timespan between accident and
6 – 12 h 2
arrival at OR
> 12 h 4
Total Score
39
Hannover Fracture Scale (HFS)
A. Fracture C. Artery
AO type A 1 Normal 0
AO type B 2 Incomplete ischemia (cap refill+) 1
AO type C 4 Complete ischemia
Bone loss <4h 2
< 2 cm 1 4–8h 3
> 2 cm 2 >8h 4
Total Score
40
Limb Salvage Index (LSI)
Total Score
41
Mangled Extremity Severity Score (MESS)
Total Score
42
Nerve injury, Ischemia, Soft-tissue injury, Skeletal injury, Shock,
Age (NISSSA)
Total Score
43
Emergency Room Data :
GCS : ____/____/_____ BP : _____/_________ P : ______ RR :
______
Resusit : Intubation : Y / N Fluid : __________ Chest tube : Y / N
Respon : ________
time : _______
Surgery :
kind of : 1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
time : __________ to _____________
Definitive Surgery :
Date : _______ / ______ / 200_____
Kind of : 1. _____________________________________
2. _____________________________________
3. _____________________________________
Time : __________ to _____________
44