Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tn. AH DENGAN TUMOR PARU SINISTRA + CAP


DI RUANG PERAWATAN KELAS 2/3 RSPTN UNHAS TAHUN 2019

OLEH :

SARNIDA
R014182041

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

[ ] [Arnis Puspitha., S.Kep., Ns., M.Kes]

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
BAB I

PENDAHULUAN
A. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi
kuman Mychobacterium tuberculosa. Tuberkulosis paru termasuk suatu
pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh M. Tuberculosa
[ CITATION Dar14 \l 1033 ] . Menurut Aditama (2013) tuberkulosis adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mychobacterium tuberculosa.
Sebagian besar kuman ini menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya seperti kelenjar limfe, kulit, otak, tulang, usus, ginjal dan
disebut tuberkulosis ekstra paru. Transmisi penyakit biasanya melalaui
saluran nafas yaitu melalui droplet yang dihasilkan oleh pasien yang
terinfeksi TB paru (Mario dan Richard, 2005).
B. Etiologi
Penyebab tuberkulosis paru adalah kuman Mycobacterium
tuberculosa,yang berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadapasampada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung,
tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab. Oleh
karena itu dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman (tidur), tertidur lama
selama beberapa tahun [ CITATION Dep071 \l 1033 ] . M. tuberculosis merupakan
kuman berbentuk batang, berukuran panjang 5μ dan lebar 3μ, tidak
membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob, pada pewarnaan gram maka
warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, M.
tuberculosis disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Pada dinding sel
M. Tuberculosis lapisan lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan
peptidoglikan yang ada dibawahnya, hal ini menurunkan permeabilitas
dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Lipoarabinomannan yaitu suatu molekul lain dalam dinding sel M.
tuberculosis, yang berperan dalam interaksi antara inang dan patogen,

2
sehingga M. tuberculosis dapat bertahan hidupdidalam makrofag [ CITATION
Ahm11 \l 1033 ].
Faktor risiko TB dibagi menjadi faktor host dan faktor lingkungan :

1. Faktor host terdiri dari:

a. Kebiasaan dan paparan, seseorang yang merokok memiliki risiko

yang lebih tinggi untuk terkena TB.

b. Status nutrisi, seseorang dengan berat badan kurang memiliki

risiko yang lebih tinggi untuk terkena TB. Vitamin D juga

memiliki peran penting dalam aktivasi makrofag dan membatasi

pertumbuhan Mycobacterium. Penurunan kadar vitamin D dalam

serum akan meningkatkan risiko terinfeksi TB.

c. Penyakit sistemik, pasien pasien dengan penyakit-penyakit seperti

keganasan, gagal ginjal, diabetes, ulkus peptikum memiliki risiko

untuk terkena TB.

d. Immunocompromised, seseorang yang terkena HIV memiliki risiko

untuk terkena TB primer ataupun reaktifasi TB. Selain itu,

pengguna obat-obatan seperti kortikosteroid dan TNF-inhibitor

juga memiliki risiko untuk terkena TB.

e. Usia, di Amerika dan negara berkembang lainnya, kasus TB lebih

banyak terjadi pada orang tua daripada dewasa muda dan anak-

anak (Horsburgh, 2009).

2. Faktor lingkungan

Orang yang tinggal serumah dengan seorang penderita TB akan

berisiko untuk terkena TB. Selain itu orang yang tinggal di lingkungan

3
yang banyak terjadi kasus TB juga memiliki risiko lebih tinggi untuk

terkena TB. Selain itu sosioekonomi juga berpengaruh terhadap risiko

untuk terkena TB dimana sosioekonomi rendah memiliki risiko lebih

tinggi untuk terkena TB (Horsburgh, 2009).

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala tuberculosis menurut Ahmad (2011); Darmanto (2014)
dapat bermacam-macam antara lain :
1. Demam
Gejala sistemik pada umumnya penderita akan mengalami demam.
Demam tersebut berlangsung pada waktu sore dan malam hari disertai
dengan keluar keringat dingin meskipun tanpa kegiatan. Demam bisa
mencapai 40-41˚C, keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk
membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non
produktif). Keadaan setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang lanjut berupa batuk
darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat.
Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada
pleura, sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarang
ditemukan.

4
5. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala,
meriang, nyeri otot dan keringat malam. Gejala semakin lama semakin
berat dan hilang timbul secara tidak teratur.
D. Komplikasi
Komplikasi penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema,
laringitis.Menurut Depkes RI (2007) merupakan komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
2. Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus
akibat retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan
ginjal.
6. Insufisiensi kardio pulmoner
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum ini penting karena dengan ditemukannya
kuman BTA pada sputum seseorang sudah dapat didiagnosa tuberkulosis
paru.Pemeriksaan sputum juga dapat mengevaluasi pengobatan yang
sudah diberikan. Dahak yang terbaik untuk diperiksa adalah pagi hari,
karena paling banyak mengandung kuman dibandingkan pada saat lain.
Untuk memperbesar kemungkinan ditemukan kuman, pemeriksaan
sebaiknya dilakukan 3 kali berturut-turut. Dahak yang dikeluarkan harus
berasal dari seluruh nafas bagian bawah, bukan dahak tenggorokkan atau

5
air ludah. Dahak tersebut harus dikeluarkan dengan cara dibatukkan yang
kuat. Dahak tersebut ditampung di tempat bersih.
Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari
tiga spesimen hasilnya positif. Bila hanya satu spesimen yang positif
perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut foto rontgen dada atau
pemerisaan sputum Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS) diulang :
1. Kalau hasil rontgen mendukung tuberkulosis paru, maka penderita di
diagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA positif.
2. Kalau hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru maka
pemeriksaan dahak diulangi dengan SPS lagi.
2. Tes Tuberkulin
Test Mantoux atau tuberkulin merupakan pemeriksaan penting untuk
membantu menentukan adanya penyakit TBC, terutama pada anak. Tes
ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sedikit protein yang berasal dari
kuman TBC ke dalam kulit, sehingga timbul benjolan kecil, bekas
suntikan ini kemudian dilihat lagi setelah 2-3 hari (48-72 jam), bila
benjolan tersebut hilang atau hanya menyisakan benjolan sangat kecil
(dibawah 5 mm), maka hasil test Mantoux dinyatakan negatif. Bila
benjolan membesar dan merah namun diameter hanya 6-9 mm,
dinyatakan positif lemah, bila 10-15 mm dinyatakan positif, bila >15 mm
dinyatakan positif kuat. Penilaian hasil test mantoux positif dan negatif,
untuk menentukan ada atau tidaknya TBC harus sangat hati-hati, harus
melihat berapa kuat positifnya serta mempertimbangkan gejala dan hasil
pemeriksaan lain. Hasil test mantoux yang positiif selain pada TBC,
kadang juga bisa timbul pada alergi, setelah vaksinasi BCG, namun
biasanya positifnya tidak kuat.
Biasanya dipakai tes mantoux yakni dengan menyuntikan 0,1 cc
tuberculin P.P.D (puriviet protein derivative) intrakutan berkekuatan 5
T.U (Intermediate Streng). Tes tuberculin hanya digunakan untuk
menentukan apakah seorang individu sedang atau pernah mengalami
infeksi M.Tuberculosa, M.bofis, vaksinasi BCG dan mycobacteria

6
pathogen lainnya.Dasar tes tuberculin ini adalah reaksi alergi tipe lambat.
Pada penularan dengan kuman pathogen baik yang virulen maupun tidak
tubuh manusia akan mengadakan reaksi imunologi dengan dibentuknya
antibody seluler pada permulaan dan kemudian diikuti oleh pembentukan
antibody humoral yang perannya akan menekan antibody seluler.
Bila pembentukan antibody seluler cukup misalnya pada penularan
dengan kuman yang sangat virulen dan jumlah kuman yang sangat besar
atau pada keadaan dimana pembentukan antibody humoral amatlah
berkurang maka akan mudah terjadi penyakit sesudah penularan.
Setelah 48-72 jam tuberculin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa
indurasi kemerah-merahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni reaksi
persenyawaan antara antibody selular dan antigen tuberculin. Banyak
sedikitnya reaksi persenyawaan antibody seluler dan antigen tuberculin
amat dipengaruhi oleh antibody humoral, makin besar pengaruh antibody
humoral makin kecil indurasi yang dihasilkan.
3. Pemeriksaan Rontgen Paru
Pemeriksaan rontgen paru sangat membantu untuk mengetahui
adanya TBC paru, serta mengetahui hasil pengobatan. Pada gambaran
rontgen paru penderita TBC dapat ditemukan infiltrat yang berupa awan
atau bercak-bercak putih pada paru, pembesaran kelenjar getah bening
pada hilus (saluran nafas), adanya cairan kantong paru (pleural efusion),
adanya kaverne (rongga kecil akibat kerusakan akibat jaringan paru).
Pemeriksaan rontgen juga dengan cara melihat gambarannya dan
membandingkan dengan gambaran sebelumnya.
Pada penderita TBC yang telah sembuh , gambaran rontgen dapat
kembali normal, namun sebagian penderita sering masih meninggalkan
bekas berupa garis-garis putih (fibrotik) dan perkapuran (kalsifikasi).
Pada TBC yang masih awal atau sudah dalam proses penyembuhan, hasil
rontgen kadang sulit memberikan gambaran yang jelas, sehingga sering
hanya disimpulkan sebagai suspect (dugaan), dimana untuk memastikan
perlu pemeriksaan lain dan evaluasi lanjut. Beberapa penyakit infeksi

7
seperti pneumonia, kadang menunjukkan gambaran rontgen yang sulit
dibedakan dengan TBC terutama pada anak, oleh karena itu pada
keadaan tersebut diperlukan juga pemeriksaan lain.
4. Pemeriksaan Darah
a. Laju Endap Darah (LED)
Pemeriksaan LED sering dilakukan untuk membantu
menetapkan adanya TBC dan mengevaluasi hasil pengobatan atau
proses penyembuhan selama dan setelah pengobatan. Pemeriksaan
LED dilakukan dengan mengukur kecepatan mengendap sel darah
dalam pipet khusus (pipet westergreen), pada orang normal nilai LED
dibawah 20 mm/ jam. Pada penderita TBC nilai LED biasanya
meningkat, pada proses penyembuhan nilai LED akan turun.
Penilaian hasil LED harus hati-hati, karena hasil LED juga dapat
meningkat pada penyakit infeksi bukan TBC.
b. PCR-TB (Polymerase Chain Reaction Tuberculosa)
Pemeriksaan ini memeriksa adanya DNA kuman TBC dalam
dahak, dapat mengetahui adanya kuman TBC dalam jumlah yang
sangat sedikit. Sangat berguna untuk membantu menetukan diagnosa
TBC yang masih meragukan. Namun untuk evaluasi kesembuhan
harus hati-hati, karena kuman TBC yang sudah matipun dapat
memberikan hasil PCR-TB positif.
c. IgG-Anti TB
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memeriksa adanya antibodi
TBC yang timbul pada penderita TBC. Pemeriksaan ini hanya
bermanfaat untuk menentukan adanya TBC tapi kurang bermanfaat
untuk mengevaluasi proses penyembuhan, hasil pemeriksaan ini
sering tetap positif walaupun penderita sudah sembuh. Ketepatan
hasil pemeriksaan ini hanya sekitar 60-70 %, sehingga harus hati-hati
dalam menilai hasil, perlu konfirmasi dengan gejala klinis dan hasil
pemeriksaan lain.

8
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan diantaranya dapat dilakukan dengan cara:
a. Promotif
1) Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2) Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC,
cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3) Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1) Vaksinasi BCG
2) Menggunakan isoniazid (INH)
3) Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4) Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar
dapat diketahui secara dini.
2. Penatalaksanaan secara medik
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan
terdiri dari panduan obat utama dan tambahan.
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah :
a) Rifampisin (R)
b) INH (H)
c) Pirazinamid (Z)
d) Streptomisin (S)
e) Etambutol (E)
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
a) Kanamisin
b) Asam para aminosalisilat
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain untuk mengobati
juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap
OAT serta memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis
terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7
bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat

9
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi
WHO adalah Rifampisin,INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol.
Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide
dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih
dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil
pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan
sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi
penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment
Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO.

Efek Samping OAT :


Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping. Oleh
karena itu, pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat
penting dilakukan selama pengobatan.Efek samping yang terjadi dapat
ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat
simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan. Adapun efek
samping OAT antara lain yaitu:
1. Isoniazid (INH)
Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada
syaraf tepi, kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini
dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg
perhari atau dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut
pengobatan dapat diteruskan. Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi
piridoksin (syndrom pellagra).
Efek samping berat dapat berupa hepatitis imbas obat yang dapat
timbul pada kurang lebih 0,5% pasien. Bila terjadi hepatitis imbas
obat atau ikterik, hentikan OAT dan pengobatan sesuai dengan
pedoman TB pada keadaan khusus.

10
2. Rifampisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya
memerlukan pengobatan simtomatik ialah : Sindrom flu berupa
demam, menggigil dan nyeri tulang, Sindrom perut berupa sakit perut,
mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-kadang diare, Sindrom kulit
seperti gatal-gatal kemerahan.
Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah :
a) Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT
harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada
keadaan khusus.
b) Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila
salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera
dihentikan dan jangan diberikan lagi walaupun gejalanya telah
menghilang
c) Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas
d) Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni,
keringat, air mata, air liur. Warna merah tersebut terjadi karena
proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus
diberitahukan kepada pasien agar dimengerti dan tidak perlu
khawatir.
3. Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan
sesuai pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat
terjadi (beri aspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan
arthritis Gout, hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi
dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam,
mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
4. Etambutol
Etabutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna untuk warna merah
dan hijau. Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung

11
pada dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25
mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu.
Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu
setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada
anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang
berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran.Risiko efek samping
tersebut akanmeningkat seiring dengan peningkatan dosis yang
digunakan dan umur pasien.Risiko tersebut akan meningkat pada
pasien dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala efek samping
yangterlihat ialah telinga mendenging(tinitus),pusing dan
kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat
segera dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan
diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan
menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli).
Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul
tiba- tiba disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek
samping sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan
sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi segera setelah
suntikan. Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi
0,25gr.Streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak
boleh diberikan pada wanita hamil sebab dapat merusak syaraf
pendengaran janin.

12
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1.Riwayat Klien / Data Biografis

Nama : Tn. AH Suku : Bugis

Tempat /TGL lahir : Pare-pare, 30/09/1946 Agama : Islam

Jenis kelamin : Laki-laki Status pernikahan : Menikah

Pendidikan : SD Orang yang paling


Alamat / no.telepon :Makassar/ - dekat dihubungi : Anak dan istri

Diagnosa Utama: Tumor Paru Sinistra + CAP

2. Riwayat Hidup

Pasangan : Ny.R Anak-anak

Hidup : Ya Hidup :5

Status kesehatan : Sehat Alamat : Pangkep


Umur : 69 tahun

Pekerjaan : IRT Kematian

Kematian Tahun meninggal : -

Tahun meninggal : - Penyebab kematian : -


Penyebab kematian : -

3. Riwayat Pekerjaan

Status pekerjaan saat ini : Tidak Bekerja

Pekerjaan sebelumnya : Tidak Bekerja

Sumber pendapatan saat ini : Dibiayai oleh Anak yang telah bekerja

13
4. Riwayat Tempat Tinggal

Tipe tempat tinggal : Permanen Jumlah tingkat :1


Jumlah kamar :4
Jumlah orang yang : 6 Tetangga terdekat : Tn. S

Derajat privasi : Cukup Terjaga

5. Riwayat Aktivitas Waktu Luang

Hobbi / minat : Mengaji

Keanggotaan organisasi :-

Liburan / perjalanan : Klien mengatakan tidak memiliki waktu untuk berlibur


bersama keluarga di tempat tertentu karena kondisi kesehatan

6. Sumber / Sistem Pelayanan Kesehatan Yang Digunakan

Dokter / perawat : dr. Arif Santoso, Sp.P(K), Ph.D, FAPSR

Rumah sakit / puskesmas : RSPTN Universitas Unhas /puskesmas terdekat

Klinik :-

Pelayanan kesehatan di

Rumah /wisma :-

Lain – lain :-

7. Deskripsi Aktivitas selama 24 jam: Aktivitas klien selama 24 jam yaitu klien tidur pada
malam hari mulai pukul 22.00 WITA s/d 02.00 WITA untuk sholat tahajud dan
melanjutkan tidur sampai masuk sebelum masuk sholat subuh. Pukul 04.30 WITA
klien melaksanakan sholat subuh, setelah sholat subuh klien mengaji hingga pukul
07.30 WITA. Kemudian klien melakukan aktivitas pagi seperti jalan-jalan disekitar
rumah. Pukul 09.00 WITA klien sarapan dan mandi pagi. Pada siang hari klien
melaksanakan sholat dzuhur dan melanjutkan dengan mengaji. Setelah itu, klien
melakukan istirahat tidur siang dan terbangun pada pukul 15.30 WITA untuk

14
melaksanakan sholat ashar. Pukul 17.00 WITA klien mandi sore dan melanjutkan
sholat magrib di mesjid sekitar rumah. Pukul 19.00 WITA klien makan malam dan
bersiap-siap untuk melaksanakan sholat isya. Selesai sholat klien kembali ke rumah
menonton televisi dan biasanya melaksakan tidur malam pada pukul 22.00 WITA.

8. Riwayat Kesehatan

Keluhan-keluhan utama (metode PQRST) : Klien mengeluh batuk berlendir disertai sesak
napas yang memberat sejak 2 bulan terkakhir.

Pengetahuan mengenai kondisi kesehatan saat ini :Tn.AH mengatakan dirinya hanya
merasakan batuk dan tidak mengetahui penyakitnya

Pemahaman terhadap proses penuaan :Tn.AH paham tentang proses penuaan

Status kesehatan umum sejak 6 bulan terakhir : batuk-batuk sejak 2 bulan terakhir

Status kesehatan umum sejak 5 tahun yang lalu : Hanya mengeluh batuk dan Nyeri sendi

Penyakit masa kanak-kanak : Demam, flu dan batuk

Penyakit serius kronik : TB Paru kronik

Trauma : Tidak ada

Perawatan di rumah sakit (catat alasan masuk, tanggal, tempat, durasi, dokter) : Klien
mengatakan bahwa sekitar 4 hari yang lalu klien di rawat di RSPTN Unhas dengan
keluhan lemas, kurang nafsu makan dan sempat terjatuh dari motor .

Operasi (catat alasan masuk, tanggal, tempat, durasi, dokter): Tidak ada riwayat operasi

Obat – Obatan

Nama obat : Azitomisin 500g/24jam/oral, Paracetamol drips/1gr/8jam, Ceftriaxone


IV/2gr/24jam, Pulmicort Inhaler/1respul/18jam, dan Combivent 200mg/8 jam/oral

Dokter yang menginstruksikan : dr. Rita Budiarti A

Tanggal resep : 26 Mei 2019

Masalah –masalah berkaitan dengan konsumsi obat

Defisit (uraikan jika ada keterbatasan dalam konsumsi obat ) : Tidak ada

15
Efek samping yang tidak menyenangkan : Klien mengatakan sering mengantuk

Persepsi keefektifan obat : Klien mengatakan dahaknya dapat mudah dikeluarkan

Kesulitan memperoleh obat :Tidak Ada

Riwayat Alergi

Obat – obatan : Tidak ada

Makanan : Tidak ada

Alergen : Tidak ada

Faktor –faktor lingkungan : Tidak ada

Nutrisi

Uraikan jenis makanan untuk makanan pagi, siang dan malam :

Tn.P mengkonsumsi makanan nasi,sayur dan ikan dengan 4-6 kali sendok

BB saat ini : 78 kg TB saat ini :165cm IMT : kg/m2

Riwayat penurunan berat badan : 3 kg/m2

Frekuesi makanan : 2x sehari

Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan (mis: pendapatan tidak adekuat,


daya serap lambat, masalah menelan / mengunyah, stress emosional) : Kurang nafsu makan

Kebiasaan sebelum, saat atau setelah makan : Berdoa dan minum obat

16
9. Riwayat Keluarga

Gambarlah silsilah keluarga (min:3 generasi ,disertai keterangan,)

x
x

Keterangan

:Laki-Laki : Perempuan

: Meninggal: Klien

: Tinggal Serumah
10. Tinjauan Sistem

Tanda tanda vital :

TD : 130/80 mmHg, N : 85 x/menit, S : 37,2 0C, P : 28 x/menit

Beri tanda cek pada YA atau TIDAK untuk setiap gejala, disertai keterangan
jika Ya.

Hemoptik Ya

Pendarahan memar Tidak

Pembengkakan kelenjar limfe Tidak

Anemia Tidak

Riwayat tranfusi darah Tidak

Kepala

Sakit kepala Tidak

Trauma masa lalu Tidak

Pusing Kadang-kadang

Gatal kulit kepala Kadang-kadang

Mata

Klien menderita katarak Tidak

Perubahan penglihatan Ya

Kaca mata/lensa kontak Kacamata

Nyeri Tidak

Air mata berlebihan Tidak

Pruritus Tidak
Bengkak sekitar mata Tidak

Diplopia Tidak

Kabur Ya

Fotopubia Tidak

Riwayat infeksi Tidak

Tanggal pemeriksaan paling akhir Tidak ingat

Tanggal pemeriksaan glukoma paling akhir Tidak

Dampak pada aktivitas sehari-hari Tidak

Tanggal pemeriksaan paling akhir Tidak

Telinga

Perubahan pendengaran Tidak

Rabas Tidak

Tinitus Tidak

Vertigo Tidak

Alat bantu Tidak

Riwayat infeksi Tidak

Tanggal pemeriksaan paling akhir Tidak

Frekuensi membersihkan telinga Tidak tentu

Dampak pada aktivitas sehari-hari Tidak

Leher

Kekakuan Tidak

Nyeri/nyeri tekan Tidak

19
Benjolan / massa Tidak

Keterbatasan gerak Tidak

Trauma berarti padamasa lalu Tidak

Pusing Tidak

Gatak kulit kepala Tidak

Mulut dan Tenggorokan

Sakit tenggorokan Tidak

Lesi/ulkus Tidak

Perubahan suara Tidak

Kesulitan menelan Tidak

Pendarahan gusi Tidak

Jumlah gigi Karies/sudah tanggal Tidak

Gigi palsu Tidak

Riwayat infeksi Tidak

Tanggal pemeriksaan gigi terakhir Tidak

Frekuensi menggosok gigi 2 x sehari

Masalah dan kebiasaan membersihkan gigi palsu Tidak

Hidung dan Sinus

Rinorea Tidak

Rabas Tidak

Epistaksis Tidak

Obstruksi Tidak

Mendengkur Tidak

20
Nyeri pada sinus Tidak

Alergi Tidak

Riwayat infeksi Tidak

Penilaian dari kemampuan olfaktori Tidak

Kardiovaskuler

Nyeri/ketidaknyamanan dada tidak

Palpitasi Tidak

Sesak nafas Tidak

Dispnea pada aktifitas Tidak

Dispnea noktural proksimal Tidak

Murmur Tidak

Edema Tidak

Varises Tidak

Kaki timpang Tidak

Parestesia Tidak

Perubahan warna kaki Tidak

CRT >3 detik Tidak

Pernafasan

Batuk Ya

Sesak nafas Ya

Hemoptisis Tidak

Sputum Ya

Mengi Tidak

Asma / alergi pernafasan Tidak

Tanggal dan hasil pemeriksaan sinar X dada terakhir 24 November


2019

21
Gastrointestinal

Disfagia Tidak

Tidak dapat mencerna Tidak

Nyeri ulu hati Tidak

Mual muntah Tidak

Hematemesis Tidak

Perubahan nafsu makan Ya

Intoleran makanan Tidak

Ulkus Tidak

Nyeri Tidak

Ikterik Tidak

Benjolan / massa Tidak

Bising usus 6 kali/menit

Perubahan kebiasaan defekasi Tidak

Diare Tidak

Konstipasi Tidak

Melena tidak

Hemoroid tidak

Pendarahan rectum tidak

Pola defekasi biasanya 1 kali sehari

Perkemihan

Disuria Tidak

Menetes Tidak

Ragu-ragu Tidak

22
Dorongan Tidak

Hematuria Tidak

Poliuria Tidak

Oliguria Tidak

Nokturia TTidak

Inkontinensia Tidak

Nyeri saat berkemih Tidak

Batu Tidak

Infeksi Tidak

Muskuloskeletal

Nyeri persendian Tidak

Kekakuan Tidak

Pembengkakan sendi Tidak

Deformitas Tidak

Spasme Tidak

Kram Tidak

Kelemahan otot Tidak

Masalah cara berjalan Tidak

Nyeri punggung Tidak

Protesa Tidak

Pola latihan olahraga Tidak

Dampak pada aktifitas sehari-hari

Sistem endokrin Tidak

Intoleran terhadap panas Tidak

23
Intoleran terhadap dingin Tidak

Goiter Tidak

Pigmentasi kulit/tekstur Tidak

Perubahan rambut Tidak

Polifagia Tidak

Polidipsia Tidak

Poliuria Tidak

Sistem saraf pusat Tidak

Sakit kepala Tidak

Kejang Tidak

Sinkope/serangan jantung Tidak

Paralisis Tidak

Paresis Tidak

Masalah koordinasi Tidak

Tie/tremor/spasme Tidak

Paratesia Tidak

Cedera kepala Tidak

Masalah memori Tidak

Psikososial

Cemas Tidak

Depresi Tidak

Insomnia Tidak

Menangis Tidak

Gugup Tidak

24
Takut Tidak

25
HASIL LABORATURIUM

Pemeriksaan Hasil Rentang normal Satuan


24-11-2019
WBC 16.12 4.00-11.0 10^3/uL
RBC 4.56 4.50-5.50 10^6/Ul
HGB 13.9 13.0-16.0 g/dL
HCT 40.6 40.0-50.0 %
MCV 89.0 80.0-100.0 fL
MHC 30.5 27.0-34.0 pg
MCHC 34.2 31.0-36.0 g/dL
PLT 307 150-450 10^3/uL
RDW-SD 52.4 37.0-54.0 fL
RDW-CV 16.4 10.0-15.0 %
PDW 9.2 10.0-18.0 fL
MPV 9.0 9.00-13.0 fL
P-LCR 16.7 13.0-43.0 %
PCT 0.28 0.17-0.35 %
NEUT 82.3 50.0-70.0 %
LYMPH 8.6 20.0-40.0 %
MONO 8.7 2.00-8.00 %
EO 0.2 1.00-3.00 %
BASO 0.2 0.00-1.00 %
NEUT 13.26 10^3/uL
LYMPH 1.39 10^3/uL
MONO 1.41 10^3/uL
EO 0.03 10^3/uL
BASO 0.03 10^3/uL
LED mmHr

HASIL FOTO THORAX

Pemeriksaan Hasil
24-11-2019 Kesan Suspek massa paru sinistra dengan multiple lesi
noduer paru dextra DD/pneumonia, Dilatio et atheroslerosis
aortae

26
Index ADL Katz
Index Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari-hari

Index kemandirian dalam aktivitas sehari-hari dibuat berdasarkan evaluasi


kemandirian atau ketergantungan fungsional klien dalam hal mandi, berpakaian,
ke kamar kecil, berpindah, kontinensia, dan makan. Definisi spesifik dari
kemandirian atau ketergantungan fungsional diuraikan di bawah index.
A : Kemandirian dalam hal makan, berpakaian, kontinensia, ke kamar kecil,
berpakaian, dan mandi.
B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut.
C : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi
tambahan.
E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan
satu fungsi tambahan.
F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah dan satu fungsi tambahan
G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut.
Lain-lain : Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E, atau F.
 Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau banruan pribadi aktif,
kecuali seperti secara spesifik diperlihatkan di bawah ini. Seorang klien yang
menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap sebagai tidak melakukan fungsi,
meskipun ia dianggap mampu.

Mandi (spon, pancuran, atau bak)


Mandiri : Bantuan hanya pada satu bagian tubuh (seperti punggung
atau ekstremitasyang cacat) atau mandi sendiri
sepenuhnya.
Tergantung : Bantuan lebih dari 1 bagian tubuh, dibantu masuk dan
Keluar bak, atautidak dapat mandi sendiri.

Berpakaian
Mandiri : Mengambil baju dari lemari / laci, berpakaian, melepaskan
pakaian, mengancing pakaian,mengikat dan melepas ikatan
sepatu.
Tergantung : Tidak berpakaian sendiri atau dibantu sebagian

27
Ke kamar kecil
Mandiri : Ke kamar kecil, masuk dan keluar dari kamar kecil,
merapikan baju, membersihkan organ-organ ekskresi, dapat
mengatur bedpan sendiri yang digunakan hanya pada malam
hari dan dapat/ tidak dapat menggunakan alat bantu.
Tergantung : menggunakan bedpan atau pispot atau dibantu saat masuk dan
menggunakan toilet.

Berpindah
Mandiri : Berpindah ke dan dari tempat tidur/ kursi secara mandiri
( menggunakan/tidakmenggunakan alat bantu)
Tergantung : Dibantu saat berpindah ke dan dari tempat tidur/ kursi, tidak
melakukan satu atau lebih perpindahan.

Kontinensia
Mandiri : BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.
Tergantung : Inkontinensia total atau parsial pada BAB dan BAK, control total
atauparsial dengan enema, atau penggunaan urinal dan/atau bedpan
secara teratur.

Makan
Mandiri : Mengambil makanan dari piring dan memasukkannya ke
mulut, (memotong-motong daging/ikan, mengolesi roti dengan
mentega tidak dimasukkan dalam evaluasi).
Tergantung : Dibantu saat makan, tidak makan sama sekali, atau makan
parenteral.

Hasil : Klien berada dalam Score A (Kemandirian dalam hal makan,


berpakaian, kontinensia, ke kamar kecil, berpakaian, dan mandi)

28
BARTEL INDEX

NO KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN


BANTUAN
1 Makan 5 10 Frekuensi : 2x sehari
Jumlah :
Jenis : nasi, sayur dan ikan
2 Minum 5 10 Frekuensi : sering\
Jumlah :
Jenis : air mineral
3 Berpindah dari kursi 5-10 15
roda ke tempat tidur,
sebaliknya
4 Personal toilet (cuci 0 5
muka, menyisir
rambut, gosok gigi)
5 Keluar masuk toilet 5 10
(mencuci pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15 Frekuensi : 2x sehari

7 Jalan di permukaan 0 5
datar
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi : 1 kali
Konsistensi : lunak
11 Control bladder 5 10 Frekuensi : 5-7 kali
(BAK) Warna : kuning
12 Olahraga/latihan 5 10 Frekuensi :
Jenis :
13 Rekreasi / 5 10 Frekuensi :
pemanfaatan waktu Jenis :
luang

Jumlah: 115 (ketergantungan sebagian)

Keterangan :

a. 130 : Mandiri
b. 65-125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total

29
SKALA DEPRESI GERIATRIK YESAVAGE

1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda ? (ya)


2. Apakah anda mengurangi hobi dan aktivitas sehari-hari ?(tidak)
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong ?(tidak)
4. Apakah anda sering merasa bosan ? (tidak)
5. Apakah anda selalu bersemangat ?(ya)
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda ?(tidak)
7. Apakah anda selalu merasa bahagia ? (ya)
8. Apakah anda sering merasa putus asa ? (tidak)
9. Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari daripada keluar
dan melakukan sesuatu yang baru ? (ya)
10. Apakah anda merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan ingatan
dibanding dengan orang lain ?(tidak)
11. Apakah anda berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan ?(ya)
12. Apakah anda merasa tak berguna ? (tidak)
13. Apakah anda merasa berenergi ? (tidak)
14. Apakah anda berpikir bahwa situasi anda tidak ada harapan ? (tidak)
15. Apakah anda berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik daripada anda?
(ya)

 Skor 1 poin untuk tiap respon yang sesuai dengan jawaban YA atau
TIDAK setelah pertanyaan.
 Skor 5 atau lebih menunjukkan adanya depresi.

Hasil : Skor 3 tidak menunjukkan depresi

30
ISAACS – WALKEY IMPAIRMENT MEASUREMENT

1. Apa nama tempat ini ?(Benar)


2. Ini hari apa ?(Benar)
3. Ini bulan apa ?(Benar)
4. Tahun berapa sekarang ?(Benar)
5. Berapa umur klien ?(Benar)
6. Tahun berapa klien lahir ?(Benar)
7. Bulan berapa klien lahir ?(Benar)
8. Tanggal berapa klien lahir ?(Benar)
Keterangan :

Kesalahan 0 – 2 : fungsi intelektual utuh

Kesalahan 3 - 4 : kerusakan intelektual ringan

Kesalahan 5 – 7 : kerusakan intelektual sedang

Kesalahan 8 – 9 : kerusakan intelektual berat

Hasil : 0

Klien Tn.AH memiliki fungsi intektual utuh

31
INSOMNIA RATING SCALE

No Pernyataan Jawaban
TP K SR SL
1 Kesulitan untuk memulai tidur 1
2 Tiba-tiba terbangun pada malam hari 2
3 Biasa terbangun lebih awal/dini hari 3
4 Merasa mengantuk disiang hari 2
5 Sakit kepala pada pagi/siang hari 2
6 Merasa kurang puas dengan tidur anda 2
7 Merasa kurang nyaman/gelisah saat tidur 3
8 Mendapat mimpi buruk 1
9 Badan terasa lemas, letih, kurang bertenaga setelah tidur 2
10 Jadwal jam tidur sampai terbangun tidak beraturan 2
11 Tidur selama 6 jam dalam semalam 2

Keterangan:
TP (Tidak pernah) :1
K (Kadang-kadang) :2
SR (Sering) :3
SL (Selalu) :4

Score : 22 insomnia ringan

32
RESIKO JATUH SKALA MORSE

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET


1. Riwayat jatuh 3 bulan terakhir pada Tidak 0
lansia Ya 25 25
2. Diagnose sekunder, apakah lansia Tidak 0
memiliki lebih dari satu penyakit ?
Ya 15 15
3. Alat bantu jalan :
a. Bedrest / dibantu perawat 0 0
b. Kruk/ tongkat/walker 15
c. Berpegangan 30
4. Terapi intravena : apakah saat ini Tidak 0 0
lansia terpasang infuse ?
Ya 20
5. Gaya berjalan atau cara berpindah : 10
a. Normal / bedrest / (tidak dapat 0
bergerak sendiri)
b. Lemah (tidak bertenaga) 10
c. Gangguan (pincang) 20
6. Status mental : 0
a. Lansia menyadari kondisi 0
dirinya
b. Lansia mengalami
keterbatasan daya ingat 15
Skor: 50

Keterangan :

TINGKAT RESIKO NILAI MPS TINDAKAN


Tidak beresiko 0-24 Perawatan dasar
Resiko rendah 25-50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
standar
Resiko tinggi > 51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
resiko tinggi

33
B. ANALISA DATA
Hari/Tgl.: Selasa, 26 November 2019 Inisial Klien : Tn.AH

No. Data Masalah


1. DS: Domain11:
 Klien mengatakan bahwa ia batuk disertai Keamanan/perlindungan
Kelas 2: Cedera fisik
dengan lendir Kode diagnosis 00031
 Klien mengatakan bahwa ia sesak apabila
ada batuk Ketidakefektifan
bersihan jalan napas
DO :
 Klien nampak menggunakan otot bantu
pernapasan
 Suara nafas klien vesikuler
 Klien bernapas dispneu dengan frekuensi
pernapasan 28 x/menit
 Klien nampak batuk dan sesak
 Foto thorax PA/AP (24 November 2019)
- Suspek massa paru sinistra dengan lesi
noduler paru
- Dilatio et atherosclerosis
2. DS: Domain 2: Nutrisi
 Klien mengatakan bahwa ia kurang nafsu Kelas 1: Makan
Kode diagnosis 00002
makan beberapa minggu yang lalu
 Klien mengatakan bahwa tidak adanya Ketidakseimbangan
mual dan muntah nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
 Klien mengatakan bahwa ia makan 4-6
sendok makan
 Klien mengatakan bahwa BB
sebelumnya 78 kg dan mengalami
penurunan akhir-akhir ini sekitar 3 kg

34
DO:
 Klien nampak kurus
 BB klien saat ini 49 kg dengan IMT 18
kg/m2
 Bising usus normal 6 x/menit
 Albumin 3 gr/dl
3. DS : Domain 4:
 Klien mengatakan bahwa ia kadang Aktivitas/istirahat
Kelas 1: Tidur/istirahat
terbangun pada malam hari jika batuk Kode diagnosis 00198
 Klien mengatakan kurang nyaman dan
gelisah saat tidur Gangguan pola tidur

 Klien terkadang melakukan tidur siang


DO :
 Klien tampak pucat dan gelisah

4. Faktor Risiko: Domain 11:


 Penyakit kronis: TB paru Keamanan/pelindungan
 Malnutrisi Kelas 1: Infeksi
 Riwayat merokok Kode diagnosis 0004
 WBC 16.12 10^3/uL
Risiko Infeksi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebihan
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan makan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kesulitan mempertahankan tetap
tidur
4. Resiko infeksi dengan faktor resiko: penyakit kronis

35
D. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Ketidakefektifan bersihan Status pernapasan : kepatenan jalan Monitor pernapasan :


jalan nafas berhubungan nafas  Monitor irama, kecepatan, kedalaman, dan kesulitan
dengan mukus berlebihan Setelah dilakukan intervensi 2x8 bernafas, TTV
jam ketidakefektifan bersihan jalan  Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot bantu
Domain11: nafas dapat bteratasi dengan kriteria pernafasan
Keamanan/perlindungan hasil :  Monitor adanya suara nafas tambahan
Kelas 2: Cedera fisik
Kode diagnosis 00031  Irama pernafasan klien teratur Penghisapan lendir
 Suara nafas tambahan tidak ada  Menganjurkan/mengingatkan untuk melakukan minum air
 Akumulasi/pengeluaran sputum hangat
berkurang  Mengajarkan batuk efektif
 Frekuensi pernafasan dalam rentang  Menganjurkan/mengigatkan klien untuk melakukan
normal 16-24 x menit nebulisasi di rumah
 Tidak ada penggunaan otot bantu Pengaturan posisi
pernafasan  Menganjurkan klien meninggikan kepala dengan bantal saat
sesak kambuh
Pemberian obat
 Mengingatkan klien untuk meminum obat yang telah
diresepkan
Ketidakseimbangan nutrisi : Status nutrisi Manajemen nutrisi :

36
kurang dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan intervensi  Kaji adanya alergi
berhubungan dengan 2x8jam menit, ketidakseimbangan  Anjurkan klien untuk meningkatkan intake makanannya
ketidakmampuan makan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  Anjurkan klien dan keluarga untuk meningkatkan protein
mengalami perubahan dengan kriteria dan vitamin C
Domain 2: Nutrisi hasil :  Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kelas 1: Makan Klien mampu makan makanan
Kode diagnosis 00002  Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
 Klien tidak mengalami mual/muntah Monitoring nutrisi:
 Klien mengalami peningkatan BB  Berat badan klien dalam batas normal
 Klien tidak mengalami dehidrasi  Monitor adanya perubahan berat badan
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor makanan kesukaan
 Monitor jumlah sendok makan klien
Gangguan pola tidur Tingkat dan pola tidur Peningkatan tidur
berhubungan dengan kesulitan Setelah dilakukan tindakan  Monitor pola tidur klien dan jumlah jam tidur
mempertahankan tetap tidur keperawatan selama 2x8jam menit  Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
gangguan pola tidur klien mengalami  Ciptakan lingkungan yang nyaman
Domain 4: Aktivitas/istirahat perubahan dengan kriteria hasil:  Ajarkan klien melakukan relaksasi otot autogenik atau
Kelas 1: Tidur/istirahat  Jumlah jam tidur dalam batas bentuk non farmakologi
Kode diagnosis 00198
normal  Kolaborasi pemberian obat tidur
 Pola tidurkualitas dalam batas
normal

37
 Perasaan fresh sesudah
tidur/istirahat
 Mampu mengidentifikasi hal-hal
yang meningkatkan tidur

Resiko infeksi dengan faktor Kontrol infeksi Perlindungan infeksi


resiko: penyakit kronis Setelah dilakukan tindakan  Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
keperawatan selama 2x8 jam klien  Monitor kerentanan tehadap infeksi
Domain 11: tidak mengalami infeksi dengan kriteria  Dapatkan kultur/ pemeriksaan penunjang yang diperlukan
Keamanan/pelindungan hasil:  Tingkatkan asupan nutrisi dan cairan yang cukup
Kelas 1: Infeksi
Kode diagnosis 0004  Klien mengetahui tanda , gejala dan  Anjurkan istirahat
faktor risiko infeksi
 Anjurkan pernapasan dalam dan batuk dengan tepat
 Menunjukkan kemampuan klien
 Menganjurkan penggunaan APD
untuk mencegah timbulnya infeksi
 Anjurkan klien minum antibiotik sesuai resep dokter
 Menunjukkan perilaku hidup sehat
 Klien mampu mengembangkan
strategi yang efektif dalam
mengontrol risiko infeksi

E. CATATAN PERKEMBANGAN
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan

38
Hari/tanggal Implementasi Evaluasi

Selasa, Pukul 16.00 Pukul 20.00


26 November 2019  Membina hubungan saling percaya dengan klien S:
Hasil : Klien mampu berkomunikasi dengan baik dengan mahasiswa  Klien mengatakan bahwa ia masih
perawat serta terbuka membahas masalah kesehatannya batuk dan terdapat pengeluaran lendir
 Mengkaji irama, frekuensi pernapasan klien  Klien mengatakan bahwa ia masih
Hasil : Irama pernapasan klien teratur, dengan pernafasan 28 x/menit. merasa sesak
 Mengkaji suara nafas klien O:
Hasil : suara napas klien vesikuler, tidak ada suara napas tambahan  klien nampak masih lemas
 Mengkaji pergerakan dada dan penggunaan otot bantu pernafasan  klien nampak sesak dengan 26
Hasil : Dada klien tampak simetris dan klien menggunakan otot bantu x/menit
pernafasan  nampak adanya penggunaan otot
 Menganjurkan klien untuk meminum air hangat bantu dada
Hasil : Klien tampak mengerti dan akan melakukannya di rumah  nampak batuk
 Mengajarkan batuk efektif A : ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Hasil : Klien mampu mempraktikkan setelah di contohkan sebanyak belum teratasi
2x P : Lanjutkan intervensi
 keluarga mampu mengingatkan klien
untuk minum air hangat di rumah
 Memberikan posisi semi fowler dan menganjurkan klien untuk  keluarga mampu menemani klien
meninggikan kepala apabila sesak dalam melakukan batuk efektif di

39
Hasil : klien mengatakan bahwa ia mengerti dan akan mempraktikkan rumah
saat ada sesak  Menganjurkan/mengigatkan klien
 mengingatkan untuk melakukan nebulisasi saat dirumah untuk melakukan nebulisasi di rumah
Hasil : klien mengatakan bahwa ia melakukan nebulisasi di rumah saat secara rutin
lendir terasa banyak  Keluarga mampu membantu klien
 menganjurkan klien dan mengingatkan keluarga terhadap klien untuk dalam meninggikan kepala dengan
meminum obat setelah klien buka puasa N-ace 200 mg/8 jam/oral bantal saat sesak kambuh
Hasil : keluarga mengerti dan akan mengingatkan klien  Mengingatkan klien untuk meminum
obat yang telah diresepkan

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan makan
Hari/tanggal Implementasi Evaluasi

Selasa, Pukul 16.25 Pukul 20.15


26 November 2019  Mengkaji alergi klien S:
Hasil : klien tidak memiliki alergi makanan, suhu, maupun  klien mengatakan kurang nafsu makan
lingkungan beberapa minggu terakhir
 klien mengatakan tidak ada mual dan
 mengkaji intake makan klien muntah
Hasil : klien makan terkadang menghabiskan makanan hanya 4-6  klien mengatakan makan dengan
sendok makan menghabiskan 4-6 sendok makanan

40
 memberikan informasi tentang pentingnya kebutuhan nutrisi  klien mengatakan BB sebelumnya 78
Hasil :klien dan keluarga tampak mengerti tentang informasi kg dan saat ini sudah mengalami
kebutuhan nutrisi penurunan
 menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering O:
Hasil : klien tampak mengerti dan akan melakukannya di rumah  Klien malas makan
 mengkaji makanan kesekuaan klien  Bising usus klien normal 6 kali/menit
Hasil : klien menyukai makanan yang tidak terlalu keras seperti A : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
nasi yang ditambahkan sedikit kuah sayur atau kuah ikan kebutuhan tubuh belum teratasi
 mengkaji jumlah sendok makan klien setiap makan P : Lanjutkan intervensi
Hasil : klien hanya menghabiskan makanan sebanyak 4-6 sendok  Menganjurkan keluarga untuk
makan mendampingi klien dalam
 mengkaji berat badan klien saat ini peningkatan kebutuhan nutrisi
Hasil : klien memiliki berat badan saat ini 49 kg  Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering
 Meningkatkan jumlah sendok
makan klien dalam menghabiskan
makanan

Gangguan pola tidur berhubungan dengan kesulitan mempertahankan tetap tidur


Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Selasa, 26 November Pukul 16.35 Pukul 20.30
2019  Mengkaji pola tidur dan jumlah jam tidur klien S:

41
Hasil : klien mengatakan pola tidur klien  Klien mengatakan sering terbangun pada malam/dini hari
terganggu jika ada batuk dan jumlah akibat batuk
jam tidur klien saat ini 4 jam dalam  Klien mengatakan kurang nyaman atau gelisah pada saat
pada malam hari tidur
 Memberikan informasi tentang pentingnya  Klien mengatakan kadang tidur pada saat siang hari
tidur O:
Hasil : klien tampak mengerti tentang  Jumlah jam tidur klien terkadang 4 jam dalam sehari
kebutuhan tidur dan pentingnya tubuh untuk A : gangguan pola tidur belum teratasi
beristirahat/tidur serta ideal jumlah jam tidur P : Lanjutkan intervensi
pada lansia atu 6 jam sehari  Menganjurkan keluarga untuk menciptakan
 Menganjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang nyaman
lingkungan yang nyaman  Menganjurkan keluarga untuk memonitor pola dan
Hasil :keluarga mengerti untuk menciptakan jumlah jam tidur klien
lingkungan yang tenang  Menganjurkan keluarga untuk mengingatkan klien
 Mengkaji kebiasaan klien sebelum tidur tentang pentingnya beristirahat dan ideal jam tidur
Hasil : klien mengaji sebelum tidur dan ia pada lansia
merasa tenang untuk memulai tidur

Resiko infeksi dengan faktor resiko: penyakit kronis

Hari/tanggal Implementasi Evaluasi

42
Selasa, 26 November Pukul 16.35 Pukul 20.45
2019  Mengkaji tanda dan gejala infeksi S:
Hasil : klien mengatakan tanda dan gejala  klien mengatakan telah mengenal tanda dan gejala
infeksi yaitu bersin-bersin secara infeksi seperti bersin-bersin secara berlebihan
berlebihan dan batuk yang sering O:
 Menganjurkan klien dalam pemeriksaan  klien dan keluarga tampak mengerti dalam penggunaan
penunjang/kultur kembali untuk penanganan APD (masker)
terhadap infeksi  klien dan keluarga tampak mengerti untuk melakukan
Hasil : klien dan keluarga akan kembali perilaku hidup bersih dan sehat
mengontrol pengobatan dalam pemeriksaan A : resiko infeksi teratasi
penunjang bila perlu atau adanya rekomendasi P : Lanjutkan intervensi
dari dokter terkait  klien dan keluarga mampu mempertahankan dalam
 Mengajurkan klien dalam peningkatan nutrisi penggunaan APD (masker) di dalam dan di luar
dan perbanyak istirahat yang cukup rumah
Hasil :klien nampak mengerti dalam  menganjurkan klien dalam membersihkan rumah dan
peningkatan nutrisi dan istirahat halam rumah atau melakukan perilaku hidup bersih
 Menganjarkan pernapasan dalam dan batuk dan sehat
yang baik dan benar  klien dan keluarga mampu mencegah timbulnya
Hasil : klien tampak mempraktekan napas infeksi
dalam dan batuk yang baik dan benar
 Mengajarkan klien dan keluarga dalam

43
penggunaan APD (alat pelindung diri)
Hasil :klien dan keluarga nampak mengerti
dalam penggunaan APD khususnya
masker pada klien
 menganjurkan klien dan mengingatkan
keluarga untuk klien meminum obat antibiotik
Hasil : keluarga mengerti dan akan
mengingatkan klien untuk minum obat
azitomisin 500 mg/24 jam/oral

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan


Hari/tanggal Implementasi Evaluasi

Rabu, Pukul 22.00 Kamis, 28 November 2019


27 November 2019  Membina hubungan saling percaya dengan klien Pukul 06.00

44
Hasil : Klien mampu berkomunikasi dengan baik dengan mahasiswa S :
perawat serta terbuka membahas masalah kesehatannya  Klien mengatakan bahwa ia masih
 Mengkaji irama, frekuensi pernapasan klien batuk dan terdapat pengeluaran lendir
Hasil : Irama pernapasan klien teratur, dengan pernafasan 28 x/menit.  Klien mengatakan bahwa ia masih
 Mengkaji suara nafas klien merasa sesak
Hasil : suara napas klien vesikuler, tidak ada suara napas tambahan O:
 Mengkaji pergerakan dada dan penggunaan otot bantu pernafasan  klien nampak masih lemas
Hasil : Dada klien tampak simetris dan klien menggunakan otot bantu  klien nampak sesak dengan 26
pernafasan x/menit
 Menganjurkan klien untuk meminum air hangat  nampak adanya penggunaan otot
Hasil : Klien tampak mengerti dan akan melakukannya di rumah bantu dada
 Mengajarkan batuk efektif  nampak batuk
Hasil : Klien mampu mempraktikkan setelah di contohkan sebanyak A : ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2x belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 keluarga mampu mengingatkan klien
 Memberikan posisi semi fowler dan menganjurkan klien untuk untuk minum air hangat di rumah
meninggikan kepala apabila sesak  keluarga mampu menemani klien
Hasil : klien mengatakan bahwa ia mengerti dan akan mempraktikkan dalam melakukan batuk efektif di
saat ada sesak rumah
 mengingatkan untuk melakukan nebulisasi saat dirumah  Menganjurkan/mengigatkan klien

45
Hasil : klien mengatakan bahwa ia melakukan nebulisasi di rumah saat untuk melakukan nebulisasi di rumah
lendir terasa banyak secara rutin
 menganjurkan klien dan mengingatkan keluarga terhadap klien untuk  Keluarga mampu membantu klien
meminum obat setelah klien buka puasa N-ace 200 mg/8 jam/oral dalam meninggikan kepala dengan
Hasil : keluarga mengerti dan akan mengingatkan klien bantal saat sesak kambuh
 Mengingatkan klien untuk meminum
obat yang telah diresepkan

Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan makan
Hari/tanggal Implementasi Evaluasi

Rabu, Pukul 22.15 Kamis, 28 November 2019


27 November 2019  Mengkaji alergi klien Pukul 06.15
Hasil : klien tidak memiliki alergi makanan, suhu, maupun S :
lingkungan  klien mengatakan kurang nafsu makan
beberapa minggu terakhir
 mengkaji intake makan klien  klien mengatakan tidak ada mual dan
Hasil : klien makan terkadang menghabiskan makanan hanya 4-6 muntah
sendok makan  klien mengatakan makan dengan
 memberikan informasi tentang pentingnya kebutuhan nutrisi menghabiskan 4-6 sendok makanan
Hasil :klien dan keluarga tampak mengerti tentang informasi  klien mengatakan BB sebelumnya 78

46
kebutuhan nutrisi kg dan saat ini sudah mengalami
 menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering penurunan
Hasil : klien tampak mengerti dan akan melakukannya di rumah O:
 mengkaji makanan kesekuaan klien  Klien malas makan
Hasil : klien menyukai makanan yang tidak terlalu keras seperti  Bising usus klien normal 6 kali/menit
nasi yang ditambahkan sedikit kuah sayur atau kuah ikan A : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
 mengkaji jumlah sendok makan klien setiap makan kebutuhan tubuh belum teratasi
Hasil : klien hanya menghabiskan makanan sebanyak 4-6 sendok P : Lanjutkan intervensi
makan  Menganjurkan keluarga untuk
 mengkaji berat badan klien saat ini mendampingi klien dalam
Hasil : klien memiliki berat badan saat ini 49 kg peningkatan kebutuhan nutrisi
 Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering
 Meningkatkan jumlah sendok
makan klien dalam menghabiskan
makanan

Gangguan pola tidur berhubungan dengan kesulitan mempertahankan tetap tidur


Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi

47
Rabu, 27 November 2019 Pukul 22.35 Kamis, 28 November 2019
 Mengkaji pola tidur dan jumlah jam tidur klien Pukul 06.30
Hasil : klien mengatakan pola tidur klien S :
terganggu jika ada batuk dan jumlah  Klien mengatakan sering terbangun pada malam/dini hari
jam tidur klien saat ini 4 jam dalam akibat batuk
pada malam hari  Klien mengatakan kurang nyaman atau gelisah pada saat
 Memberikan informasi tentang pentingnya tidur
tidur  Klien mengatakan kadang tidur pada saat siang hari
Hasil : klien tampak mengerti tentang O :
kebutuhan tidur dan pentingnya tubuh untuk  Jumlah jam tidur klien terkadang 4 jam dalam sehari
beristirahat/tidur serta ideal jumlah jam tidur A : gangguan pola tidur belum teratasi
pada lansia atu 6 jam sehari P : Lanjutkan intervensi
 Menganjurkan keluarga untuk menciptakan  Menganjurkan keluarga untuk menciptakan
lingkungan yang nyaman lingkungan yang nyaman
Hasil :keluarga mengerti untuk menciptakan  Menganjurkan keluarga untuk memonitor pola dan
lingkungan yang tenang jumlah jam tidur klien
 Mengkaji kebiasaan klien sebelum tidur  Menganjurkan keluarga untuk mengingatkan klien
Hasil : klien mengaji sebelum tidur dan ia tentang pentingnya beristirahat dan ideal jam tidur
merasa tenang untuk memulai tidur pada lansia

48
Resiko infeksi dengan faktor resiko: penyakit kronis

Hari/tanggal Implementasi Evaluasi

Rabu, 27 November 2019 Pukul 22.45 Kamis, 28 November 2019


 Mengkaji tanda dan gejala infeksi Pukul 06.50
Hasil : klien mengatakan tanda dan gejala S :
infeksi yaitu bersin-bersin secara  klien mengatakan telah mengenal tanda dan gejala
berlebihan dan batuk yang sering infeksi seperti bersin-bersin secara berlebihan
 Menganjurkan klien dalam pemeriksaan O :
penunjang/kultur kembali untuk penanganan  klien dan keluarga tampak mengerti dalam penggunaan
terhadap infeksi APD (masker)
Hasil : klien dan keluarga akan kembali  klien dan keluarga tampak mengerti untuk melakukan
mengontrol pengobatan dalam pemeriksaan perilaku hidup bersih dan sehat
penunjang bila perlu atau adanya rekomendasi A : resiko infeksi teratasi
dari dokter terkait P : Lanjutkan intervensi
 Mengajurkan klien dalam peningkatan nutrisi  klien dan keluarga mampu mempertahankan dalam
dan perbanyak istirahat yang cukup penggunaan APD (masker) di dalam dan di luar
Hasil :klien nampak mengerti dalam rumah
peningkatan nutrisi dan istirahat  menganjurkan klien dalam membersihkan rumah dan
 Menganjarkan pernapasan dalam dan batuk halam rumah atau melakukan perilaku hidup bersih
yang baik dan benar dan sehat

49
Hasil : klien tampak mempraktekan napas  klien dan keluarga mampu mencegah timbulnya
dalam dan batuk yang baik dan benar infeksi
 Mengajarkan klien dan keluarga dalam
penggunaan APD (alat pelindung diri)
Hasil :klien dan keluarga nampak mengerti
dalam penggunaan APD khususnya
masker pada klien
 menganjurkan klien dan mengingatkan
keluarga untuk klien meminum obat antibiotik
Hasil : keluarga mengerti dan akan
mengingatkan klien untuk minum obat
azitomisin 500 mg/24 jam/oral

50
BAB IV

PEMBAHASAN

Tn.P usia 61 tahun di diagnosa penyakit TB relaps be infected inanisi malnutrisi. Saat
dilakukan pengkajian klien nampak lemas dan tidak menggunakan alat pelindung diri berupa
masker, begitupun dengan keluarganya yang mendampingi klien kontrol ke poli geriatri juga
tidak menggunakan masker. Padahal pentingnya penggunaan APD (alat pelindung diri)
terkhusus penggunaan masker pada klien yang sudah pernah didiagnosis TB dapat mencegah
penularan terhadap lingkungan sekitarnya.

Pengetahuan dan peran keluarga sangat penting mengenai menjaga kesehatan agar
tetap dalam kondisi yang sehat baik jasmani maupun rohaninya. Terutama keluarga dalam
hal penggunaan perlindungan pernapasan yang dapat menyaring partikel yang berukuran
submikron. Apalagi penderita sudah memasuki usia lanjut yang berisiko mengalami penyakit
kronis dikarenakan penurunan fungsi tubuh terutama pada daya ingat dan pengetahuan,
sehingga peran keluarga dalam mendampingi pasien dan kepatuhan penggunaan APD dapat
mengurangi angkapenularan yang tinggi disekitar lingkungannya. Alat perlindungan
pernapasan bila tidak dipakai bagi setiap penderita atau orang yang kontak dengan penderita,
maka akan meningkatkan resiko seseorang terinfeksi. Karena penyakit TB paru termasuk
penykit yang relatif mudah menular dari orang ke orang melalui droplet nuklei. Bila
seseorang batuk, dalam sekali batuk terdapat 3000 percikan dahak (droplet) yang
mengandung kuman yang dapat menulari orang lain disekitarnya [ CITATION Yen16 \l 1057 ] .
Pada penelitian Nurhayati (2015) komponen penggunaan masker tercatat lebih banyak masuk
dalam kategori buruk yang disebabkan oleh ketidakpatuhan penggunaan masker pada
penderita TB, tetapi disisi lain penelitian membuktikan bahwa masker menjadi salah satu cara
yang efektif untuk pencegahan TB bagi orang lain.

Hal tersebut menunjukkan bahwa peran perawat perlu melakukan asuhan keperawatan
terkait dalam memberikan edukasi kepada klien dan keluarga untuk mengurangi angka
penularan yang tinggi, dalam hal pengguanaan APD yang sangat bermanfaat bagi penderita,
keluarga maupun lingkungan sekitar penderita.

51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Perawat perlu melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian hingga
melakukan evaluasi terhadap intervensi keperawatan yang dilakukan serta
memberikan discharge planning atau edukasi kepada klien dan keluarga untuk
melanjutkan inervensi keperawatan di rumah secara mandiri. Perawatperlu
menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan kepada klien dan keluarga apabila di
rumah maupun di luar dalam penggunaan APD (alat pelindung diri) terkhusus dalam
penggunaan masker baik pada lansia penderita penyakit kronis (TB paru) maupun
pada keluarga dan lingkungan sekitarnya, sehingga penularan penyakit kurang untuk
terjadi.

B. Saran
Saran kepada petugas kesehatan terkhusus untuk perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan terkait memberikan edukasi kepada pasien ataupun keluarga
tentang kondisi penyakit dan rencana pengobatan pasien. Karena peran perawat perlu
menjelaskan dalam mencegah sekresi mukus secara berlebihan semakin memburuk,
salah satu intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat adalah mengajarkan batuk
efektif dan menganjurkan kepada lansia untuk mengonsumsi air hangat serta
menganjurkan keluarga dalam pendampingan pemberian nebulisasi lansia di rumah.
Karena keluarga memiliki peran penting dalam mendukung pola hidup sehat lansia itu
sendiri.

52
DAFTAR PUSTAKA

Aditama. (2013). Tuberkulosis, Masalah dan Penanggulangannya. Jakarta: Universitas


Indonesia.

Ahmad, S. (2011). Pathogenesis , immunology, and diagnosis of latent Mycobacterium


tuberculosis infection. Hindawi Publishing Corporation Clinical and Developmental
Immunology, 1-17.

Arif, M. (2012). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardivaskuler
dan hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). United States of America: Elsevier.

Darmanto, D. (2014). Respirology. Edisi 2. Jakarata: Penerbit Buku Kedokteram.

Depkes RI. (2007). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). Nanda International Nursing Diagnoses:


Defenitions and Classification 2018-2020. Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nurisng Outcomes
Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elsevier.

Nurhayati, I. (2015). Perilaku pencegahan penularan dan faktor-faktor yang


melatarbelakanginya pada pasien TB MDR. Jurnal keperawatan padjadjaran, 166-
175.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC.

Somantri, I. (2007). Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Yenny, F. (2016). Hubungan tingkat pengetahuan keluarga pasien tentang tuberculosis


dengan kepatuhan menggunakan alat pelindung diri di rumah sakit panti waluya
malang. Nursing News, 12-21.

53
54

Anda mungkin juga menyukai