OLEH :
SARNIDA
R014182041
PENDAHULUAN
A. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi
kuman Mychobacterium tuberculosa. Tuberkulosis paru termasuk suatu
pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh M. Tuberculosa
[ CITATION Dar14 \l 1033 ] . Menurut Aditama (2013) tuberkulosis adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mychobacterium tuberculosa.
Sebagian besar kuman ini menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya seperti kelenjar limfe, kulit, otak, tulang, usus, ginjal dan
disebut tuberkulosis ekstra paru. Transmisi penyakit biasanya melalaui
saluran nafas yaitu melalui droplet yang dihasilkan oleh pasien yang
terinfeksi TB paru (Mario dan Richard, 2005).
B. Etiologi
Penyebab tuberkulosis paru adalah kuman Mycobacterium
tuberculosa,yang berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadapasampada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil
Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung,
tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab. Oleh
karena itu dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman (tidur), tertidur lama
selama beberapa tahun [ CITATION Dep071 \l 1033 ] . M. tuberculosis merupakan
kuman berbentuk batang, berukuran panjang 5μ dan lebar 3μ, tidak
membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob, pada pewarnaan gram maka
warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, M.
tuberculosis disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Pada dinding sel
M. Tuberculosis lapisan lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan
peptidoglikan yang ada dibawahnya, hal ini menurunkan permeabilitas
dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Lipoarabinomannan yaitu suatu molekul lain dalam dinding sel M.
tuberculosis, yang berperan dalam interaksi antara inang dan patogen,
2
sehingga M. tuberculosis dapat bertahan hidupdidalam makrofag [ CITATION
Ahm11 \l 1033 ].
Faktor risiko TB dibagi menjadi faktor host dan faktor lingkungan :
banyak terjadi pada orang tua daripada dewasa muda dan anak-
2. Faktor lingkungan
berisiko untuk terkena TB. Selain itu orang yang tinggal di lingkungan
3
yang banyak terjadi kasus TB juga memiliki risiko lebih tinggi untuk
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala tuberculosis menurut Ahmad (2011); Darmanto (2014)
dapat bermacam-macam antara lain :
1. Demam
Gejala sistemik pada umumnya penderita akan mengalami demam.
Demam tersebut berlangsung pada waktu sore dan malam hari disertai
dengan keluar keringat dingin meskipun tanpa kegiatan. Demam bisa
mencapai 40-41˚C, keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
pasien dan berat ringannya infeksi kuman tuberculosis yang masuk.
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk
membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non
produktif). Keadaan setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang lanjut berupa batuk
darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang cepat.
Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada
pleura, sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan jarang
ditemukan.
4
5. Malaise
Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala,
meriang, nyeri otot dan keringat malam. Gejala semakin lama semakin
berat dan hilang timbul secara tidak teratur.
D. Komplikasi
Komplikasi penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema,
laringitis.Menurut Depkes RI (2007) merupakan komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena
tersumbatnya jalan napas.
2. Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus
akibat retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan
ginjal.
6. Insufisiensi kardio pulmoner
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum ini penting karena dengan ditemukannya
kuman BTA pada sputum seseorang sudah dapat didiagnosa tuberkulosis
paru.Pemeriksaan sputum juga dapat mengevaluasi pengobatan yang
sudah diberikan. Dahak yang terbaik untuk diperiksa adalah pagi hari,
karena paling banyak mengandung kuman dibandingkan pada saat lain.
Untuk memperbesar kemungkinan ditemukan kuman, pemeriksaan
sebaiknya dilakukan 3 kali berturut-turut. Dahak yang dikeluarkan harus
berasal dari seluruh nafas bagian bawah, bukan dahak tenggorokkan atau
5
air ludah. Dahak tersebut harus dikeluarkan dengan cara dibatukkan yang
kuat. Dahak tersebut ditampung di tempat bersih.
Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari
tiga spesimen hasilnya positif. Bila hanya satu spesimen yang positif
perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut foto rontgen dada atau
pemerisaan sputum Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS) diulang :
1. Kalau hasil rontgen mendukung tuberkulosis paru, maka penderita di
diagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA positif.
2. Kalau hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru maka
pemeriksaan dahak diulangi dengan SPS lagi.
2. Tes Tuberkulin
Test Mantoux atau tuberkulin merupakan pemeriksaan penting untuk
membantu menentukan adanya penyakit TBC, terutama pada anak. Tes
ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sedikit protein yang berasal dari
kuman TBC ke dalam kulit, sehingga timbul benjolan kecil, bekas
suntikan ini kemudian dilihat lagi setelah 2-3 hari (48-72 jam), bila
benjolan tersebut hilang atau hanya menyisakan benjolan sangat kecil
(dibawah 5 mm), maka hasil test Mantoux dinyatakan negatif. Bila
benjolan membesar dan merah namun diameter hanya 6-9 mm,
dinyatakan positif lemah, bila 10-15 mm dinyatakan positif, bila >15 mm
dinyatakan positif kuat. Penilaian hasil test mantoux positif dan negatif,
untuk menentukan ada atau tidaknya TBC harus sangat hati-hati, harus
melihat berapa kuat positifnya serta mempertimbangkan gejala dan hasil
pemeriksaan lain. Hasil test mantoux yang positiif selain pada TBC,
kadang juga bisa timbul pada alergi, setelah vaksinasi BCG, namun
biasanya positifnya tidak kuat.
Biasanya dipakai tes mantoux yakni dengan menyuntikan 0,1 cc
tuberculin P.P.D (puriviet protein derivative) intrakutan berkekuatan 5
T.U (Intermediate Streng). Tes tuberculin hanya digunakan untuk
menentukan apakah seorang individu sedang atau pernah mengalami
infeksi M.Tuberculosa, M.bofis, vaksinasi BCG dan mycobacteria
6
pathogen lainnya.Dasar tes tuberculin ini adalah reaksi alergi tipe lambat.
Pada penularan dengan kuman pathogen baik yang virulen maupun tidak
tubuh manusia akan mengadakan reaksi imunologi dengan dibentuknya
antibody seluler pada permulaan dan kemudian diikuti oleh pembentukan
antibody humoral yang perannya akan menekan antibody seluler.
Bila pembentukan antibody seluler cukup misalnya pada penularan
dengan kuman yang sangat virulen dan jumlah kuman yang sangat besar
atau pada keadaan dimana pembentukan antibody humoral amatlah
berkurang maka akan mudah terjadi penyakit sesudah penularan.
Setelah 48-72 jam tuberculin disuntikkan, akan timbul reaksi berupa
indurasi kemerah-merahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni reaksi
persenyawaan antara antibody selular dan antigen tuberculin. Banyak
sedikitnya reaksi persenyawaan antibody seluler dan antigen tuberculin
amat dipengaruhi oleh antibody humoral, makin besar pengaruh antibody
humoral makin kecil indurasi yang dihasilkan.
3. Pemeriksaan Rontgen Paru
Pemeriksaan rontgen paru sangat membantu untuk mengetahui
adanya TBC paru, serta mengetahui hasil pengobatan. Pada gambaran
rontgen paru penderita TBC dapat ditemukan infiltrat yang berupa awan
atau bercak-bercak putih pada paru, pembesaran kelenjar getah bening
pada hilus (saluran nafas), adanya cairan kantong paru (pleural efusion),
adanya kaverne (rongga kecil akibat kerusakan akibat jaringan paru).
Pemeriksaan rontgen juga dengan cara melihat gambarannya dan
membandingkan dengan gambaran sebelumnya.
Pada penderita TBC yang telah sembuh , gambaran rontgen dapat
kembali normal, namun sebagian penderita sering masih meninggalkan
bekas berupa garis-garis putih (fibrotik) dan perkapuran (kalsifikasi).
Pada TBC yang masih awal atau sudah dalam proses penyembuhan, hasil
rontgen kadang sulit memberikan gambaran yang jelas, sehingga sering
hanya disimpulkan sebagai suspect (dugaan), dimana untuk memastikan
perlu pemeriksaan lain dan evaluasi lanjut. Beberapa penyakit infeksi
7
seperti pneumonia, kadang menunjukkan gambaran rontgen yang sulit
dibedakan dengan TBC terutama pada anak, oleh karena itu pada
keadaan tersebut diperlukan juga pemeriksaan lain.
4. Pemeriksaan Darah
a. Laju Endap Darah (LED)
Pemeriksaan LED sering dilakukan untuk membantu
menetapkan adanya TBC dan mengevaluasi hasil pengobatan atau
proses penyembuhan selama dan setelah pengobatan. Pemeriksaan
LED dilakukan dengan mengukur kecepatan mengendap sel darah
dalam pipet khusus (pipet westergreen), pada orang normal nilai LED
dibawah 20 mm/ jam. Pada penderita TBC nilai LED biasanya
meningkat, pada proses penyembuhan nilai LED akan turun.
Penilaian hasil LED harus hati-hati, karena hasil LED juga dapat
meningkat pada penyakit infeksi bukan TBC.
b. PCR-TB (Polymerase Chain Reaction Tuberculosa)
Pemeriksaan ini memeriksa adanya DNA kuman TBC dalam
dahak, dapat mengetahui adanya kuman TBC dalam jumlah yang
sangat sedikit. Sangat berguna untuk membantu menetukan diagnosa
TBC yang masih meragukan. Namun untuk evaluasi kesembuhan
harus hati-hati, karena kuman TBC yang sudah matipun dapat
memberikan hasil PCR-TB positif.
c. IgG-Anti TB
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memeriksa adanya antibodi
TBC yang timbul pada penderita TBC. Pemeriksaan ini hanya
bermanfaat untuk menentukan adanya TBC tapi kurang bermanfaat
untuk mengevaluasi proses penyembuhan, hasil pemeriksaan ini
sering tetap positif walaupun penderita sudah sembuh. Ketepatan
hasil pemeriksaan ini hanya sekitar 60-70 %, sehingga harus hati-hati
dalam menilai hasil, perlu konfirmasi dengan gejala klinis dan hasil
pemeriksaan lain.
8
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan diantaranya dapat dilakukan dengan cara:
a. Promotif
1) Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2) Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC,
cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3) Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1) Vaksinasi BCG
2) Menggunakan isoniazid (INH)
3) Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4) Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar
dapat diketahui secara dini.
2. Penatalaksanaan secara medik
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan
terdiri dari panduan obat utama dan tambahan.
1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah :
a) Rifampisin (R)
b) INH (H)
c) Pirazinamid (Z)
d) Streptomisin (S)
e) Etambutol (E)
2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)
a) Kanamisin
b) Asam para aminosalisilat
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain untuk mengobati
juga mencegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap
OAT serta memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis
terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7
bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat
9
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi
WHO adalah Rifampisin,INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol.
Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide
dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH.
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih
dahulu berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil
pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan
sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi
penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment
Short Course (DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO.
10
2. Rifampisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya
memerlukan pengobatan simtomatik ialah : Sindrom flu berupa
demam, menggigil dan nyeri tulang, Sindrom perut berupa sakit perut,
mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-kadang diare, Sindrom kulit
seperti gatal-gatal kemerahan.
Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah :
a) Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT
harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada
keadaan khusus.
b) Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila
salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera
dihentikan dan jangan diberikan lagi walaupun gejalanya telah
menghilang
c) Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas
d) Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni,
keringat, air mata, air liur. Warna merah tersebut terjadi karena
proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus
diberitahukan kepada pasien agar dimengerti dan tidak perlu
khawatir.
3. Pirazinamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan
sesuai pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat
terjadi (beri aspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan
arthritis Gout, hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi
dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam,
mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
4. Etambutol
Etabutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna untuk warna merah
dan hijau. Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung
11
pada dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25
mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu.
Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu
setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada
anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang
berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran.Risiko efek samping
tersebut akanmeningkat seiring dengan peningkatan dosis yang
digunakan dan umur pasien.Risiko tersebut akan meningkat pada
pasien dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala efek samping
yangterlihat ialah telinga mendenging(tinitus),pusing dan
kehilangan keseimbangan. Keadaan ini dapat dipulihkan bila obat
segera dihentikan atau dosisnya dikurangi 0,25gr. Jika pengobatan
diteruskan maka kerusakan alat keseimbangan makin parah dan
menetap (kehilangan keseimbangan dan tuli).
Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul
tiba- tiba disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek
samping sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan
sekitar mulut dan telinga yang mendenging dapat terjadi segera setelah
suntikan. Bila reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi
0,25gr.Streptomisin dapat menembus barrier plasenta sehingga tidak
boleh diberikan pada wanita hamil sebab dapat merusak syaraf
pendengaran janin.
12
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1.Riwayat Klien / Data Biografis
2. Riwayat Hidup
Hidup : Ya Hidup :5
3. Riwayat Pekerjaan
Sumber pendapatan saat ini : Dibiayai oleh Anak yang telah bekerja
13
4. Riwayat Tempat Tinggal
Keanggotaan organisasi :-
Klinik :-
Pelayanan kesehatan di
Rumah /wisma :-
Lain – lain :-
7. Deskripsi Aktivitas selama 24 jam: Aktivitas klien selama 24 jam yaitu klien tidur pada
malam hari mulai pukul 22.00 WITA s/d 02.00 WITA untuk sholat tahajud dan
melanjutkan tidur sampai masuk sebelum masuk sholat subuh. Pukul 04.30 WITA
klien melaksanakan sholat subuh, setelah sholat subuh klien mengaji hingga pukul
07.30 WITA. Kemudian klien melakukan aktivitas pagi seperti jalan-jalan disekitar
rumah. Pukul 09.00 WITA klien sarapan dan mandi pagi. Pada siang hari klien
melaksanakan sholat dzuhur dan melanjutkan dengan mengaji. Setelah itu, klien
melakukan istirahat tidur siang dan terbangun pada pukul 15.30 WITA untuk
14
melaksanakan sholat ashar. Pukul 17.00 WITA klien mandi sore dan melanjutkan
sholat magrib di mesjid sekitar rumah. Pukul 19.00 WITA klien makan malam dan
bersiap-siap untuk melaksanakan sholat isya. Selesai sholat klien kembali ke rumah
menonton televisi dan biasanya melaksakan tidur malam pada pukul 22.00 WITA.
8. Riwayat Kesehatan
Keluhan-keluhan utama (metode PQRST) : Klien mengeluh batuk berlendir disertai sesak
napas yang memberat sejak 2 bulan terkakhir.
Pengetahuan mengenai kondisi kesehatan saat ini :Tn.AH mengatakan dirinya hanya
merasakan batuk dan tidak mengetahui penyakitnya
Status kesehatan umum sejak 6 bulan terakhir : batuk-batuk sejak 2 bulan terakhir
Status kesehatan umum sejak 5 tahun yang lalu : Hanya mengeluh batuk dan Nyeri sendi
Perawatan di rumah sakit (catat alasan masuk, tanggal, tempat, durasi, dokter) : Klien
mengatakan bahwa sekitar 4 hari yang lalu klien di rawat di RSPTN Unhas dengan
keluhan lemas, kurang nafsu makan dan sempat terjatuh dari motor .
Operasi (catat alasan masuk, tanggal, tempat, durasi, dokter): Tidak ada riwayat operasi
Obat – Obatan
Defisit (uraikan jika ada keterbatasan dalam konsumsi obat ) : Tidak ada
15
Efek samping yang tidak menyenangkan : Klien mengatakan sering mengantuk
Riwayat Alergi
Nutrisi
Tn.P mengkonsumsi makanan nasi,sayur dan ikan dengan 4-6 kali sendok
Kebiasaan sebelum, saat atau setelah makan : Berdoa dan minum obat
16
9. Riwayat Keluarga
x
x
Keterangan
:Laki-Laki : Perempuan
: Meninggal: Klien
: Tinggal Serumah
10. Tinjauan Sistem
Beri tanda cek pada YA atau TIDAK untuk setiap gejala, disertai keterangan
jika Ya.
Hemoptik Ya
Anemia Tidak
Kepala
Pusing Kadang-kadang
Mata
Perubahan penglihatan Ya
Nyeri Tidak
Pruritus Tidak
Bengkak sekitar mata Tidak
Diplopia Tidak
Kabur Ya
Fotopubia Tidak
Telinga
Rabas Tidak
Tinitus Tidak
Vertigo Tidak
Leher
Kekakuan Tidak
19
Benjolan / massa Tidak
Pusing Tidak
Lesi/ulkus Tidak
Rinorea Tidak
Rabas Tidak
Epistaksis Tidak
Obstruksi Tidak
Mendengkur Tidak
20
Nyeri pada sinus Tidak
Alergi Tidak
Kardiovaskuler
Palpitasi Tidak
Murmur Tidak
Edema Tidak
Varises Tidak
Parestesia Tidak
Pernafasan
Batuk Ya
Sesak nafas Ya
Hemoptisis Tidak
Sputum Ya
Mengi Tidak
21
Gastrointestinal
Disfagia Tidak
Hematemesis Tidak
Ulkus Tidak
Nyeri Tidak
Ikterik Tidak
Diare Tidak
Konstipasi Tidak
Melena tidak
Hemoroid tidak
Perkemihan
Disuria Tidak
Menetes Tidak
Ragu-ragu Tidak
22
Dorongan Tidak
Hematuria Tidak
Poliuria Tidak
Oliguria Tidak
Nokturia TTidak
Inkontinensia Tidak
Batu Tidak
Infeksi Tidak
Muskuloskeletal
Kekakuan Tidak
Deformitas Tidak
Spasme Tidak
Kram Tidak
Protesa Tidak
23
Intoleran terhadap dingin Tidak
Goiter Tidak
Polifagia Tidak
Polidipsia Tidak
Poliuria Tidak
Kejang Tidak
Paralisis Tidak
Paresis Tidak
Tie/tremor/spasme Tidak
Paratesia Tidak
Psikososial
Cemas Tidak
Depresi Tidak
Insomnia Tidak
Menangis Tidak
Gugup Tidak
24
Takut Tidak
25
HASIL LABORATURIUM
Pemeriksaan Hasil
24-11-2019 Kesan Suspek massa paru sinistra dengan multiple lesi
noduer paru dextra DD/pneumonia, Dilatio et atheroslerosis
aortae
26
Index ADL Katz
Index Kemandirian Dalam Aktivitas Sehari-hari
Berpakaian
Mandiri : Mengambil baju dari lemari / laci, berpakaian, melepaskan
pakaian, mengancing pakaian,mengikat dan melepas ikatan
sepatu.
Tergantung : Tidak berpakaian sendiri atau dibantu sebagian
27
Ke kamar kecil
Mandiri : Ke kamar kecil, masuk dan keluar dari kamar kecil,
merapikan baju, membersihkan organ-organ ekskresi, dapat
mengatur bedpan sendiri yang digunakan hanya pada malam
hari dan dapat/ tidak dapat menggunakan alat bantu.
Tergantung : menggunakan bedpan atau pispot atau dibantu saat masuk dan
menggunakan toilet.
Berpindah
Mandiri : Berpindah ke dan dari tempat tidur/ kursi secara mandiri
( menggunakan/tidakmenggunakan alat bantu)
Tergantung : Dibantu saat berpindah ke dan dari tempat tidur/ kursi, tidak
melakukan satu atau lebih perpindahan.
Kontinensia
Mandiri : BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.
Tergantung : Inkontinensia total atau parsial pada BAB dan BAK, control total
atauparsial dengan enema, atau penggunaan urinal dan/atau bedpan
secara teratur.
Makan
Mandiri : Mengambil makanan dari piring dan memasukkannya ke
mulut, (memotong-motong daging/ikan, mengolesi roti dengan
mentega tidak dimasukkan dalam evaluasi).
Tergantung : Dibantu saat makan, tidak makan sama sekali, atau makan
parenteral.
28
BARTEL INDEX
7 Jalan di permukaan 0 5
datar
8 Naik turun tangga 5 10
9 Mengenakan pakaian 5 10
10 Kontrol bowel (BAB) 5 10 Frekuensi : 1 kali
Konsistensi : lunak
11 Control bladder 5 10 Frekuensi : 5-7 kali
(BAK) Warna : kuning
12 Olahraga/latihan 5 10 Frekuensi :
Jenis :
13 Rekreasi / 5 10 Frekuensi :
pemanfaatan waktu Jenis :
luang
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 65-125 : Ketergantungan sebagian
c. 60 : Ketergantungan total
29
SKALA DEPRESI GERIATRIK YESAVAGE
Skor 1 poin untuk tiap respon yang sesuai dengan jawaban YA atau
TIDAK setelah pertanyaan.
Skor 5 atau lebih menunjukkan adanya depresi.
30
ISAACS – WALKEY IMPAIRMENT MEASUREMENT
Hasil : 0
31
INSOMNIA RATING SCALE
No Pernyataan Jawaban
TP K SR SL
1 Kesulitan untuk memulai tidur 1
2 Tiba-tiba terbangun pada malam hari 2
3 Biasa terbangun lebih awal/dini hari 3
4 Merasa mengantuk disiang hari 2
5 Sakit kepala pada pagi/siang hari 2
6 Merasa kurang puas dengan tidur anda 2
7 Merasa kurang nyaman/gelisah saat tidur 3
8 Mendapat mimpi buruk 1
9 Badan terasa lemas, letih, kurang bertenaga setelah tidur 2
10 Jadwal jam tidur sampai terbangun tidak beraturan 2
11 Tidur selama 6 jam dalam semalam 2
Keterangan:
TP (Tidak pernah) :1
K (Kadang-kadang) :2
SR (Sering) :3
SL (Selalu) :4
32
RESIKO JATUH SKALA MORSE
Keterangan :
33
B. ANALISA DATA
Hari/Tgl.: Selasa, 26 November 2019 Inisial Klien : Tn.AH
34
DO:
Klien nampak kurus
BB klien saat ini 49 kg dengan IMT 18
kg/m2
Bising usus normal 6 x/menit
Albumin 3 gr/dl
3. DS : Domain 4:
Klien mengatakan bahwa ia kadang Aktivitas/istirahat
Kelas 1: Tidur/istirahat
terbangun pada malam hari jika batuk Kode diagnosis 00198
Klien mengatakan kurang nyaman dan
gelisah saat tidur Gangguan pola tidur
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
berlebihan
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan makan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kesulitan mempertahankan tetap
tidur
4. Resiko infeksi dengan faktor resiko: penyakit kronis
35
D. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
36
kurang dari kebutuhan tubuh Setelah dilakukan intervensi Kaji adanya alergi
berhubungan dengan 2x8jam menit, ketidakseimbangan Anjurkan klien untuk meningkatkan intake makanannya
ketidakmampuan makan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Anjurkan klien dan keluarga untuk meningkatkan protein
mengalami perubahan dengan kriteria dan vitamin C
Domain 2: Nutrisi hasil : Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Kelas 1: Makan Klien mampu makan makanan
Kode diagnosis 00002 Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
Klien tidak mengalami mual/muntah Monitoring nutrisi:
Klien mengalami peningkatan BB Berat badan klien dalam batas normal
Klien tidak mengalami dehidrasi Monitor adanya perubahan berat badan
Monitor adanya mual dan muntah
Monitor makanan kesukaan
Monitor jumlah sendok makan klien
Gangguan pola tidur Tingkat dan pola tidur Peningkatan tidur
berhubungan dengan kesulitan Setelah dilakukan tindakan Monitor pola tidur klien dan jumlah jam tidur
mempertahankan tetap tidur keperawatan selama 2x8jam menit Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
gangguan pola tidur klien mengalami Ciptakan lingkungan yang nyaman
Domain 4: Aktivitas/istirahat perubahan dengan kriteria hasil: Ajarkan klien melakukan relaksasi otot autogenik atau
Kelas 1: Tidur/istirahat Jumlah jam tidur dalam batas bentuk non farmakologi
Kode diagnosis 00198
normal Kolaborasi pemberian obat tidur
Pola tidurkualitas dalam batas
normal
37
Perasaan fresh sesudah
tidur/istirahat
Mampu mengidentifikasi hal-hal
yang meningkatkan tidur
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus berlebihan
38
Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
39
Hasil : klien mengatakan bahwa ia mengerti dan akan mempraktikkan rumah
saat ada sesak Menganjurkan/mengigatkan klien
mengingatkan untuk melakukan nebulisasi saat dirumah untuk melakukan nebulisasi di rumah
Hasil : klien mengatakan bahwa ia melakukan nebulisasi di rumah saat secara rutin
lendir terasa banyak Keluarga mampu membantu klien
menganjurkan klien dan mengingatkan keluarga terhadap klien untuk dalam meninggikan kepala dengan
meminum obat setelah klien buka puasa N-ace 200 mg/8 jam/oral bantal saat sesak kambuh
Hasil : keluarga mengerti dan akan mengingatkan klien Mengingatkan klien untuk meminum
obat yang telah diresepkan
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan makan
Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
40
memberikan informasi tentang pentingnya kebutuhan nutrisi klien mengatakan BB sebelumnya 78
Hasil :klien dan keluarga tampak mengerti tentang informasi kg dan saat ini sudah mengalami
kebutuhan nutrisi penurunan
menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering O:
Hasil : klien tampak mengerti dan akan melakukannya di rumah Klien malas makan
mengkaji makanan kesekuaan klien Bising usus klien normal 6 kali/menit
Hasil : klien menyukai makanan yang tidak terlalu keras seperti A : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
nasi yang ditambahkan sedikit kuah sayur atau kuah ikan kebutuhan tubuh belum teratasi
mengkaji jumlah sendok makan klien setiap makan P : Lanjutkan intervensi
Hasil : klien hanya menghabiskan makanan sebanyak 4-6 sendok Menganjurkan keluarga untuk
makan mendampingi klien dalam
mengkaji berat badan klien saat ini peningkatan kebutuhan nutrisi
Hasil : klien memiliki berat badan saat ini 49 kg Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering
Meningkatkan jumlah sendok
makan klien dalam menghabiskan
makanan
41
Hasil : klien mengatakan pola tidur klien Klien mengatakan sering terbangun pada malam/dini hari
terganggu jika ada batuk dan jumlah akibat batuk
jam tidur klien saat ini 4 jam dalam Klien mengatakan kurang nyaman atau gelisah pada saat
pada malam hari tidur
Memberikan informasi tentang pentingnya Klien mengatakan kadang tidur pada saat siang hari
tidur O:
Hasil : klien tampak mengerti tentang Jumlah jam tidur klien terkadang 4 jam dalam sehari
kebutuhan tidur dan pentingnya tubuh untuk A : gangguan pola tidur belum teratasi
beristirahat/tidur serta ideal jumlah jam tidur P : Lanjutkan intervensi
pada lansia atu 6 jam sehari Menganjurkan keluarga untuk menciptakan
Menganjurkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang nyaman
lingkungan yang nyaman Menganjurkan keluarga untuk memonitor pola dan
Hasil :keluarga mengerti untuk menciptakan jumlah jam tidur klien
lingkungan yang tenang Menganjurkan keluarga untuk mengingatkan klien
Mengkaji kebiasaan klien sebelum tidur tentang pentingnya beristirahat dan ideal jam tidur
Hasil : klien mengaji sebelum tidur dan ia pada lansia
merasa tenang untuk memulai tidur
42
Selasa, 26 November Pukul 16.35 Pukul 20.45
2019 Mengkaji tanda dan gejala infeksi S:
Hasil : klien mengatakan tanda dan gejala klien mengatakan telah mengenal tanda dan gejala
infeksi yaitu bersin-bersin secara infeksi seperti bersin-bersin secara berlebihan
berlebihan dan batuk yang sering O:
Menganjurkan klien dalam pemeriksaan klien dan keluarga tampak mengerti dalam penggunaan
penunjang/kultur kembali untuk penanganan APD (masker)
terhadap infeksi klien dan keluarga tampak mengerti untuk melakukan
Hasil : klien dan keluarga akan kembali perilaku hidup bersih dan sehat
mengontrol pengobatan dalam pemeriksaan A : resiko infeksi teratasi
penunjang bila perlu atau adanya rekomendasi P : Lanjutkan intervensi
dari dokter terkait klien dan keluarga mampu mempertahankan dalam
Mengajurkan klien dalam peningkatan nutrisi penggunaan APD (masker) di dalam dan di luar
dan perbanyak istirahat yang cukup rumah
Hasil :klien nampak mengerti dalam menganjurkan klien dalam membersihkan rumah dan
peningkatan nutrisi dan istirahat halam rumah atau melakukan perilaku hidup bersih
Menganjarkan pernapasan dalam dan batuk dan sehat
yang baik dan benar klien dan keluarga mampu mencegah timbulnya
Hasil : klien tampak mempraktekan napas infeksi
dalam dan batuk yang baik dan benar
Mengajarkan klien dan keluarga dalam
43
penggunaan APD (alat pelindung diri)
Hasil :klien dan keluarga nampak mengerti
dalam penggunaan APD khususnya
masker pada klien
menganjurkan klien dan mengingatkan
keluarga untuk klien meminum obat antibiotik
Hasil : keluarga mengerti dan akan
mengingatkan klien untuk minum obat
azitomisin 500 mg/24 jam/oral
44
Hasil : Klien mampu berkomunikasi dengan baik dengan mahasiswa S :
perawat serta terbuka membahas masalah kesehatannya Klien mengatakan bahwa ia masih
Mengkaji irama, frekuensi pernapasan klien batuk dan terdapat pengeluaran lendir
Hasil : Irama pernapasan klien teratur, dengan pernafasan 28 x/menit. Klien mengatakan bahwa ia masih
Mengkaji suara nafas klien merasa sesak
Hasil : suara napas klien vesikuler, tidak ada suara napas tambahan O:
Mengkaji pergerakan dada dan penggunaan otot bantu pernafasan klien nampak masih lemas
Hasil : Dada klien tampak simetris dan klien menggunakan otot bantu klien nampak sesak dengan 26
pernafasan x/menit
Menganjurkan klien untuk meminum air hangat nampak adanya penggunaan otot
Hasil : Klien tampak mengerti dan akan melakukannya di rumah bantu dada
Mengajarkan batuk efektif nampak batuk
Hasil : Klien mampu mempraktikkan setelah di contohkan sebanyak A : ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2x belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
keluarga mampu mengingatkan klien
Memberikan posisi semi fowler dan menganjurkan klien untuk untuk minum air hangat di rumah
meninggikan kepala apabila sesak keluarga mampu menemani klien
Hasil : klien mengatakan bahwa ia mengerti dan akan mempraktikkan dalam melakukan batuk efektif di
saat ada sesak rumah
mengingatkan untuk melakukan nebulisasi saat dirumah Menganjurkan/mengigatkan klien
45
Hasil : klien mengatakan bahwa ia melakukan nebulisasi di rumah saat untuk melakukan nebulisasi di rumah
lendir terasa banyak secara rutin
menganjurkan klien dan mengingatkan keluarga terhadap klien untuk Keluarga mampu membantu klien
meminum obat setelah klien buka puasa N-ace 200 mg/8 jam/oral dalam meninggikan kepala dengan
Hasil : keluarga mengerti dan akan mengingatkan klien bantal saat sesak kambuh
Mengingatkan klien untuk meminum
obat yang telah diresepkan
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan makan
Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
46
kebutuhan nutrisi kg dan saat ini sudah mengalami
menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering penurunan
Hasil : klien tampak mengerti dan akan melakukannya di rumah O:
mengkaji makanan kesekuaan klien Klien malas makan
Hasil : klien menyukai makanan yang tidak terlalu keras seperti Bising usus klien normal 6 kali/menit
nasi yang ditambahkan sedikit kuah sayur atau kuah ikan A : ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
mengkaji jumlah sendok makan klien setiap makan kebutuhan tubuh belum teratasi
Hasil : klien hanya menghabiskan makanan sebanyak 4-6 sendok P : Lanjutkan intervensi
makan Menganjurkan keluarga untuk
mengkaji berat badan klien saat ini mendampingi klien dalam
Hasil : klien memiliki berat badan saat ini 49 kg peningkatan kebutuhan nutrisi
Menganjurkan klien untuk makan
sedikit tapi sering
Meningkatkan jumlah sendok
makan klien dalam menghabiskan
makanan
47
Rabu, 27 November 2019 Pukul 22.35 Kamis, 28 November 2019
Mengkaji pola tidur dan jumlah jam tidur klien Pukul 06.30
Hasil : klien mengatakan pola tidur klien S :
terganggu jika ada batuk dan jumlah Klien mengatakan sering terbangun pada malam/dini hari
jam tidur klien saat ini 4 jam dalam akibat batuk
pada malam hari Klien mengatakan kurang nyaman atau gelisah pada saat
Memberikan informasi tentang pentingnya tidur
tidur Klien mengatakan kadang tidur pada saat siang hari
Hasil : klien tampak mengerti tentang O :
kebutuhan tidur dan pentingnya tubuh untuk Jumlah jam tidur klien terkadang 4 jam dalam sehari
beristirahat/tidur serta ideal jumlah jam tidur A : gangguan pola tidur belum teratasi
pada lansia atu 6 jam sehari P : Lanjutkan intervensi
Menganjurkan keluarga untuk menciptakan Menganjurkan keluarga untuk menciptakan
lingkungan yang nyaman lingkungan yang nyaman
Hasil :keluarga mengerti untuk menciptakan Menganjurkan keluarga untuk memonitor pola dan
lingkungan yang tenang jumlah jam tidur klien
Mengkaji kebiasaan klien sebelum tidur Menganjurkan keluarga untuk mengingatkan klien
Hasil : klien mengaji sebelum tidur dan ia tentang pentingnya beristirahat dan ideal jam tidur
merasa tenang untuk memulai tidur pada lansia
48
Resiko infeksi dengan faktor resiko: penyakit kronis
49
Hasil : klien tampak mempraktekan napas klien dan keluarga mampu mencegah timbulnya
dalam dan batuk yang baik dan benar infeksi
Mengajarkan klien dan keluarga dalam
penggunaan APD (alat pelindung diri)
Hasil :klien dan keluarga nampak mengerti
dalam penggunaan APD khususnya
masker pada klien
menganjurkan klien dan mengingatkan
keluarga untuk klien meminum obat antibiotik
Hasil : keluarga mengerti dan akan
mengingatkan klien untuk minum obat
azitomisin 500 mg/24 jam/oral
50
BAB IV
PEMBAHASAN
Tn.P usia 61 tahun di diagnosa penyakit TB relaps be infected inanisi malnutrisi. Saat
dilakukan pengkajian klien nampak lemas dan tidak menggunakan alat pelindung diri berupa
masker, begitupun dengan keluarganya yang mendampingi klien kontrol ke poli geriatri juga
tidak menggunakan masker. Padahal pentingnya penggunaan APD (alat pelindung diri)
terkhusus penggunaan masker pada klien yang sudah pernah didiagnosis TB dapat mencegah
penularan terhadap lingkungan sekitarnya.
Pengetahuan dan peran keluarga sangat penting mengenai menjaga kesehatan agar
tetap dalam kondisi yang sehat baik jasmani maupun rohaninya. Terutama keluarga dalam
hal penggunaan perlindungan pernapasan yang dapat menyaring partikel yang berukuran
submikron. Apalagi penderita sudah memasuki usia lanjut yang berisiko mengalami penyakit
kronis dikarenakan penurunan fungsi tubuh terutama pada daya ingat dan pengetahuan,
sehingga peran keluarga dalam mendampingi pasien dan kepatuhan penggunaan APD dapat
mengurangi angkapenularan yang tinggi disekitar lingkungannya. Alat perlindungan
pernapasan bila tidak dipakai bagi setiap penderita atau orang yang kontak dengan penderita,
maka akan meningkatkan resiko seseorang terinfeksi. Karena penyakit TB paru termasuk
penykit yang relatif mudah menular dari orang ke orang melalui droplet nuklei. Bila
seseorang batuk, dalam sekali batuk terdapat 3000 percikan dahak (droplet) yang
mengandung kuman yang dapat menulari orang lain disekitarnya [ CITATION Yen16 \l 1057 ] .
Pada penelitian Nurhayati (2015) komponen penggunaan masker tercatat lebih banyak masuk
dalam kategori buruk yang disebabkan oleh ketidakpatuhan penggunaan masker pada
penderita TB, tetapi disisi lain penelitian membuktikan bahwa masker menjadi salah satu cara
yang efektif untuk pencegahan TB bagi orang lain.
Hal tersebut menunjukkan bahwa peran perawat perlu melakukan asuhan keperawatan
terkait dalam memberikan edukasi kepada klien dan keluarga untuk mengurangi angka
penularan yang tinggi, dalam hal pengguanaan APD yang sangat bermanfaat bagi penderita,
keluarga maupun lingkungan sekitar penderita.
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Perawat perlu melakukan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian hingga
melakukan evaluasi terhadap intervensi keperawatan yang dilakukan serta
memberikan discharge planning atau edukasi kepada klien dan keluarga untuk
melanjutkan inervensi keperawatan di rumah secara mandiri. Perawatperlu
menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan kepada klien dan keluarga apabila di
rumah maupun di luar dalam penggunaan APD (alat pelindung diri) terkhusus dalam
penggunaan masker baik pada lansia penderita penyakit kronis (TB paru) maupun
pada keluarga dan lingkungan sekitarnya, sehingga penularan penyakit kurang untuk
terjadi.
B. Saran
Saran kepada petugas kesehatan terkhusus untuk perawat dalam pemberian
asuhan keperawatan terkait memberikan edukasi kepada pasien ataupun keluarga
tentang kondisi penyakit dan rencana pengobatan pasien. Karena peran perawat perlu
menjelaskan dalam mencegah sekresi mukus secara berlebihan semakin memburuk,
salah satu intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat adalah mengajarkan batuk
efektif dan menganjurkan kepada lansia untuk mengonsumsi air hangat serta
menganjurkan keluarga dalam pendampingan pemberian nebulisasi lansia di rumah.
Karena keluarga memiliki peran penting dalam mendukung pola hidup sehat lansia itu
sendiri.
52
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. (2012). Buku ajar asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem kardivaskuler
dan hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). United States of America: Elsevier.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nurisng Outcomes
Classification (NOC) Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elsevier.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta: EGC.
53
54