Anda di halaman 1dari 16

REFLEKSI KASUS

RUANG NEONATUS INTENSIVE CARE UNIT (NICU)

DI RS WAHIDIN SUDIROHUSODO

RAHMI SYURYANI

R014191007

CI LAHAN CI INSTITUSI

[ ] [ ]

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018
ANALISA TINDAKAN
Hari Ke-1 (14 Oktober 2019)
A. Tindakan yang dikerjakan
Tindakan yang dikerjakan adalah pemasangan infus. Pemasangan infus dilakukan
pada tanggal 14 Oktober 2019 pada saat dinas malam pertama pada By.Ny. F di kelas IIa.
Pemasangan infus ini dilakukan karena IV kateter yang sebelumnya seperti ada tanda-
tanda phlebitis yaitu kemerahan diarea insersi. Pasien masuk pada tgl 07/10/2019 dengan
dignosa Stenosis Ani susp. Hischprung disease + sepsis neonatorium +
Hiperbilirubinemia + Syndrom down.
B. Justifikasi tindakan yang dilakukan
Tindakan ini dilakukan guna mempertahankan cairan dan elektrolit klien dan sebagai
jalur masuk pemberian obat-obatan dan nutrisi parenteral kedalam tubuh klien.
C. Teori singkat tindakan
Pemasangan infus intravena (intravenous fluids infusion) adalah tindakan yang
dilakukan pada pasien yang memerlukan masukan cairan atau obat langsung ke dalam
pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set [
CITATION Mub151 \l 1057 ].
Tujuan pemasangan infus:
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit,
vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat
melalui oral.
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa.
3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah.
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan ke dalam tubuh.
5. Memonitor tekan Vena Central (CVP).
6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan
Persiapan alat:
1. APD/handscoond
2. IV kanulasi pack/abocath
3. Tourniquet kecil
4. Spoit dan T-piece ekstensi prima dengan NaCl 0,9%
5. Cairan sesuai kebutuhan
6. Spalak empuk sesuai ukuran
7. Plester untuk fiksasi
8. Kasa steril

Prosedur tindakan:
1. Secara formal mengidentifikasi pasien dan memperkenalkan diri kepada orang tua
jika ada, jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Mengidentifikasi vena yang cocok untuk kanulasi, pemilihan ukuran harus
memperhitungkan vena dista, dengan dengan kanulasi proksimalsetelah digunakan
sebelumnya.
3. Palpasi vena yang dipilih untuk memilih lurus atau tidak.
4. Dekatkan troly alat yang telah disiapkan
5. Mencuci tangan dengan tepat, lalu pakai APD/handscoond
6. Desinfeksi area insersi dengan kapas alkohol
7. Jangan meraba vena setelah di desinfeksi
8. Pastikan kanula berada pada posisi yang tepat, dukung anggotaa tubuh dengan
tangan petugas, tahan kulit dan vena sedikit kencang dan masukkan kanula pada
vena dalam satu gerakan halus disudut yang dipilih untuk kedalaman vena
9. Setelah kanula masuk cek ada darah atau tidak dengan menarik sedikit jarum
kanula, masukkan kanula perlahan-lahan hubungkan T-piece dan flush kanula
dengan NaCl 9,0% lalu periksa alirannya, ada pembengkakan, kebocoran dll.
10. Jika kanula sudah terpasang dengan tepat lakukan fiksasi untuk mengamankan
kanula, tetap pertahankan kesterilan, dan fiksasi dilakukan dengan catatan bahwa
setiap saat area insersi dapat divisualisasi.
11. Stabilkan ekstremitas dengan menggunakan papan tungkai lengan empuk/spalak
pastikan jari-jari terbuka.
12. Setelah selesai peralatan dirapikan dan dibereskan
13. Mencuci tangan dan dokumentasikan tindakan
D. Hasil tindakan
Tindakan pemasangan infus pada By. Ny. F telah selesai dilakukan sehingga
kebutuhan nutrisi dan terapi intravena pada anak dapat dilanjutkan.
E. Analisa tindakan
Secara keseluruhan pemasangan infus yang dilakukan sudah sesuai dengan teori,
hanya pada beberapa tindakan ada sedikit perbedaan seperti setelah kanula berhasil
mengenai vena sasaran dilapangan kanula tidak disambungkan langsung dengan T-piece
tetapi menggunakan spoit 1cc yang berisi cairan NaCl 0,9% untuk melihat apakah ada
bengkak, kebocoran dll, jika tidak ada masalah baru lah kanula disambungkan dengan T-
piece lalu disambungkan dengan cairan atau obat yang telah disiapkan. Selain itu diteori
masih menggunakan spalak empuk dengan catatan harus tetap bisa diobservasi secara
visual sedangkan yang ditemukan dilapangan sudah tidak menggunakan spalak.
F. Hambatan
Hambatan pemasangan infus pada bayi adalah kecilnya tangan bayi yang
menyebabkan sulit untuk menemukan vena yang akan ditusuk IV kateter. Selain itu juga
bayi sudah mendapat beberapa kali tusukan atau pemasangan sebelumnya sehingga harus
di carikan lokasi baru yang venanya masih baik untuk di pasangi infus.
G. Kesimpulan dan saran
Petugas kesehatan dalam melakukan tindakan sebaiknya menyiapkan alat dan
memastikan alat siap untuk digunakan serta menyiapkan beberapa abochat baru
kemudian ke pasien untuk melakukan pemasangan infus. Prosedur baik dilakukan saat
bayi dalam keadaan mengantuk dari pada dalam kondisi aktif untuk memudahkan
tindakan dan menghindari penusukan berkali-kali.
ANALISA TINDAKAN
Hari Ke-2 (15 Oktober 2019)

A. Tindakan yang dikerjakan


Pemberian nutrisi (enteral) melalui Oral Gastric Tube (OGT) pada By.Ny.CR
sebanyak 38 cc (ASI) yang dirawat diruang kelas IIa Nicu pasien yang masuk pada tgl
14/10/2019 rujukan dari RSUD. Takalar dengan diagnose BBLR + labiopalatoskizis +
Meningokel yang lahir pada tgl 10/10/2019.
B. Justifikasi tindakan yang dilakukan
Tindakan ini dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan status nutrisi pada
bayi/pasien
C. Teori singkat tindakan
Prinsip tindakan
1. Susu yang dapat diberikan pada bayi yaitu ASI dan formula yang secara khusus
makanan enteral
2. Sebelum memberikan susu melalui OGT memastikan kepatenan selang OGT yaitu
pastikan bahwa selang OGT masih berada di lambung dengan cara mengaspirasi isi
lambung menggunakan spoit. Apabila terlihat cairan lambung atau susu yang lama,
maka dipastikan selang masih berada pada posisi yang tepat. Juga, mengecek batas
pengukuran OGT yang telah diberikan tanda pada selang OGT. Tanda diberikan
sebagai batas selang OGT yang masuk sampai ke lambung. Pastikan tanda tersebut
tidak bergeser. Cara kedua yang dilakukan dengan mendorong udara melalui selang
OGT dengan menggunakan spoit dan mendengarkan udara tersebut dilambung bayi
menggunakan stetoskop. Apabila terdengar suara desiran udara maka posisi selang
masih berada di posisi yang tepat. Cara ketiga yaitu dengan cara memasukkan ujung
selang OGT ke dalam com yang berisi air, jika tidak ditemukan gelembung udara
maka selang masih berada di lambung namun jika terdapat gelembung udara,
kemungkinan berada pada paru-paru (Marni, 2016)
3. Residu lambung harus dicek dengan cara mengalirkan selang OGT ke dalam botol
yang disediakan di bagian samping bawah tempat tidur pasien sekitar 15-30 menit
sebelum pemberian susu formula. Apabila hanya udara atau mucus yang sedikit,
maka pemberian makanan dapat dilanjutkan sesuai rencana, namun apabila volume
residu > 20% dari jumlah minum yang diberikan sebelumnya, mengindikasikan
abnormalitas dan memerlukan evaluasi yang lebih lanjut.
4. Pengecekan residu lambung juga untuk mengetahui warna cairan lambung yang
berhubungan dengan kondisi pasien, misalnya: hitam akibat adanya perdarahan pada
lambung
5. Hindari mendorong ASI/susu formula untuk mencegah iritasi lambung. Kecepatan
yang direkomendasikan adalah pemberian dengan ketinggian sekitar 45 cm dari
abdomen dan dibiarkan mengalir sendiri sesuai dengan gaya gravitasi
6. Perhatikan interaksi susu saat masuk ke lambung bayi serta pantau kondisi bayi
Setelah melakukan beberapa prinsip pemberian nutrisi atau susu formula melalui
OGT, tindakan selanjutnya ialah memposisikan bayi dengan nyaman. Pasang spoit
yang telah disediakan pada pangkal selang OGT kemudian melepaskan pendorong
spoit dan masukkan susu sesuai dosis yang telah ditentukan. Beri sedikit tekanan
dengan pendorng spoit untuk mendorong susu melewati selang. Setelah itu lepas
kembali pendorong spuit. Biarkan susu mengalir menggunakan prinsip gravitasi
dengan meninggikan spoit sekitar 45 cm di atas abdomen bayi sampai susu habis.
Observasi kondisi bayi selama pemberian susu. Setelah susu habis, cabut spoit lalu
tutup pangkal selang OGT.
D. Hasil tindakan
Pemberian nutrisi berupa ASI sebanyak 38 cc yang di berikan pertiga jam telah berhasil
dilakukan. Sebelumnya, mahasiswa menyiapkan ASI dan memasukkan ke dalam spoit
sesuai dosis/jumlah yang diberikan dengan menggunakan spoit 50 cc. Dalam pemberian
ASI telah menerapkan prinsip-prinsip yang ada sesuai teori. Pada saat pengecekan
kepatenan selang OGT, diperoleh hasil dimana selang tetap berada pada lambung dan
tidak terdapat residu lambung saat dicek. Setelah selesai pengecekan, susu di alirkan
dengan gaya gravitasi hingga habis.
E. Analisa tindakan
Secara umum prosedur sudah dilakukan dengan benar. Pengecekan kepatenan selang
OGT sebelum pemberian ASI/Susu formula berdasarkan teori maupun jurnal yang
dipaparkan. Setelah pemberian ASI pembilasan tidak menggunakan air tetapi hanya
mendorong dengan udara saja.
F. Hambatan
Pada prosedur ini terkadang ASI tidak mau mengalir sendiri dengan gaya gravitasi
sehingga perlu di bantu dengan sedikit dorongan untuk membantu melancarkan aliran
ASI. Setelah aliran lancar, lepaskan tutup spoit dan biarkan susu mengalir dengan gaya
gravitasi.
G. Kesimpulan dan saran
Sebelum melakukan prosedur pemberian nutrisi melalui selang OGT, perlu
memastikan kepatenan selang OGT untuk menghindari cedera akibat kesalahan posisi
selang/ketidak patenan OGT.
ANALISA TINDAKAN
Hari Ke-4 (17 Oktober 2019)

A. Tindakan yang dikerjakan


Tindakan yang dikerjakan adalah Injeksi Obat antibiotic melalui Intravena pada
By.Ny. M pada tanggal 17 Oktober 2019 di kelas IIa dengan diagnose post.operasi atresia
duodenum
B. Justifikasi tindakan yang dilakukan
Injeksi obat intravena dilakukan untuk memasukkan obat antibiotic ceftazidine 75
mg/8 jam/intravena untuk kebutuhan dalam proses penyembuhan pasien.
C. Teori singkat tindakan
Salah satu rute dalam melakukan pemberian obat adalah melalui intravena. Obat-
obatan yang dimasukkan melalui intravena akan langsung masuk ke pembuluh darah
manusia sehingga lebih cepat mengenai target sasaran obat tersebut. Sebagian besar
pasien yang dirawat di rumah sakit menerima pemberian obat melalui jalur intravena.
Dalam melakukan pemberian obat melalui intravema, harus dilakukan dengan mengikuti
langkah 7 benar yang meliputi:
1. Benar pasien
2. Benar obat
3. Benar dosis
4. Benar rute
5. Benar pendokumentasi
6. Benar waktu
7. Benar informasi
Prosedur dalam pemberian obat melalui intravena secara sederhana dapat meliputi:
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengecek kembali 7 benar
3. Mencuci tangan dan mengenakan handscoen
4. Informed consent
5. Desinfeksi area tempat memasukkan obat
6. Masukkan obat secara perlahan dan pastikan tidak terdapat udara
7. Lakukan pendokumentasian jika telah selesai.
Beberapa resiko yang dapat terjadi dalam pemberian obat melalui intravena meliputi
risiko infeksi dan risiko terjadinya emboli udara. Dalam melakukan pemberian obat
melalui intravena juga perlu diperhatikan respon klien karena dalam beberapa pemberian
obat terkadanng dapat menimbulkan nyeri dan reaksi alergi terutama pada obat-obat
antibiotic sehingga perlu dilakukan test untuk uji kecocokan (skintest).

D. Hasil tindakan
Injeksi obat melalui intravena telah dilakukan pada bayi By. Ny. M. Obat yang
diinjeksikan adalah ceftazidine 75 mg/8 jam/IV.
E. Analisa tindakan
Dalam melakukan pemberian obat melalui intravena, mahasiswa terlebih dahulu
mengecek kembali 7 benar pemberian obat. Mahasiswa melakukan pengecekan 7 benar
dengan cara mengkonfirmasi kepada perawat yang bertugas, mencocokkan dengan gelang
identitas pasien, dan mengkonfirmasi kepada orang tua pasien jika saat pemberian obat
ada orang tua bayi mendamping namun sebelumnya juga telah dijelaskan oleh dokter dan
perawat diruangan. Prosedur yang dilakukan oleh mahasiswa juga telah sesuai dengan
teori. Sebelum memberikan obat, mahasiswa juga melakukan informed consent kepada
orang tua anak. Selama melakukan pemberian obat, mahasiswa memasukkan obat secara
perlahan dan selalu memperhatikan respon klien.
F. Hambatan
Dalam pelaksanaan tindakan, pemberian obat intravena harus di masukkan sepelan
mungkin karena pembuluh darah pada bayi masih sangat rentan. Oleh karena itu butuh
waktu yang lama untuk melakukan injeksi IV pada satu pasien. Terkadang bayipun
meronta dan menangis karena kesakitan terlebih lagi jika oabta yang diberikan itu
golongan antibiotic.
G. Kesimpulan dan saran
Dalam melakukan pemberian obat, mahasiswa sangat perlu memperhatikan 7
benar pemberian obat. Kemudian saat pemberian obat kita harus memasukkannya secara
perlahan untuk meminimalkan resiko cedera dan mengurangi rasa nyeri.
ANALISA TINDAKAN
Hari Ke-5 (18 Oktober 2019)

A. Tindakan yang dikerjakan


Tindakan yang dilakukan yaitu pemasangan OGT (oral gasrtik tube) pada By. Ny. F
pada tgl 15 Oktober 2019 jam 23.20 wita dengan diagnose stenosis ani susp.
Hischprung disease + sepsis neonatorium + hyperbilirubin + syndrome down tindakan
ini dilakukan karena OGT sebelumnya tercabut karena tertarik oleh tangan pasien.
B. Jastifikasi tinndakan yang dilakukan
Pemasangan orogastri tube dapat memudahkan pemberian nutrisi pada bayi sehingga
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayi selama perawatan. Selain itu OGT dapat
sebagai jalur memasukkan obat, redehidrasi dan dekompresi. Pemasangan OGT ini
dilakukan karena bayi menarik selang OGT tersebut hingga terlepas.
C. Teori singkat tindakan
 OGT (oral gasrtik tube) merupakan tindakan pemasangan selang dari rongga
mulut sampai kelambung/gaster pada bayi atau anak. OGT ini dapat digunakan
Untuk review menyusui, atau pemberian obat-obatan, mengeluarkan/aspirasi
cairan lambung atau drainase gravitasi
1. Indikasi
 Pemberian makan/nutrisi (bayi premature, penyekait kritis, cacat anatomi)
 Adminitrasi obat-obatan
 Evakuasi isi perut
2. Kontra indikasi
 Dugaan adanya fraktur tenggorok basilar
 Trauma maksilofasial
3. Persiapan alat
- Selang OGT sesuai ukuran
- Pelumas yang larut dalam air jika perlu
- Spidol atau pita penanda
- Handscoond
- Strip pH
- Spoit sesuai ukuran selang yang d9igunakan
- Plester
- Stetoskop
- Tissue
- Bengkok
4. Prosedur pelaksanaan
1. Mencuci tangan, beri salam terapiutik lalu perkenalkan diri
2. Validasi identitas pasien (nama, tgl lahir, RM)
3. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
4. Pastikan bahwa tanda-tanda vital dan indicator oksigen yang memadai dan
monitor ventilasi
5. Atur pasien bayi dengan posisi terlentang, jika diindikasikan minta teman
untuk membantu menjaga pergerakan bayi selama prosedur
6. Bersihkan area sekitar mulut dengan tissue
7. Pasang stetoskop pada telinga
8. Gunakan sarung tangan steril
9. Mengukur selang dari ujung hidung kedaun telinga, kemudian dari daun
telinga ketitik tengah antara xipoid dan umbilicus. Beri tanda pada titik dengan
spidol/pita penanda
10. Lumasi ujung selang dengan pelumas yang larut dalam air
11. Masukan selang di mulut diatas lidah.
12. Masukkan selang jika terasa agak tertahan putarlah selang dan jangan
dipaksakan untuk masuk
13. Lanjutkan memasang sampai nasoparing, sampai pada batas yang diberi
penanda
14. Jangan memaksakan selang untuk masuk jika ada hambatan atau pasien
tersedak, sianosis, hentikan mendorong selang. Periksa posisi selang
dibelakang tenggorokan dengan menggunakan tongue spatel dan senter
15. Jika telah selesai memasang OGT, periksa letak selang dengan :
a. Memasang spoit di ujung OGT memasang stetoskop pada bagisn diafragma
pada perut kuadran kiri atas kemudian suntikkan 1-5 cc udara bersamaan
dengan auskultasi abdomen
b. Aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan cairan lambung
c. Aspirasi ke strip pH, seharusnya pH ≤6 untuk konfirmasi penempatan yang
sesuai (selang sudah berada pada posisi yang tepat)
d. Viksasi selang OGT dengan plester hindari penekanan pada hidung
16. Evaluasi setelah terpasang OGT
17. Rapikan alat-alat, mencuci tangan dan dokumentasikan hasil tindakan pada
catatan perawat.
D. Hasil tindakan
Perawat mempersiapkan alat seperti selang ogt ukuran 8, sarung tangan, spoit 5 cc,
dan plester. Setelah itu memcuci tangan dan mendekatkan alat ke pasien serta
menggunakan sarung tangan. Selanjutnya menempelkan plester ke dagu pasien.
Kemudian mengukur panjang selang dari hidung ke daun telinga bawah ke ujung
prosesus xipoideus. Lalu menandai panjang selang yang telah diukur. Setelah itu
memasukkan selang ke dalam mulut sambil mengobservasi respon pasien. Setelah
selang masuk sesuai yang telah ditandai tadi, perawat mengecek posisi selang dengan
cara mengauskultasi pada bagian lambung dengan menggunakan spuit 5cc dan
mendorong sekitar 1-2 cc udara ke dalam selang. Apabila terdengar suara insuflasi
udara ( whoosh test) maka selang sudah berada pada posisi yang tepat. Lalu fiksasi
selang pada dagu pasien. Bersihkan alat, cuci tangan dan dokumentasikan.
E. Analisa tindakan
Secara umum prosedur sudah dilakukan dengan benar. Namun terdapat beberapa
perbedaan. Misalnya pada saat selang dimasukkan menurut teori menggunakan
pelumas yang larut dalam air dan pengecekan ketepatan posisi dilakukan oleh 2 orang,
pada prakteknya pemasangan tidak menggunakan pelumas dan perawat yang
melakukan pemasangan hanya sendiri. Selain itu pada teori juga dikatakan di cek
dengan menggunakan strip pH untuk lebih memastikan ketepatan posisi selang dan
terakhir dengan pengecekan menggunakan X-ray. Namun pada prakteknya yang selalu
dilakukan untuk pengecekan kepatenan posisi selang hanya dengan menyuntikkan
udara melalui selang dan mendengarkannya menggunakan stetoskop.
F. Hambatan
Pada prosedur ini saat pertama selang dimasukkan bayi batuk itu menandakan bahwa
selang berada disaluran pernapasan sehingga petugas menarik kembali selang
kemudian mengulang kembali memasukkan selang dan untuk yang kedua ini petugas
berhasil memasukkan selang sampai pada lambung tanpa ada hambatan.
G. Kesimpulan dan saran
Pemasangan OGT dapat bertujuan unuk jalur pemberian nutrisi, dekompresi dan lain-
lain. Dalam pelaksanaanya perlu diperhatikan teknik dalam mengecek apakah posisi
selang sudah tepat dengan tentunya menggunakan evidence based practice. Metode
auskultasi dengan mendorong 1-5 cc udara pada beberapa jurnal dianggap kurang
reliable sementara banyak rumah sakit yang masih menerapkan teknik ini dan
didukung pula pada beberapa artikel.
Diharapkan setiap petugas kesehatan senanti asa harus mampu mengetahui bunyi
udara yang dimasukkan ke lambung setelah OGT dipasang. Selain itu pengecekan
kepatenan OGT juga perlu dilakukan setiap sebelum memberikan nutrisi.
ANALISA TINDAKAN
Hari ke-6 (19 Oktober 2019)

A. Tindakan yang Dikerjakan


Oral Hygiene pada By. Ny. R di ruang IIa Neonatal Intensive Care Unit
(NICU) dengan diagnose NEC (necrositing antero colitis) pasien rujukan dari
RSUD. Sawerigading Maros.
B. Justifikasi Tindakan Dilakukan
Prosedur ini sangat diperlukan untuk menjaga kebersihan mulut, mencegah
risiko infeksi, dan meningkatkan kenyamanan pada bayi.
C. Teori Singkat Tindakan
Grady (2015) menjelaskan kebersihan mulut adalah aspek mendasar dari
asuhan keperawatan dan secara signifikan mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan individu. Dalam pediatri, kebersihan mulut sangat penting untuk
pengembangan gigi yang sehat dan untuk meminimalkan risiko infeksi. Kebersihan
mulut yang buruk dan adanya peningkatan plak gigi yang meningkat, dikaitkan
dengan peningkatan kolonasi bakteri orofaring dan risiko pneumonia terkait
ventilator yang lebih tinggi (VAP).
Persiapkan alat, dekatkan alat ke pasien. Cuci tangan dan gunakan sarung
tangan. Siapkan cairan yang ingin digunakan seperti larutan normal salin. Inspeksi
kondisi mulut bayi. Ambil kassa yang sudah dilembabkan dalam larutan normal
salin dan gulung pada salah satu jari tangan. Lalu bersihkan dengan lembut pada
gusi dan mukosa. Ulangi sesuai dengan kebutuhan. Setelah bersih, rapikan alat,
lepaskan sarung tangan dan cuci tangan. Catat hal-hal yang ditemukan saat
prosedur misalnya adanya perdarahan, mukosa kering, dll. Prosedur ini dapat sering
dilakukan yang diperlukan untuk melembabkan dan menyegarkan mulut [ CITATION
Jea15 \l 1033 ]
D. Hasil Tindakan
Perawat mempersiapkan alat yaitu kassa, kom kecil, larutan normal salin
dan bengkok. Kemudian mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan. Setelah
itu menginspeksi mulut bayi untuk melihat apakah ada secret atau tidak dan menilai
kondisi mulutnya. Selanjutnya mengambil kassa dan melembabkan dengan larutan
normal salin lalu menggulungkan ke salah satu jari tangan dan mulai membersihkan
dengan lembut gusi dan mulut sekitar yang kurang bersih. Setelah itu merapikan
alat, melepaskan sarung tangan, lalu mencuci tangan dan mendokumentasikan
tindakan.

E. Analisa Tindakan

Secara umum prosedur yang dilakukan sudah sama dengan teori. Hal-hal yang

perlu diperhatika ke depannya adalah bagaimana cara mengkaji kondisi mulut


sebelum mulai membersihkan. Johnstone, Spence, & McLain (2010)
mengemukakan cara melakukan pengkajian oral dengan teknik “BRUSHED teeth”
oral assessment.
Jadi perlu mengkaji apakah ada perdarahan, bagaimana kondisi gusi, lidah
apakah ada kemerahan. Apakah ada ulserasi jika ada berapa luas, bentuk, jumlah,
dan lokasi, bagaimana kondisi saliva, apakah normal atau ada hipersekresi atau
hiposekresi, apakah ada bau. Jika pasien menggunakan ETT, bagaimana kondisi
ETT nya, lalu inspeksi adanya debris seperti plak, sariwan atau partikel asing.
F. Hambatan
Pada prosedur ini tidak memiliki hambatan dan prosedur berjalan dengan
lancar.
G. Kesimpulan dan Saran
Oral hygene harus selalu dilakukan dalam menunjang kebersihan mulut
bayi sehingga resiko infeksi dapat diminimalisir serta menigkatkan kenyamanan
mulut bayi. Tetap mempertahankan tindakan ini dan dilakukan sesering mungkin
agar kondisi mulut bayi menjadi lebih nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Academia.edu. Standard an SOP Pemasangan OGT di Mensi Ruang kebidanan.


https://www.academia.edu. Tanggal 16 oktober 2019 jam 22.55 wita.
Alhamda, S., & Sriani, Y. (2014). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM). Jakarta:
Deepublish.
Cincinati Children’s Hospital Medical Center, (2011), Best evidence statement (BESt)
confirmation of nasogastric/orogastric (NGT?OGT) placement, retrieved from
hhttp://www.guideline.gov/conten.aspx?id=35117&search=nasogastric.
Cloherty, J., Eichenwald, E., & Stark, A. (2010). Manual of neonatal care. USA:
Lippincott Williams & Wilkins.
Doyley, et al. (2014). Clinical procedure s for safer patient care. Canada: B.C. Open
Textbook Project
Grady, J. (2015). Nursing procedure: Oral hygiene for the highly dependent or critically
III infant or child. Retrieved from NHS Greater Glasgow and Clyde:
http://www.clinicalguidelines.scot.nhs.uk/PICU%20HDU%20guidelines/YOR-
PICU-059%20Oral%20hygiene%20Nursing%20Procedure%20Nov%202013.pdf
Kemenkes. (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Retrieved from
http://gizi.depkes.go.id/wpcontent/uploads/2011/11/buku-sk antropometri-
2010.pdf
Marni. (2018). Asuhan Keperawatan Anak pada Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga

Royal Conwall Hospital. (2013). Clinical guideline for the care of a neonate, child, or
young person requiring a naso/orogastric tube. Retrieved Oktober 2017, from
Royal Conwall Hospital: https://doclibrary-
rcht.cornwall.nhs.uk/DocumentsLibrary/RoyalCornwallHospitalsTrust/Clinical/Ne
onatal/NasoOrogastricTubeGuidelineForTheCareOfNeonateChildOrYoungPersonR
equiring.pdf
The children’s hospital at wastmeand. (2017). Insertion and management of peripheral
cannulae in neonates-GCNC-CHW. K;/CHWP&P/ePolicy/Apr 17/oos/instrn mgmt
of Peripheral IV Cannulae in GNCN.docx
Wong, D. L. (2008). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai