Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN TOTAL AV BLOK (TAVB)

DI RUANG INTENSIVE CORINARY CARE UNIT (ICCU)

Stase : Keperawatan Gawat Darurat

Di Susun Oleh :

Rida Yuliana P1908121

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA

SAMARINDA

2020
A. DIFINISI
Gangguan konduksi jantung adalah ganguan yang terjadi pada jaringan konduksi
(jalur listrik) jantung sehingga listrik jantung tidak berjalan lancar atau terhenti ditengah
jalan. (Budi Yuli, 2009).
AV Blok merupakan salah satu kondisi gangguan konduksi jantung yang terjadi
bila jalur SA Node ke AV Node (yang membentuk interval PR pada EKG) terhambat,
maka Interval PR menjadi lebih panjang. Ibarat jalan tol macet, maka jarak tempuh ke
tempat tujuan menjadi lebih lama. AV Blok dibagi menjadi 3 derajat sesuai tengan
tingkat keparahan. (Lippincot, William, 2011)
Total AV blok merupakan keadaan darurat jantung yang membutuhkan
penanganan segera. Blok biasanya berkembang dari blok derajat I dan II, tetapi total AV
blok dapat juga terjadi tanpa blok parsial sebelumnya atau interval PR yang bisa normal
segera setelah terjadi periode blok total. Letak blok total sering diperkirakan dengan lebar
kompleks QRS dan kecepatan ventrikel. Jika terjadi distal dari His Bundle kompleks
QRS biasanya melebar dan kecepatan ventrikel biasanya > 50x/ menit.(Hidayat, 2010 ).

B. ETIOLOGI
AV Blok sering terjadi dari kelanjutan fase buruk dari :
1. Iskemia jantung
2. Infark jantung
3. Gagal jantung kongestif
4. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi).
5. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
6. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti
aritmia lainnya.
7. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
8. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung.
9. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
10. Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).
11. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
12. Gangguan irama jantung akibat gagal jantung.
13. Gangguan irama jantung karena karmiopati atau tumor jantung.
14. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system konduksi
jantung).
Yang akhirnya menghambat konduksi implus dari SA node ke AV node.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. AV blok sering menyebabkan bradikardia, meskipun lebih jarangdibandingkan
dengan kelainan fungsi nodus SA.
2. Seperti gejala bradikardia yaitu pusing, lemas, sinkop, dan dapat menyebabkan
kematian mendadak.
3. AV blok drajat I
a) Sulit dideteksi secara klinis
b) Bunyi jantung pertama bisa lemah
c) Gambar EKG : PR yang memanjang lebih dari 0,2 detik
4. AV blok drajat II
a) Denyut jantung < 40x/menit
b) Pada Mobitz I tampak ada pemanjangan interval PR hingga kompleks QRS
menghilang
c) Pada Mobitz pada II merupakan aritmiayang lebih serius karena lebih sering
menyebabkan kompleks QRS menghilang. Penderita blok Mobitz pada II
sering menderita penurunan curaj jantung dn akan memerlukan atropine dlam
dosis yang telah disebutkan sebelumnya.
5. AV blok drajat III (komplit)
a) Atrium yang berdenyut terpisah dari ventrikel, kadng-kadang kontraksi saat
katup tricuspid sedang menutup.
Darah tidak bisa keluar dri atrium dan malah terdoring kembali ke vena leher,
sehingga denyut tekanan vena jugularis (JVP) Nampak jelas seperti
gelombang ;;meriam (cannon)’’
b) Tampak tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti hipotensi dan perfusi
serebrum yang buruk.
Cara membaca gelombang EKG :
No GELOMBANG GAMBARAN NORMAL
1 Gelombang P Depolarisasi atrium < 0.12s dn 0.3 mV
2 QRS kompleks Waktu depolarisasi 0.06 – 0.12 s
ventrikel Gel. Q = < 0.04 s & < 1/3R
3 Gelombang T Repolarisasi
4 Segmen ST Akhir depolarisasi Isoelektris
Ventrikel awal
Repolarisasi ventrikel
5 PR Interval Awal depolarisasi atrium – 0.12 – 0.20 s
awal depolarisasi ventrikel
6 QT Interval Awal depolarisasi ventrikel 0.38 – 0.42 s
– akhir repolarisasi ventrikel

Menghitung HR :
Metode Cara menghitung
KOTAK BESAR 300 / ?? KITAK BESAR R - R
KOTAK KECIL 1500 / ?? KOTAK KECIL R - R
IRAMA IREGULASI ?? QRS X 10 SELAMA 6 DETIK

D. PATHOFISIOLOGI
Blok jantung adalah pelambatan atau pemutusan hantaran impuls antar atrium dan
ventrikel. Implus jantung biasanyamenyebar mula dari nodus sinus, mengikuti jalur
internodalmenuju nodus AV dan ventrikel dalam 0,20 detik (interval PR noemal);
depolarisasi ventrikel terjadi dalam waktu 0,10 detik (lama QRS komlek). Terdapat tiga
bentuk blok jantung yang berturut-turut makin progresif. Pada blok jantung derajat
derajat satu semua implus dihantarkan melalui sambungan AV, tetapi waktu hantaran
memanjang.
Pad blok jantung derajat dua, sebagai inplus dihantarkan ke ventrikel tetapi
beberapa inplus lainya dihambat. Terdapat dua jenis blok jantung drajat dua, yaitu
wnckebach (mobitz I ) ditandai dengan siklus berulang waktu penghantaran AV ang
memanjang progresif, yang mencapai puncaknya bila denyut tidak dihantarkan. Jenis
kedua (mobitz II ) meripakan penghantar sebagai implus dengan waktu hantaran AV
yang tetap dan implus yang laintidak dihantarkan.
Pada blik jantung drajat tiga, tidak ada implus yang dihantarkan ke ventrikel,
terjadi henti jantung, kecuali bila escape pacemaker dari ventrikel ataupun sambungan
atrioventrikuler mulai berfungsi. Blok berkas cabangadalah terputusnya hantaran berkas
cabang yang memperpanjang waktu depolarisasi hingga lebih dari.
Hipoksia miokard
E. PATHWAY ↓
Metabolisme anaerob
Gangguan endotel pembuluh darah ↓
Etiologi dan Faktor ↓ Asam laktat, piruvat, ion H+ me>>
risiko: Endotel mengekskresikan: VCAM, MCF, MSCF (radikal bebas) Spasme pembuluh darah ↓
Yg dapat dicegah: ↓ ↓ Elektrolit Inbalance
1. DM Monosit bergerak dan menempel ke endotel Suplai oksigen ke jaringan otot jantung me<< ↓
2. Hipertensi ↓  VCAM + MCF Menghambat pompa ion Na+ K+

3. Hiperlipidemia Monosit menembus lapisan endotel ↓
↓ Gangguan aliran koronari
4. Life style Na+ di intrasel me >>
Masuk ke intima area ↓

Yg tdk dpt dicegah: ↓  MSCF Kerusakan miokard
K+ di ekstrasel me>>
1. Usia Monosit berubah menjadi macrofag (Ischemic jaringan otot jantung) ↓
2. Laki-laki ↓ Syok ↓ Potensial membran terganggu
3. Genetik Macrofag memfagositosit lemak mjd foam cell kardiogenik Nekrosis
↓ ↓ Aritmia

Foam cell mensekresi IL-1 Indikasi ↓
↓ IMA
pemasangan Bradi aritmia
Sel otot polos berploriferasi ↓
IABP Sistem konduksi jantung terganggu
↓ Pemasangan Pace
Dinding arteri menebal ↓  parasimpatis Maker
↓ (temporer atau
arteriosklerosis Otomatisitas dan ritmisitas terganggu permanen)
↓ ↓
Tindakan invasif
Simpul sinus (pemacu jantung utama) terganggu dan pemasangan
↓ jangka panjang

Potensial aksi melalui atrium kanan dan kiri MK:
menuju simpul AV terganggu Risiko infeksi
Hipertermi
↓ Kurang
AV Blok Total pengetahuan

↓ PK: Aritmia
Tidak ada gelombang P yang diteruskan

Simpul AV gagal memicu jantung

Terjadi irama lolos ventrikuler

Kontraksi otot-otot ventrikel me<<

EF me <<

Volume curah jantung me <<

Sistole ventrikuler me<<

Volume darah di ventrikel kanan me>>

Volume darah di atrium kanan me>>

Gangguan hemodinamik

Pemberian dopamine,
Monitor vena pressure di Pemberian balans cairan:
dobutamin
ventrikel kanan excess
Pemberian Lasix (bila ↓
↓ ↓
CVP>15 mmHg) Reseptor β di jantung
Pemasangan CVP Venous return adekuat
↓ terstimulasi ↓
↓ ↓
Ekskresi cairan dan Suplai darah di vena cava
Mempertahankan vena Inotrop positif aktif supp dan inf me>>
elektrolit me>>
pressure >12 mmHg ↓ ↓

↓ Kontraktilitas jantung me>> Curah jantung me>>
Beban jantung me<<
MK: ↓
Gangguan keseimbangan Curah jantung me>>

cairan dan elektrolit
Suplay O2 untuk jaringan
Risiko infeksi
yang luka (iskemik) adekuat
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup
4. Skan pencitraan miokardia : Dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard
yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : Dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit: Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

G. KOMPLIKASI
1. Pasien biasanya dapat pulih kesadarannya selama prosedur  dilakukan, dan timbul
nyeri dada. Jika hal ini terjadi menandakan  bahwa prosedur telah menyebabkan
iskemia dan ahli jantung  sebaiknya menunda prosedur;
2. Perdarahan padda tempat insersi pada selangkangan seringkali  muncul dan hal ini
juga bisa disebabkan oleh pemakaian obat anti platelet. Bahkan pada beberapa kasus
hal ini dapat menyebabkan terjadinya hematom
3. Reaksi alergi terhadap kontras juga mungkin terjad
4. Penurunan fungsi ginjal juga dapat terjadi pada pasien yang  memang mempunyai
riwayat penyakit ginjal
5.  Resiko paling parah yang mungkin tertjadi adalah kematian, stroke ,infark miokard,
dan diseksi aorta
6. Resiko kematian meningkat pada pasien yang memang memiliki  resiko tinggi,
seperti pada :
a. Pasien usia > 75 tahun
b. Pasien dengan riwayat ginjal dan diabetes
c. Wanita
d. Pasien dengan penurunan pungsi pompa jantung
e. Pasien dengan penyakit jantung parah dan blockade.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1: sodium channel blocker
1) Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.

Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi.

Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

2) Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT

3) Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)


Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan
hipertensi
c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation) Amiodarone, indikasi VT, SVT
berulang
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) Verapamil, indikasi supraventrikular
aritmia

2. Terapi mekanis
a. Kardioversi
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang
memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Pasien dalam
keadaan sadar dan diminta persetujuannya.
b. Defibrilasi
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat. Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi ventrikel apabila tidak ada irama
jantung yang terorganisasi. Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap semua
sel miokard sekaligus, sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali
fungsinya sebagai pacemaker.
c. Defibrilator kardioverter implantable
Adalah suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takiakrdia ventrikel
yang mengancam jiwa atau pada pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami
fibrilasi ventrikel.
d. Terapi pacemaker
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke
otot jantung untuk mengontrol frekwensi jantung. Alat ini memulai dan
memeprtahankan frekwensi jantung kerika pacemaker alamiah jantung tak mampu
lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien mengalami
gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang mengakibatkan kegagalan
curah jantung.

e. Pembedahan hantaran jantung


Takikardian atrium dan ventrikel yang tidak berespons terhadap pengobatan dan
tidak sesuai untuk cetusan anti takikardia dapat ditangani dengan metode selain obat
dan pacemaker. Metode tersebut mencakup isolasi endokardial, reseksi endokardial,
krioablasi, ablasi listrik dan ablasi frekwensi radio. Isolasi endokardial dilakukan
dengan membuat irisan ke dalam endokardium, memisahkannya dari area
endokardium tempat dimana terjadi disritmia. Batas irisan kemudian dijahit kembali.
Irisan dan jaringan parut yang ditimbulkan akan mencegah disritmia mempengaruhi
seluruh jantung.
Pada reseksi endokardial, sumber disritmia diidentifikasi dan daerah endokardium
tersebut dikelupas. Tidak perlu dilakukan rekonstruksi atau perbaikan.
Krioablasi dilakukan dengan meletakkkan alat khusus, yang didinginkan sampai
suhu -60ºC (-76ºF), pada endokardium di tempat asal disritmia selama 2 menit.
Daerah yang membeku akan menjadi jaringan parut kecil dan sumber disritmia dapat
dihilangkan. Pada ablasi listrik sebuah kateter dimasukkan pada atau dekat sumber
disritmia dan satu sampai lima syok sebesar 100 sampai 300 joule diberikan melalui
kateter langsung ke endokardium dan jaringan sekitarnya. Jaringan jantung menjadi
terbakar dan menjadi parut, sehingga menghilangkan sumber disritmia.
Ablasi frekwensi radio dilakukan dengan memasang kateter khusus pada atau dekat
asal disritmia. Gelombang suara frekwensi tinggi kemudian disalurkan melalui
kateter tersebut, untuk menghancurkan jaringan disritmik. Kerusakan jaringan yang
ditimbulkan lebih spesifik yaitu hanya pada jaringan disritmik saja disertai trauma
kecil pada jaringan sekitarnya dan bukan trauma luas seperti pada krioablasi atau
ablasi listrik.

I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian primer :
1. Airway
a. Apakah ada peningkatan sekret
b. Adakah suara nafas : krekels
2. Breathing
a. Adakah distress pernafasan
b. Adakah hipoksemia berat
c. Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas
d. Apakah ada bunyi whezing
3. Circulation
a. Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran
b. Apakah ada takikardi
c. Apakah ada takipnoe
d. Apakah haluaran urin menurun
e. Apakah terjadi penurunan TD
f. Bagaimana kapilery refill
g. Apakah ada sianosis
Pengkajian sekunder :
1. Riwayat penyakit
a. Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
b. Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi
c. Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
d. Kondisi psikososial

J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Aktivitas : kelelahan umum
2. Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit
warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran
urin menruun bila curah jantung menurun berat.
3. Integritas ego: perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah,
gelisah, menangis.
4. Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan,
mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
5. Neurosensori: pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
6. Nyeri/ketidaknyamanan: nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak
dengan obat antiangina, gelisah
7. Pernafasan: Penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi)
mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8. Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi,
dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup.
2. Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan,
asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli.
3. Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, ketidakmampuan memenuhi
metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal yang menimbulkan hipoksinia,
dyspneu dan status nutrisi yang buruk selama sakit.
4. Resiko infeksi b/d Tidak adekuat pertahanan sekunder.

B. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o

1 Penurunan curah jantung b/d NOC : NIC :


respon fisiologis otot
jantung, peningkatan  Cardiac Pump Cardiac Care
effectiveness  Evaluasi adanya nyeri
frekuensi, dilatasi, hipertrofi dada
 Circulation Status
atau peningkatan isi ( intensitas,lokasi,
 Vital Sign Status
sekuncup durasi)
Kriteria Hasil:  Catat adanya
disritmia jantung
 Tan  Catat adanya tanda
da Vital dalam dan gejala penurunan
rentang normal cardiac putput
(Tekanan darah,  Monitor status
Nadi, respirasi) kardiovaskuler
 Dap  Monitor status
at mentoleransi pernafasan yang
aktivitas, tidak ada menandakan gagal
kelelahan jantung
 Tid  Monitor abdomen
ak ada edema paru, sebagai indicator
perifer, dan tidak ada penurunan perfusi
asites  Monitor balance
 Tid cairan
ak ada penurunan  Monitor adanya
kesadaran perubahan tekanan
darah
 Monitor respon
pasien terhadap efek
pengobatan
antiaritmia
 Atur periode latihan
dan istirahat untuk
menghindari
kelelahan
 Monitor toleransi
aktivitas pasien
 Monitor adanya
dyspneu, fatigue,
tekipneu dan
ortopneu
 Anjurkan untuk
menurunkan stress

Vital Sign Monitoring

 Monitor TD, nadi,


suhu, dan RR
 Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
 Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari
nadi
 Monitor adanya
pulsus paradoksus
 Monitor adanya
pulsus alterans
 Monitor jumlah dan
irama jantung
 Monitor bunyi
jantung
 Monitor frekuensi
dan irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola
pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
 Monitor sianosis
perifer
 Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign

2 Perfusi jaringan tidak efektif NOC : NIC :


b/d menurunnya curah Peripheral Sensation
jantung, hipoksemia  Circu Management
lation status (Manajemen sensasi
jaringan, asidosis dan  Tissu perifer)
kemungkinan thrombus atau e Prefusion : cerebral  Monitor adanya
emboli Kriteria Hasil : daerah tertentu yang
hanya peka terhadap
Definisi : a. m panas/dingin/tajam/tu
endemonstrasikan mpul
Penurunan pemberian status sirkulasi yang  Monitor adanya
oksigen dalam kegagalan ditandai dengan : paretese
memberi makan jaringan  Tekanan systole  Instruksikan keluarga
pada tingkat kapiler dandiastole dalam untuk mengobservasi
Batasan karakteristik : rentang yang kulit jika ada lsi atau
diharapkan laserasi
- Renal  Tidak ada  Gunakan sarun
- Perubahan tekanan ortostatikhiperten tangan untuk proteksi
darah di luar batas si  Batasi gerakan pada
parameter  Tidak ada tanda kepala, leher dan
- Hematuria tanda peningkatan punggung
- Oliguri/anuria tekanan  Monitor kemampuan
- Elevasi/penurunan intrakranial (tidak BAB
BUN/rasio kreatinin lebih dari 15  Kolaborasi pemberian
- Gastro Intestinal mmHg) analgetik
- Secara usus hipoaktif b. m  Monitor adanya
atau tidak ada endemonstrasikan tromboplebitis
- Nausea kemampuan kognitif  Diskusikan menganai
- Distensi abdomen yang ditandai dengan: penyebab perubahan
- Nyeri abdomen atau  berkomunikasi sensasi
tidak terasa lunak dengan jelas dan
(tenderness) sesuai dengan
- Peripheral kemampuan
- Edema  menunjukkan
- Tanda Homan positif perhatian,
- Perubahan konsentrasi dan
karakteristik kulit orientasi
(rambut, kuku,  memproses
air/kelembaban) informasi
- Denyut nadi lemah  membuat
atau tidak ada keputusan dengan
- Diskolorisasi kulit benar
- Perubahan suhu kulit c. m
- Perubahan sensasi enunjukkan fungsi
- Kebiru-biruan sensori motori cranial
- Perubahan tekanan yang utuh : tingkat
darah di ekstremitas kesadaran mambaik,
- Bruit tidak ada gerakan
- Terlambat sembuh gerakan involunter
- Pulsasi arterial
berkurang
- Warna kulit pucat
pada elevasi, warna
tidak kembali pada
penurunan kaki
- Cerebral
- Abnormalitas bicara
- Kelemahan
ekstremitas atau
paralis
- Perubahan status
mental
- Perubahan pada
respon motorik
- Perubahan reaksi
pupil
- Kesulitan untuk
menelan
- Perubahan kebiasaan
- Kardiopulmonar
- Perubahan frekuensi
respirasi di luar batas
parameter
- Penggunaan otot
pernafasan tambahan
- Balikkan kapiler > 3
detik (Capillary
refill)
- Abnormal gas darah
arteri
- Perasaan
”Impending Doom”
(Takdir terancam)
- Bronkospasme
- Dyspnea
- Aritmia
- Hidung kemerahan
- Retraksi dada
- Nyeri dada

Faktor-faktor yang
berhubungan :
- Hipovolemia
- Hipervolemia
- Aliran arteri terputus
- Exchange problems
- Aliran vena terputus
- Hipoventilasi
- Reduksi mekanik
pada vena dan atau
aliran darah arteri
- Kerusakan transport
oksigen melalui
alveolar dan atau
membran kapiler
- Tidak sebanding
antara ventilasi
dengan aliran darah
- Keracunan enzim
- Perubahan
afinitas/ikatan O2
dengan Hb
- Penurunan
konsentrasi Hb
dalam darah

3 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :


curah jantung yang rendah, Energy Management
ketidakmampuan memenuhi  Energy  Observasi adanya
conservation pembatasan klien
metabolisme otot rangka,  Self Care : ADLs dalam melakukan
kongesti pulmonal yang Kriteria Hasil : aktivitas
menimbulkan hipoksinia,
dyspneu dan status nutrisi  Berpartisipasi  Dorong anal untuk
yang buruk selama sakit dalam aktivitas fisik mengungkapkan
tanpa disertai perasaan terhadap
Intoleransi aktivitas b/d peningkatan keterbatasan
fatigue tekanan darah, nadi  Kaji adanya factor
dan RR yang menyebabkan
Definisi : Ketidakcukupan  Mampu melakukan kelelahan
energu secara fisiologis aktivitas sehari hari  Monitor nutrisi dan
maupun psikologis untuk (ADLs) secara sumber energi
mandiri tangadekuat
meneruskan atau
 Monitor pasien akan
menyelesaikan aktifitas adanya kelelahan
yang diminta atau aktifitas fisik dan emosi secara
sehari hari. berlebihan
 Monitor respon
Batasan karakteristik : kardivaskuler
terhadap aktivitas
a. melaporkan secara  Monitor pola tidur
verbal adanya kelelahan dan lamanya
atau kelemahan. tidur/istirahat pasien
b. Respon abnormal dari
tekanan darah atau nadi
terhadap aktifitas Activity Therapy
c. Perubahan EKG yang  Kolaborasikan
menunjukkan aritmia dengan Tenaga
atau iskemia Rehabilitasi Medik
d. Adanya dyspneu atau dalammerencanakan
ketidaknyamanan saat progran terapi yang
beraktivitas. tepat.
 Bantu klien untuk
Faktor factor yang mengidentifikasi
berhubungan : aktivitas yang mampu
dilakukan
- Tirah Baring atau
 Bantu untuk memilih
imobilisasi
aktivitas konsisten
- Kelemahan
yangsesuai dengan
menyeluruh
kemampuan fisik,
- Ketidakseimbangan
psikologi dan social
antara suplei oksigen
 Bantu untuk
dengan kebutuhan
mengidentifikasi dan
- Gaya hidup yang
mendapatkan sumber
dipertahankan.
yang diperlukan
untuk aktivitas yang
diinginkan
 Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda,
krek
 Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
 Bantu
pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
 Monitor respon fisik,
emoi, social dan
spiritual

4 Resiko infeksi b/d Tidak NOC : NIC :


adekuat pertahanan Infection
sekunder  Risk control
Control
Definisi : Peningkatan (Kontrol
Kriteria Hasil :
resiko masuknya organisme
infeksi)
patogen  Klien bebas
dari tanda dan gejala  Bersihkan
Faktor-faktor resiko : infeksi lingkungan setelah
- Prosedur Infasif  Menunjukka dipakai pasien lain
- Ketidak cukupan n kemampuan untuk  Pertahankan
pengetahuan untuk mencegah timbulnya teknik isolasi
menghindari paparan infeksi  Batasi pengunjung
patogen  Jumlah bila perlu
- Trauma leukosit dalam batas  Instruksikan pada
- Kerusakan jaringan dan normal pengunjung untuk
peningkatan paparan  Menunjukka mencuci tangan saat
lingkungan n perilaku hidup sehat berkunjung dan
- Ruptur membran setelah berkunjung
amnion meninggalkan pasien
- Agen farmasi  Gunakan sabun
(imunosupresan) antimikrobia untuk
- Malnutrisi cuci tangan
- Peningkatan paparan  Cuci tangan setiap
lingkungan patogen sebelum dan sesudah
- Imonusupresi tindakan kperawtan
- Ketidak adekuatan
 Gunakan baju,
imum buatan
sarung tangan sebagai
- Tidak adekuat
alat pelindung
pertahanan sekunder
 Pertahankan
(penurunan Hb,
lingkungan aseptik
Leukopenia, penekanan
selama pemasangan
respon inflamasi)
alat
- Tidak adekuat
pertahanan tubuh primer  Ganti letak IV
(kulit tidak utuh, trauma perifer dan line
jaringan, penurunan central dan dressing
kerja silia, cairan tubuh sesuai dengan
statis, perubahan sekresi petunjuk umum
pH, perubahan  Gunakan kateter
peristaltik) intermiten untuk
- Penyakit kronik menurunkan infeksi
kandung kencing
 Tingktkan intake
nutrisi
 Berikan terapi
antibiotik bila perlu
 Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
 Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
 Monitor hitung
granulosit, WBC
 Monitor
kerentanan terhadap
infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
 Partahankan
teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
 Pertahankan
teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Ispeksi kondisi
luka / insisi bedah
 Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
 Dorong masukan
cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan
pasien untuk minum
antibiotik sesuai
resep
 Ajarkan pasien
dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
 Ajarkan cara
menghindari infeksi
 Laporkan
kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur
positif

DAFTAR PUSTAKA

Ganong F. William, 2003, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20, EGC, Jakarta.

Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume
I, EGC, Jakarta.

NANDA. 2014. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014. The North
American Nursing Diagnosis Association. Philadelphia. USA

Price, S.A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. Jakarta : EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC) 5th Edition. SA : Elsevier Mosby.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol.1. Jakarta : EGC.

Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M., 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC) 6th Edition.USA : Elsevier Mosby.
LAPORAN PRESENTASI ASKEP DAN JURNAL
STASE KEPERAWATAN KRITIS

PADA KLIEN DENGAN TOTAL AV BLOK (TAVB)


Dosen Koordinator :
Ns. Marina Kristi Layun, M.Kep

Di Susun Oleh :

Rida Yuliana P1908121

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA

SAMARINDA

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-nya kepada penyusun, sehingga dengan limpahan rahmad dan karunia- nya
penyusun dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “Laporan Presentasi Jurnal Pada
Klien Total AV Blok (TAVB)”

Laporan ini dibuat berdasarkan bermacam sumber buku – buku refrensi, media elektronik,
dan dari hasil pemikiran penyusun sendiri.

Selama penyusunan laporan ini penyusun banyak mendapatkan masukan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu penyusunan mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ns. Marina Kristi Layun, M.Kep Selaku dosen koordinator dan pembimbing
keperawatan Gawat darurat dan kritis di Institut Teknologi Kesehatan dan Sains
Wiyata Husada Samarinda.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada penyusun
Baik bersifat moril maupun material.
3. Dan semua yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat kepada pembacanya dan dapat dijadikan acuan
terhadap penyusunan laporan berikut-berikutnya.

Samarinda, Juni 2020

Rida Yuliana
Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN

A. Deskripsi Kasus Kelolaan


B. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
b. Analisa Data
c. Diagnosa
d. Intervensi Keperawatan

BAB III ANALISIS JURNAL

A. Deskripsi Topik Jurnal


B. Tabel Summary
C. Tinjauan Pustaka
D. Pembahasan

BAB IV STANDAR OPERASIONAL

BAB V KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan konduksi jantung adalah ganguan yang terjadi pada jaringan konduksi (jalur
listrik) jantung sehingga listrik jantung tidak berjalan lancar atau terhenti ditengah jalan.
(Budi Yuli, 2009).
AV Blok merupakan salah satu kondisi gangguan konduksi jantung yang terjadi bila
jalur SA Node ke AV Node (yang membentuk interval PR pada EKG) terhambat, maka
Interval PR menjadi lebih panjang. Ibarat jalan tol macet, maka jarak tempuh ke tempat
tujuan menjadi lebih lama. AV Blok dibagi menjadi 3 derajat sesuai tengan tingkat
keparahan. (Lippincot, William, 2011)
Total AV blok merupakan keadaan darurat jantung yang membutuhkan penanganan
segera. Blok biasanya berkembang dari blok derajat I dan II, tetapi total AV blok dapat
juga terjadi tanpa blok parsial sebelumnya atau interval PR yang bisa normal segera
setelah terjadi periode blok total. Letak blok total sering diperkirakan dengan lebar
kompleks QRS dan kecepatan ventrikel. Jika terjadi distal dari His Bundle kompleks QRS
biasanya melebar dan kecepatan ventrikel biasanya > 50x/ menit.(Hidayat, 2010 ).
B. Tujuan
Laporan presentasi askep dan jurnal ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan
pengetahuan pada keluarga dan pasien yang teserang Total AV Blok (TAVB)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Deskripsi Kasus Kelolaan
Data pasien :
 Nama : Ny s
 Umur : 73 thn
 Pendidikan SD
 Pekerjan IRT
 Alamat : JL.Soekarno Hatta

Klien dating ke IGD dengan keluhan sesak nafas dan pusing berputar, saat di IGD
pasien diberi trapi oksigen nasal 3 lpm, dipasang IV cateter, dipasang urine cateter. Nadi
pasien dibawah 80x/mnt, setelah dilakukan observasi selama 2 jam tidak ada perbaikan
kondisi, maka pasien masuk ruang ICCU. Klien mempunyai riwayat penyakit vertigo dan
hipertensi sejak +/- 5 tahun uang lalu. Pasien rutin minum obat amlodipine 5mg. pasien
memiliki riwayat pemasangan temporary face maker trans lateral kanan dengan :

 Heart beat packing : 70 Bpm


 Sensitivitas :70 mv
 Output : 2 MA

Klien mengatakan bahwa dikeluarga tidak memiliki riwayat sakit yang sama dengan
dirinya. Pasien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, adik laki-laki ke 2 sudah
meninggal dunia dengan riwayat penyakit hipertensi sedangkan adik perempuan kelima
mengalami diabetes militus. Suami klien sudah meninggal dunia, klien memiliki 5 orang
anak laki-laki dan 4 orang perempuan, dimana 2 anak perempuan pasien memiliki
hipertensi dan satu anak laki-lakinya sudah meninggal dunia karena hipertensi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tidak terdapat suara nafas tambahan, pergerakan
dinding dada simetris dan teratur, pasien masih merasa sesak dengan RR 26x/mnt, pasien
terpasang oksigen 4 lpm. Pada balance cairan didapatkan intake 407 cc dan output 600 cc.

Keadaan umum pasien didapat, TD : 146/100, nadi: 84x/mnt, RR : 24x/mnt, S: 37,5C,


SPO2: 97%. Pasien mengeluh nyeri dada kiri hingga punggung, dengan frekuensi 10-15
detik, seperti ditusuk-tusuk. Nyeri terasa pada saat berubah posisi/bergerak dengan skala 4.

Pasien sangat terbatas untuk bergerak karena merasa nyeri dada dan sesak, pasien bed
rest dan tidak di perkenankan kekamar mandi sendiri, sehingga untuk mndi, BAB dan BAK
dikalukan ditempat tidurdengan bantuan perawat.

Pada pemeriksaan antropometri didapatkan BB : 50kg, TD :165 cm, LILA : 2, pasien


tidak nafsu makan, hanya hanya menghabiskan kurang dari ½ porsi makanan dirumah sakit.
Pasien diberi diit noprisol x 150cc+ VCO.
Berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang didapatkan hasil EKG : sinus rhytem dengan
face maker. Adapun terapi yang didapatkan :

 NACL 500cc/24 jam


 D40% II flash+Novorapid 10 ui (2x1/12jam)
 Lasix 1x40 mg
 OMZ 1x40 mg

Obat oral :

 Asam folat 3x1


 Amlodipine 1x10 mg
 Miocardis 1x80mg

B. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN ITKES WHS

Nama Mahasiswa/NPM : Rida Yuliana

Tempat Praktek : Ruang ICCU

Tanggal / Jam : Senin, 15 juni 2020/ 07:30

BIODATA PASIEN

Nama/inisial : Ny.S Usia :37thn JK : Perempuan


Pendidikan : SD
Pekerjaaan : IRT
Status Pernikahan : MENIKAH
No RM : XXXXXXXXXXXXX
Diagnosa Medis : TOTAL AV BLOK
Tanggal Masuk RS : 10 JUNI 2020
Alamat : Jln. Soekarno Hatta

BIODATA PENANGGUNG JAWAB

Nama : Tn. Y

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Guru

Hubungan dengan Klien: Anak


Alamat : Jln. Soekarno Hatta

I. ANAMESA (PENGKAJIAN AWAL)


1. Keluhan Utama : Sesak nafas dan pusing berputar
2. Riwayat Kesehatan/Pengobatan Perawatan Sekarang : Sesak nafas dan pusing berputar,
sakit diarea dada kiri hingga punggung.
3. Riwayat Kesehatan/Pengobatan Perawatan Sebelumnya : pasien memiliki riwayat
pemasangan temporary face maker trans lateral kanan dengan : Heart beat packing : 70
Bpm, Sensitivitas :70 mv, Output : 2 MA
4. Riwayat Pembedahan : pemasangan temporary face maker
5. Riwayat Penyakit Keluarga: Hipertensi
II. PENGKAJIAN PRIMER

1. Airway :

Jalan Nafas : Paten

Obstruksi : tidak ada

Suara Nafas : Bronchial


Keluhan Lain : Tidak ada

2.Breating :

Gerakan dada Simetris kiri dan kanan

Irama nafas : Cepat Dangkal Normal


Pola nafas : Teratur Tidak Teratur
Retraksi otot dada : Ada N/A
Sesak nafas : Ada N/A RR:26 X/mnt BGA
Keluhan lain : Sesak Nafas

3. Circulation
Nadi Teraba 84 x/menit Tidak teraba
:Sianosis Ya Tidak
:CRT < 2 detik > 2 detik
:
Pendarahan Tidak ada
: Lain
Keluhan : Tidak ada

. 4. Fluid (Cairan dan Elektrolit)

Intake : 407/24 jam


Output : 600cc/24 jam

Balance Cairan : -193cc

III. PEMERIKSAAN FISIK SPESIFIK WITH BODY SISTEM (SECONDARY


SURVEY)

KU Pasien : CM

TD : 146/100mmHg Nadi : 84x/menit RR 24x/menit Suhu 37,5o C

1. Rasa Nyaman (Nyeri)

Tidak ada nyeri Nyeri kronis Nyeri akut


Skala nyeri Lokasi : 4
Lokasi : Dada kiri hingga punggung
Durasi Frekuensi : 10-15 detik
Karateristik : Seperti ditusuk-tusuk
Nyeri hilang, bila:
Minum obat Mendengar music
Istirahat Berubah posisi/tidur
Lain-lain, sebutkan : -
Diberitahukan ke dokter:
Ya, pukul Tidak
Keluhan Lain:

2. B 1 : Breathing (Pernafasan/Respirasi) : Kelien tanpak sesak, frekuensi nafas


24x/mnt
3. B 2 : Bleeding (Kardiovaskuler / Sirkulasi) :
a. Inspeksi : Tidak ada jaringan parut pada dinding dada pasien.
Penyebarannyeri dapat meluas didada. Dapat terjadi nyeri dan ketidak
mampuan menggerakan bahu dan tangan.
b. Palpasi : Denyut nadi perifer melemah
c. Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup. Bunyi jantung tambahan akibat penurunan curah jantung.
d. Perkusi : Batas jantung tidk mengalami pergeseran
4. B 3 : Brain (Persyarafan/Neurologik) : Kesadaran umum klien CM, wajah
meringis mengerang dan menggeliat yang merupakan respon dari adanya nyeri
dada.
5. B 4 : Bladder (Perkemihan – Eliminasi Urin/Genitourinaria) : Blance cairan
intak 407cc output 600cc/24 jam
6. B 5 : Bowel (Pencernaan – Eliminasi Alvi/Gastrointestinal): Mual muntah tidak
ada , tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
7. B 6 : Bone & Skin (Tulang – Otot – Integumen): Aktivitas klien mengalami
perubahan. Klien merasakan kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur dank lien
mengalami kesulitan dalam melakukan tugas perawatan mandiri.

. IV. PEMERIKSAAN
LANJUTAN

1. Alergi : Tidak ada alergi makanan minuman maupun obat.


2. Risiko decubitus Tidak Terdapat luka Ya, jelaskan: tidak ada

(BERDASARKAN SKALA NORTON)


PENILAIAN 4 3 2 1
Kondisi Fisik Baik Sedang Buruk Sangat Buruk
Status Mental Sadar Apatis Bingung Stupor
Aktifitas Jalan Sendiri Jalan Dengan Kursi Roda Di tempat tidur
Bantuan
Mobilitas Bebas Agak Terbatas Sangat Terbatas Tidak Mampu
Bergerak Bergerak
Inkontinensia Kontinen Kadang-kadang Selalu Inkontinensia
Inkontinensia Inkontinensia Urin dan Alvi
Urin
SKOR
TOTAL SKOR 13
Keterangan :
16 – 20 : Risiko rendah terjadi decubitus
12 – 16 : Risiko sedang terjadi decubitus

1 2 : Risiko tinggi terjadi decubitus

2. Riwayat Psikososial

Status Psikologi : Baik

Kecenderung bunuh diri : Tidak ada Lain-lain sebutkan: Tidak ada

Status Mental
Sadar dan orientasi baik
Status Sosia
a.Hubungan pasien dengan anggota keluarga : Baik
b. Kerabat terdekat yang dapat dihubungi :
Nama : Tn. Y
Hubungan : Anak
Telepon : 08xxxxxxxxxxxxx
Pekerjaan pasien : Guru

3. Status Gizi

SKRINING GIZI (berdasarkan (MST/Malnutrition Screening Tool) Untuk Pasien


dewasa Antropometri : BB 50 kg TB : 165 cm LILA : 2 cm

(bila skor ≥ 2 dilakukan pengkajian lanjut oleh dietisien)

Parameter

No Kriteria Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB yang tidak diinginkan
dalam

a. Tidak ada penurunan

b. Tidak yakin/tidak tahu

c. Jika Ya, berapa penurunan berat badan tersebut


1 – 5 Kg
2. Apakah asupan makanan berkurang karena tidak nafsu makan
a. Ya
b. Tidak
Total Skor
3. Pasien dengan kondisi khusus Ya
Tidak
(pasien dengan penurunan imunitas, hemodialisa kronis, geriatric,
kemotherapi, intensive care, perinatal care, luka bakar, transpalantasi
sumsum tulang, DM, penurunan fungsi ginjal berat, sirosis hepatis, CLB,
Sudah dibaca/diketahui
penyakit keganasan,oleh dietisienberat,
pneumonia (diisiistroke,
oleh dietisien) Ya paraf
bedah digestif)
4. Skrining Status Fungsional
Aktivitas dan mobilisasi : (lampirkan formulir pengkajian status fungsinal Barthel Index)
Perlu bantuan, sebutkan : perlubantuan apabila berpinda-pinda, makan, dan minum,
mandi.
Ketergantungan total, dilaporkan ke dokter ( Ya, pukul 09.00)
5.Kebutuhan Khusus

Lanjut usia Pasien kemotherapi/radiasi Ketergantungan obat

Sakit terminal Daya imun rendah Korban kekerasan/terlantar

Penyakit menular Kelainan emosional Lainnya, jelaskan . . . .

6. Kebutuhan Edukasi (dikaji pada pasien dan atau keluarga)


Kebutuhan pembelajaran pasien (pilih topic pembelajaran pada kotak yang
tersedia) :
Diagnosa dan manajemen Obat-obatan Perawatan luka
Rehabilitasi Manajemen nyeri Diet dan nutrisi
Lain- lain: -
7. Perencanaan Pulang (dilengkapi dalam waktu 48 jam pertama pasien masuk ruang
rawat)
a.Pasien tinggal dengan siapa? Dengan anak
b.Dimana letak kamar pasien di rumah? Lantai dasar
c.Bagaimana kondisi rumah pasien ? Penerangan lampu terang
d. Kamar tidur jauh/dekat dengan kamar mandi (coret salah satu)
WC jongkok
e.Bagaimana perawatan kebutuhan dasar pasien ? Perlu bantuan
f. Apakah pasien memerlukan alat bantu khusus? Ya, sebutkan : kursi
roda
g.Apa makanan pasien? Vegetarian perbanyak makan sayur dan buah
h.Apakah perlu dirujuk ke komunitas tertentu? Tidak

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium, Rontgen dll)

RONTGEN CT-SCAN USG EKG

ENDOSKOPI Lain-lain: tidak ada

Hasil / Interpretasi: Dari hasil EKG yang didapatkan Sinus Rhytem dengan Face Maker

VI. TERAPI YANG DIDAPAT :


 NACL 500cc/24 jam
 D40% II flash+Novorapid 10 ui (2x1/12jam)
 Lasix 1x40 mg
 OMZ 1x40 mg
Obat oral
 Asam folat 3x1
 Amlodipine 1x10 mg
 Miocardis 1x80mg

PENILAIAN STATUS FUNGSIONAL

(BERDASARKAN PENILAIAN BARTHEL INDEX)

NILAI
SEBELU SAAT MGG MGG MGG MGG SAAT
M SAKIT MAS
UK I II III DI IV DI PULA
Tidak 1 RS1 1 1 RS
1 RS
1 N1G
terkendali/teratur
1 Mengendalikan 0 (perlu pencahar)
rangsang Kadang-kadang
defekasi BAB 1
2 Madiri
Tak

2 Mengendalikan 0 terkendali/pak
rangsang ai kateter
Kadang-kadang
1
berkemih (BAK)
2 Madiri 2 2 2 2 2 2 2
3 Membersihkan Butuh 0 0 0 0 0 0 0
diri (cuci muka, pertolongan
sisir rambut, sikat 0 orang lain
gigi) 1 Mandiri
4 Penggunaan Tergantung
jamban, masuk pertolongan
0 orang lain
dan keluar Perlu pertolongan 1 1 1 1 1 1 1
(memakai celana, pada
membersihkan, beberapa
kegiatan
menyiram) dapat
mengerjakan
2 Mandiri
5 Makan 0 Tidak mampu
Perlu ditolong 1 1 1 1 1 1 1
memoton
1 g
2 makanan
Mandiri
6 Berubah sikap dari Perlu banyak 1 1 1 1 1 1 1
berbaring ke bantuan
untuk bisa
duduk duduk (2
2 Bantuan (2
3 Mandiri
0 Tidak mampu 0 0 0 0 0 0 0
Bisa
(pindah)deng
7 Berpindah/berjalan 1 an kursi roda
Berjalan dengan
2
3 MandRi
0 Lain 0 0 0 0 0 0 0
8 Memakai baju 1 Sebagian dibantu
2 Mandiri
0 Tidak Mampu

1 pertolongan
9 Naik turun tangga 2 Mandiri
0 Lain
10 Mandi 1 Mandiri

TOTAL 7
SKOR PERAWAT
NAMA & TANGAN
Keterangan :
20 : Mandiri 5 – 8 : Ketergantungan berat
12 – 19 : Keterhantungan ringan 0 – 4 : Ketergantungan total
9 – 11 : Ketergantungan sedang

a. Analisa data

Data Etiologi Diganosa

Ds: pasien mengeluhkan sesak Hipoventilasi Gangguan pertukaran gas


nafas

Do: Tidak terdapat suara nafas


tambahan, pergerakan dinding
dada simetris dan teratur,
pasien masih merasa sesak
dengan RR 26x/mnt, pasien
terpasang oksigen 4 lpm.
Ds: Pasien mengatakan nyeri Gejala penyakit Gangguan rasa nyaman
dibagian dada kiri hingga
punggung seperti ditusuk-
tusuk dan sesak napas.

Do: pasien tampak meringis,


skala nyeri yang ditunjukan 4
dengan frekuensi 10-15 detik.
RR : 24x/mnt spo2 : 97

Ds : Nyeri dada dan sesak ketidak seimbangan antara Intoleransi aktivitas


suplai dan kebutuhan
Do : pasien bed rest dan oksigen
tidak di perkenankan
kekamar mandi sendiri,
sehingga untuk mndi, BAB
dan BAK dikalukan
ditempat tidurdengan
bantuan perawat.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi.
2. Gangguan rasa nyaman b/d Gejala penyakit
3. Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen

c. Intervensi keperawatan

N SDKI SLKI SIKI


O
1. Gangguan pertukaran gas Pertukaran gas Terapi Oksigen
b/d hipoventilasi. Definisi: Oksigenasi Definisi :
Difinisi : kelebihan atau dan/atau eliminasi Tindakan :
kekurangan oksigen dan /atau
karbondioksida pada Observasi
eliminasi karbondioksida
pada membrane alveolus- membrane alveolus-kapiler 1. Monitor kecepatan
kapiler.
dalam batas normal aliran oksigen
Kriteria Hasil : 2. Monitor posisi alat
1. Dispnea (4) terapi oksigen
2. Pusing (4) 3. Monitor kemampuan
3. Gelisah (4) melepaskan oksigen saat
4. PCO2 (4) makan
5. Pola Nafas (4) 4. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
Terapeutik
1. Siapkan dan atur
peralatan pemberian
oksigen
2. Gangguan rasa nyaman b/d Status kenyamanan Perawatan Kenyamanan
Gejala penyakit
Definisi: keseluruhan rasa Definisi: mengidentifikasi
Difinisi : perasaan kurang
senang, lega dn aman dan nyaman secara dan merawat pasien untuk
sempurnadalam dimensi fisik,
fisik, fisikologis, spiritual, meningkatkan rasa nyman.
psikospiritual, lingkungan
dan social. sosial, budaya dan
lingkungan. Tindakan :
Setelah dilakukan tindakan Observasi: identifikasi
keperawatan terdapat gejala yang tidak
kriteria hasil: menyenangkan (mis. Mual,
1. Keluhan tidak nyaman nyeri, gatal, sesak).
(4) Trapeutik : Berikan posisi
2. Gelisah (4) yang nyaman.
Edukasi : Ajarkan trapi
relaksasi
3. Intoleransi aktivitas b/d Toleransi aktivitas Pemantauan tanda tanda
ketidak seimbangan antara Difinisi: respon fisikologis vital
suplai dan kebutuhan terhadap aktivitas yang Difinisi : mengumpulkan
oksigen membutuhkan tenaga. dan menganalisa data hasil
Difinisi : ketidak cukupan kriteria hasil: pengukuran fungsi vital
energy untuk melakukan kardiovaskuler, pernapasan
1. saturasi oksigen (4)
aktivitas sehari-hari dan suhu tubuh.
2. warna kulit (4) Tindakan :
3. frekuensi napas (4) Observasi:
- Memonitori tekanan
4. EKG Iskemia (4)
darah
- Memonitori nadi
(frekuensi, kekuatan,
irama)
- Memonitori
pernapasan ( frekuensi,
kedalaman)
Trapeutik : atur interval
pemantauan sesuai kondisi
pasien
Edukasi : jelaskan tujuan
dan prosedur pemantauan.
BAB III
ANALISIS JURNAL

A. Deskripsi Topik Jurnal

B. Tabel summay

N Judul Jurnal Terkait Pembahasan Hasil Metode


o
1. Adi Didin Setyawan, Ani Range of motion (ROM) Metode penelitian Pre-
Rosita, Nindy Yunitasari merupakan latihan yang Experimental dan Desain
(2017) Pengaruh Pemberian dilakukan untuk yang digunakan One-
Terapi ROM (Range Of mempertahankan atau Group pretest-postest
Motion) Terhadap memperbaiki tingkat Design Teknik
Penyembuhan Penyakit kesempurnaan kemampuan pengambilan sampel
Stroke. GLOBAL HEALTH pergerakkan sendi secara adalah systemic non
SCIENCE, Volume 2 Issue normal dan lengkap untuk random sampling.
2, Juni 2017 ISSN 2503- meningkatkan massa otot
5088 dan tonus otot. Setiap
responden melakukan
latihan ROM selama 15
menit dalam 7 hari.
Alat pengumpulan
data dalam penelitian ini
menggukan lember
observasi yang dilakukan
pengukuran 7 hari setelah
pretest. Hasil penelitian
menunjukkan ada
perbedaan yang signifikan
antara penyembuhan
penyakit stroke sebelum
dan setelah pemberian
terapi ROM. Terdapat
perbadaan rata-rata
(mean) sebelum dengan
setelah diberiakn
perlakuan terapi Rangge
Of Motion (ROM) adalah
-0.30000, nilai signifikansi
lebih kecil dari 5%
didapatkan nilai p value =
(0.081<0.05) maka dapat
dinyatakan Ho ditolak dan
Ha diterima yang artinya
terdapat pengaruh
pemberian terapi Rangge
Of Motion (ROM)
terhadap penyembuhan
penyakit stroke di ruang
Aster RSUD Dr.
Hardjono Ponorogo.
Simpulan dari hasil
penelitian bahwa terapi
Rangge Of Motion
berpengaruh terhadap
penyembuhan penyakit
stroke di Ruang Aster
RSUD Dr.Hardjono
Ponorogo.

BAB IV

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

BAB IV

A. Kesimpulan

b) Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai