Di Susun Oleh :
SAMARINDA
2020
A. DIFINISI
Gangguan konduksi jantung adalah ganguan yang terjadi pada jaringan konduksi
(jalur listrik) jantung sehingga listrik jantung tidak berjalan lancar atau terhenti ditengah
jalan. (Budi Yuli, 2009).
AV Blok merupakan salah satu kondisi gangguan konduksi jantung yang terjadi
bila jalur SA Node ke AV Node (yang membentuk interval PR pada EKG) terhambat,
maka Interval PR menjadi lebih panjang. Ibarat jalan tol macet, maka jarak tempuh ke
tempat tujuan menjadi lebih lama. AV Blok dibagi menjadi 3 derajat sesuai tengan
tingkat keparahan. (Lippincot, William, 2011)
Total AV blok merupakan keadaan darurat jantung yang membutuhkan
penanganan segera. Blok biasanya berkembang dari blok derajat I dan II, tetapi total AV
blok dapat juga terjadi tanpa blok parsial sebelumnya atau interval PR yang bisa normal
segera setelah terjadi periode blok total. Letak blok total sering diperkirakan dengan lebar
kompleks QRS dan kecepatan ventrikel. Jika terjadi distal dari His Bundle kompleks
QRS biasanya melebar dan kecepatan ventrikel biasanya > 50x/ menit.(Hidayat, 2010 ).
B. ETIOLOGI
AV Blok sering terjadi dari kelanjutan fase buruk dari :
1. Iskemia jantung
2. Infark jantung
3. Gagal jantung kongestif
4. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis
karena infeksi).
5. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),
misalnya iskemia miokard, infark miokard.
6. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan obat-obat anti
aritmia lainnya.
7. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
8. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan
irama jantung.
9. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
10. Gangguan metabolic (asidosis, alkalosis).
11. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
12. Gangguan irama jantung akibat gagal jantung.
13. Gangguan irama jantung karena karmiopati atau tumor jantung.
14. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system konduksi
jantung).
Yang akhirnya menghambat konduksi implus dari SA node ke AV node.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. AV blok sering menyebabkan bradikardia, meskipun lebih jarangdibandingkan
dengan kelainan fungsi nodus SA.
2. Seperti gejala bradikardia yaitu pusing, lemas, sinkop, dan dapat menyebabkan
kematian mendadak.
3. AV blok drajat I
a) Sulit dideteksi secara klinis
b) Bunyi jantung pertama bisa lemah
c) Gambar EKG : PR yang memanjang lebih dari 0,2 detik
4. AV blok drajat II
a) Denyut jantung < 40x/menit
b) Pada Mobitz I tampak ada pemanjangan interval PR hingga kompleks QRS
menghilang
c) Pada Mobitz pada II merupakan aritmiayang lebih serius karena lebih sering
menyebabkan kompleks QRS menghilang. Penderita blok Mobitz pada II
sering menderita penurunan curaj jantung dn akan memerlukan atropine dlam
dosis yang telah disebutkan sebelumnya.
5. AV blok drajat III (komplit)
a) Atrium yang berdenyut terpisah dari ventrikel, kadng-kadang kontraksi saat
katup tricuspid sedang menutup.
Darah tidak bisa keluar dri atrium dan malah terdoring kembali ke vena leher,
sehingga denyut tekanan vena jugularis (JVP) Nampak jelas seperti
gelombang ;;meriam (cannon)’’
b) Tampak tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti hipotensi dan perfusi
serebrum yang buruk.
Cara membaca gelombang EKG :
No GELOMBANG GAMBARAN NORMAL
1 Gelombang P Depolarisasi atrium < 0.12s dn 0.3 mV
2 QRS kompleks Waktu depolarisasi 0.06 – 0.12 s
ventrikel Gel. Q = < 0.04 s & < 1/3R
3 Gelombang T Repolarisasi
4 Segmen ST Akhir depolarisasi Isoelektris
Ventrikel awal
Repolarisasi ventrikel
5 PR Interval Awal depolarisasi atrium – 0.12 – 0.20 s
awal depolarisasi ventrikel
6 QT Interval Awal depolarisasi ventrikel 0.38 – 0.42 s
– akhir repolarisasi ventrikel
Menghitung HR :
Metode Cara menghitung
KOTAK BESAR 300 / ?? KITAK BESAR R - R
KOTAK KECIL 1500 / ?? KOTAK KECIL R - R
IRAMA IREGULASI ?? QRS X 10 SELAMA 6 DETIK
D. PATHOFISIOLOGI
Blok jantung adalah pelambatan atau pemutusan hantaran impuls antar atrium dan
ventrikel. Implus jantung biasanyamenyebar mula dari nodus sinus, mengikuti jalur
internodalmenuju nodus AV dan ventrikel dalam 0,20 detik (interval PR noemal);
depolarisasi ventrikel terjadi dalam waktu 0,10 detik (lama QRS komlek). Terdapat tiga
bentuk blok jantung yang berturut-turut makin progresif. Pada blok jantung derajat
derajat satu semua implus dihantarkan melalui sambungan AV, tetapi waktu hantaran
memanjang.
Pad blok jantung derajat dua, sebagai inplus dihantarkan ke ventrikel tetapi
beberapa inplus lainya dihambat. Terdapat dua jenis blok jantung drajat dua, yaitu
wnckebach (mobitz I ) ditandai dengan siklus berulang waktu penghantaran AV ang
memanjang progresif, yang mencapai puncaknya bila denyut tidak dihantarkan. Jenis
kedua (mobitz II ) meripakan penghantar sebagai implus dengan waktu hantaran AV
yang tetap dan implus yang laintidak dihantarkan.
Pada blik jantung drajat tiga, tidak ada implus yang dihantarkan ke ventrikel,
terjadi henti jantung, kecuali bila escape pacemaker dari ventrikel ataupun sambungan
atrioventrikuler mulai berfungsi. Blok berkas cabangadalah terputusnya hantaran berkas
cabang yang memperpanjang waktu depolarisasi hingga lebih dari.
Hipoksia miokard
E. PATHWAY ↓
Metabolisme anaerob
Gangguan endotel pembuluh darah ↓
Etiologi dan Faktor ↓ Asam laktat, piruvat, ion H+ me>>
risiko: Endotel mengekskresikan: VCAM, MCF, MSCF (radikal bebas) Spasme pembuluh darah ↓
Yg dapat dicegah: ↓ ↓ Elektrolit Inbalance
1. DM Monosit bergerak dan menempel ke endotel Suplai oksigen ke jaringan otot jantung me<< ↓
2. Hipertensi ↓ VCAM + MCF Menghambat pompa ion Na+ K+
↓
3. Hiperlipidemia Monosit menembus lapisan endotel ↓
↓ Gangguan aliran koronari
4. Life style Na+ di intrasel me >>
Masuk ke intima area ↓
↓
Yg tdk dpt dicegah: ↓ MSCF Kerusakan miokard
K+ di ekstrasel me>>
1. Usia Monosit berubah menjadi macrofag (Ischemic jaringan otot jantung) ↓
2. Laki-laki ↓ Syok ↓ Potensial membran terganggu
3. Genetik Macrofag memfagositosit lemak mjd foam cell kardiogenik Nekrosis
↓ ↓ Aritmia
↓
Foam cell mensekresi IL-1 Indikasi ↓
↓ IMA
pemasangan Bradi aritmia
Sel otot polos berploriferasi ↓
IABP Sistem konduksi jantung terganggu
↓ Pemasangan Pace
Dinding arteri menebal ↓ parasimpatis Maker
↓ (temporer atau
arteriosklerosis Otomatisitas dan ritmisitas terganggu permanen)
↓ ↓
Tindakan invasif
Simpul sinus (pemacu jantung utama) terganggu dan pemasangan
↓ jangka panjang
↓
Potensial aksi melalui atrium kanan dan kiri MK:
menuju simpul AV terganggu Risiko infeksi
Hipertermi
↓ Kurang
AV Blok Total pengetahuan
↓ PK: Aritmia
Tidak ada gelombang P yang diteruskan
↓
Simpul AV gagal memicu jantung
↓
Terjadi irama lolos ventrikuler
↓
Kontraksi otot-otot ventrikel me<<
↓
EF me <<
↓
Volume curah jantung me <<
↓
Sistole ventrikuler me<<
↓
Volume darah di ventrikel kanan me>>
↓
Volume darah di atrium kanan me>>
↓
Gangguan hemodinamik
Pemberian dopamine,
Monitor vena pressure di Pemberian balans cairan:
dobutamin
ventrikel kanan excess
Pemberian Lasix (bila ↓
↓ ↓
CVP>15 mmHg) Reseptor β di jantung
Pemasangan CVP Venous return adekuat
↓ terstimulasi ↓
↓ ↓
Ekskresi cairan dan Suplai darah di vena cava
Mempertahankan vena Inotrop positif aktif supp dan inf me>>
elektrolit me>>
pressure >12 mmHg ↓ ↓
↓
↓ Kontraktilitas jantung me>> Curah jantung me>>
Beban jantung me<<
MK: ↓
Gangguan keseimbangan Curah jantung me>>
↓
cairan dan elektrolit
Suplay O2 untuk jaringan
Risiko infeksi
yang luka (iskemik) adekuat
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja).
Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel atau katup
4. Skan pencitraan miokardia : Dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard
yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa.
5. Tes stres latihan : Dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit: Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
G. KOMPLIKASI
1. Pasien biasanya dapat pulih kesadarannya selama prosedur dilakukan, dan timbul
nyeri dada. Jika hal ini terjadi menandakan bahwa prosedur telah menyebabkan
iskemia dan ahli jantung sebaiknya menunda prosedur;
2. Perdarahan padda tempat insersi pada selangkangan seringkali muncul dan hal ini
juga bisa disebabkan oleh pemakaian obat anti platelet. Bahkan pada beberapa kasus
hal ini dapat menyebabkan terjadinya hematom
3. Reaksi alergi terhadap kontras juga mungkin terjad
4. Penurunan fungsi ginjal juga dapat terjadi pada pasien yang memang mempunyai
riwayat penyakit ginjal
5. Resiko paling parah yang mungkin tertjadi adalah kematian, stroke ,infark miokard,
dan diseksi aorta
6. Resiko kematian meningkat pada pasien yang memang memiliki resiko tinggi,
seperti pada :
a. Pasien usia > 75 tahun
b. Pasien dengan riwayat ginjal dan diabetes
c. Wanita
d. Pasien dengan penurunan pungsi pompa jantung
e. Pasien dengan penyakit jantung parah dan blockade.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti aritmia Kelas 1: sodium channel blocker
1) Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi.
2) Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
3) Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
2. Terapi mekanis
a. Kardioversi
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang
memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Pasien dalam
keadaan sadar dan diminta persetujuannya.
b. Defibrilasi
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat. Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi ventrikel apabila tidak ada irama
jantung yang terorganisasi. Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap semua
sel miokard sekaligus, sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali
fungsinya sebagai pacemaker.
c. Defibrilator kardioverter implantable
Adalah suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takiakrdia ventrikel
yang mengancam jiwa atau pada pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami
fibrilasi ventrikel.
d. Terapi pacemaker
Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke
otot jantung untuk mengontrol frekwensi jantung. Alat ini memulai dan
memeprtahankan frekwensi jantung kerika pacemaker alamiah jantung tak mampu
lagi memenuhi fungsinya. Pacemaker biasanya digunakan bila pasien mengalami
gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang mengakibatkan kegagalan
curah jantung.
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian primer :
1. Airway
a. Apakah ada peningkatan sekret
b. Adakah suara nafas : krekels
2. Breathing
a. Adakah distress pernafasan
b. Adakah hipoksemia berat
c. Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas
d. Apakah ada bunyi whezing
3. Circulation
a. Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran
b. Apakah ada takikardi
c. Apakah ada takipnoe
d. Apakah haluaran urin menurun
e. Apakah terjadi penurunan TD
f. Bagaimana kapilery refill
g. Apakah ada sianosis
Pengkajian sekunder :
1. Riwayat penyakit
a. Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
b. Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi
c. Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
d. Kondisi psikososial
J. PEMERIKSAAN FISIK
1. Aktivitas : kelelahan umum
2. Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit
warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran
urin menruun bila curah jantung menurun berat.
3. Integritas ego: perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah,
gelisah, menangis.
4. Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan,
mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
5. Neurosensori: pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
6. Nyeri/ketidaknyamanan: nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak
dengan obat antiangina, gelisah
7. Pernafasan: Penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi)
mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8. Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b/d respon fisiologis otot jantung, peningkatan frekuensi,
dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup.
2. Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung, hipoksemia jaringan,
asidosis dan kemungkinan thrombus atau emboli.
3. Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, ketidakmampuan memenuhi
metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal yang menimbulkan hipoksinia,
dyspneu dan status nutrisi yang buruk selama sakit.
4. Resiko infeksi b/d Tidak adekuat pertahanan sekunder.
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o
Faktor-faktor yang
berhubungan :
- Hipovolemia
- Hipervolemia
- Aliran arteri terputus
- Exchange problems
- Aliran vena terputus
- Hipoventilasi
- Reduksi mekanik
pada vena dan atau
aliran darah arteri
- Kerusakan transport
oksigen melalui
alveolar dan atau
membran kapiler
- Tidak sebanding
antara ventilasi
dengan aliran darah
- Keracunan enzim
- Perubahan
afinitas/ikatan O2
dengan Hb
- Penurunan
konsentrasi Hb
dalam darah
DAFTAR PUSTAKA
Ganong F. William, 2003, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20, EGC, Jakarta.
Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume
I, EGC, Jakarta.
NANDA. 2014. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014. The North
American Nursing Diagnosis Association. Philadelphia. USA
Price, S.A & Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi ; Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. Jakarta : EGC.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC) 5th Edition. SA : Elsevier Mosby.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol.1. Jakarta : EGC.
Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., Wagner, C.M., 2013. Nursing
Interventions Classification (NIC) 6th Edition.USA : Elsevier Mosby.
LAPORAN PRESENTASI ASKEP DAN JURNAL
STASE KEPERAWATAN KRITIS
Di Susun Oleh :
SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-nya kepada penyusun, sehingga dengan limpahan rahmad dan karunia- nya
penyusun dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul “Laporan Presentasi Jurnal Pada
Klien Total AV Blok (TAVB)”
Laporan ini dibuat berdasarkan bermacam sumber buku – buku refrensi, media elektronik,
dan dari hasil pemikiran penyusun sendiri.
Selama penyusunan laporan ini penyusun banyak mendapatkan masukan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu penyusunan mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ns. Marina Kristi Layun, M.Kep Selaku dosen koordinator dan pembimbing
keperawatan Gawat darurat dan kritis di Institut Teknologi Kesehatan dan Sains
Wiyata Husada Samarinda.
2. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan kepada penyusun
Baik bersifat moril maupun material.
3. Dan semua yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat kepada pembacanya dan dapat dijadikan acuan
terhadap penyusunan laporan berikut-berikutnya.
Rida Yuliana
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan konduksi jantung adalah ganguan yang terjadi pada jaringan konduksi (jalur
listrik) jantung sehingga listrik jantung tidak berjalan lancar atau terhenti ditengah jalan.
(Budi Yuli, 2009).
AV Blok merupakan salah satu kondisi gangguan konduksi jantung yang terjadi bila
jalur SA Node ke AV Node (yang membentuk interval PR pada EKG) terhambat, maka
Interval PR menjadi lebih panjang. Ibarat jalan tol macet, maka jarak tempuh ke tempat
tujuan menjadi lebih lama. AV Blok dibagi menjadi 3 derajat sesuai tengan tingkat
keparahan. (Lippincot, William, 2011)
Total AV blok merupakan keadaan darurat jantung yang membutuhkan penanganan
segera. Blok biasanya berkembang dari blok derajat I dan II, tetapi total AV blok dapat
juga terjadi tanpa blok parsial sebelumnya atau interval PR yang bisa normal segera
setelah terjadi periode blok total. Letak blok total sering diperkirakan dengan lebar
kompleks QRS dan kecepatan ventrikel. Jika terjadi distal dari His Bundle kompleks QRS
biasanya melebar dan kecepatan ventrikel biasanya > 50x/ menit.(Hidayat, 2010 ).
B. Tujuan
Laporan presentasi askep dan jurnal ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan
pengetahuan pada keluarga dan pasien yang teserang Total AV Blok (TAVB)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Deskripsi Kasus Kelolaan
Data pasien :
Nama : Ny s
Umur : 73 thn
Pendidikan SD
Pekerjan IRT
Alamat : JL.Soekarno Hatta
Klien dating ke IGD dengan keluhan sesak nafas dan pusing berputar, saat di IGD
pasien diberi trapi oksigen nasal 3 lpm, dipasang IV cateter, dipasang urine cateter. Nadi
pasien dibawah 80x/mnt, setelah dilakukan observasi selama 2 jam tidak ada perbaikan
kondisi, maka pasien masuk ruang ICCU. Klien mempunyai riwayat penyakit vertigo dan
hipertensi sejak +/- 5 tahun uang lalu. Pasien rutin minum obat amlodipine 5mg. pasien
memiliki riwayat pemasangan temporary face maker trans lateral kanan dengan :
Klien mengatakan bahwa dikeluarga tidak memiliki riwayat sakit yang sama dengan
dirinya. Pasien merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, adik laki-laki ke 2 sudah
meninggal dunia dengan riwayat penyakit hipertensi sedangkan adik perempuan kelima
mengalami diabetes militus. Suami klien sudah meninggal dunia, klien memiliki 5 orang
anak laki-laki dan 4 orang perempuan, dimana 2 anak perempuan pasien memiliki
hipertensi dan satu anak laki-lakinya sudah meninggal dunia karena hipertensi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tidak terdapat suara nafas tambahan, pergerakan
dinding dada simetris dan teratur, pasien masih merasa sesak dengan RR 26x/mnt, pasien
terpasang oksigen 4 lpm. Pada balance cairan didapatkan intake 407 cc dan output 600 cc.
Pasien sangat terbatas untuk bergerak karena merasa nyeri dada dan sesak, pasien bed
rest dan tidak di perkenankan kekamar mandi sendiri, sehingga untuk mndi, BAB dan BAK
dikalukan ditempat tidurdengan bantuan perawat.
Obat oral :
B. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
BIODATA PASIEN
Nama : Tn. Y
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
1. Airway :
2.Breating :
3. Circulation
Nadi Teraba 84 x/menit Tidak teraba
:Sianosis Ya Tidak
:CRT < 2 detik > 2 detik
:
Pendarahan Tidak ada
: Lain
Keluhan : Tidak ada
KU Pasien : CM
. IV. PEMERIKSAAN
LANJUTAN
2. Riwayat Psikososial
Status Mental
Sadar dan orientasi baik
Status Sosia
a.Hubungan pasien dengan anggota keluarga : Baik
b. Kerabat terdekat yang dapat dihubungi :
Nama : Tn. Y
Hubungan : Anak
Telepon : 08xxxxxxxxxxxxx
Pekerjaan pasien : Guru
3. Status Gizi
Parameter
No Kriteria Skor
1. Apakah pasien mengalami penurunan BB yang tidak diinginkan
dalam
Hasil / Interpretasi: Dari hasil EKG yang didapatkan Sinus Rhytem dengan Face Maker
NILAI
SEBELU SAAT MGG MGG MGG MGG SAAT
M SAKIT MAS
UK I II III DI IV DI PULA
Tidak 1 RS1 1 1 RS
1 RS
1 N1G
terkendali/teratur
1 Mengendalikan 0 (perlu pencahar)
rangsang Kadang-kadang
defekasi BAB 1
2 Madiri
Tak
2 Mengendalikan 0 terkendali/pak
rangsang ai kateter
Kadang-kadang
1
berkemih (BAK)
2 Madiri 2 2 2 2 2 2 2
3 Membersihkan Butuh 0 0 0 0 0 0 0
diri (cuci muka, pertolongan
sisir rambut, sikat 0 orang lain
gigi) 1 Mandiri
4 Penggunaan Tergantung
jamban, masuk pertolongan
0 orang lain
dan keluar Perlu pertolongan 1 1 1 1 1 1 1
(memakai celana, pada
membersihkan, beberapa
kegiatan
menyiram) dapat
mengerjakan
2 Mandiri
5 Makan 0 Tidak mampu
Perlu ditolong 1 1 1 1 1 1 1
memoton
1 g
2 makanan
Mandiri
6 Berubah sikap dari Perlu banyak 1 1 1 1 1 1 1
berbaring ke bantuan
untuk bisa
duduk duduk (2
2 Bantuan (2
3 Mandiri
0 Tidak mampu 0 0 0 0 0 0 0
Bisa
(pindah)deng
7 Berpindah/berjalan 1 an kursi roda
Berjalan dengan
2
3 MandRi
0 Lain 0 0 0 0 0 0 0
8 Memakai baju 1 Sebagian dibantu
2 Mandiri
0 Tidak Mampu
1 pertolongan
9 Naik turun tangga 2 Mandiri
0 Lain
10 Mandi 1 Mandiri
TOTAL 7
SKOR PERAWAT
NAMA & TANGAN
Keterangan :
20 : Mandiri 5 – 8 : Ketergantungan berat
12 – 19 : Keterhantungan ringan 0 – 4 : Ketergantungan total
9 – 11 : Ketergantungan sedang
a. Analisa data
b. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b/d hipoventilasi.
2. Gangguan rasa nyaman b/d Gejala penyakit
3. Intoleransi aktivitas b/d ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
c. Intervensi keperawatan
B. Tabel summay
BAB IV
BAB IV
A. Kesimpulan
b) Daftar Pustaka