Asuhan Keperawatan pada An. L dengan Penyakit Acute Non Lymphoblastic Leukimia
M2 di Ruang Perawatan Lontara 4 Atas Depan RS Wahidin Sudirohusodo Tahun 2018
Oleh:
Ika Julianty. A
Indah Gita Cahyani
Irna Satriani
Leni Dirgahayu
Yulinar Syam
CI LAHAN CI INSTITUSI
[ ] [ ]
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................3
A. Definisi......................................................................................................................................3
B. Klasifikasi..................................................................................................................................3
C. Etiologi......................................................................................................................................5
D. Patofisiologi...............................................................................................................................6
E. Manifestasi Klinik.....................................................................................................................6
F. Pemeriksaan penunjang.............................................................................................................7
G. Penatalaksanaan.........................................................................................................................8
H. Komplikasi................................................................................................................................9
I. Konsep Pengkajian..................................................................................................................10
B. Analisa Data............................................................................................................................24
C. Prioritas...................................................................................................................................25
D. Penyimpangan KDM...............................................................................................................26
E. Diagnosa Keperawatan............................................................................................................27
F. Rencana Keperawatan..............................................................................................................27
H. Dischart Planning....................................................................................................................50
BAB I
PENDAHULUAN
A. Definisi
Leukemia adalah proliferasi tanpa batas sel darah putih yang imatur dalam
jaringan tubuh yang membentuk darah, walaupun bukan suatu tumor sel-sel leukemia
memperlihatkan sifat neoplastik yang sama seperti sel-sel kanker yang solid (Wong,
2008). Leukemia adalah proliferasi neoplastik satu sel tertentu (granulosit, monosit,
limfosit atau megakariosit) (Muttaqin Arif 2012). Leukemia akut adalah Neoplasma
maligna dengan karakteristik proliferasi sel-sel hematopoetik imatur yang tampak tidak
tidak bermanfaat serta timbulnya akut (Child J. A. 2010).
B. Klasifikasi
1. Leukemia diklasifikasikan berdasarkan jenis sel yang dipengaruhinya. Ketika pada
pemeriksaan diketahui bahwa leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka
disebut leukemia limfositik. Sedangkan leukemia yang mempengaruhi sel mieloid
seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil, disebut leukemia mielositik. Dari klasifikasi
ini, maka leukemia dibagi menjadi 2 tipe yakni leukemia akut dan kronis
a. Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat
terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit)
yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akan memiliki
perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan pasien akan meninggal rata-rata
dalam 4-6 bulan (Nurarif & Kusuma, 2015)
a) Leukemia limfositik akut (LLA)
Merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada klien-klien.
Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65 tahun
atau lebih. Leukimia Limfositik Akut ditandai dengan keberadaan sel-sel besar
seragam didalam sum-sum tulang dan darah tepi, menyerupai limfoblas yang
berproliferasi pada perkembangan janin. Lebih lanjut lagi diklasifikasikan
menurut gambaran morfologis atau menurut sifat imunologik atau genetik :
b) Leukemia mielositik akut (LMA/AML)
Merupakan tipe leukemia yang lebih sering terjadi pada dewasa
daripada klien-klien. Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
Leukimia Mieloid (granulositik) ,ditandai dengan proliferasi sel seri
granulosit, biasanya netrofil meskipun tidak jarang terjadi proliferasi eosinofil
dan basofil secara bersamaan.
LMA ditandai dengan proliferasi mieloblas. Mieloblas sulit dibedakan secara
morfologi dengan limfoblas, kecuali : mieloblas mengandung batang Auer
yang merupakan inklusi sitoplasmik kristalin warna ungu, mieloblas
bermaturasi menjadi promielosit dan terlihat granul kasar dalam sitoplasma
dan digunakan sebagai penanda sitokimia atau imunologik. AML lebih lanjut
diklasifikasikan menurut sifat morfologisnya
1. M0 : Berdiferensiasi minimal
2. M1 : Berdifrensiasi granulositik tanpa maturasi
3. M2 : Diferensiasi granulositik dengan maturasi sampai stadium
promielositik.
4. M3 : Diferensiasi granulositik dengan promielositik hipergranular,
dihubungkan dengan koagulasi intravsakular diseminata.
5. M4 : Leukimia mielomonositik akut ,garis sel monosit dan dranulosit,
garis sel monosit dari granulosit.
6. M5a : Leukimia monosit akut, berdiferensiasi buruk
7. M5b : Leukimia monosit akut, berdiferensiasi baik
8. M6 : Eritroblasia yang menonjol dengan diseritropoesis berat.
9. M7 : Leukimia megakariosi
b. Leukemia kronis
a) Leukemia limfositik kronis (LLK)
Merupakan tipe leukemia yang sering diderita oleh orang dewasa yang
berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda,
dan hampir tidak ada pada klien-klien.
b) Leukemia mielositik kronis (LMK)
Merupakan tipe leukemia yang sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga
terjadi pada klien-klien, namun sangat sedikit. Leukimia mielositik kronik
ditandai dengan proliferasi sel granulosit yang telah matur melebihi stadium
mieloblas. Kurang dai 5% sel didalam sum-sum adalah mieloblas. Bila pasien
leukimia mielositik kronis memiliki sum-sum tulang yang mengandung lebih
dari 5 % mieloblas, pasien tersebut didefinisikan sedang mengalami akselerasi
atau fase blas penyakit yang dideritanya.
4
2. Menurut awitan dan perjalan klinis :
Klasifikasi ini merupakan pendekatan paling awal karena identitas sel-sel yang
terlibat tidak diketahui. Hal ini masih mempunyai manfaat klinis:
a. Leukimia akut memiliki awitan mendadak dengan perjalanan progresif cepat yang
menyebabkan kematian jika tidak diterapi lebih lanjut. Leukimia ini ditandai
dengan sel-sel primitif (blas) yang secara morfologi berdiferansiasi buruk.
b. Leukimia kronik memiliki awitan samar dan perjalanan klinis lambat, pasien
seringkali bertahan hidup selama beberapa tahun bahkan jika tidak diterapi.
Leukimia kronis biasanya ditandai dengan tipe sel yang lebih matur/
berdiferensiasi baik.
3. Menurut Gambaran Darah Tepi :
a. Leukemik, ditandai dengan peningkatan hitung sel darah putih dan banyaknya sel
leukemik. Bentuk ini adalah bentuk yang sering terjadi.
b. Subleukemik, ditandai dengan hitung sel darah putih total normal atau rendah,
tetapi terdapat sel-sel leukemik yang dapat dikenali didalam darah tepi.
Aleukemik, keadaan dengan hitung sel darah putih total normal atau rendah dan
tidak ada sel-sel leukemik yang dapat dikenali dalam darah tepi. Leukimia ini
jarang terjadi, tetapi dapat terjadi pada awal penyakit.
C. Etiologi
Beberapa faktor-faktor penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, tetapi ada beberapa
faktor yang terbukti dapat menyebabkan leukemia myeloid akut. Faktor- faktor tersebut
antara lain:
1. Faktor genetik
Insidensi leukemia myeloid akut pada anak-anak penderita sindrom Down
adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Saudara kandung penderita leukemia
mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita sindrom Down. Selain itu, didapat
data bahwa penderita leukemia granulositik kronik dengan kromosom Philadelphia
translokasi kromosom 21 biasanya meninggal setelah memasuki fase leukemia
myeloid akut.Dari data-data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kelainan pada
kromosom 21 dapat menyebabkan leukemiamyeloid akut.
2. Sinar radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia pada binatang maupun pada manusia.Sebelum proteksi
5
terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai resiko menderita
leukemia 10 kali lebih besar. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa penderita-penderita
yang diobati dengan sinar radioaktif atau obat-obat alkilating akan menderita
leukemia pada 6% pasien dan terjadinya sesudah 5 tahun.
3. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada
binatang.Sampai sekarang tidak/belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia
pada manusia adalah virus. Walaupun demikian ada beberapa hasil penelitian yang
menyokong teori virus sebagai penyebab leukemia antara lain: enzyme reverse
transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia.
D. Patofisiologi
Leukemia adalah jenis gangguan pada sistem hematologik yang fatal dan terkait
dengan sum-sum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya
proliferasi dari leukosit. Sejumlah besar dari sel, pertama-tama menggumpal pada tempat
asalnya (granulosit dalam sum-sum tulang, limfosit di dalam limphonode) dan menyebar
ke organ hematopoetik dan berlanjut ke organ yang lebih besar (splenomegali,
hepatomegali). Proliferasi dari satu jenis sel hematopoetik lainnya dan mengarah ke
pengembangan/pembelahan sel yang cepat dan penurunan sel darah. Pembelahan dari sel
darah putih mengakibatkan menurunnya immunocompotence dengan meningkatnya
kemungkinan mendapatkan infeksi.
E. Manifestasi Klinik
Berdasarkan maturasi sel dan asal sel, leukemia dapat di klasifikasikan sebagai berikut:
1. Leukemia akut
Pada leukemia akut, sel-sel sumsum tulang tidak bisa matang dengan baik. Sel-sel
leukemia belum matang namun terus mereproduksi dan membangun. Tanpa
pengobatan, kebanyakan pasien dengan leukemia akut akan hidup hanya beberapa
bulan. Beberapa jenis leukemia akut merespon dengan baik terhadap pengobatan, dan
banyak pasien dapat disembuhkan. Jenis lain dari leukemia akut memiliki pandangan
yang kurang menguntungkan.
2. Leukemia Kronis
Pada leukemia kronis, sel-sel dapat matang sebagian tapi tidak sepenuhnya. Sel-
sel ini mungkin terlihat cukup normal, tetapi sebenarnya tidak. Mereka umumnya
6
tidak melawan infeksi seperti fungsi sel darah putih normal. Dapat bertahan hidup
lebih lama, membangun, dan menggeser sel-sel normal. Leukemia kronis cenderung
berkembang selama jangka waktu yang lama, dan sebagian besar pasien dapat hidup
selama bertahun-tahun.
Selain berdasarkan sifatnya, Leukemia secara garis besar dibagi berdasarkan
asal atau jenis sumsum tulang yang terpengaruh dari leukemia, yaitu :
1. Leukemia myeloid
Leukemia yang dimulai dalam bentuk awal sel myeloid - sel darah putih
(selain limfosit), sel darah merah, atau sel membuat platelet-(megakaryocytes)
adalah leukemia myeloid (juga dikenal sebagai myelocytic, myelogenous, atau
leukemia non-limfositik). Jenis leukemia ini diantaranya :
a. Leukemia granulositik/myeloid/mielositik/mielogenous kronik
b. Leukemia mieloblastik/granulositik/myeloid/mielositik akut
2. Leukemia limfoid
Jika kanker mulai di bentuk awal dari limfosit, maka disebut leukemia
limfositik (juga dikenal sebagai limfoid atau leukemia lymphoblastic). Limfoma
juga kanker yang dimulai di lymphocytes. Tapi sementara leukemia limfositik
berkembang dari sel-sel di sumsum tulang, limfoma berkembang dari sel-sel
dalam kelenjar getah bening atau organ lainnya. Jenis leukemia ini diantaranya :
a. Leukemia limfositik kronik
b. Leukemia limfositik akut
Dengan mempertimbangkan apakah leukemia yang akut atau kronis dan
apakah mereka myeloid atau limfositik, dapat dibagi menjadi 4 jenis utama:
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yakni:
1. Pemeriksaan darah lengkap (complete blood cell/CBC): menunjukkan normositik,
anemia normositik. Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis
7
memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3
adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur. Laboratorium akan
memeriksa jumlah sel – sel darah. Leukimia menyebabkan jumlah sel –sel darah putih
meningkat sangat tinggi, dan jumlah trombosit dan hemoglobin dalam sel – sel darah
merah menurun.
2. Aspirasi sumsum tulang (BMP): hiperseluler terutama banyak terdapat sel muda.
3. Biopsi sumsum tulang untuk mengetahui komposisi sel sumsum. Dokter akan
mengangkat sumsum tulang dari tulang pinggul atau tulang besar lainnya. Ahli
patologi kemudian akan memeriksa sampel di bawah mikroskop, untuk mencari sel –
sel kanker. Cara ini disebut biopsi, yang merupakan cara terbaik untuk mengetahui
apakah ada sel – sel leukemia di dalam sumsum tulang.
4. Lumbal punksi untuk mengetahui apakah sistem saraf pusat terinfiltrasi
5. Muramidase serum: pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik.
6. Foto dada dan biopsi nodus limfe: dapat mengindikasikan derajat keterlibatan kecil.
7. Sitogenetik – Laboratorium akan memeriksa kromosom sel dari sampel darah tepi,
sumsum tulang atau kelenjar getah bening.
8. Processus Spinosus – dengan menggunakan jarum yang panjang dan tipis, dokter
perlahan – lahan akan mengambil cairan cerebrospinal (cairan yang mengisi ruang di
sekitar otak dan sumsum tulang belakang). Prosedur ini berlangsung sekitar 30 menit
dan dilakukan dengan anastesi local. Pasien harus berbaring selama beberapa jam
setelahnya, agar tidak pusing. Laboratorium akan memeriksa cairan apakah ada sel –
sel Leukimia atau tanda – tanda penyakit lainnya.
9. Sinar X pada dada – sinar X ini dapat menguak tanda –tanda penyakit di dada.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada kasus leukimia adalah:
1. Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Chilc, J.A, 2010) yaitu:
a. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
1) Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi
anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit kurang dari
10.000/mm³, maka diperlukan transfusi trombosit.
2) Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
8
b. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya
tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah sakit, tetapi prinsip dasar
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
1) Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker
sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat diberikan secara kombinasi
dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara
sistemik maupun intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang
tampak.
2) Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak
memperbanyak diri lagi.
3) Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
4) Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa
remisi
c. Fase Pelaksanaan Kemoterapi:
1) Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan
terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-asparaginase. Fase
profilaksis sistem saraf pusat. Pada fase ini diberikan terapi methotrexate,
cytarabine, dan hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah invasi sel
leukemia ke otak.
2) Konsolidasi
Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan
remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh.
2. Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien
dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi
terus menerus.
H. Komplikasi
Adapun komplikasi dari Leukemia secara umum yaitu berupa :
1. Pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali) yaitu
kompensasi dari beban organ yang semakin berat kerjanya akibat pemindahan proses
9
pembentukan sel darah dari intamedular (sumsum tulang) ke ekstramedular (hati dan
limpa).
2. Osteonekrosis yaitu suatu keadaan yang berpotensi melumpuhkan tulang akibat dari
komplikasi kombinasi kemoterapi berupa dosis tinggi steroid. Insiden dan resiko
faktor utama untuk gejala osteonekrosis telah diperiksa pada kelompok perlakuan
klien dengan dosis tinggi steroid, prednison dan dexamitason untuk klien Leukemia
Limfoblas Akut.
3. Thrombosis meningkat pada pasien dengan Leukemia Limfoblas Akut dan kejadian
ini mungkin komplikasi dari bagian penatalaksanaan dengan tubrukan prognostic
negative. Frekuensi terjadinya komplikasi ini menurut laporan berkisar diantara 1,1%
sampai 36,7%, kesungguhan ini memiliki variasi besar berhubungan beberapa factor,
seperti perbedaan definisi dari thrombosis ( gejala atau non gejala ), metode diagnosis
untuk mendeteksi terjadinya komplikasi, study design, dan perbedaan pada protocol
pengobatan.
I. Konsep Pengkajian
Pengkajian menurut Wong et all (2004)
b. Tanyakan pada klien atau keluarga apakah ada yang menderita gangguan jiwa
dalam keluarganya
c. Kaji juga pengalaman yang tidak menyenangkan yang pernah dialami klien.
10
4. Pemeriksaan fisik
8. Persepsi tentang penyakit. Bertujuan untuk mengidentifikasi pemahaman klien saat ini
tentang penyakit dan alasan hospitalisasi.
11
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Klien :
1) Nama/Nama Panggilan : An. L
2) Tgl Lahir / Usia : 18 Februari 2006/ 12 Tahun 4 Bulan 18 Hari
3) Jenis Kelamin : Laki-Laki
4) A g a m a : Islam
5) Pendidikan : SMP
6) Alamat : Makassar
7) Tgl. Masuk : 09/06/2018
8) Tgl. Pengkajian : 02/07/2018
9) Diagnosa Medis : Acute non lymphoblastic
Leukimia M2 + CAP + Miliaria +
Trombositopenia + Faringitis Akut + Intake
tidak terjamin
10) Rencana Therapi : Opname
12
2. Keluhan Utama/Alasan Masuk Rumah Sakit
Anak mengeluhkan nyeri disertai bengkak pada kedua matanya dan lebih berat
pada mata sebelah kiri.
Anak masuk dengan keluhan bengkak pada mata kiri disertai nyeri yang dialami
sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Bengkak disertai dengan nyeri yang
menjalar hingga ke kepala dan semakin memberat. Mata merah pada mata kiri
dialami sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri disertai pengeluaran air
mata dan juga kotoran mata. Klien mengatakan tidak mengalami mual, muntah,
sesak. Pasien mengalami penurunan nafsu makan. BAB dan BAK normal.
3. Riwayat Kesehatan
Saat ini tampak bengkak pada bagian mata kanan dan kiri klien yang ditutupi
dengan verban. Anak mengatakan terkadang mata terasa nyeri dan nyeri tersebut
hilang timbul. Orang tua klien mengatakan klien sudah tidak BAB selama 3 hari
dan nafsu makan anak belum membaik. Anak tidak mengalami mual dan muntah.
Orang tua klien juga mengatakan klien sering demam dan selalu gelisah
13
c. Riwayat kesehatan keluarga
2) Genogram
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Anak (klien)
Tinggal serumah
4. Riwayat Imunisasi
Tambahan : Orang tua klien mengatakan bahwa imunisasi klien tidak lengkap.
14
5. Riwayat tumbuh kembang
a. Pertumbuhan fisik
1. Berat badan : 28 kg
5. Berjalan : 1 tahun
7. Bicara : 2 tahun
6. Riwayat nutrisi
a. Pemberian asi
15
c. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai saat ini
7. Riwayat psikososial
d. Tidak ada tangga berbahaya dirumah dan anak punya ruang bermain
8. Riwayat spiritual
Orang tua klien selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya dan selalu meyakinkan
anaknya bahwa penyakit yang dialami klien tidak berbahaya
b. Kegiatan keagamaan
9. Reaksi hospitalisasi
Anak tidak agresif, tidak marah, tidak memberontak, dan anak cukup kooperatif
dengan petugas kesehatan.
16
Orang tua cukup tenang dan menyakini bahwa anak akan sembuh
a. Nutrisi
b. Cairan
Frekuensi minum Sekitar 3 gelas per hari Sekitar 2 gelas per hari
17
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
pembuangnan
Frekuensi 3-4 kali sehari Tidak teratur
Warna dan bau Kuning bening, pesing Kuning pekat
Volume Tidak teukur Tidak teukur
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
d. Istirahat Tidur
e. Olahraga
f. Personal Hygiene
18
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
Cara Mandiri Dibantu
g. Aktifitas/mobilitas fisik
h. Rekreasi
Klien tampak bengkak di kedua matanya terutama pada mata bagian kiri. Tampak
pus pada mata klien. Klien tampak lemah dan selalu berbaring di tempat tidur.
b. Tanda-tanda vital
1. Suhu : 38,5oC
3. Respirasi : 24 kali/menit
c. Antropometri
19
2. Berat badan : 28 kg
3. IMT : 14,2
4. Status Gizi :
Median : 17,8
-1SD : 16,0
IMT : 14,2
: (-3,6) : 2
: - 2 SD (Kurus)
d. Sistem pernapasan
1. Hidung simetris dan tidak ada cuping hidung, polip, serta epistaksis.
3. Bentuk dada normal dan gerakan dada simetris tanpa penggunaan otot bantu
pernapasan
e. Sistem kardiovaskuler
f. Sistem pencernaan
3. Perut tidak kembung dan tidak ada nyeri tekan. Peristaltik normal
5. Anus normal
20
6. Orang tua klien mengatakan klien cepat kenyang dan klien mengalami
penurunan berat badan sejak klien sakit
g. Sistem indra
1. Mata
a) Terdapat benjolan pada kedua mata klien terutama pada mata bagian kiri
dan terasa nyeri. Mata kiri menonjol 2 cm ke dan mata kanan 1 cm. Sklera
tampak berwarna merah dan kornea berubah wrna menjadi kuning.
b) Klien tidak dapat melihat
c) Pemeriksaan visus tidak dilakukan
d) Lapang pandang menurun
e) Konjungtiva hiperemis
2. Hidung
a) Penciuman baik, tidak ada perih dihidung, trauma dan mimisan juga tidak
ada
b) Terdapat sekret
3. Telinga
a) Keadaan daun telinga simetris dan normal
b) Fungsi pendengaran baik
h. Sistem saraf
1. Status mental: orientasi baik
i. Sistem muskuloskeletal
21
4. Lutut, kaki, dan tangan simetris serta tidak ada hambatan pergerakan
j. Sistem integumen
2. Kulit berwarna sawo matang, teraba hangat dan tidak ditemukan luka
3. Kuku normal
4. Turgor baik
k. Sistem endokrin
3. Tidak ada keringat berlebih dan terkadang suhu tubuh pasien meningkat
l. Sistem perkemihan
m. Sistem reproduksi
Tidak dikaji
n. Sistem imun
22
b. Perkembangan psikoseksual normal (anak bermain dengan sesama anak laki-laki
dan terkadang merasa malu jika bermain dengan anak perempuan, anak belum
memiliki ketertarikan pada lawan jenis)
a. Ka-En 3B 18 tetes/menit
c. Ketoconazole 50mg/8jam/oral
d. Ambroxol 15mg/8jam/oral
e. Paracetamol 250mg/6jam/IV
f. Ceftazidine 1gr/12jam/IV
23
a. Pengkajian nyeri anak usia 12 tahun dengan menggunakan VAS dan Wong Baker
Face Scale diperoleh skala nyeri 3 dengan interpretasi nyeri ringan.
S:3
B. Analisa Data
Tgl
DATA MASALAH
pengkajian
02/07/2018 DS:
- Keluarga klien mengatakan
klien selalu gelisah
Ketidakefektifan bersihan
DO:
jalan napas
- Batuk yang tidak efektif
- Terdapat suara napas
tambahan : ronkhi
02/07/2018 DS:
- Keluarga klien mengatakan
klien selalu gelisah
DO: Hipertermi
- Suhu: 38.5
- Nadi 110
- Kulit teraba hangat
02/07/2018 DS:
- Keluarga klien mengatakan
nafsu makan klien menurun
- Keluarga klien mengatakan Ketidakseimbangan nutrisi:
sejak sakit kilen mengalami kurang dari kebutuhan tubuh
penurunan berat badan
DO:
- Z Score: -2 SD (gizi kurang)
02/07/2018 DS: Nyeri akut
- Klien mengeluh nyeri pada
kedua matanya sejak 1 bulan
yang lalu
- P: Ketika dilakukan perawatan
luka
Q: Mata terasa pedis
R: Pada mata
T: 5-7 menit hilang timbul
DO:
- S: 3 (VAS)
- N : 110 (perubahan parameter
24
Tgl
DATA MASALAH
pengkajian
fisiologis)
- Pada saat dilakukan perawatan
luka, klien tampak selalu ingin
melindungi area mata
02/07/2018 Faktor risiko:
- Malnutrisi (-2 SD status gizi:
kurang)
- WBC: 2.65 x103 uL
- Hb: 7.2 gr/dL
- Terpajan pada wabah: terdapat
Risiko infeksi
luka pada kedua mata. Mata
kiri menonjol 2 cm ke dan
mata kanan 1 cm. Sklera
tampak berwarna merah dan
kornea berubah wrna menjadi
kuning.
02/07/2018 Faktor risiko:
- Gangguan visual (klien tidak
dapat melihat)
- Anemia, Hb: 7.2 gr/dL Risiko jatuh
- Skor humpty dumpty diperoleh
score 14 (risiko jatuh tinggi)
C. Prioritas
No. Masalah Keperawatan Prioritas
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas 1
2. Hipertermi 2
3. Nyeri 3
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
4. 4
kebutuhan
5. Risiko Infeksi 5
6. Risko jatuh 6
7. Risiko kerusakan membran mukosa oral 7
25
D. Penyimpangan KDM
HIPERTERMI
26
E. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi yang tertahan
e. Risiko Infeksi
F. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan/ Sasaran Intervensi
(NANDA) (NOC) (NIC)
1. Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan tindakan Monitor pernapasan
jalan napas berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam Monitor kecepatan irama, kedalaman dan
dengan sekresi yang tertahan diagnosa dapat teratasi dengan kriteria : sulit bernapas
Monitor suara napas tambahan
Status pernafasan : Kepatenan jalan Monitor saturasi oksigen (SaO2)
nafas Auskultasi suara napas
Frekuensi pernapasan tidak ada Catat perubahan pada saturasi O2
deviasi dari kisaran normal Monitor sekresi pernapasan
Irama pernafasan tidak ada deviasi
dari kisaran normal Terapi Oksigen
Klien mampu mengeluarkan sekret Bersihkan jalan napas
Tidak ada suara nafas tambahan Pertahankan kepatenan jalan napas
Tidak ada akumulasi sputum
27
Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Monitor pemberian oksigen
Monitor kefektifan penggunaan terapi
oksigen
Kolaborasi
Kolaborasi dengan terapi inhalasi (NaCl 0,9
%)
2 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Demam
dengan proses penyakit selama 1 x 24 jam diagnosa dapat Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
teratasi dengan kriteria: Monitor warna kulit dan suhu
Kolaborasi pemberian terapi antipiretik,
Termoregulasi : antibiotik atau agen anti menggigil
Klien melaporkan kenyamanan suhu Tutup pasien dengan selimut atau pakaian
tidak terganggu ringan tergantung pada fase demam
Tidak ada peningkatan suhu kulit Dorong konsumsi cairan
Tidak ada perubahan warna kulit Fasilitasi istirahat, terapkan pembatasan
aktivitas: jika diperlukan
Tanda-tanda vital : Mandikan pasien dengan spons hangat dengan
Suhu tubuh tidak ada deviasi dari hati-hati (yaitu: berikan pada pasien dengan
kisaran normal suhu yang sangat tinggi, tidak
Nadi tidak ada deviasi dari kisaran memberikannya selama fase dingin dan
normal hindari agar pasien tidak menggigil)
Pantau komplikasi yang berhubungan dengan
demam serta tanda dan gejala, kondisi
penyebab demam.
Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang
28
kering
29
dan frekuensi
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Monitoring vital sign
4 Ketidakseimbangan nutrsi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajeman Gangguan Makan
kurang dari kebutuhan selama 3 x 24 nutrisi terpenuhi dengan Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
berhubungan dengan kurang kriteria hasil : mengembangkan rencana perawatan dengan
asupan makanan melibatkan klien dan orang terdekat klien
Status Nutrisi Rundingkan dengan tim kesehatan lain, klien,
Asupan Gizi tidak menyimpang serta orang terdekat klien terkait target
dari rentang normal pencapaian berat badan
Asupan makanan tidak Rundingkan dengan ahli gizi mengenai
menyimpang dari rentang asupan kalori harian yang ingin dicapai
normal Dorong klien untuk mendiskusikan makanan
Rasio berat badan/tinggi badan yang disukai
tidak menyimpang dari rentang Monitor berat badan klien secara rutin
normal Monitor intake secara tepat
Nafsu makan Manajeman kemoterapi
Keinginan untuk makan tidak Telusuri pengalaman klien sebelumnya
terganggu terkait mual muntah akibat kemoterapi
Klien menyenangi makanan Mengajarkan pasien makan sedikit tapi
Klien mencari makanan sering
Intake makanan tidak terganggu Monitor status nutrisi dan berat badan
Intake nutrisi tidak terganggu Instruksikan pasien untuk tidak makan
30
makanan pedas
Tentukan kemampuan klien untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
5. Risiko infeksi Setelah dilakukan perawatan, diagnosa Kontrol infeksi
dapat teratasi dengan kriteria: Ganti peralatan perawatan per pasien sesuai
protokol institusi
Penyembuhan luka primer Ajarkan cara cuci tangan yang tepat kepada
Drainase purulen tidak ada klien maupun keluarga klien
Drainase serosa tidak ada Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan
Drainase sannguinis tidak ada sebelum dan sesudah mengunjungi klien
Draniase serosanguinis tidak ada Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan
Eritema kulit disekitarnya tidak ada perawatan klien
Lebam di kulit sekitarnya tidak ada Lakukan tindakan-tindakan pencegahan yang
Periwound edema tidak ada bersifat universal
Peningkatan suhu kulit tidak ada Gunakan sarung tangan sesuai dengan
Bau luka busuk tidak ada kebijakan universal
Gunakan sarung tangan steril dengan tepat
Bersihkan kulit klien dengan agen antibakteri
yang sesuai
pastikan teknik perawatan luka yang tepat
tingkatkan intake nutrisi yang tepat
kolaborasi pemberian terapi antibiotik yang
sesuai
ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi dan kapan harus
melaporkannya pada tim kesehatan
ajarkan pasien dan keluarga mengenai
31
tindakan menghindari infeksi
Manajemen Lingkungan
7 Resiko kerusakan membran Setelah dilakukan perawatan selama Pemulihan kesehatan mulut
mukosa oral 3x24 jam diharapkan resiko kerusakan
integritas mukosa oral tidak terjadi Monitor kondisi mulut pasien (misalnya bibir,
lidah, membran mukosa, gigi dan gusi)
32
dengan kriteria hasil : termasuk karakteristik dan abnormalitasnuya
(misalnya ukuran, warna dan lokasi adanya
Kesehatan Mulut lesi atau inflamasi)
Mulut, gigi dan gusi tetap bersih Monitor perubahan dan pengecapan rasa,
Mulut tidak berbau pembengkakan dan kenyamanan
Melakukan atau menganjurkan keluarga untuk
melakukan oral hygiene (berkumur-kumur
menggunakan air atau saline) jika
memungkinkan
Dorong untuk meningkatkan asupan cairan
33
P:
Intervensi Di lanjutkan
Monitoring status pernapasan
Terapi Inhalasi
Menganjurkan batuk efektif
2 Selasa, 3 Juli Pukul 12.00 Pukul : 13.00
2018 Pemberian obat terapi inhalasi NaCl 0.9% S:
Dinas Pagi sebanyak 3 cc melalui nebulizer Ibu klien mengatakan klien sering mengeluarkan
(Hari kedua) lendir dan sudah dapat dikeluarkan
Pukul 12.30 O:
Monitoring status pernapasan Klien sudah dapat melakukan batuk efektif
Menganjurkan cara batuk efektif Klien mengeluarkan lendir dalam jumlah
banyak
RR: 30 kali/menit
SaO2 : 98%
P:
Intervensi Di lanjutkan
Monitoring status pernapasan
Terapi Inhalasi
Menganjurkan batuk efektif
Selasa, 3 Juli Pukul 17.00 Pukul 20.00
2018 Monitoring status pernapasan S:
Dinas Sore Anjurkan keluarga membantu klien Keluarga klien mengatakan klien masih sering
(Hari kedua) mengeluarkan lendir
34
mengeluarkan lendir. Keluarga klien mengatakan telah membantu
klien mengeluarkan lendir
O:
Klien tampak mengeluarkan lendir melalui
mulut dan dibantu oleh keluarga
Status pernapasan:
RR: 28
SaO2: 98%
O:
Klien tampak mengeluarkan lendir melalui
mulut dan dibantu oleh keluarga
Status pernapasan:
35
RR: 28
SaO2: 97%
P:
Intervensi Di lanjutkan
Monitoring status pernapasan
Terapi Inhalasi
Menganjurkan batuk efektif
36
Rabu, 4 Juli Pukul 17.00 Pukul 20.00
2018 Monitoring status pernapasan S:
Dinas Sore Anjurkan keluarga membantu klien Ibu klien mengatakan lendirnya sudah mulai
(Hari ketiga) mengeluarkan lendir. berkurang
O:
Ronkhi tidak ada
RR: 30
SaO2: 99%
O:
Ronkhi tidak ada
Status pernapasan:
RR: 28
SaO2: 98%
37
A:Bersihan jalan napas efektif
P: Teratasi
39
A: Hipertermi (belum teratasi)
P:
Lanjutkan intervensi
Monitoring tanda-tanda vital terkait, denyut
nadi dan frekuensi pernapasan
Mengkompres pasien dengan air biasa dan
diletakkan pada dahi, tengkuk, axilla dan
lipatan paha pasien
Kolaborasi pemberian obat penurun panas
40
Mengkompres pasien dengan air biasa dan
diletakkan pada dahi, tengkuk, axilla dan
lipatan paha pasien
Kolaborasi pemberian obat penurun panas
Pukul: 08.00
Pukul: 21.00 S:
Dinas malam Monitoring tanda-tanda vital terkait suhu Keluarga klien masih mengatakan bahwa
(21.00-08.00) tubuh pasien dan denyut nadi pasien badan klien terasa hangat
N: 116 O:
S: 37,6 C Saat diraba, badan pasien terasa hangat
Melakukan kompres air biasa diletakkan Vital sign:
pada dahi dan axilla N: 99
S: 37,7
41
Diagnosa keperwatan : Nyeri akut berhubungan dengan cedera biologis
No. Hari, Tanggal Implementasi Evaluasi
1. Senin, 2 Juli 2018 Pukul 09.00 Jam: 14.00 WITA
Melakukan pengkajian nyeri komprehensif S:
Hasil: Klien mengeluh nyeri pada kedua mata Klien mengeluh nyeri pada kedua mata sejak 1
2018 Monitoring tanda-tanda vital terkait
Mengobservasi adanya petunjuk nonverbal suhu S: bulan yang lalu
ingin melindungi Keluarga
(Dinas Pagi) tubuh P: Ketikaklien masihperawatan
mengatakan
luka bahwa
Hasil:pasien
tampakdan klien
denyutselalu
nadi pasien dilakukan
08.00-14.00 N: 99 mata saat dibersihkan
kedua badan klienterasa
Q: Mata terasapedis
hangat
S: 37,7 C O:
Menentukan akibat dari pengalaman nyeri R: Pada mata
Melakukan kompres air biasa
klien diletakkan Saat diraba, badan pasien terasa hangat
terhadap kualitas hidup T: 5-7 menit hilang timbul
pada dahi dan axilla
Hasil: Pasien terbatas saat melakukan Vital sign:
aktivitasnya O:N: 108
Memberikan informasi mengenai nyeri S: 37,1
S: 3 (VAS)
Hasil: klien mengerti dengan informasi yang Pada saat dilakukan perawatan luka, klien
diberikan A: Hipertermi (teratasi)
tampak selalu ingin melindungi area mata
P:
Mengajarkan penggunaan teknik non A: Nyeri akut belum teratasi
farmakologi (relaksasi napas dalam) Intervensi dilanjutkan jika sewaktu-waktu
P: Lanjutkan intervensi
Hasil: klien mengerti instruksi yang diberikan terjadi demam
Lakukan pengkajian nyeri
Observasi adanya petunjuk nonverbal
Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
terhadap kualitas hidup klien
2 Selasa, 3 Juli 2018 Pukul 09.30 Pukul 14.00
Melakukan pengkajian nyeri S:
Hasil: klien mengeluh nyeri saat akan Klien mengeluh nyeri saat mata
dibersihkan/ganti perban dibersihkan/ganti perban
Mengobservasi adanya petunjuk nonverbal P: Ketika dilakukan perawatan luka
Hasil: tampak klien selalu ingin melindungi Q: Mata terasa pedis
kedua mata saat dibersihkan R: Pada mata
Menentukan akibat dari pengalaman nyeri T: 5-7 menit hilang timbul
terhadap kualitas hidup klien O:
Hasil: aktivitas klien dibantu oleh keluarga S: 3 (VAS)
Mengajarkan penggunaan teknik non Pada saat dilakukan perawatan luka, klien
farmakologi (relaksasi napas dalam) tampak selalu ingin melindungi area mata
Hasil: Pasien mengerti instruksi yang diberikan A: Masalah teratasi 42
dan mempraktekannya P : Lanjutkan intervensi
Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan
makanan
Hari,Tanggal,
No Implementasi Evaluasi
Jam (WITA)
1. Senin, 2 Juli Pukul 09:00 Pukul 13:00
2018 Melakukan pengkajian komperehensif S:
(Hari pertama) terhadap nutrisi Keluarga klien mengatakan klien mengalami
Hasil : klien mengalami penurunan berat penurunan nafsu makan selama sakit
badan selama sakit Keluarga klien mengatakan selalu merasa
kenyang
Pukul 15:00 O:
Mengedukasi keluarga dan klien tentang IMT : 14.2
43
kebutuhan nutrisi anak A: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
Hasil : klien paham tentang kebutuhan nutrisi kebutuhan tubuh (belum teratasi)
klien P: Intervensi
Mengajarkan pasen tentang sedikit makan Evauasi tentang edukasi keluarga dan klien
tapi sering tentang kebutuhan nutrisi
Hasil : klien tidak nafsu makan Mengevaluasi pasien tentang makan sedikit
Menentukan kemampuan klien dalam tapi sering
memenuhi kebutuhan Menentukan kemampuan klien dalam
Hasil : klien selalu merasa kenyang (1-3 memenuhi kebutuhan nutrisi
sendok makan sudah kenyang)
2. Selasa, 3 Juli Pukul 09:00 Pukul 13:00
2018 Menentukan kemampuan klien dalam S:
(Hari kedua) memenuh nutrisi Keluarga klien mengatakan selalu merasa
Dinas Pagi Hasil : klien masih sering merasa kenyang kenyang
O:
IMT : 14.2
A: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh (belum teratasi)
P: Intervensi
Evauasi tentang edukasi keluarga dan klien
tentang kebutuhan nutrisi
Mengevaluasi pasien tentang makan sedikit
tapi sering
Menentukan kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi
Dinas Siang Pukul 15:00 Pukul 20:00
Mengevaluasi keluarga dan klien tentang S:
kebutuhan nutrisi anak Keluarga klien mengatakan selalu merasa
44
Hasil : klien paham tentang kebutuhan nutrisi kenyang
klien, tapi klien tetap kurang nafsu makan O:
(makanan yang disediakan rumah sakit hanya
IMT : 14.2
habis ¼) A: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
Mengevaluasi pasien tentang sedikit makan kebutuhan tubuh (belum teratasi)
tapi sering P: Intervensi
Hasil : dalam sehari klien makan 4 kali sehari Evauasi tentang edukasi keluarga dan klien
(2-6 sendok makan) tentang kebutuhan nutrisi
Mengevaluasi pasien tentang makan sedikit
tapi sering
Menentukan kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi
3. Rabu, 23 Mei Pukul 09:00 Pukul 13:00
2018 Menentukan kemampuan klien dalam S:
Hari Keriga memenuh nutrisi Keluarga klien mengatakan selalu merasa
Dinas pagi Hasil : klien masih sering merasa kenyang kenyang
O:
IMT : 14.2
A: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh (belum teratasi)
P: Intervensi
Evauasi tentang edukasi keluarga dan klien
tentang kebutuhan nutrisi
Mengevaluasi pasien tentang makan sedikit
tapi sering
Menentukan kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi
Dinas siang Pukul 15:00 Pukul 20:00
45
Mengevaluasi keluarga dan klien tentang S:
kebutuhan nutrisi anak Keluarga klien mengatakan selalu merasa
Hasil : klien paham tentang kebutuhan nutrisi kenyang
klien, tapi klien tetap kurang nafsu makan O:
(makanan yang disediakan rumah sakit hanya IMT : 14.2
habis ¼) A: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
Mengevaluasi pasien tentang sedikit makan kebutuhan tubuh (belum teratasi)
tapi sering P: Intervensi
Hasil : dalam sehari klien makan 5 kali sehari Evauasi tentang edukasi keluarga dan klien
(2-6 sendok makan) tentang kebutuhan nutrisi
Mengevaluasi pasien tentang makan sedikit
tapi sering
Menentukan kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan nutrisi
46
Mengkaji karakteristik luka
Hasil: terdapat pus pada luka mata bagian kiri P :
serta tampak edema pada mata kanan dan kiri Mengkaji karakteristik luka
Melakukan perawatan luka
Mengajarkan keluarga klien cara salah satu cara
menghindari infeksi (mencuci tangan)
P:
Mengkaji karakteristik luka
Melakukan perawatan luka
47
A : Risiko infeksi belum teratsi
P:
Mengkaji karakteristik luka
Melakukan perawatan luka
Menganjurkan keluarga selalu mencuci tangan
sebelum kontak dengan klien
P:
Mengkaji karakteristik luka
Melakukan perawatan luka
48
Jam (WITA)
P:
Lanjutkan intervensi
P:
Lanjutkan intervensi
P:
Lanjutkan intervensi
Diagnosa Keperawatan: Risiko kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan imunodefisiensi dan infeksi penyakit
Hari,Tanggal,
No Implementasi Evaluasi
Jam (WITA)
50
(21.00-08.00) membrane mukosa -
O:
Hari pertama
Pasien sedang menjalani kemoterapi
Pukul 21.30
Menganjurkan keluarga untuk melakukan A: Tidak terjadi kerusakan membran mukosa oral
oral hygiene (berkumur-kumur
menggunakan air atau saline) jika P:
memungkinkan sebelum tidur dan saat Intervensi Di lanjutkan
bangun di pagi hari
Menganjurkan keluarga untuk melakukan oral hygiene
(berkumur-kumur menggunakan air atau saline) jika
memungkinkan
2 Selasa, 3 Juli Pukul 21.30 Pukul : 08.00
2018 Menganjurkan keluarga untuk melakukan
S:
oral hygiene (berkumur-kumur
(21.00-08.00)
menggunakan air atau saline) jika -
Hari kedua memungkinkan sebelum tidur dan saat
bangun di pagi hari O:
P:
Intervensi Di lanjutkan
51
3 Rabu, 4 Juli Pukul 11.00 Pukul : 14.00
2018 Menganjurkan keluarga untuk melakukan
S:
oral hygiene (berkumur-kumur
(08.00-14.00)
menggunakan air atau saline) jika -
Hari ketiga memungkinkan sebelum tidur dan saat
bangun di pagi hari O:
P:
Intervensi Di lanjutkan
52
H. Dischart Planning
1. Biodata
a. Identitas Klien :
1) Nama/Nama Panggilan : An. L
2) Tgl Lahir / Usia : 18 Februari 2006/ 12 Tahun 4 Bulan 18 hari
3) HariJenis Kelamin : Laki-Laki
4) A g a m a : Islam
5) Pendidikan : SMP
6) Alamat : Makassar
7) Tgl. Masuk : 09/06/2018
8) Tgl. Pengkajian : 02/07/2018
9) Diagnosa Medis : Acute non
lymphoblastic Leukimia M2 + CAD + Miliaria
+ Trombositopenia + Faringitis Akut + Intake
tidak terjamin
10) Rencana Therapi : Opname
53
3. Diagnosa Keperawatan yang Muncul :
e. Risiko Infeksi
b. Risiko Infeksi
6. Pengobatan/ penatalaksanaan
a. Di Rumah Sakit :
1) Ka-En 3B 18 tetes/menit
3) Ketoconazole 50mg/8jam/oral
4) Ambroxol 15mg/8jam/oral
5) Paracetamol 250mg/6jam/IV
54
6) Ceftazidine 1gr/12jam/IV
8) Lumbal Punksi
9) Transfusi darah
7. Perawatan Diri
a. Di Rumah Sakit :
1) Perawatan luka
2) Personal hygiene
b. Di Rumah :
1) Perawatan luka
2) Personal hygiene
8. Follow Up
a. Kontrol di poli klinik anak hematologi onkologi mother and child RSWS
c. Segera kembali ke Gawat Darurat rumah sakit jika terjadi: kejang, demam tinggi,
dan sesak
55
BAB IV
PEMBAHASAN
direkomendasikan agar posisinya semi fowler atau fowler. Namun, pada kenyataannya masih
terdapat pasien yang posisi supinasi melakukan nebulisasi sehingga pengembangan paru-
parunya tidak maksimal. Doyley, et al. (2014) menjelaskan bahwa ketika melakukan terapi
nebulisasi pasien diposisikan duduk di kursi atau di tempat tidur lebih dari 45 derajat karena
tidak melakukan pemantauan denyut jantung. Doyley, et al. (2014) mengatakan bahwa
pemantauan denyut nadi selama terapi nebulisasi dilakukan terutama jika menggunakan obat
Dalam teori juga dijelaskan juga bahwa perawat seharusnya menemani klien selama
dilakukan terapi nebulizer Menurut National Health Service (NHS) (2013) pada saat
melakukan nebulisasi seharusnya perawat menemani pasien agar dapat memantau respon
dilakukan nebulisasi, melakukan pemeriksaan TTV sebelum dan sesudah melakukan terapi
56
BAB V
A. Kesimpulan
leukemia harus memperhatikan jumlah trombosit dan leukosit. Selain itu pemberian
asuhan keperawatan pada anak, perawat harus selalu melibatkan orang tua atau keluarga
pasien. Pada kasus di atas, diagnosa keperawatan yang bisa diangkat yaitu
kurang dari kebutuhan, risiko infeksi, risiko jatuh dan risiko kerusakan membran mukosa
oral. Adapun intervensi yang dilakukan sebaiknya sesuai dengan standar operasional
prosedur setiap tindakan yang akan dilakukan. Pada pasien yang diberikan kemoterapi,
B. Saran
57
DAFTAR PUSTAKA
Brun et.al. (2014). The cleaning and disinfection of nebulizers used at home and in a cystic
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC). United States of America: Elsevier.
Doyley, et al. (2014). Clinical procedure s for safer patient care. Canada: B.C. Open
Textbook Project
Jacob, A., Rekha, R., Tarachnand, J. S. (2014). Buku Ajar Clinical Nursing Procedure.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC). United States of America: Elsevier.
58