Disusun Oleh :
14901.05.18001
Blok atrioventrikular disebabkan oleh gangguan pada beberapa bagian sistem konduksi
AV. Sinus-denyut awal diperlambat atau secara lengkap diblock dari pengaktivasi ventrikel.
Blok dapat terjadi pada tingkat nodus AV, berkas His, atau cabang berkas karena sistem
konduksi AV terdiri dari semua struktur ini. Pada blok AV derajat pertama dan kedua , blok ini
tidak komplit dimana beberapa atau semua impuls akhirnuya dikonduksi ke ventrikel.
Pada blok AV derajat tiga atau blok jantung komplit, tidak ada sinus impuls yang
dikonduksi.
C. Etiologi
D. Klasifikasi
1. AV block derajat pertama
Pada AV block derajat pertama ini, konduksi AV diperpanjang tetapi semua impuls
akhirnya dikonduksi ke ventrikel. Gelombang P ada dan mendahului tiap-tiap QRS
dengan perbandingan 1:1, interval PR konstan tetapi durasi melebihi di atas batas 0,2
detik.
2. AV block derajat kedua Mobitz I (Wenckebach)
Tipe yang kedua, blok AV derajat dua, konduksi AV diperlambat secara progresif pada
masing-masing sinus sampai akhirnya impuls ke ventrikel diblok secara komplit. Siklus
kemudian berulang dengan sendirinya.
Pada gambaran EKG, gelombang P ada dan berhubungan dengan QRS di dalam sebuah
pola siklus. Interval PR secara progresif memanjang pada tiap-tiap denyut sampai
kompleks QRS tidak dikonduksi. Kompleks QRS mempunyai bentuk yang sama seperti
irama dasar. Interval antara kompleks QRS berturut-turut memendek sampai terjadi
penurunan denyut.
3. AV block derajat kedua Mobitz II
AV block tipe II digambarkan sebagai blok intermiten pada konduksi AV sebelum
perpanjangan interval PR. Ini ditandai oleh interval PR fixed jika konduksi AV ada dan
gelombang P tidak dikondusikan saat blok terjadi.
Blok ini dapat terjadi kadang-kadang atau berulang dengan pola konduksi 2 : 1, 3 : 1, atau
bahkan 4 : 1, karena tidak ada gangguan pada nodus sinus, interval PP teratur. Sering kali
ada bundle branch block (BBB) atau blok cabang berkas yang menyertai sehingga QRS
akan melebar.
4. AV block derajat ketiga (komplit)
Pada blok jantung komplit, nodus sinus terus memberi cetusan secara normal, tetapi tidak
ada impuls yang mencapai ventrikel. Ventrikel dirangsang dari sel-sel pacu jantung yang
keluar dan dipertemu (frekuensi 40-60 denyut/menit) atau pada ventrikel (frekuensi 20-40
denyut/menit) tergantung pada tingkat AV blok. Pada gambaran EKG gelombang P dan
kompleks QRS ada tetapi tidak ada hubungan antara keduanya. Interval PP dan RR akan
teratur tetapi interval RR bervariasi. Jika pacu jantung pertemuan memacu ventrikel, QRS
akan mengecil. Pacu jantung idioventrikular akan mengakibatkan kompleks QRS yang
lebar.
E. Patofisiologi
Blok jantung adalah perlambatan atau pemutusan hantaran impuls antara atrium dan
venrikel. Impuls jantung biasanya menyebar mulai dari nodus sinus, mengikuti jalur
internodal menuju nodus AV dan ventrikel dalam 0,20 detik (interval PR normal);
depolarisasi ventrikel terjadi dalam waktu 0,10 detik (lama QRS komplek). Terdapat tiga
bentuk blok jantung yang berturut-turut makin progresif. Pada blok jantung derajatderajat
satu semua impuls dihantarkan melalui sambungan AV, tetapi waktu hantaran memanjang.
Pada blok jantung derajat dua, sebagian impuls dihantarkan ke ventrikel tetapi
beberapa impuls lainnya dihambat. Terdapat dua jenis blok jantung derajat dua, yaitu
Wnckebach (mobitz I) ditandai dengan siklus berulang waktu penghantaran AV ang
memanjang progresif, yang mencapai puncaknya bila denyut tidak dihantarkan. Jenis kedua
(mobitz II) merupakan panghantaran sebagian impuls dengan waktu hantaran AV yang tetap
dan impuls yanglain tidak dihantarkan.
Pada blok jantung derajat tiga, tidak ada impuls yang dihantarkan ke ventrikel,
terjadi henti jantung, kecuali bila escape pacemaker dari ventrikel ataupun sambungan
atrioventrikuler mulai berfungsi. Blok berkas cabang adalah terputusnya hantaran berkas
cabang yang memperpanjang waktu depolarisasi hingga lebih dari 0,10 detik.
F. Manifestasi klinik
G. Pemeriksaan penunjang
2) AV blok derajat I
Tidak ada tindakan yang diindikasikan.
Interval PR harus dimonitor ketat terhadap kemungkinan blok lebih lanjut,
Kemungkinan dari efek obat juga harus diketahui
3) AV blok derajat II Molitz I
Tidak ada tindakan yang diindikasikan. Kecuali menghentikan obat jika ini
merupakan agen pengganggu
Monitor klien terhadap berlanjutnya blok.
Tipe ini biasanya tidak diterapi kecuali sering kompleks QRS menghilang dengan
akibat gejala klinis hipotensi dan penurunan perfusi serebrum. Bila ada gejala ini
maka pada penderita bisa diberikan 0,5 sampai 1,0 mg atropine IV sampai total
2,0 mg.
4) AV blok derajat II Molitz II
Observasi ketat terhadap perkembangan menjadi blok jantung derajat III.
Obat seperti atropine atau isopreterenol, atau pacu jantung mungkin diperlukan
bila pasien menunjukkan gejala-gejala atau jika blok terjadi dalam situasi IMA
akut pada dinding anterior.
5) AV blok derajat III (komplit)
Atropin (0,5 sampai 1 mg) bisa diberikan dengan dorongan IV. Bila tidak ada
kenaikan denyut nadi dalam respon terhadap atropine maka bisa dimulai tetesan
isoproterenol 1 mg dalam 500 ml D5W dengan tetesan keciluntuk meningkatkan
kecepatan denyut ventrikel. Penderita yang menunjukkan blok jantung derajat tiga
memerlukan pemasangan alat pacu jantung untuk menjamin curah jantung yang
mencukupi
Pacu jantung diperlukan permanen atau sementara
6) Implantasi pacu jantung (pace maker)
Merupakan terapi terpilih untuk bradiatritmia simtomatik. Pacu jantung permanen
adalah suatu alat elektronik kecil yang menghasilkan impuls regular untuk
mendepolarisasi jantung melalui electrode yang dimasukkan ke sisi kanan jantung
melalui system vena.
Suatu pacu jantung satu bilik memiliki electrode pada ventrikel kanan atau atrium
kanan. Pacu jantung dua bilik memberikan impuls ke atrium dan ventrikel melalui dua
electrode dan bisa menghasilkan impuls yang sinkron pada ventrikel setelah tiap
gelombang P yang terjadi di atrium. Sehingga timbul impuls yang mendekati depolarisasi
fisiologis pada jantung, dan memungkinkan jantung berdenyut sesuai dengan nodus
sinus.
Nomenklatur pacu jantung :
huruf pertama -- rongga yang dipacu (V : ventrikel, A : atrium, D : keduanya)
huruf kedua – rongga yang dituju (V, A, atau 0 bila tidak ada)
huruf ketiga – pacu jantung merespon terhadap deteksi aktivitas listrik jaunting (I :
diinhibisi, T : dipicu, D : keduanya)
huruf keempat – menunjukkan apakah pacu jantung menstimulasi lebih cepat saat
aktivitas fisik yang disimbolkan dengan huruf R, artinya denyut responsive (misal VVI-
R) (Davey, 2012).
I. Komplikasi
Komplikasi bradikardi ventrikal.
ASUHAN KEPERAWATAN
TEORI
A. Pengkajian
1. Identitas
Pengkajian mengenai nama ,umur, dan jenis kelamin perlu di kaji pada penyakit gagal
jantung alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada,status
perkawinan,gangguan emosional yang timbul dapat terjadi penyakit gagal jantung
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama :
Dispneu, batuk,Mudah lelah, Denyut jantung cepat, Edema.
b. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat serangan gagal jantung,waktu serangan, riwayat pengobatan yang di
lakukan untuk meringankan gejala penyakit.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Perlunya pengkajian tentang riwayat penyakit keluarga yang lain pada anggota
keluarga yang mungkin pernah menderita panyakit gagal jantung.
3. Pemeriksaan BioPsikososial
1. Aktivitas/istirahat :
§ Tanda : keletihan sepanjang hari, nyeri dada dengan aktivitas, disepnea pada
saat istirahat.
§ Gejala : gelisah, letargi, tanda vital berubah pada saat aktivitas.
2. Sirkulasi :
§ Gejala : riwayat hipertensi, infark miokard, penyakit katup jantung, bedah jantung,
endokarditis, anemia, syok septik, edema ekstermitas, dan abdomen.
§ Tanda : tekanan darah rendah/tinggi, tekanan nadi menyempit, takikardi, disritmia,
S1dan S2 melemah, murmur sistolik,perubahan denyut pada nadi sentral, kebiruan,
pembesaran hepar, krekels dan ronkhi.
3. Integritas ego
§ Gejala : ansietas, dan stres.
§ Tanda : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
4. Makanan/cairan
§ Gejala : kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambahan BB, edema
ekstermitas, dan penggunaan diuretik.
§ Tanda : penambahab BB, edema pada abdomen.
5. Eliminasi
§ Gejala : penurunan berkemih, urine berwarna gelap, nokturia, dan
konstipasi/diare.
6. Higiene
§ Gejala : kelemahan dalam perawatan diri.
§ Tanda : penampilan menandakan kelalaian higiene personal.
7. Neurosensori
§ Gejala : kelemahan, pening dan pingsan.
§ Tanda : letargi, kusut pikir disorientasi, perubahan prilaku, dan mudah
tersinggung.
8. Kenyamanan
§ Gejala : nyeri dada, angina akut, nyeri abdomen, sakit pada otot.
§ Tanda : tidak tenang, gelisah, menarik diri, dan prilaku melindungu diri.
9. Pernafasan
§ Gejala : disepnia, posisi semifowler, batuk tanpa sputum, riwayat penyakit paru
kronis,
10. Keamanan
§ Gejala : perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan otot, kulit lecet.
11. Interaksi sosial
§ Gejala : Ketidakikutsertaan dalam kegiatan aktivitas.
12. Pengajaran
§ Gejala : Lupa menggunakan obat-obatan yang dianjurkan.
§ Tanda : Terbukti pengobatan tidak berhasil.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3. Defisit pengetahuan: proses penyakit dan prosedur terapi b.d kurangnya paparan
informasi
4. Resiko Infeksi b.d pertahanan sekunder inadequate dan prosedur invasive
C. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi
elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan jantung
pasien dapat kembali memompa darah dengan bak
Kriteria hasil :
Intervensi :
Intervensi :
Boyle AJ, Jaffe AS. Acute Myocardial Infarction. In: Crawford MH ed. Current
Diagnosis & Treatment Cardiology 3rd ed. New York: McGraw-Hill;
2009:51-72.1.
Boswick, John A. 1988. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta : EGC.
Davey. 2012. At a Glance Medicine. Jakarta : Erlangga.
Myocardial Infarction.http://www.emedicine.medscape.com/article/155919.htm.
Verdy. 2012. Inferior Myocardial Infarction dengan Complete Heart Block. CDK
189/vol 39 no 1.