Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ARTERIOVENTRICULAR BLOCK


DI ICCU RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Tugas Mandiri
Stase Praktek Keperawatan Gawat Darurat
Program Studi Ilmu Keperawatan

Disusun oleh:
ELSA YUNITA
15/390643/KU/18359

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
ARTERIOVENTRICULAR BLOCK

A. Definisi
Arterioventricular (AV) block adalah gangguan pada nodus AV dan/atau sistem
konduksi yang menyebabkan kegagalan transmisi gelombang P ke ventrikel.
Atrioventricular blok terjadi ketika depolarisasi atrium gagal mencapai ventrikel atau ketika
terjadi keterlambatan depolarisasi atrium.

B. Klasifikasi
Ada 3 derajat dari AV blok yang diketahui, yaitu:
1. Derajat 1 AV Blok

Pada AV block derajat pertama ini, konduksi AV diperpanjang tetapi semua impuls
akhirnya dikonduksi ke ventrikel. Gelombang P ada dan mendahului tiap-tiap QRS
dengan perbandingan 1:1, interval PR konstan tetapi durasi melebihi di atas batas
0,2 detik. Terjadi pemanjangan interval PR pada EKG (> 200/ lebih dari 5 kotak
kecil msec pada dewasa dan > 160 pada anak-anak). Pada AV blok derajat 1 semua
impuls atrium mencapai ventrikel. Namun, kunduksinya mengalami keterlambatan
sampai ke AV node. Interval PR konstan.
2. Derajat 2 AV Blok
a. AV block derajat 2 Mobitz I (Wenckenbach blok)

Tipe yang kedua, blok AV derajat dua, konduksi AV diperlambat secara


progresif pada masing-masing sinus sampai akhirnya impuls ke ventrikel
diblok secara komplit. Siklus kemudian berulang dengan sendirinya. Pada
gambaran EKG, gelombang P ada dan berhubungan dengan QRS di dalam
sebuah pola siklus. Interval PR secara progresif memanjang pada tiap-tiap
denyut sampai kompleks QRS tidak dikonduksi. Kompleks QRS mempunyai
bentuk yang sama seperti irama dasar. Interval antara kompleks QRS
berturut-turut memendek sampai terjadi penurunan denyut. Terdiri dari
pemanjangan interval PR yang progresif dengan diikuti single P
nonkonduksi. Episode Mobitz I blok biasanya terdiri dari 3-5 irama, dengan
rasio non konduksi dengan irama konduksi 4:3, 3:2, dan begitu seterusnya.
b. AV block derajat 2 Mobitz II
AV block tipe II digambarkan sebagai blok intermiten pada konduksi AV
sebelum perpanjangan interval PR. Ini ditandai oleh interval PR fixed jika
konduksi AV ada dan gelombang P tidak dikondusikan saat blok terjadi.
Blok ini dapat terjadi kadang-kadang atau berulang dengan pola konduksi
2:1 (2 konduksi dan 1 blok), 3:1 (3 konduksi dan 1 blok), atau bahkan 4:1 (2
konduksi dan 1 blok), karena tidak ada gangguan pada nodus sinus, interval
PP teratur. Sering kali ada bundle branch block (BBB) atau blok cabang
berkas yang menyertai sehingga QRS akan melebar.
3. Derajat 3 AV Blok

Pada blok jantung komplit, nodus sinus terus memberi cetusan secara normal, tetapi
tidak ada impuls yang mencapai ventrikel. Ventrikel dirangsang dari sel-sel pacu
jantung yang keluar dan dipertemu (frekuensi 40-60 denyut/menit) atau pada
ventrikel (frekuensi 20-40 denyut/menit) tergantung pada tingkat AV blok. Pada
gambaran EKG gelombang P dan kompleks QRS ada tetapi tidak ada hubungan
antara keduanya. Interval PP dan RR akan teratur tetapi interval RR bervariasi. Jika
pacu jantung pertemuan memacu ventrikel, QRS akan mengecil. Pacu jantung
idioventrikular akan mengakibatkan kompleks QRS yang lebar. Tidak ada hubungan
yang terlihat antara irama gelombang P dan irama komplek QRS di AV blok derajat
tiga. Frekuensi dari gelombang P (atrial rate) adalah lebih tinggi daripada frekuensi
komplek QRS (ventrikular rate).
C. Etiologi
1. Derajat 1 AV Blok
Terjadi pada semua usia dan pada jantung normal atau penyakit jantung. PR
yang memanjang lebih dari 0,2 detik dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti
digitalis, ß blocker, penghambatan saluran kalsium, serta penyakit arteri
koroner, berbagai penyakit infeksi, dan lesi congenital.
2. Derajat 2 AV Blok
a. Derajat 2 AV blok Mobitz I (Wenckebach)
Tipe ini biasanya dihubungkan dengan blok di atas berkas His. Demikian
juga beberapa obat atau proses penyakit yang mempengaruhi nodus AV
seperti digitalis atau infark dinding inferior dari miocard dapat menghasilkan
AV blok tipe ini.
b. Derajat 2 AV blok Mobitz II
Adanya pola Mobitz II menyatakan blok di bawah berkas His. Ini terlihat
pada infark dinding anterior miokard dan berbagai penyakit jaringan
konduksi.
3. Derajat 3 AV blok (komplit)
Penyebab dari tipe ini sama dengan penyebab pada AV blok pada derajat yang
lebih kecil. Blok jantung lengkap atau derajat tiga bisa terlihat setelah IMA.
Dalam irama utama ini, tidak ada koordinasi antara kontraksi atrium dan
ventrikel. Karena kecepatan ventrikel sendiri sekitar 20 sampai 40 kali permenit,
maka sering penderita menyajikan tanda-tanda curah jantung yang buruk seperti
hipotensi dan perfusi serebrum yang buruk.

D. Patofisiologi
Blok jantung adalah perlambatan atau pemutusan hantaran impuls antara atrium
dan venrikel. Impuls jantung biasanya menyebar mulai dari nodus sinus, mengikuti jalur
internodal menuju nodus AV dan ventrikel dalam 0,20 detik (interval PR normal);
depolarisasi ventrikel terjadi dalam waktu 0,10 detik (lama QRS komplek). Terdapat tiga
bentuk blok jantung yang berturut-turut makin progresif. Pada blok jantung derajatderajat
satu semua impuls dihantarkan melalui sambungan AV, tetapi waktu hantaran memanjang.
Pada blok jantung derajat dua, sebagian impuls dihantarkan ke ventrikel tetapi beberapa
impuls lainnya dihambat. Terdapat dua jenis blok jantung derajat dua, yaitu Wenckebach
(mobitz I) ditandai dengan siklus berulang waktu penghantaran AV ang memanjang
progresif, yang mencapai puncaknya bila denyut tidak dihantarkan. Jenis kedua (mobitz II)
merupakan panghantaran sebagian impuls dengan waktu hantaran AV yang tetap dan
impuls yanglain tidak dihantarkan.
Pada blok jantung derajat tiga, tidak ada impuls yang dihantarkan ke ventrikel,
terjadi henti jantung, kecuali bila escape pacemaker dari ventrikel ataupun sambungan
atrioventrikuler mulai berfungsi. Blok berkas cabang adalah terputusnya hantaran berkas
cabang yang memperpanjang waktu depolarisasi hingga lebih dari 0,10 detik.

E. Tanda dan Gejala


AV blok sering menyebabkan bradikardia, meskipun lebih jarang dibandingkan
dengan kelainan fungsi nodus SA. Seperti gejala bradikardia yaitu pusing, lemas, sinkop,
dan dapat menyebabkan kematian mendadak
1. Derajat 1 AV blok
a. Sulit dideteksi secara klinis
b. Bunyi jantung pertama bisa lemah
c. Gambaran EKG: PR yang memanjang lebih dari 0,2 detik
2. Derajat 2 AV blok
a. Denyut jantung < 40x/menit
b. Pada Mobitz I tampak adanya pemanjangan interval PR hingga kompleks QRS
menghilang.
c. Blok Mobitz tipe II merupakan aritmia yang lebih serius karena lebih sering
menyebabkan kompleks QRS menghilang. Penderita blok Mobitz tipe II sering
menderita gejala penurunan curah jantung dan akan memerlukan atropine dalam
dosis yang telah disebutkan sebelumnya.
3. Derajat 3 AV blok (komplit)
Atrium yang berdenyut terpisah dari ventrikel, kadang-kadang kontraksi saat katup
tricuspid sedang menutup. Darah tidak bisa keluar dari atrium dan malah terdorong
kembali ke vena leher, sehingga denyut tekanan vena jugularis (JVP) nampak jelas
seperti gelombang “meriam (cannon)”. Tampak tanda-tanda curah jantung yang
buruk seperti hipotensi dan perfusi serebrum yang buruk.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. EKG
Pada EKG akan ditemukan adanya AV blok sesuai dengan derajatnya.
2. Foto thorax
Dapat ditunjukkan adanya pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan
disfungsi ventrikel dan katup.
3. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium, dan magnesium dapat menyebabkan
disritmia.

G. Penatalaksanaan
1. Derajat 1 AV blok
a. Tidak ada tindakan yang diindikasikan.
b. Interval PR harus dimonitor ketat terhadap kemungkinan blok lebih lanjut,
c. Kemungkinan dari efek obat juga harus diketahui
2. Derajat 2 AV blok Mobitz I
a. Tidak ada tindakan yang diindikasikan. Kecuali menghentikan obat jika ini
merupakan agen pengganggu.
b. Monitor klien terhadap berlanjutnya blok.
c. Tipe ini biasanya tidak diterapi kecuali sering kompleks QRS menghilang
dengan akibat gejala klinis hipotensi dan penurunan perfusi serebrum. Bila
ada gejala ini maka pada penderita bisa diberikan 0,5 sampai 1,0 mg atropine
IV sampai total 2,0 mg.
3. Derajat 2 AV blok Mobitz II
a. Observasi ketat terhadap perkembangan menjadi blok jantung derajat III.
b. Obat seperti atropine atau isopreterenol, atau pacu jantung mungkin
diperlukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala atau jika blok terjadi dalam
situasi IMA akut pada dinding anterior.
4. Derajat 3 AV blok (komplit)
Atropin (0,5 sampai 1 mg) bisa diberikan dengan dorongan IV. Bila tidak ada
kenaikan denyut nadi dalam respon terhadap atropine maka bisa dimulai tetesan
isoproterenol 1 mg dalam 500 ml D5W dengan tetesan keciluntuk meningkatkan
kecepatan denyut ventrikel. Penderita yang menunjukkan blok jantung derajat tiga
memerlukan pemasangan alat pacu jantung untuk menjamin curah jantung yang
mencukupi.
5. Implantasi pacu jantung (pace maker)
Merupakan terapi terpilih untuk bradiatritmia simtomatik. Pacu jantung permanen
adalah suatu alat elektronik kecil yang menghasilkan impuls regular untuk
mendepolarisasi jantung melalui electrode yang dimasukkan ke sisi kanan jantung
melalui system vena. Suatu pacu jantung satu bilik memiliki electrode pada
ventrikel kanan atau atrium kanan. Pacu jantung dua bilik memberikan impuls ke
atrium dan ventrikel melalui dua electrode dan bisa menghasilkan impuls yang
sinkron pada ventrikel setelah tiap gelombang P yang terjadi di atrium. Sehingga
timbul impuls yang mendekati depolarisasi fisiologis pada jantung, dan
memungkinkan jantung berdenyut sesuai dengan nodus sinus.

H. Diagnosa yang Mungkin Muncul


1. Penurunan curah jantung b.d disfungsi konduksi listrik
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
3. Defisit pengetahuan: proses penyakit dan prosedur terapi b.d kurangnya paparan
informasi

I. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
Penurunan curah Keefektifan pompa jantung Perawatan jantung akut
jantung b.d disfungsi Kriteria hasil yang - Evaluasi nyeri dada
konduksi listrik disarankan: (seperti:intensitas, lokasi,
Menunjukkan curah jantung penyebaran, durasi, faktor
yang memuaskan,dibuktikan presipitasi, dan faktor yang
dengan keefektifan pompa meringankan)
jantung, status sirkulasi, - Pantau ritme dan denyut jantung
perfusi jaringan(organ - Auskultasi bunyi jantung
abdomen) dan perfusi - Pantau status neurologis
jaringan (perifer). - Pantau masukan/keluaran ,
keluaran urin dan berat badan
Status sirkulasi
setiap hari
Menunjukkan status
- Pilih lead EKG terbaik untuk
sirkulasi dibuktikan dengan
pemantauan lebih lanjut
indikator kegawatan - Dapatkan 12-lead EKG
sebagai berikut: - Pantau fungsi ginjal
- Denyut jantung dalam - Pantau fungsi hati
batasnormal - Pantau tekanan darah dan
- Tekanan vena central parameter hemodinamik
dan tekanan dalam - Pantau faktor yang menentukan
paru dalam batas dalam pemberian oksigen
normal - Pertahankan lingkungan yang
- Hipotensi ortostatis kondusif untuk istirahat dan
tidak ada penyembuhan
- Distensi vena leher - Hindari mengambil suhu rektal
tidak ada - Mencegah pembentukan
- Edema perifer tidak trombus perifer
ada - Memberikan medikasi untuk
- Asites tidak ada mengurangi/mencegah nyeri
- Denyut perifer kuat
dan simetris
- Status kognitif dalam
status normal
Intoleransi aktivitas Daya Tahan Terapi aktivitas
b.d Indikator : - Kolaborasi dengan terapis
ketidakseimbangan - Kinerja rutin yang kegiatan, fisik, dan / atau
suplai dan biasa rekreasi dalam perencanaan dan
kebutuhan oksigen - Aktivitas monitoring program aktivitas,
- Penampilan istirahat yang sesuai.
- Konsentrasi - Tentukan komitmen pasien
Kekuatan otot untuk peningkatan frekuensi dan
- Kadar oksigen darah / atau berbagai aktivitas.
- Membantu untuk
mengeksplorasi makna pribadi
aktivitas biasa (misalnya,
bekerja) dan / atau aktivitas
rekreasi favorit.
- Membantu untuk memilih
aktivitas sesuai dengan fisik,
capabiliti psikologi, dan sosial.
- Membantu untuk fokus pada apa
yang dapat pasien lakukan,
bukan pada ketidakmampuan.
- Membantu untuk
mengidentifikasi dan
memperoleh sumber daya yang
dibutuhkan untuk aktivitas yang
diinginkan
- Membantu untuk mendapatkan
transportasi aktivitas, yang
sesuai.
- Membantu pasien untuk
mengidentifikasi preferensi
untuk aktivitas.
- Membantu pasien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang
berarti.
- Membantu pasien untuk
menjadwalkan periode waktu
tertentu untuk aktivitas
pengalihan ke rutinitas sehari-
hari.
- Membantu pasien/ keluarga
untuk mengidentifikasi defisit
pada tingkat aktivitas.
- Anjurkan pasien/ keluarga
tentang peran aktivitas fisik,
sosial, spiritual, dan kognitif
dalam fungsi menjaga
kesehatan.
- Instruksikan pasien/ keluarga
bagaimana melakukan aktivitas
yang diinginkan atau yang
dianjurkan.
- Membantu pasien/ keluarga
untuk beradaptasi dengan
lingkungan agar
mengakomodasi aktivitas yang
diinginkan.
- Memberikan aktivitas untuk
meningkatkan rentang perhatian
dalam konsultasi dengan PL
- Memfasilitasi substitusi aktivitas
ketika pasien telah terbatas
dalam waktu, energi, atau
gerakan.
- Rujuk ke pusat-pusat pelayanan
masyarakat atau program
aktivitas
- Membantu dengan aktivitas fisik
secara teratur (misalnya,
ambulasi, tranfers, berputar, dan
perawatan pribadi), yang
diperlukan.
- Memberikan aktivitas motorik
kasar bagi pasien hiperaktif
- Buatlah lingkungan yang aman
untuk gerakan otot kontinu
besar, seperti yang ditunjukkan
- Menyediakan aktivitas motorik
untuk meredakan ketegangan
otot
- Menyediakan permainan
kelompok nonkompetitif,
terstruktur, dan aktif.
- Mempromosikan keterlibatan
dalam aktivitas rekreasi dan
pengalihan ditujukan untuk
mengurangi kecemasan,
kelompok bernyanyi, voli, tenis
meja, berjalan, berenang,
sederhana, tugas beton, game
sederhana, tugas-tugas rutin,
tugas-tugas rumah tangga,
perawatan teka-teki dan kartu.
- Memberikan penguatan positif
untuk berpartisipasi dalam
aktivitas.
- Membantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dan penguatan
- Memantau emosional, fisik,
sosial, ang respon rohani untuk
aktivitas
- Membantu pasien untuk
memantau kemajuan menuju
pencapaian tujuan sendiri
Manajemen energi
- Tentukan keterbatasan fisik
pasien
- Tentukan pasien/ yang lainnya
yang signifikan penyebab
persepsi kelelahan
- Mendorong verbalisasi perasaan
tentang keterbatasan
- Menentukan penyebab kelelahan
(misalnya, perawatan, nyeri, dan
obat-obatan)
- Tentukan apa dan berapa banyak
aktivitas yang dibutuhkan untuk
membangun ketahanan
- Memantau asupan nutrisi untuk
memastikan sumber energi yang
memadai
- Konsultasikan dengan ahli gizi
tentang cara-cara untuk
meningkatkan asupan makanan
berenergi tinggi
- Memantau pasien untuk bukti
dari kelelahan fisik dan
emosional yang berlebihan
- Memantau respons
kardiorespirasi terhadap
aktivitas (misalnya, takikardia,
dysrhytmias lainnya, dispnea,
diaforesis, pucat, tekanan
hemodinamik, tingkat
pernapasan).
- Pola tidur. Monitor / catatan
pasien dan jumlah jam tidur
- Memantau lokasi dan sifat
ketidaknyamanan atau nyeri
selama gerakan / aktivitas
- ketidaknyamanan fisik yang
dapat mengganggu fungsi
kognitif dan self-monitoring /
regulasi aktivitas
- Tetapkan batas dengan
hiperaktif bila mengganggu
orang lain atau dengan pasien.
- Batasi rangsangan lingkungan
(misalnya, cahaya dan
kebisingan) untuk memfasilitasi
relaksasi
- Batasi jumlah dan interupsi oleh
pengunjung, yang sesuai
- Mempromosikan
bedrest/aktivitas limination
(misalnya, meningkatkan jumlah
waktu istirahat).
- Mendorong alternatif istirahat
dan periode aktivitas.
- Aturlah aktivitas fisik untuk
mengurangi kompetisi untuk
suplai oksigen ke fungsi tubuh
yang vital (misalnya,
menghindari aktivitas segera
setelah makan)
- Gunakan pasif dan / atau rentang
aktif-of-gerakan latihan untuk
meredakan ketegangan otot
- Menyediakan menenangkan
aktivitas pengalihan untuk
mempromosikan relaksasi
- Mendorong tidur siang, jika
sesuai
- Membantu pasien untuk
menjadwalkan waktu istirahat
- Hindari aktivitas perawatan
selama waktu istirahat yang
dijadwalkan
- Rencana aktivitas untuk perods
ketika pasien memiliki energi
yang paling
- Membantu pasien untuk duduk
di sisi tempat tidur (misalnya,
ambulasi, transfer, berputar, dan
perawatan pribadi), yang
diperlukan
- Memantau administrasi dan efek
stimulan dan depresi.
- Mendorong aktivitas fisik
(misalnya, ambulasi kinerja
aktivitas hidup sehari-hari,
konsisten dengan sumber-
sumber energi pasien)
- Memantau oksigen pasien
respon (misalnya, denyut nadi,
irama jantung, dan tingkat
pernapasan) untuk perawatan
diri atau menyusui aktivitas
- Ajarkan teknik lain pasien dan
signifikan dari perawatan diri
yang akan meminimalkan
konsumsi oksigen (misalnya,
teknik ang pemantauan diri
mondar-mandir untuk kinerja
aktivitas hidup sehari-hari)
- Anjurkan pasien / signifikan
lainnya untuk mengenali tanda
dan gejala kelelahan bahwa
pengurangan yang diperlukan
dalam aktivitas

Perawatan jantung : Rehabilitasi


- Memantau toleransi aktivitas
pasien
- Menjaga ambulasi jadwal,
sebagai ditoleransi
- Mendorong harapan yang
realistis untuk pasien dan
keluarga
- Anjurkan pasien dan keluarga
pada obat yang diresepkan dan
over-the-counter yang sesuai
- Anjurkan pasien dan keluarga
pada faktor risiko modifikasi
jantung (misalnya, merokok
cessations, diet, dan olahraga),
yang sesuai.
- Anjurkan pasien pada perawatan
diri nyeri dada (misalnya,
mengambil nitrogliserin
sublingual setiap 5 menit tiga
kali, jika nyeri dada tak henti-
hentinya, mencari perawatan
darurat medis)
- Anjurkan pasien dan keluarga
pada latihan, termasuk
pemanasan, daya tahan, dan
pendinginan, yang sesuai
- Anjurkan pasien dan keluarga
pada setiap mengangkat /
mendorong batas berat, jika
sesuai.
- Anjurkan pasien dan keluarga
pada setiap pertimbangan khusus
dengan aktivitas hidup sehari-
hari (misalnya, mengisolasi
aktivitas dan memungkinkan
waktu istirahat), jika sesuai.
- Anjurkan pasien dan keluarga
tentang perawatan luka dan
tindakan (misalnya, sayatan
sternum atau situs kateterisasi),
jika sesuai
- Anjurkan pasien dan keluarga
pada perawatan lanjutan
- Koordinat pasien rujukan
(misalnya, makanan, pelayanan
sosial, dan terapi fisik)
- Anjurkan pasien dan keluarga
terhadap akses layanan darurat
yang tersedia di komunitas
mereka, yang sesuai.
Defisit pengetahuan: Pengetahuan: proses Pembelajaran: proses penyakit
proses penyakit dan penyakit dan prosedur terapi - Kaji tingkat pengetahuan klien
prosedur terapi b.d Indikator tentang penyakit
kurangnya paparan - Familiar terhadap nama - Jelaskan patofisiologi penyakit
informasi penyakit dan bagaimana kaitannya
- Mampu dengan anatomi dan fisiologi
mendiskripsikan proses tubuh
penyakit - Identifikasi kemungkinan
- Mampu penyebab dan tanda dan gejala
mendiskripsikan umum penyakit
penyeban, tanda dan - Berikan informasi tentang
gejala, komplikasi dari kondisi klien dan hasil
penyakit pemeriksaan diagnostik
- Instruksikan klien untuk
melaporkan tanda dan gejala
kepada petugas
Pembelajaran: prosedur/perawatan
- Informasikan klien waktu dan
lama waktu pelaksanaan
prosedur/perawatan
- Kaji tingkat pengetahuan klien
tentang prosedur yang akan
dilakukan
- Jelaskan tujuan
prosedur/perawatan dan hal-
hal yang perlu dilakukan
setelah prosedur/perawatan
- Instruksikan klien
menggunakan tehnik koping
untuk mengontrol beberapa
aspek selama
prosedur/perawatan (relaksasi
da imagery)
DAFTAR PUSTAKA

ACC/AHA/HRS. 2008. Guidelines for Device Based Therapy of Cardiac Rhythm


Abnormalities. Circulation; 117: 2820-2840.

Boyle A. J., Jaffe A. S. 2009. Acute Myocardial Infarction In: Crawford MH ed. Current
Diagnosis & Treatment Cardiology 3rd Ed. New York: McGraw-Hill.

Bulecheck, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., Wagner, C. M. 2013. Nursing


Interventions Classification (NIC) 6th Edition. USA: Elsevier Mosby.

Herdman, T. H., Kamitsuru, S. 2015. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition


& Classification 2015-2017. Oxford: Wiley Blakwell.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC) 5th Edition. SA: Elsevier Mosby.

Verdy. 2012. Inferior Myocardial Infarction dengan Complete Heart Block. CDK, 189: vol
39 no 1. http://www.emedicine.medscape.com/article/155919.htm

Anda mungkin juga menyukai