Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian PostPartum
Postpartum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa postpartum berlangsung selama
kira-kira 6 minggu (Siti Saleha, 2013)
Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Padila (2014), postpartum atau masa
postpartum adalah masa sesudahnya persalinan terhitung dari saat selesai persalinan
sampai pulihnya kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil dan lamanya masa
postpartum kurang lebih 6 minggu.
Ibu post partum adalah keadaan ibu yang baru saja melahirkan. Istilah post
partum adalah masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam setelah melahirkan. Masa post
partum dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali pada masa sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu, setelah
kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi
kembali kekeadaan yang normal pada saat sebelum hamil (Marmi, 2012).

B. Tujuan perawatan masa postpartum


1. Mencegah hemoragi (Padila, 2014)
2. Memberikan kenyamanan fisik, nutrisi, hidrasi, keamanan, dan eliminasi (Padila,
2014)
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara
dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari (Marni,
2011)

C. Tahapan masa PostPartum


1) Immediate postpartum (setelah plasenta lahir 24 jam)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam, adapun masalah yang
sering terjadi pendarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu perlu melakukan
pemeriksaaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu
2) Early postpartum (24jam-1 minggu)
Harus dipastikan involusi uteri normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak
berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapat makanan dan cairan serta ibu
dapat menyusui dengan baik
3) Late postpartum (1 minggu-6 minggu)
Tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling/pendidikan kesehatan Keluarga Berencana (KB).

D. Komplikasi postpartum
1. Perdarahan
Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600ml dalam masa 24 jam
setelah anak lahir menurut Eny dan Diah (2009).
Perdarahan dibagi menjadi dua yaitu:
a) Perdarahan postpartum primer yaitu pada 24 jam pertama akibat Antonia
uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan involusio uteri
b) Perdarahan postpartum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam. Penyebab
perdarahan sekunder adalah sub involusio uteri, retensio sisa plasenta, infeksi
postpartum
2. Infeksi
Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genetalia setelah
persalinan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38℃ atau lebih
selama 2 hari selama 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24
jam pertama. Infeksi postpartum mencakup semua peradangan yang disebabkan
oleh masuk kuman-kuman atau bakteri kedalam alat genetalia pada waktu
persalinan dan postpartum (Mitayani, 2011). Infeksi postpartum dapat
disebabkan adanya alat yang tidak steril, luka robekan jalan lahir, perdarahan,
preeklamsia, dan kebersihan daerah perineum yang kurang terjaga. Infeksi masa
postpartum dapat terjadi karena beberapa factor pemungkin, antara lain
pengetahuan yang kurang, gizi, pendidikan, dan usia.
a) Pengetahuan
Menurut ambarwati (2010), pengetahuan adalah segala apa yang diketahui
berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Pengalaman
yang didapat dapat berasal dari pengalaman sendiri maupun pengalaman
yang di dapat dari orang lain.
b) Pendidikan
Tingkat pendidikan ibu yang rendah akan mempengaruhi pengetahuan ibu
karena ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan lebih rendah akan
sulit menerima masukan dari pihak lain (Notoatmodjo, 2012)
c) Usia
Usia berpengaruh terhadap imunitas. Penyembuhan luka yang terjadi pada
orang tua sering tidak sebaik pada orang yang muda. Hal ini disebabkan
suplai darah yang kurang baik, status nutrisi yang kurang atau adanya
penyakit penyerta seperti diabetes mellitus. Sehingga penyembuhan luka
lebih cepat terjadi pada usia muda dari pada usia tua
d) Gizi
Proses fisiologi penyembuhan luka perineum bergantung pada tersedianya
protein, vitamin (terutama vitamin A dan C) dan mineral renik zink dan
tembaga. Kolagen adalah protein yang terbentuk dari asam amino yang
diperoleh fibroblast dari protein yang dimakan. Vitamin C dibutuhkan
untuk mensintesis kolagen. Vitamin A dapat mengurangi efek negative
steroid pada penyembuhan luka

E. Kebutuhan masa PostPartum


1) Nutrisi dan cairan
Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi yang baik
dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu.
Kebutuhan gizi ibu saat menyusui adalah sebagai berikut:
b. Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari
c. Diet berimbang, protein, mineral, dan vitamin
d. Minum sedikitnya 2 liter tiap hari (8 gelas)
e. Tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan
f. Kapsul Vit.A 200.000 unit

2) Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepatnya
tenaga kesehatan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidur
membimbing secepat mungkin untuk berjalan. Ibu postpartum sudah
diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum. Hal ini
dilakukan bertahap. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu postpartum dengan
penyulit misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam dan
sebagainya.
Keuntungan dari ambulasi dini
a. Ibu merasa lebih sehat
b. Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik
c. Memungkinkan kita mengajarkan ibu untuk merawat bayinya
d. Tidak ada pengaruh buruk terhadap proses pasca persalinan, tidak
memengaruhi penyembuhan luka, tidak menyebabkan perdarahan,
tidak memperbesar kemungkinan prolapses atau retrotexto uteri.

3) Eliminasi
Setelah 6 jam postpartum diharapkan ibu dapat berkemih, jika kandung
kemih penuh atau lebih dari 8 jam belum berkemih disarankan melakukan
katerisasi. Hal-hal yang menyebabkan kesulitan berkemih (retensio urine) pada
postpartum.
Berkurangnya tekanan Intraabdominal :
a. Otot-otot perut masih lemah
b. Edema dan uretra
c. Dinding kandung kemih kurang sensitive
d. Ibu postpartum diharapkan bisa defekasi atau buang air besar setelah
hari kedua postpartum, jika hari ketiga belum defekasi bisa diberi obat
pencahar oral atau rektal

4) Kebersihan diri
Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh
Karena itu kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat
penting untuk tetap terjaga. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum
b. Mengajarkan ibu cara membersihkan alat kelamin dengan sabun dan
air dari depan ke belakang
c. Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari
d. Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan alat kelamin
e. Jika ibu mempunyai luka episotomi atau luka jahit pada alat kelamin,
menyarankan untuk tidak menyentuh daerah tersebut.

5) Istirahat dan tidur


Menganjurkan ibu istirahat cukup dan dapat melakukan kegiatan rumah
tangga secara bertahap. Kurang istirahat dapat mengurangi produk ASI,
memperlambat proses involusi dan depresi pasca persalinan. Selama postpartum,
alat-alat internal dan eksternal berangsur-angsur kembali ke keadaan sebelum
hamil (involusi).
Ada 2 perubahan yang terjadi pada ibu yaitu fisiologi dan perubahan
psikologis

F. Perubahan Fisiologis Pada Masa PostPartum


1. Uterus
Setelah plasenta lahir, uterus akan mulai mengeras karena kontraksi dan
retraksi otot-ototnya. Uterus berangsur-angsur mengecil sampai keadaan sebelum
hamil.
Waktu TFU Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 100 gr
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
1 minggu ½ pst symps 500 gr
2 minggu Tidak teraba 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr
8 minggu Normal 30 gr

2. Lochea
Lochea adalah cairan berasal dari kavum urteri dan vagina selama masa
postpartum atau dalam masa nifas (Siti Saleha, 2009). Berikut ini, beberapa jenis
lokia.
a. Lokia Rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban, desidus, verniks kaseosa, lanugo, meconium
berlangsung 2 hari postpartum
b. Lokia Sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan
berlangsung 3-7 hari postpartum
c. Lokia serosa berwarna kuning karena mengandung serum, jaringan
desidua, leukosit dan eritrosit berlangsung 7-14 hari postpartum
d. Lokia Alba berwarna putih terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua
berlangsung 14 hari- 2 minggu berikutnya.
e. Lokia purulenta terjadi infeksi, keuar cairan seperti nanah berbau
busuk
f. Lokia statis yaitu lokia tidak lancer keluarnya

3. Endometrium
Perubahan terjadi dengan timbulnya thrombosis, degenerasi dan nekrosis
di tempat implantasi plasenta. Bekas implantasi plasenta karena kontraksi
sehingga menonjol ke kavum uteri, hari 1 endometrium tebal 2,5 mm,
endometrium akan rata setelah hari ke 3.

4. Serviks
Setelah persalinan serviks menganga, setelah 7 hari dapat dilalui 1 jari,
setelah 4 minggu rongga bagian luar kembali normal. Serviks mengalami
involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium eksterna dapat
dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks
mentup.

5. Vagina dan perineum


Vagina secara berangsur-angsur luasnya berkurang tetapi jarang sekali
kembali seperti ukuran nullipara, hymen tampak sebagai tonjolon jaringan yang
kecil dan berubah menjadi karunkula mitiformis. Minggu ke 3 rugae vagina
kembali. Perineum yang terdapat laserasi atau jahitan serta udem akan berangsur-
angsur pulih sembuh 6-7 hari tanpa infeksi. Oleh karena itu vulva hygiene perlu
dilakukan.

6. Mamae/payudara
Semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami.
Ada 2 mekanisme : produksi susu, sekresi susu atau let down
Selama kehamilan jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya
mempersiapkan makanan bagi bayi. Pada hari ketiga setelah melahirkan efek
prolactin pada payudara mulai dirasakan, sel acini yang menghasilkan ASI mulai
berfungsi. Ketika bayi menghisap putting, oksitosin merangsang ensit let down
(mengalirkan) sehingga menyebabkan ejeksi ASI. Adapun beberapa perubahan
payudara yang dapat terjadi meliputi:
a) Penurunan kadar progresteron secara cepat dengan
peningkatan hormone prolactin
b) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi
pada hari ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan
c) Payudara menjadi besar dank eras sebagai tanda mulainya
proses laktasi

7. Sistem pencernaan
Setelah persalinan 2 jam ibu merasa lapar, kecuali ada komplikasi
persalinan, tidak ada alasan menunda pemberian makan. Konstipasi terjadi
karena psikis takut BAB karena ada luka jahit perineum.

8. Sistem perkemihan
Pelvis ginjal teregang dan dilatasi selama kehamilan, kembali normal
akhir minggu ke-4 setelah melahirkan. Kurang dari 40% wanita postpartum
mengalami proteinuria non patologis, kecuali pada kasus preeklamsi.

9. Sistem Muskulosketal
Ligamen, fasia, diafragma pelvis meregang saat kehamilan, berangsur-
angsur mengecil seperti semula.

10. Sistem endokrin


Hormon-hormon yang berperan :
a. Oksitosin berperan dalam kontraksi uterus mencegah perdarahan, membantu
uterus kembali normal, isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan
sekresi oksitosin
b. Prolactin, dikeluarkan oleh kelenjar dimana pituitrin merangsang pengeluaran
prolactin untuk produksi ASI, jika ibu postpartum tidak menyusui dalam 14-
21 hari timbul menstruasi.
c. Estrogen dan progesterone, setelah melahirkan estrogen menurun,
progesterone meningkat
11. Perubahan Tanda-tanda vital
a. Suhu tubuh saat postpartum dapat naik kurang lebih 0,5˚C, setelah 2 jam
postpartum normal.
b. Nadi dan Pernapasan, nadi dapat bradikardi kalau takikardi waspada mungkin
ada perdarahan, pernapasan akan sedikit meningkat setelah persalinan
kembali normal.
c. Tekanan darah kadang naik lalu kembali normal setelah beberapa hari
asalkan tidak ada penyakit yang menyertai. BB turun rata-rata 4,5 kg
d. Setelah partus/melahirkan, adanya striae pada dinding abdomen tidak dapat
dihilangka sempurna dan berubah jadi putih (striae albicans)
e. Evaluasi tonus obat abdomen untuk menentukan diastasis (derajat pemisahan
otot rektus abdomen). Setiap wanita mempunyai 3 sel otot abdominalis yaitu
rectus abdominalis, oblique, transverse. Rectus abdominalis merupakan otot
paling luar yang bergerak dari atas ke bawah. Otot ini terbagi 2 yang
dinamakan rekti yang lebarnya 0,5 cm dan dihubungakan oleh jaringan
fibrous (linea alba)
Pada saat hamil, otot dan persendian menjadi relaks untuk persiapan melahirkan
(linea alba menjai sangat mudah mulur). Ketika otot rectus abdomen makin terpisah dan
linea alba makin mulur ke samping dan menjadi sangat tipis, pemisahan otot ini disebut
diastasis.
G. Klasifikasi Masa Ibu Post Partum
Menurut Hadijono (2008) Masa ibu post partum dibagi menjadi 3 bagian
yaitu:
1. Puerperium dini adalah kondisi kepulihan dimana seorang ibu sudah
diperbolehkan berdiri dan berjalan
2. Puerperium Intermedial adalah kondisi kepulihan organ genital secara
menyeluruh dengan lama  6-8 minggu
3. Remote Puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila saat hamil atau waktu persalinan mengalami
komplikasi. Waktu yang diperlukan untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan ataupun tahunan
H. Manifestasi Perubahan Diri Ibu Pada Masa Post Partum
Menurut Bahiyatun (2009), perubahan-perubahan fisiologis yang
terjadi pada ibu setelah masa nifas/post partum adalah :
a. Perubahan sitem reproduksi
1. Involusi uterus Involusi uterus adalah kembalinya uterus
ke keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk maupun
posisi. Proses involusi uterus disertai dengan penurunan
tinggi fundus uteri (TFU). Pada hari pertama TFU diatas
simfisis pubis/ sekitar 12 cm. Proses ini terus berlangsung
dengan penurunan TFU 1 cm tiap harinya, sehingga pada
hari ke-7 TFU sekitar 5 cm dan pada hari ke10 TFU tidak
teraba di simfisis pubis.
2. Lokia
Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan
3 atau 4 minggu setelah post partum, perubahan lokia
terjadi dalam 3 tahap: lokia rubra, serosa dan alba.
3. Ovarium dan tuba falopi
Setelah kelahiran plasenta produksi ekstrogen dan
progestern menurun sehingga menimbulkan mekanisme
timbal balik dari sirkulasi menstruasi. Pada saat inilah
dimulai kembali proses ovulasi sehingga wanita dapat
hamil kembali.
b. Perubahan sistem pencernaan
Setelah kelahiran plasenta produksi ekstrogen dan progestern
menurun sehingga menyebabkan nyeri ulu hati (Beartburn)
dan konstipasi, terutama dalam beberapa hari pertama. Hal ini
terjadi karena inaktivitas motilitas usus akibat kurangnya
keseimbangan cairan selama persalinan dan adanya reflex
hambatan defekasi karena adanya nyeri pada perineum akibat
luka episiotomy.
c. Perubahan sistem perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu,
tergantung pada :
1) Keadaan/status sebelum persalinan
2) Lamanya partus kala II dilalui
3) Besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat
persalinan Disamping itu, dari hasil pemeriksaan
sistokopik segera setelah persalinan tidak
menunjukkan adanya edema dan hyperemia
dinding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi
exstravasasi. extravasation, artinya keluarnya
darah dari pembuluh-pembuluh darah di dalam
badan) ke mukosa.
d. Perubahan sistem endoktrin
Saat plasenta terlepas dari dinding uterus kadar HCG
(hormone chrorionic gonadhotropin) dan HPL (hormone
plasenta lactogenic) secara berangsur turun dan normal
kembali setelah 7 hari postpartum. HCG tidak terdapat dalam
urine ibu hamil setelah 2 hari post partum. HPL tidak lagi
terdapat dalam plasenta.
e. Perubahan sistem kardiovaskuler
Curah jantung meningkat selama persalinan dan berlangsung
sampai kala 3 ketika volume darah uterus dikeluarkan.
Penurunan terjadi pada beberapa hari pertama post partum dan
akan kembali normal pada akhir minggu ke-3 post partum.
f. Perubahan sistem kematologi
Leukosistosis terjadi selama persalinan, sel darah merah
berkisar 15.000 selama persalinan.Peningkatan sel darah putih
berkisar 25.000-30.000 yang merupakan manifestasi adanya
infeksi pada persalinan lama. Hal ini dapat meningkat pada
awal nifas yang terjadi bersamaan dengan peningkatan
tekanan darah serta volume plasma dan volume sel darah
merah. Pada 2-3 hari post partum konsentrasi hematokrit
menurun sekitar 2% atau lebih. Total kehilangan darah selama
persalinan dan nifas kira-kira 700-1500 ml (200 ml hilang saat
persalinan, 500-800 ml hilang pada minggu pertama post
partum, dan 500 ml hilang pada saat masa nifas).
g. Perubahan tanda-tanda vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi
38ºC, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan
perubahan hormonal jika terjadi peningkatan suhu 38ºC yang
menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu
dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis 15 (infeksi
selama post partum), infeksi saluran kemih, endometritis
(peradangan endometrium), pembengkakan payudara, dan
lain-lain.
I. Hal-Hal Yang Perlu di Perhatikan Ibu Pada Masa Post Partum
1. Personal hygiene
Kebersihan diri sangat penting dilakukan pada masa post
partum, kondisi ibu pasca melahirkan sangatlah rentan
terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat
penting dilakukan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya
infeksi. Dan kebersihan wajib dilakukan pada area tubuh,
pakaian, tempat tidur, dan lingkungan yang sangat penting
untuk tetap dijaga (Saleha, 2009).
2. Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang
berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya
setelah melahirkan. Keluarga disarankan untuk
memberikan kesempatan kepada ibu untuk beristirahat
yang cukup sebagai persiapan untuk merawat bayi salah
satunya pada perawatan tali pusat nanti.
3. Senam nifas
Dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari
sampai hari kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan
tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan
keadaan ibu. Senam nifas membantu untuk memperbaiki
sirkulasi darah, dan memperbaiki sikap tubuh dan
punggung setelah melahirkan, memperkuat otot panggul
dan membantu ibu untuk lebih rileks dan segar pasca
melahirkan (Suherni, 2009).
J. Pengetahuan dan sikap ibu post partum terhadap
perawatan tali pusat
Ibu post partum adalah keadaan ibu yang baru saja
melahirkan. Biasanya pengetahuan dan sikap yang
dimiliki oleh ibu post partum usia muda terhadap
perawatan tali pusat sangatlah rendah sehingga bisa
berpengaruh terhadap status kesehatan tali pusat bayi.
Pemberian informasi ataupun edukasi secara tepat dan
jelas dapat meningkatkan kualitas pengetahuan, serta
sikap dan kemampuan ibu post partum dalam merawat
tali pusat. Kemampuan merawat tali pusat secara mandiri
merupakan modal dasar seorang ibu post partum yang
akan melakukan perawatan tali pusat berdasarkan oleh
pengetahuan dan kemampuan yang telah diterima dan
dipelajari (Notoadmodjo, 2014). Sebagian besar
pengetahuan ibu tentang perawatan tali pusat baik dengan
kejadian infeksi tali pusat, hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan perawatan tali pusat berpengaruh pada
kejadian infeksi tali pusat, hal ini didukung oleh teori
yang menyatakan bahwa risiko infeksi tali pusat pada
bayi baru lahir sebenarnya mudah dihindari dengan
perawatan tali pusat yang baik, dan pengetahuan yang
memadai tentang cara merawat tali pusat (Liyah ,2013).

Anda mungkin juga menyukai