Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEBUTUHAN HYGIENE DAN

INTEGRITAS KULIT

LUKA PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

Dosen Pembimbing : Ns. Dwi Susilawati, M.Kep., Sp. Mat

DI SUSUN OLEH :
EUIS MARYAH S. (22020111130035)
FIKIH DIAH K. (22020111130098)
RIZQI NURCAHYANI (22020111130031)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut data statistik dari WHO tahun 1995 terdapat 135 juta penderita DM di
seluruh dunia, tahun 2005 jumlah penderita DM meningkat mencapai sekitar 230 juta. Di
Indonesia sendiri, pada 2006 jumlah penyandang diabetes (diabetasi) mencapai 14 juta orang.
Dari jumlah itu, baru 50% penderita yang sadar mengidap, dan sekitar 30% di antaranya
melakukan pengobatan secara teratur. Menurut beberapa penelitian epidemiologi, prevalensi
diabetes di Indonesia berkisar 1,5% sampai 2,3%, kecuali di Manado yang cenderung lebih
tinggi, yaitu 6,1 %. Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti makan
berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik, dan stres berperan besar sebagai pemicu
diabetes. Tapi, diabetes juga bisa muncul karena faktor keturunan.
Pada tahun 2006, sedikitnya 350 ribu orang atau 5 persen dari jumlah penduduk
Lampung terserang diabetes. Penyakit ini juga bisa menyerang siapa saja mulai balita hingga
orang tua. Berdasarkan survei, penyakit ini ternyata membunuh lebih banyak manusia
dibandingkan HIV/AIDS.
Di sisi lain, hasil penelitian menunjukkan insiden dekubitus di Indonesia  sebesar 33.3
% (Suriadi, 2006) angka ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan insidens dekubitus di
ASEAN yang hanya berkisar 2.1-31.3 % (Sugama et al., 1992; Seongsook et al., 2004;
Kwong et al., 2005). Namun angka insiden dan prevalensi dekubitus masih simpang siur. Hal
ini disebabkan perbedaan metodelogi, sample, clinical setting, dan variable lainnya.
Terminology luka dekubitus bermacam-macam, umumnya para literature
menggunakan istilah pressure ulcer disamping penggunaan istilah bed sore. Penggunaan
istilah pressure ulcer didasarkan pada pemahaman bahwa luka dekubitus disebabkan oleh
penekanan pada daerah tonjolan tulang dalam jangka waktu yang lama. 

B. TUJUAN
Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengenal pathway dari diabetes melitus sampai munculnya ulkus
2. Mengidentifikasikan derajat keparahan luka dekubitus
3. Mengetahui proses terjadinya luka dekubitus
4. Memahami pengertian gas gangren
5. Mengetahui cara pengobatan dan pencegahan luka dekubitus
C. RUMUSAN MASALAH
Seorang laki-laki berusia 57 tahun menderita diabetes mellitus sejak 5 tahun yang
lalu.saat pengkajian, didapatkan data bahwa terdapat luka yang lebar di daerah punggung
kaki kanan. Luka berwarna putih, berbau busuk dan daerah sekitar pucat serta di beberapa
bagian terdapat jaringan yang nekrosis. Berdasarkan kasus ini maka timbul rumusan masalah
yang akan dibahas, yaitu :
1. Bagaimana pathwaynya dari diabetes mellitus hingga munculnya ulkus?
2. Apa yang disebut gas gangren?
3. Bagaimana identifikasi derajat keparahan luka dekubitusnya?
4. Bagaiman cara perawatan luka dekubitus?
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP TEORI
1. Diabetes Mellitus
Diabetes melitus yang lebih dikenal dengan kencing manis merupakan sekelompok
kelainan heterogen yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah /
hiperglikemia. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh
darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus
(mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Bila yang terkena pembuluh darah di otak timbul
stroke, bila pada mata terjadi kebutaan, pada jantung penyakit jantung koroner yang dapat
berakibat serangan jantung/infark jantung, pada ginjal menjadi penyakit ginjal kronik sampai
gagal ginjal tahap akhir sehingga harus cuci darah atau transplantasi. Bila pada kaki timbul
luka yang sukar sembuh sampai menjadi busuk (gangren).
Ulkus kaki merupakan suatu komplikasi yang umum bagi pasien dengan diabetes
mellitus, penyembuhan luka yang lambat dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi
cenderung terjadi. Gangguan dapat berkembang dan terdapat resiko tinggi perlu dilakukan
amputasi tungkai bawah. (Morison, 2004: 181)
Pada diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau
pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini menimbulkan
hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi metabolic akut seperti diabetes
ketoasidosis dan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Hiperglikemia jangka
panjang dapat ikut menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan
mata dan komplikasi neuropati (penyakit pada saraf).

2. Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara
terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang
disebabkan karena adanya kompressi jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol (bony
prominence) dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu yang lama. Kompressi
jaringan akan menyebabkan gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila
ini berlangsung lama, hal ini dapat menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau
iskemi jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel.
Luka tekan (pressure ulcer) atau dekubitus merupakan masalah serius yang sering
tejadi pada pasien yang mengalami gangguan mobilitas, seperti pasien stroke, injuri tulang
belakang atau penyakit degeneratif. Istilah dekubitus sebenarnya kurang tepat dipakai untuk
menggambarkan luka tekan karena asal kata dekubitus adalah decumbere yang artinya
berbaring. Ini diartikan bahwa luka tekan hanya berkembang pada pasien yang dalam
keadaan berbaring. Padahal sebenarnya luka tekan tidak hanya berkembang pada pasien yang
berbaring, tapi juga dapat terjadi pada pasien yang menggunakan kursi roda atau prostesi.
Oleh karena itu istilah dekubitus sekarang ini jarang digunakan di literatur literatur untuk
menggambarkan istilah luka tekan.

3. Gas Gangren
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau
nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi.
( Askandar, 2001 ).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan
berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai.
( Askandar, 2001).
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat
hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan
tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak
akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan
perantaraan enzim.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein,
terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein
membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor disebutkan
dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan
infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer
akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan
menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami
trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga
akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang
menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran
darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka
penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu. Manifestasi
gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di
malam hari, denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati
tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta
antibiotika sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan
komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga
faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
Wagner ( 1983 ) membagi gangren kaki diabetik menjadi enam tingkatan , yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemungkinan
disertai kelainan bentuk kaki seperti “ claw,callus “.
Derajat I : Ulkus superfisial terbatas pada kulit.
Derajat II : Ulkus dalam menembus tendon dan tulang.
Derajat III : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis.
Derajat IV : Gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selulitis.
Derajat V : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi gangren kaki menjadi dua
golongan :
1. Kaki Diabetik akibat Iskemia ( KDI )
Disebabkan penurunan aliran darah ke tungkai akibat adanya makroangiopati
(arterosklerosis) dari pembuluh darah besar ditungkai, terutama di daerah betis. Gambaran
klinis KDI :
 Penderita mengeluh nyeri waktu istirahat.
 Pada perabaan terasa dingin.
 Pulsasi pembuluh darah kurang kuat.
 Didapatkan ulkus sampai gangren.

2. Kaki Diabetik akibat Neuropati ( KDN )


Terjadi kerusakan syaraf somatik dan otonomik, tidak ada gangguan dari sirkulasi.
Klinis di jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan pulsasi
pembuluh darah kaki teraba baik.

B. PEMBAHASAN MASALAH
1. Pathway Dari Diabetes Melitus Sampai Ulkus
Lampiran 1

2. Pengobatan, Pencegahan Dan Perawatan Luka Dekubitus


a. Pengobatan
Mengobati ulkus dekubitus lebih sulit daripada mencegahnya. Pada stadium awal,
ulkus biasanya membaik dengan sendirinya setelah tekanan dihilangkan. Menjaga kesehatan
dengan mengkonsumsi protein dan kalori tambahan bisa mempercepat penyembuhan.
Jika kulit terluka sebaiknya ditutup dengan perban. Agar tidak melekat pada luka,
gunakan perban yang dilapisi teflon atau mengandung jeli minyak. Untuk ulkus yang lebih
dalam, digunakan perban yang mengandung bahan yang menyerupai gelatin, yang bisa
membantu pertumbuhan kulit yang baru. Jika luka mengalami infeksi atau mengeluarkan
nanah, sebaiknya dibersihkan dengan sabun atau gunakan cairan desinfektan (misalnya
povidon-iodin).
Kadang dokter membuang bagian kulit yang mati dengan bantuan pisau bedah
(debridemen). Ulkus yang dalam sulit untuk diobati. Kadang perlu dilakukan pencangkokan
kulit sehat pada daerah yang mengalami kerusakan. Tetapi pencangkokan ini tidak selalu
dapat dilakukan, terutama pda usia lanjut yang menderita malnutrisi.
Jika terjadi infeksi, diberikan antibiotik. Jika tulang dibawahnya terinfeksi
(osteomielitis) diberikan antibiotik jangkan panjang karena osteomielitis sulit disembuhkan
dan bisa menyebar melalui aliran darah.

b. Pencegahan
Ulkus dekubitus menyebabkan nyeri dan bisa berakibat fatal. Ulkus juga
menyebabkan masa perawatan di rumah sakit menjadi lebih panjang dan menghabiskan biaya
lebih banyak.
Untuk mencegah terbentuknya ulkus bisa dilakukan beberapa tindakan berikut:
 Merubah posisi pasien yang tidak dapat bergerak sendiri, minimal setiap 2 jam sekali
untuk mengurangi tekanan
 Melindungi bagian tubuh yang tulangnya menonjol dengan bahan-bahan yang lembut
(misalnya bantal, bantalan busa)
 Mengkonsumsi makanan sehat dengan zat gizi yang seimbang
 Menjaga kebersihan kulit dan mengusahakan agar kulit tetap kering.
Jika pasien harus menjalani tirah baring dalam waktu yang lama, bisa digunakan
kasur khusus, yaitu kasur yang diisi dengan air atau udara.

c. Perawatan
1) Terapi fisik, dengan menggunakan pusaran air untuk menghilangkan jaringan yang
mati.
2) Terapi obat :
 Obat antibacterial topical untuk mengontrol pertumbuhan bakteri
 Antibiotik prupilaksis agar luka tidak terinfeksi
3) Terapi diet
Agar terjadi proses penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus adekuat yang
terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air.
Penatalaksanaan klien dekubitus memerlukan pendekatan holistic yang menggunakan
keahlian pelaksana yang berasala dari beberapa disiplin ilmu kesehatan (AHCPR, 1994;
Olshansky, 1994). Gambaran keseluruhan dekubitus akan menjadi dasar pembuatan pohon
pengangambilan keputusan yang digunakan untuk menentukan rencana tindakan (AHCPR,
1994, Maklebust dan Siegreen, 1991).

C. RENCANA TINDAKAN
1. Ajarkan pasien untuk melakukan mobilisasi
Rasional : dengan mobilisasi meningkatkan sirkulasi darah.
2. Ajarkan tentang faktor-faktor yang dapat meningkatkan aliran darah :
Tinggikan kaki sedikit lebih rendah dari jantung ( posisi elevasi pada waktu
istirahat ), hindari penyilangkan kaki, hindari balutan ketat, hindari penggunaan
bantal, di belakang lutut dan sebagainya.
Rasional : meningkatkan melancarkan aliran darah balik sehingga tidak terjadi
oedema.
3. Ajarkan tentang modifikasi faktor-faktor resiko berupa :
Hindari diet tinggi kolestrol, teknik relaksasi, menghentikan kebiasaan merokok,
dan penggunaan obat vasokontriksi.
Rasional : kolestrol tinggi dapat mempercepat terjadinya arterosklerosis, merokok
dapat menyebabkan terjadinya vasokontriksi pembuluh darah, relaksasi untuk
mengurangi efek dari stres.
4. Kerja sama dengan tim kesehatan lain dalam pemberian vasodilator, pemeriksaan
gula darah secara rutin dan terapi oksigen ( HBO ).
Rasional : pemberian vasodilator akan meningkatkan dilatasi pembuluh darah
sehingga perfusi jaringan dapat diperbaiki, sedangkan pemeriksaan gula darah
secara rutin dapat mengetahui perkembangan dan keadaan pasien, HBO untuk
memperbaiki oksigenasi daerah ulkus/gangren.
PENUTUP
BAB III

A. KESIMPULAN

Ulkus dekubitus adalah suatu keadaan kerusakan jaringan setempat yang disebabkan
oleh iskemia pada kulit (kutis dan sub-kutis) akibat tekanan dari luar yang berlebihan. Dua
hal utama yang berhubungan dengan resiko terjadinya luka tekan, yaitu faktor tekanan dan
toleransi jaringan (kelembaban dan gesekan) Tekanan imobilisasi yang lama akan
mengakibatkan terjadinya dekubitus, kalau salah satu bagian tubuh berada pada suatu
gradient (titik perbedaan antara dua tekanan) berkembang dari permukaan Luka tekan luar
kulit ke lapisan dalam ( top-down) juga dapat berkembang dari jaringan bagian dalam seperti
fascia dan otot walapun tanpa adanya adanya kerusakan pada permukaan kulit.Pemeriksaan
diagnostic diarahkan terhadap kultur dan albumin serum Penatalaksanan medis meliputi,
perawatan luka dekubitus, terapi fisik, terapi obat, terpai diet.

Pengkajian kulit dan jaringan yang dilakukan secara teliti dan identifikasi factor
resiko perlu dikakukan untuk menurunkan peluang terjadinya dekubitus.Diagnosa
keperawatan dikembangkan berdasarkan data pengkajian dan juga meliputi penyebab
masalah yang dialami klien Intervensi dan implementasi dilakukan sesuai dengan
pengakajian dan diagnose yang tepat.

Evaluasi dalam askep dekubitus antara lain keefektifan tindakan, peran anggota
keluarga untuk membantu mobilisasi pasien, kepatuhan pengobatan dan mengefaluasi
masalah baru yang kemungkinan muncul.

B. SARAN

Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat harus dapat menjaga pasisi pasien
yang tepat agar dapat menurunkan efek tekanan dan melindungi kulit dari gaya gesekan
Pencegahan terhadap terjadinya dekubitus harus lebih diperhatikan dan diutamakan dalam
melakukan tindakan keperawatan karena pengobatannya membutuhkan waktu dan biaya yang
cukup besar. Perkiraan terhadap dekubitus dapat difokuskan pada klien beresiko terbesar
mengalami gangguan integritas kulit
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1993, Rencana Asuhan Keperawatan untuk
perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien, Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M.,
Sumarwati,N.M., EGC, Jakarta
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Keperawatan : Pedoman Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/12/ulcus-dekubitus.html
http://www.trinoval.web.id/2010/04/dekubitus.html
http://www.scribd.com/doc/29487653/ASKEP-DEKUBITUS
http://hidayat2.wordpress.com/2009/07/05/askep-integumen-disorder-dekubitus/
http://www.4shared.com/document/Sm1lEgEJ/ASKEP_DEKUBITUS.html
http://nursingbegin.com/ulkus-dekubitus/

Anda mungkin juga menyukai