Anda di halaman 1dari 11

PRE PLANING

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK: STIMULASI PERSEPSI


PADA PASIEN HALUSINASI
DI RUANG ARIMBI RSJD DR AMINO GONDOHUTOMO
SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Keperawatan Jiwa
Koordinator : Ns. Diyan Yuli W., S.Kep., M.Kep.

Oleh :
Anis Hidayah 22020115210016
Destini Puji L. 22020115210012
Nurul Imaroh 22020115210017

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS XXVI


JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
PRE PLANING
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
PADA PASIEN HALUSINASI
DI RUANG ARIMBI RSJD DR AMINO GONDOHUTOMO
SEMARANG

A. TOPIK
Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien dapat mengontrol halusinasi
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu menyebutkan halusinasi yang dialami.
b. Klien mampu mengontrol halusinasi
c. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan
TAK yang dilakukan.
C. LANDASAN TEORI
1. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem
penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/
baik. Individu yang mengalami halusinasi seringkali beranggapan
sumber atau penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya,
padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan
perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik
sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut
ditinggalkan oleh orang yang diicintai, tidak dapat mengendalikan
dorongan ego, pikiran dan perasaannya sendiri (Budi Anna Keliat,
2005).
2. Proses Terjadinya Masalah
Secara umum dapat dikatakan segala sesuatu yang mengancam harga
diri (self esteem) dan keutuhan keluarga dapat merupakan penyebab
terjadinya halusinasi. Ancaman terhadap harga diri dan keutuhan
keluarga meningkatkan kecemasan. Gejala dengan meningkatnya ke-
cemasan, kemampuan untuk memisahkan dan mengatur persepsi,
mengenal perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan
sendiri menurun, sehingga segala sesuatu diartikan berbeda dan proses
rasionalisasi tidak efektif lagi. Hal ini mengakibatkan lebih sukar lagi
membedakan mana rangsangan yang berasal dari pikirannya sendiri
dan mana yang dari lingkungannya.

Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi


antara lain masalah-masalah harga diri rendah dan isolasi sosial
(Stuart dan Laraia, 2001). Akibat rendah diri dan kurangnya
keterampilan berhubungan sosial klien menjadi menarik diri dari
lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih terfokus pada
dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan dibandingkan
stimulus eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan
membedakan stimulus internal dengan stumulus eksternal. Kondisi ini
memicu terjadinya halusinasi.

Sedangkan menurut Rawlins (2003) klien dengan halusinasi


cenderung disebabkan karena menarik diri Menarik diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain.

3. Tanda dan Gejala


Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan
duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu,
tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau
menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang me-
nikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi
yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan).
Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi:

a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan


Gejala klinis:

 Menyeriangai/tertawa tidak sesuai


 Menggerakkan bibir tanpa bicara
 Gerakan mata cepat
 Bicara lambat
 Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan

Gejala klinis :

 Cemas
 Konsentrasi menurun
 Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan

Gejala klinis :

 Cenderung mengikuti halusinasi


 Kesulitan berhubungan dengan orang lain
 Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
 Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu
mengikuti petunjuk)
d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan

Gejala klinis :

 Pasien mengikuti halusinasi


 Tidak mampu mengendalikan diri
 Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
 Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
(Budi Anna Keliat, 2005).
4. Akibat
Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan kontrol dirinya
sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain maupun merusak
lingkungan. Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di
mana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi
halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan kemampuan penilaian
realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan
bunuh diri, mebunuh orang lain bahkan merusak lingkungan (Budi
Anna Keliat, 2005).
5. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri : harga diri rendah


6. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji
Masalah
No Data subyektif Data obyektif.
Keperawatan

1 Resiko  Klien  Wajah klien


mencederai diri mengungkapkan tampak tegang
sendiri dan orang takut, cemas dan  Mata merah dan
lain khawatir melotot
 Klien  Rahang mengatup
mengungkapkan  Tangan mengepal
apa yang dilihat  Mondar-mandir
dan didengar
mengancam dan
membuatnya takut
2 Perubahan  Klien  Tersenyum
sensori persepsi : mengatakan sendiri
Halusinasi melihat makhluk  Tertawa
gaib sendiri
 Klien  Menggera
mengatakan kkan bibir tanpa
mendengar suara – suara.
suara yang  Diam dan
membisikinya asyik sendiri.
untuk….
 Dan lain
- lain
3 Isolasi Sosial Klien mengatakan  Kurang spontan
Menarik diri lebih suka  Hanya duduk –
menyendiri duduk saja
 Apatis
 Ekspresi sedih
 Komunikasi
verbal kurang
 Aktivitas menurun
 Posisi janin pada
saat tidur
 Menolak
berhubungan
 Kurang
memperhatikan
kebersihan

Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan meliputi :


a. Isi halusinasi yang dialami oleh klien
b. Waktu dan frekuensi halusinasi
c. Situasi pencetus halusinasi
d. Respon klien
D. KLIEN
1. Karakteristik/kriteria
a. Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol
b. Memiliki riwayat halusinasi
2. Proses seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria
d. Membuat kontral dengan klien yang setuju ikut TAK
E. PENGORGANISASIAN
1. Waktu:
a. Tanggal : 12 Januari 2016
b. Hari : Selasa
c. Jam : 09.00-10.00 WIB
2. Tim Terapis
a. Leader : Anis Hidayah
b. Fasilitator : Destini Puji Lestari
c. Observer : Nurul Imaroh
Pembagian tugas :
a. Leader
1) Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan
menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan klien
termotivasi untuk mengekspresikan perasaanya.
2) Auxilergy ego, yaitu sebagai penopang bagi anggota yang terlalu
lemah atau mendominasi.
3) Koordinasi, yaitu mengarahkan proses kegiatan pencapaian tujuan
dengan cara memberi motvasi kepada anggota untuk terlibat
dalam kegiatan.
b. Fasilitator
1) Mempertahankan kehadiran peserta.
2) Mengatur posisi kelompok saat kegiatan
3) Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta.
4) Mencegah gangguan dan hambatan terhadap kelompok baik luar
maupun kelompok.
5) Membimbing kelompok selama kegiatan
c. Observer
1) Mengodentifikasi keadaan kegiatan.
2) Mengidentifikasi strategi yang digunakan leader.
3) Mengamati dan mencatat
a) Jumlah anggota yang hadir
b) Siapa yang terlambat
c) Daftar hadir
d) Siapa yang memberi pendapat atau ide
4) Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok yang akan datang.
5) Memprediksikan respon anggota kelompok pada sission
berikutnya.

3. Metode dan Media


a. Metode yang digunakan
Diskusi dan Tanya jawab
b. Media
1) Bola
2) Laptop
3) Speaker
4) Kertas Gambar
5) Pensil Warna
6) Snack dan permen
F. SETTING TEMPAT
1. Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan yang nyaman dan tenang

Keterangan :

: Leader

: Co Leader

: Klien

: fasilitator

: Observer / pembimbing
G. PROSES PELAKSANAAN
1. Persiapan
a. Memilih klien halusinasi yang sudah kooperatif
b. Membuat kontrak waktu dengan klien sebelum pelaksanaan TAK.
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapi kepada klien
2) Perkenalan nama dan panggilan terapis (pakai tanda pengenal).
3) Menanyakan nama dan panggilan klien (beri papan nama).
b. Validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan masalah yang dirasakan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal halusinasi dan
mengontrol halusinasi dengan cara terapi okupasi menggambar.
2) Menjelaskan aturan main sebagai berikut:
a) Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok maka harus
minta ijin kepada terapis.
b) Lama kegiatan sekitar 60 menit.
c) Peserta jika ingin bertanya harus mengangkat tangan dan
berbicara setelah diperintahkan
d) Setiap peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
3. Kerja
Tahap Waktu Kegiatan
Orientasi 10 menit - Mengucapkan salam
- Perkenalan terapis dan peserta TAK
- Menanyakan perasaan klien saat ini
- Menanyakan masalah yang dirasakan saat
ini
- Menjelaskan tujuan kegiatan.
- Menjelaskan aturan main dalam TAK.
Kerja 35 menit - Menjelaskan halusinasi
- Menjelaskan cara mengontrol halusinasi
dengan cara melakukan kegiatan : terapi
okupasi menggambar
- Meminta peserta untuk menggambar sesuai
keinginannya
- Memutar musik dan bola, ketika bola
berhenti, peserta yang membawa bola
tersebut diminta untuk menceritakan
gambarnya.
Terminasi 15 menit - Menanyakan perasaan klien setelah
melakukan TAK.
- Memberikan reinforment positif terhadap
perilaku klien yang positif.
- Mereview ulang cara mengontrol halusinasi
dengan terapi okupasi menggambar
- Melakukan kontrak waktu yang akan
datang.

4. Terminasi
a. Evaluasi respon subjektif
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah melakukan TAK.
b. Evaluasi respon objektif
1) Klien kooperatif
2) Klien aktif berdiskusi dengan terapis
3) Terapis mengevaluasi kembali kepada klien mengenai cara
mengontrol halusinasi
c. Tindak lanjut
1) Menganjurkan pada klien untuk menggunakan cara yang telah
diajarkan untuk mengontrol halusinasi
2) Memasukkan pada jadwal kegiatan harian klien
d. Kontrak waktu yang akan datang
1) Menyepakati kontrak waktu baru yang akan datang
2) Menyepakati tempat TAK yang berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa,Edisi 2Jakarta : EGC, 2005

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, Jakarta : EGC,
2006

Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta :
FIK UI. 1999

Keliat BA. Proses Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta : EGC. 2009

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung,


RSJP Bandung, 2000

Anda mungkin juga menyukai