Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.

S DENGAN CHRONIK KIDNEY


DESEASE DI RUANG BOUGENVIL RUMAH SAKIT dr. CHASBULLAH
ABDULMADJID KOTA BEKASI

Oleh :

KAIP SETIARINI

NIP : 197305262006042013

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. CHASBULLAH ABDULMADJID


KOTA BEKASI

2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. S DENGAN CHRONIC KIDNEY


DESEASE DI RUANG BOUGENVIL RUMAH SAKIT dr. CHASBULLAH
ABDULMADJID KOTA BEKASI

Makalah ini telah disetujui untuk dijadikan persyaratan

kenaikan Jabatan Fungsional bagi aparatur sipil negara

Kepala Ruang Bougenvil

Ns. Hj E Nurmanah, S.Kep


NIP. 19661012198703200

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, serta sholawat dan salam
selalu terlimpah curahkan kepada Rasulullaah SAW, atas berkat dan karunia-Nya

2
yang telah diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dalam
rangka memenuhi persyaratan kenaikan pangkat dan golongan bagi aparatur sipil
negara dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.S
DENGAN CHRONIK KIDNEY DESEASE DI RUANG BOUGENVIL RUMAH
SAKIT dr. CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI”

Dalam penyusunan makalah ini tentunya penulis banyak mendapat


bantuan dari berbagai pihak. bersama ini perkenankan saya mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak dr. Kusnanto Saidi, Mars selaku direktur RSUD dr. Chasbullah
Abdulmadjid Kota Bekasi.
2. Ibu Ns. Hj E Nurmanah, S.Kep selaku kepala ruang Bougenvil
3. Teman-teman ruang Bougenvil
4. Orang tua, suami, dan anak yang selalu memberi doa dan dukungan
Tentunya makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
masukan, saran, serta kritik sangat diharapkan demi kemajuan bagi penulis.

Bekasi, 29 Desember 2021

Kaip Setiarini

DAFTAR ISI

Halaman sampul ............................................................................................................ i

Halaman Pengesaha..................................................................................................... ii

Kata pengant.......................................................................................................iii

Daftar isi..............................................................................................................iv

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah...................................................................................6


1.2. Rumusan Masalah................................................................................................ 6
1.3. Tujuan …..............................................................................................................7
3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Pengertian CKD...........................................................................................8
2. 2 Klasifikasi CKD...........................................................................................8
2. 3 Etiologi…...................................................................................................10
2. 4 Patofisiologi................................................................................................10
2. 5 Pathway......................................................................................................13
2. 6 Manifestasi Klinis.......................................................................................15
2. 7 Penatalaksanaan ..........................................................................................16
2. 8 Komplikasi.................................................................................................17
2. 9 Asuhan Keperawatan..................................................................................18

BAB V PENUTUP................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cronic Kidney Disease, (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. Diperkirakan hingga tahun 2015
Data WHO dengan kenaikan dan tingkat persentase dari tahun 2009 sampai sekarang 2011
sebanyak 36 juta orang warga  dunia meninggal dunia akibat penyakit Cronic Kidney Disease
(CKD). (Data survey, 2011)
Indonesia termasuk tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Menurut data
dari Penetri (Persatuan Nefrologi Indonesia) sampai 2 Januari 2011 di perkirakan ada 70 ribu
penderita gagal ginjal di Indonesia yang membutuhkan cangkok ginjal.

4
Di Provinnsi Sulawesi Utara sendiri kenaikannya mencapai 32% dari tahun 2009 lalu
akibat banyaknya jumlah wisatawan baik dalam maupun luar negeri yang dating berwisata,
wisatawan-wasatawan tersebut banyak mengidap penyakit penyakit Cronic Kidney Disease
(CKD) itu yang menjadi salah satu faktor banyaknya penderita gagal ginjal akut di Kota
Pariwisata itu (Manado Kidney Care center, 2011).
Pelayanan asuhan keperawatan di tujukan untuk mempertahankan, meningkatkan
kesehatan dan menolong individu untuk mengatasi secara tepat masalah kesehatan sehari-
hari, penyakit, kecelakaan, atau ketidak mampuan bahkan kematian (Depkes 2004).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi CKD (Cronic Kidney Disease) ?


2. Bagaimana klasifikasi CKD (Cronic Kidney Disease) ?
3. Bagaimana etiologi CKD (Cronic Kidney Disease) ?
4. Bagaimana patofisiologi CKD (Cronic Kidney Disease) ?
5. Bagaimana manifestasi klinis CKD (Cronic Kidney Disease) ?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang CKD (Cronic Kidney Disease) ?
7. Bagaimana prinsip penatalaksanaan CKD (Cronic Kidney Disease) ?
8. Bagaiamana komplikasi CKD (Cronic Kidney Disease) ?
   
1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Cronic
Kidney Disease (CKD).
2. Tujuan Khusus
 Mahasiswa mampu meningkatkan pengertian mengenai masalah yang
berhubungan dengan Cronic Kidney Disease (CKD).
 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan Cronic
Kidney Disease (CKD).
 Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada klien
dengan Cronic Kidney Disease (CKD).
 Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan pada klien dengan Cronic
Kidney Disease (CKD).
 Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien
dengan Cronic Kidney Disease (CKD).

5
 Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan pada klien
dengan Cronic Kidney Disease (CKD).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian CKD (Cronic Kidney Disease)

Cronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan ginjal yang progresif dan
irreversibel di mana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah (Luckman, 2002).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).  (Sudoyo, 2006).
Gagal ginjal akut adalah penurunan laju filtrasi glomerulus secara tiba-tiba, sering kali
dengan oliguri, peningkatan kadar urea dan kreatinin darah, serta asidosis metabolic dan
hiperkalemia (Hudak, 2000).

2.2 Klasifikasi CKD (Cronic Kidney Disease)

Pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure (CRF),
namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien
pada kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien
datang/ merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk
menentukan derajat (stage) menggunakan terminology CCT (clearance creatinin test) dengan
rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF (cronic renal failure) hanya 3 stage. Secara

6
umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila
menggunakan istilah CRF.
1.      Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium :
a.       Stadium I  : Penurunan cadangan ginjal
 Kreatinin serum dan kadar BUN normal
 Asimptomatik
 Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
b.      Stadium II : Insufisiensi ginjal
 Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)
 Kadar kreatinin serum meningkat
 Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)
Ada 3 derajat insufisiensi ginjal:
1)      Ringan
40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
2)      Sedang
15% - 40% fungsi ginjal normal
3)      Kondisi berat
2% - 20% fungsi ginjal normal
c.       Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
 kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
 ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit
 air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010
2.      KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative) merekomendasikan pembagian
CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerolus) :
a. Stadium 1   : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
b. Stadium 2   : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 -89
mL/menit/1,73 m2)
c. Stadium 3   : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2)
d. Stadium 4   : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2)
e. Stadium 5   : kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.

2.3 Etiologi CKD (Cronic Kidney Disease)

7
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron
ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan bilateral.
1. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
2. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteri renalis.
4. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE), poli
arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubuler ginjal.
6. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik, nefropati timbale.
8. Nefropati obstruktif
a. Sal. Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netroperitoneal.
b. Sal. Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra, anomali
congenital pada leher kandung kemih dan uretra.

2.4 Patofisiologi CKD (Cronic Kidney Disease)

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang
utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi
walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan
ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut
menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai
poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi
lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah
hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun
sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi
setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, akan semakin berat.
1.   Gangguan Klirens Ginjal

8
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah
glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens substansi darah yang
sebenarnya dibersihkan oleh ginjal
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24-jam
untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya
glomeruli) klirens kreatinin akan menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu,
kadar nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator
yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh tubuh.
BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam
diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan medikasi seperti steroid.
2.   Retensi Cairan dan Ureum
Ginjal juga tidakmampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan
masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan
cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi.
Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama
keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk
kwehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan
diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk status uremik.
3.   Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolic seiring
dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang berlebihan.
Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk menyekresi
ammonia (NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) . penurunan ekskresi fosfat
dan asam organic lain juga terjadi
4.   Anemia
Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya usia sel
darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status
uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin
menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan sesak napas.
5.   Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan metabolisme
kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal
balik, jika salah satunya meningkat, maka yang satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi
melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum fosfat dan sebaliknya penurunan
kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon
9
dari kelenjar paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan pebyakit
tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D (1,25-dehidrokolekalsiferol) yang secara
normal dibuat di ginjal menurun.
6.   Penyakit Tulang Uremik
Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat dan
keseimbangan parathormon
Patways CKD

10
2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik  antara lain (Long, 1996 : 369) :


a. Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang,
mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak
nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis
mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain : hipertensi, (akibat
retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisytem renin -  angiotensin – aldosteron), gagal
jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat
iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan,
kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).

Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut :


a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan
gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c. Gangguan  gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam
usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas
bau ammonia.
d. Gangguan  musculoskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet
syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati
( kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.
e. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrim

11
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologic
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
1. Pemeriksaan lab.darah
a. Hematologic : (Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit)
b. RFT (Renal Fungsi Test ) : ureum dan kreatinin
c. LFT (liver fungsi test )
d. Elektrolit : Klorida, kalium, kalsium
e. koagulasi studi : PTT, PTTK
f. BGA
2. Urine
a. urine rutin
b. urin khusus : benda keton, analisa kristal batu

3. Pemeriksaan Kardiovaskuler
a. ECG
b. ECO
4. Radidiagnostik
a. USG abdominal
b. CT scan abdominal
c. BNO/IVP, FPA
d. Renogram
12
e. RPG ( retio pielografi )

2.7 Pentalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab. darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut  adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis )
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )

3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. Transplantasi ginjal
4. Intervensi diit.
Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam organik merupakan hasil pemecahan
protein yang akan menumpuk secara cepat dalam darah jika terdapat gangguan pada
klirens renal. Protein yang dikonsumsi harus bernilai biologis (produk susu, telur,
daging) di mana makanan tersebut dapat mensuplai asam amino untuk perbaikan dan
pertumbuhan sel. Biasanya cairan diperbolehkan 300-600 ml/24 jam. Kalori untuk
mencegah kelemahan dari karbohidrat dan lemak. Pemberian vitamin juga penting
karena pasien dialisis mungkin kehilangan vitamin larut air melalui darah sewaktu
dialisa.
5. Hipertensi
13
Ditangani dengan medikasi antihipertensi kontrol volume intravaskule. Gagal jantung
kongestif dan edema pulmoner perlu pembatasan cairan, diit rendah natrium, diuretik,
digitalis atau dobitamine dan dialisis. Asidosis metabolik pada pasien CKD biasanya
tanpa gejala dan tidak perlu penanganan, namun suplemen natrium bikarbonat pada
dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis.

2.8 Komplikasi
1. Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan
masukan diit berlebih.
2. Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah uremik
dan dialisis yang tidak adekuat.
3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-
angiotensin-aldosteron.
4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah.
5. Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum rendah,
metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
6. Asidosis metabolic
7. Osteodistropi ginjal
8. Sepsis
9. Neuropati perifer
10. Hiperuremia

2.9 Asuhan Keperawatan Teori


Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian Primer
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik, antara lain :
 Airway
1)      Lidah jatuh kebelakang
2)      Benda asing/ darah pada rongga mulut
3)      Adanya sekret
 Breathing
1)      Pasien sesak nafas dan cepat letih
2)      Pernafasan Kusmaul
3)      Dispnea
4)      Nafas berbau amoniak

14
 Circulation
1)   TD meningkat
2)   Nadi kuat
3)   Disritmia
4)   Adanya peningkatan JVP
5)   Terdapat edema pada ekstremitas bahkan anasarka
6)   Capillary refill > 3 detik
7)   Akral dingin
8)   Cenderung adanya perdarahan terutama pada lambung
 Disability : pemeriksaan neurologis  GCS menurun bahkan terjadi
koma, Kelemahan dan keletihan, Konfusi, Disorientasi, Kejang, Kelemahan pada
tungkai
A : Allert               sadar penuh, respon bagus
V : Voice Respon  kesadaran menurun, berespon thd suara
P : Pain Respons   kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, berespon thd rangsangan
nyeri
U : Unresponsive  kesadaran menurun, tdk berespon thd suara, tdk bersespon thd nyeri

b. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau penenganan pada
pemeriksaan primer.
Pemeriksaan sekunder meliputi :
1.   AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event
2.   Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
3.   Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
 Keluhan Utama
Badan lemah, cepat lelah, nampak sakit, pucat keabu-abuan, kadang-kadang disertai udema
ekstremitas, napas terengah-engah.
 Riwayat kesehatan
Faktor resiko (mengalami infeksi saluran nafas atas, infeksi kulit, infeksi saluran kemih,
hepatitis, riwayat penggunaan obat nefrotik, riwayat keluarga dengan penyakit polikistik,
keganasan, nefritis herediter)

Anamnesa
 Oliguria/ anuria 100 cc/ hari, infeksi, urine (leucosit, erytrosit, WBC, RBC)

15
 Cardiovaskuler: Oedema, hipertensi, tachicardi, aritmia, peningkatan kalium
 Kulit : pruritus, ekskortiasis, pucat kering.
 Elektrolit: Peningkatan kalium, peningkatan H+, PO, Ca, Mg, penurunan HCO3
 Gastrointestinal : Halitosis, stomatitis, ginggivitis, pengecapan menurun, nausea,
ainoreksia, vomitus, hematomisis, melena, gadtritis, haus.
 Metabolik : Urea berlebihan, creatinin meningkat.
 Neurologis: Gangguan fungsi kognitif, tingkah laku, penurunan kesadaran, perubahan
fungsi motorik
 Oculair : Mata merah, gangguan penglihatan
 Reproduksi : Infertil, impoten, amenhorea, penurunan libido
 Respirasi : edema paru, hiperventilasi, pernafasan kusmaul
 Lain-lain : Penurunan berat badan

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar
2. Penurunan cardiac output b.d perubahan preload, afterload dan sepsis
3. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis, perikarditis
4. Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang
inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
6. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk sampah   dan
prosedur dialysis.

16
Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA
NO TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN

1 Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :


b/d kongesti paru, hipertensi  Respiratory Status : Gas exchange Airway Management
pulmonal, penurunan perifer  Respiratory Status : ventilation          Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
yang mengakibatkan   Vital Sign Status thrust bila perlu
asidosis laktat dan Kriteria Hasil :          Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
penurunan curah jantung.   Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan
         Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
oksigenasi yang adekuat nafas buatan
Definisi : Kelebihan atau   Memelihara kebersihan paru paru dan bebas
         Pasang mayo bila perlu
kekurangan dalam dari tanda tanda distress pernafasan          Lakukan fisioterapi dada jika perlu
oksigenasi dan atau   Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
         Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
pengeluaran karbondioksida nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan
         Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
di dalam membran kapiler dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
         Lakukan suction pada mayo
alveoli mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
         Berika bronkodilator bial perlu
pursed lips)          Barikan pelembab udara
Batasan karakteristik : Tanda tanda vital dalam rentang normal          Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
           Gangguan penglihatan keseimbangan.
           Penurunan CO2          Monitor respirasi dan status O2

17
           Takikardi
           Hiperkapnia Respiratory Monitoring
           Keletihan          Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan usaha
           somnolen respirasi
           Iritabilitas          Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
           Hypoxia penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular
           kebingungan dan intercostal
           Dyspnoe          Monitor suara nafas, seperti dengkur
           nasal faring          Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,
           AGD Normal hiperventilasi, cheyne stokes, biot
           sianosis          Catat lokasi trakea
           warna kulit abnormal          Monitor kelelahan otot diagfragma ( gerakan
(pucat, kehitaman) paradoksis )
           Hipoksemia          Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak
           hiperkarbia adanya ventilasi dan suara tambahan
           sakit kepala ketika          Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi
bangun crakles dan ronkhi pada jalan napas utama
           frekuensi dan kedalaman          Uskultasi suara paru setelah tindakan untuk
nafas abnormal mengetahui hasilnya
Faktor faktor yang AcidBase Managemen

18
berhubungan :   Monitro IV line
-       ketidakseimbangan   Pertahankanjalan nafas paten
perfusi ventilasi   Monitor AGD, tingkat elektrolit
perubahan membran kapiler-   Monitor status hemodinamik(CVP, MAP, PAP)
alveolar   Monitor adanya tanda tanda gagal nafas
  Monitor pola respirasi
  Lakukan terapi oksigen
  Monitor status neurologi
  Tingkatkan oral hygiene

2 Penurunan curah jantung b/d NOC : NIC :


respon fisiologis otot          Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
jantung, peningkatan          Circulation Status   Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
frekuensi, dilatasi, hipertrofi         Vital Sign Status   Catat adanya disritmia jantung
atau peningkatan isi Kriteria Hasil:   Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
sekuncup   Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan   Monitor status kardiovaskuler
darah, Nadi, respirasi)   Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
  Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada jantung
kelelahan   Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
  Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada   Monitor balance cairan

19
asites   Monitor adanya perubahan tekanan darah
Tidak ada penurunan kesadaran   Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
antiaritmia
  Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan
  Monitor toleransi aktivitas pasien
  Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
  Anjurkan untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
  Catat adanya fluktuasi tekanan darah
  Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
  Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
  Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
  Monitor kualitas dari nadi
  Monitor adanya pulsus paradoksus
  Monitor adanya pulsus alterans
  Monitor jumlah dan irama jantung

20
  Monitor bunyi jantung
  Monitor frekuensi dan irama pernapasan
  Monitor suara paru
  Monitor pola pernapasan abnormal
  Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
  Monitor sianosis perifer
  Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
  Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

3 Pola Nafas tidak efektif NOC : Fluid management


 Respiratory status : Ventilation          Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Definisi : Pertukaran udara   Respiratory status : Airway patency          Pasang urin kateter jika diperlukan
inspirasi dan/atau ekspirasi   Vital sign Status          Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan
tidak adekuat Kriteria Hasil : (BUN , Hmt , osmolalitas urin  )
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara
         Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP,
Batasan karakteristik : nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan PAP, dan PCWP
-    Penurunan tekanan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,
         Monitor vital sign
inspirasi/ekspirasi mampu bernafas dengan mudah, tidak ada
         Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles,
-    Penurunan pertukaran pursed lips) CVP , edema, distensi vena leher, asites)

21
udara per menit  Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
         Kaji lokasi dan luas edema
-    Menggunakan otot merasa tercekik, irama nafas, frekuensi
         Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
pernafasan tambahan pernafasan dalam rentang normal, tidak ada intake kalori harian
-    Nasal flaring suara nafas abnormal)          Monitor status nutrisi
-    Dyspnea  Tanda Tanda vital dalam rentang normal
         Berikan diuretik sesuai interuksi
-    Orthopnea (tekanan darah, nadi, pernafasan)          Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi
-    Perubahan penyimpangan dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l
dada          Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
-    Nafas pendek memburuk
-    Assumption of 3-point Fluid Monitoring
position          Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
-    Pernafasan pursed-lip eliminaSi
-    Tahap ekspirasi          Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak
berlangsung sangat lama seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik,
-    Peningkatan diameter kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati,
anterior-posterior dll )
-    Pernafasan          Monitor serum dan elektrolit urine
rata-rata/minimal          Monitor serum dan osmilalitas urine
  Bayi : < 25 atau > 60          Monitor BP, HR, dan RR
  Usia 1-4 : < 20 atau > 30          Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan

22
  Usia 5-14 : < 14 atau > 25 irama jantung
  Usia > 14 : < 11 atau > 24          Monitor parameter hemodinamik infasif
-    Kedalaman pernafasan          Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer
  Dewasa volume tidalnya 500 dan penambahan BB
ml saat istirahat          Monitor tanda dan gejala dari odema
  Bayi volume tidalnya 6-8
ml/Kg
-    Timing rasio
-    Penurunan kapasitas vital

Faktor yang berhubungan :


-    Hiperventilasi
-    Deformitas tulang
-    Kelainan bentuk dinding
dada
-    Penurunan
energi/kelelahan
-    Perusakan/pelemahan
muskulo-skeletal
-    Obesitas

23
-    Posisi tubuh
-    Kelelahan otot pernafasan
-    Hipoventilasi sindrom
-    Nyeri
-    Kecemasan
-    Disfungsi Neuromuskuler
-    Kerusakan
persepsi/kognitif
-    Perlukaan pada jaringan
syaraf tulang belakang
-    Imaturitas Neurologis
4 Kelebihan volume cairan b/d NOC : NIC :
berkurangnya curah jantung,  Electrolit and acid base balance Fluid management
retensi cairan dan natrium   Fluid balance          Timbang popok/pembalut jika diperlukan
oleh ginjal, hipoperfusi ke          Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
jaringan perifer dan Kriteria Hasil:          Pasang urin kateter jika diperlukan
hipertensi pulmonal   Terbebas dari edema, efusi, anaskara          Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan
  Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ortopneu (BUN , Hmt , osmolalitas urin  )
Definisi : Retensi cairan   Terbebas dari distensi vena jugularis, reflek          Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP,
isotomik meningkat hepatojugular (+) PAP, dan PCWP

24
Batasan karakteristik :   Memelihara tekanan vena sentral, tekanan          Monitor vital sign
          Berat badan meningkat kapiler paru, output jantung dan vital sign          Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles,
pada waktu yang singkat dalam batas normal CVP , edema, distensi vena leher, asites)
          Asupan berlebihan   Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau          Kaji lokasi dan luas edema
dibanding output kebingungan          Monitor masukan makanan / cairan dan hitung
          Tekanan darah berubah,   Menjelaskanindikator kelebihan cairan intake kalori harian
tekanan arteri pulmonalis          Monitor status nutrisi
berubah, peningkatan CVP          Berikan diuretik sesuai interuksi
          Distensi vena jugularis          Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrermi
          Perubahan pada pola dilusi dengan serum Na < 130 mEq/l
nafas, dyspnoe/sesak nafas,          Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
orthopnoe, suara nafas memburuk
abnormal (Rales atau
crakles), kongestikemacetan Fluid Monitoring
paru, pleural effusion          Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
          Hb dan hematokrit eliminaSi
menurun, perubahan          Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak
elektrolit, khususnya seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik,
perubahan berat jenis kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati,
          Suara jantung SIII dll )

25
          Reflek hepatojugular          Monitor berat badan
positif          Monitor serum dan elektrolit urine
          Oliguria, azotemia          Monitor serum dan osmilalitas urine
          Perubahan status mental,          Monitor BP, HR, dan RR
kegelisahan, kecemasan          Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan
irama jantung
Faktor-faktor yang          Monitor parameter hemodinamik infasif
berhubungan :          Catat secara akutar intake dan output
          Mekanisme pengaturan          Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer
melemah dan penambahan BB
          Asupan cairan berlebihan          Monitor tanda dan gejala dari odema
          Asupan natrium
berlebihan
5 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh
  Nutritional Status : food and Fluid Intake Nutrition Management
Kriteria Hasil :   Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Intake nutrisi tidak
  Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
cukup untuk keperluan tujuan kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
metabolisme tubuh.   Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan   Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
  Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi   Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan

26
Batasan karakteristik :   Tidak ada tanda tanda malnutrisi vitamin C
-    Berat badan 20 % atau Tidak terjadi penurunan berat badan yang   Berikan substansi gula
lebih di bawah ideal berarti   Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
-    Dilaporkan adanya intake untuk mencegah konstipasi
makanan yang kurang dari   Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan
RDA (Recomended Daily dengan ahli gizi)
Allowance)   Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
-    Membran mukosa dan harian.
konjungtiva pucat   Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
-    Kelemahan otot yang   Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
digunakan untuk   Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang
menelan/mengunyah dibutuhkan
-    Luka, inflamasi pada
rongga mulut Nutrition Monitoring
-    Mudah merasa kenyang,   BB pasien dalam batas normal
sesaat setelah mengunyah   Monitor adanya penurunan berat badan
makanan   Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
-    Dilaporkan atau fakta   Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan
adanya kekurangan makanan   Monitor lingkungan selama makan
-    Dilaporkan adanya   Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak selama jam

27
perubahan sensasi rasa makan
-    Perasaan ketidakmampuan   Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
untuk   mengunyah makanan   Monitor turgor kulit
-    Miskonsepsi   Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
-    Kehilangan BB dengan   Monitor mual dan muntah
makanan   cukup   Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
-    Keengganan untuk makan   Monitor makanan kesukaan
-    Kram pada abdomen   Monitor pertumbuhan dan perkembangan
-    Tonus otot jelek   Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
-    Nyeri abdominal dengan konjungtiva
atau tanpa patologi   Monitor kalori dan intake nuntrisi
-    Kurang berminat terhadap   Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah
makanan dan cavitas oral.
-    Pembuluh darah kapiler Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
mulai rapuh
-    Diare dan atau steatorrhea
-    Kehilangan rambut yang
cukup banyak (rontok)
-    Suara usus hiperaktif
-    Kurangnya informasi,

28
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna
makanan atau mengabsorpsi
zat-zat gizi berhubungan
dengan faktor biologis,
psikologis atau ekonomi.
6 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :
curah jantung yang rendah,   Energy conservation Energy Management
ketidakmampuan memenuhi  Self Care : ADLs   Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
metabolisme otot rangka, Kriteria Hasil : aktivitas
kongesti pulmonal yang   Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa   Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap
menimbulkan hipoksinia, disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan keterbatasan
dyspneu dan status nutrisi RR   Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
yang buruk selama sakit   Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs)  Monitor nutrisi  dan sumber energi tangadekuat
secara mandiri   Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi
Intoleransi aktivitas b/d secara berlebihan

29
fatigue   Monitor respon kardivaskuler  terhadap aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan   Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien
energu secara fisiologis
maupun psikologis untuk Activity Therapy
meneruskan atau   Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik
menyelesaikan aktifitas yang dalammerencanakan progran terapi yang tepat.
diminta atau aktifitas sehari   Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
hari. mampu dilakukan
  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai
Batasan karakteristik : dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
a.       melaporkan secara verbal   Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
adanya kelelahan atau yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
kelemahan.   Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti
b.      Respon abnormal dari kursi roda, krek
tekanan darah atau nadi   Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai
terhadap aktifitas   Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu
c.       Perubahan EKG yang luang
menunjukkan aritmia atau   Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
iskemia kekurangan dalam beraktivitas
d.      Adanya dyspneu atau   Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

30
ketidaknyamanan saat   Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
beraktivitas. penguatan
  Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
Faktor factor yang
berhubungan :
         Tirah Baring atau
imobilisasi
         Kelemahan menyeluruh
         Ketidakseimbangan
antara suplei oksigen dengan
kebutuhan
         Gaya hidup yang
dipertahankan.

31
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan ginjal yang
progresif dan irreversibel di mana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah
(Luckman,2002).

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah).  (Sudoyo, 2006).

32
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3.
Jakarta: EGC

Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa


keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC

Hudak, Gallo. 2000. Critical Care Nursing. Philadelphia. JB. Lippincot Company

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media


Aesculapius

33

Anda mungkin juga menyukai