Anda di halaman 1dari 2

NAMA : EDO DANA ARWANA

PRODI : ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

NIM : 126301213109

KELOMPOK : 64 UBER
ESSAY

POSTHUMANISME
 Pada prinsipnya Arat Sabulungan merupakan suatu sistem pengetahuan, nilai, norma, dan
aturan hidup yang dipegang kuat oleh masyarakat Mentawai dalam memahami serta
menginterpretasi lingkungan yang ada di sekitarnya yang terdiri dari pola-pola interaksi
manusia, binatang, tumbuhtumbuhan, tanah, air, udara dan juga benda-benda hasil buatan
manusia. Hasil pemahaman tersebut digunakan untuk mendorong terwujudnya tindakan yang
muncul dari orang-orang sebagai anggota masyarakat suku bangsa Mentawai
 Namun, karena keterbatasan dan kefanaan yang diinsyafi oleh sang manusia itu pulalah
manusia kemudian mencari sosok yang hakiki. Sebuah sosok yang tak terbatas apapun.
Manusia pun mencari dan terus mencari sebuah sosok agung itu. ditemukanlah apa yang
dinamainya “Tuhan”, “logos”, “keadilan”, “kebenaran”, ad infinitum. Semua adalah hasil
imaji dari kinerja akal, hasrat, ego, dan nuraninya yang terpanggil dalam dimensi ruang-
waktunya.
 kemudian mewartakan diri melalui jalan wahyu melalui utusan-utusannya yang memperbaiki
taraf hidup manusia agar lebih bermartabat dengan moralitas. Diterjemahkanlah kemudian
“bahasa Tuhan” itu ke dalam kitab suci yang diyakini melampaui sejarah. Disana ada aturan
yang rigid, ada cerita, kiasan, pedoman hidup, dan konsep teologi tertentu. Yang kemudian
semua itu dianggap “sempurna” dan harus diyakini kebenaran universalnya tanpa ruang
untuk bertanya. Namun, permasalahannya kemudian adalah pada truth
claim bahkan salvation claim darinya dengan mengatasnamakan Tuhan. Diluar dari
keyakinan eksklusif itu dianggap yang asing dan harus dibinasakan, kafir, bidah.
 Pada abad pertengahan adalah contoh gamblang dari institusionalisasi dogma-dogma. Agama
(kristiani) kemudian menjadi otoritas yang tak terbantahkan. Namun celakanya agama
ditafsirkan dalam satu bahasa. Ditambah dengan otoritasnya yang juga menjangkau dimensi
politik. Nalar kemudian dekebiri karena dianggap nisbi, ia harus tunduk pada teks yang
sacral. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan “the dark age” dimana agama menjadi
candu “kekuasaan”, bukan malah membebaskan tapi mengesploitasi dan menglienasi
manusia dari keduniawiannya yang otentik.
 .Konsepsi tentang segalam macam hal-ihwal dipertanyakan kembali. Peradaban yang
dulunya terpusat kepada Tuhan kemudian dipusatkan kepada manusia. Manusia bebas
dengan rasionalitasnya untuk membentuk pandangan-dunianya (world-view) sendiri.
Disinilah titik awal kesangsian manusia pada “tuhan”, karena tuhan dianggap sebagai sumber
mala yang mengebiri kebebasan manusia kearah kemajuan dan emansipasi.
http://denkritos.blogspot.com/2012/10/post-humanisme.html

Anda mungkin juga menyukai