PADA ANAK
Dosen :
Di susun oleh :
Kelompok 1
FAKULTAS KESEHATAN
S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
Anggota Kelompok 1
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penyusun. Sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan Anak II yang berjudul“ ASUHAN
KEPERAWATAN HEMATOLOGI (TALASEMIA) PADA ANAK”.
Penyusun juga menyampaikan terima kasih Ibu Putri Kristyaningsih S.Kep, Ns, M.Kep., yang
telah membimbing penyusun dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah ini aspek asuhan keperawatan
keluarga dengan jantung.
Penyusun berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan sumber-sumber dan informasi, baik dari
buku-buku maupun website terpercaya. Namun, penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena kemampuan penyusun yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari para pembaca maupun pemerhati dibutuhkan agar penyusun dapat memperbaiki makalah ini.
Penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan memperluas pengetahuan
serta menjadi pedoman bagi pembaca.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................4
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................................4
A. Definisi.......................................................................................................................................5
B. Klasifikasi Thalasemia................................................................................................................5
C. Etiologi.......................................................................................................................................6
D. Patofisiologi...............................................................................................................................7
E. Pathway.....................................................................................................................................7
F. Komplikasi.................................................................................................................................9
G. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................................10
H. Penataksanaan Medis..............................................................................................................11
BAB III..................................................................................................................................................12
ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................................................12
BAB IV..................................................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................................................13
A. Kesimpulan..............................................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Thalasemia merupakan penyakit kronis yang terjadi pada anak-anak, Thalassemia merupakan
penyakit kelainan darah yang disebabkan oleh gangguan produksi hemoglobin sehingga hemoglobin
dalam tubuh berkurang.
Angka kejadian penyakit Thalasemia di dunia berdasarkan data dari Badan Organisasi
Kesehatan Dunia atau World Heatlh Organization (WHO) menyatakan, insiden pembawa sifat
Thalasemia di Indonesia berkisar 6-10%, artinya dari setiap 100 orang 6-10 orang adalah pembawa sifat
Thalasemia, Berdasarkan data dari Yayasan Thalasemia Indonesia, kasus thalasemia (kelainan sel darah
merah) mayor di Indonesia terus meningkat sejak lima tahun terakhir. Pada tahun 2012 terdapat 4.896
kasus thalasemia mayor dan pada 2017 terus meningkat menjadi 8.616 kasus (Kemenkes, 2018).
Dampak yang terjadi pada penderita thalasemia adalah penurunan kadar Hb secara kontinyu
karena adanya lisis pada sel darah merah yang kurang dari 100 hari, kondisi ini yang menyebabkan
penderita thalasemia memiliki kadar Hb yang rendah, sehingga terjadi gangguan dalam pemenuhan
oksigen tubuh dan perfusi jaringan akan mengalami gangguan.
Belum ada obat untuk menyembuhkan thlasemia, salah satu pengobatan yang diberikan dalah
transfusi darah terapi yang harus diberikan pada thalassemia untuk mempertahankan Hb tetap tinggi,
transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g/dl atau anak mengeluh tidak mau makan dan
lemah, transfusi diberikan sampai Hb sekitar 11 g/dl (Wibowo & Zen, 2019).
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana konsep penyakit talasemia dalam keperawatan anak ?
2) Bagaimana WOC dari penyakit talasemia?
3) Bagaimana asuhan keperawatan anak dengan penyakit talasemia?
C. Tujuan Masalah
1) Mengetahui konsep penyakit talasemia dalam keperawatan anak ?
2) Mengetahui WOC dari penyakit talasemia?
3) Mengetahui asuhan keperawatan anak dengan penyakit talasemia?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Thalassemia merupakan penyakit kelainan darah yang sifatnya diturunkan dan merupakan suatu
penyakit kronis. Thalassemia ditandai dengan kondisi sel darah merah yang rusak atau umurnya lebih
pendek dari sel drah normal ( 120 hari ). Thalassemia adalah penyakit kerurunan berupa kelainan pada
sel darah merah yang menyebabkan penderitaan mengalami anemia kronis. Hal ini dikarenakan sel
darah merah penderita thalasemia mudah pecah dan memiliki kadar Hemoglobin (Hb) yang sangat
rendah. Sehingga mengakibatkan anemia kronis (Mahdi,2017).
Thalasemia merupakan salah satu penyakit genetik terbanyak didunia yang ditandai dengan tidak
terbentuknya atau berkurangnya salah satu rantai globin baik itu -a ataupun — β yang merupakan
komponen penyusun utama molekul hemoglobin normal (Grentina, 2016)
B. Klasifikasi Thalasemia
1. Berdasarkan Molekul
a. Thalassemia alfa
Thalassemia alfa merupakan jenis thalassemia yang mengalami penurunan sintesis dalam
rantai alfa.
b. Thalassemia beta
Thalassemia beta merupakan jenis thalassemia yang mengalami penurunan pada rantai
beta.
C. Etiologi
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif.
Ditandai oleh defisiensi produksi gobin pada hemoglobin. Dimana terjadi kerusakan sel darah
merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritroit menjadi pendek (kurang dari 100 hari).
Kerusakan tersebut karena hemoglobin yang tidak normal (hemoglobinopatia) dan kelainan
hemoglobin ini karena adanya gangguan pembentukan yang disebabkan oleh :
a. Gangguan struktur pembentukan hemoglobin (hb normal)
b. Gangguan jumlah (salah satu atau beberapa) rantai globin
Thalasemia terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tuloang membentuk protein yang
dibutuhkan untuk memprduksi hemaglobin sebagaimana mestinya. Hemoglobin merupakan
protein kaya zat besi yang berada di dalam se darah merah dan berfungsi sangat penting untk
mengangkut oksigen dari paru-paru keseluruhan bagian tubuh yang membutuhkan sebagai energi.
Apabila produksi hemoglobin berkurang atau tidak ada, maka pasokan energy yang dibutuhkan
menjaidl fungsi tubuh tidak dapat terpenuhi, sehingga fungsi tubuh pun terganggu dan tidk mampu
lagi menjalankan aktivitasnya secara normal.
D. Patofisiologi
Penyebab anemia pada thalassemia bersifat primer dan sekunder. Primer adalah
berkurangnya sintesis HbA dan eritroipoesis yang tidak efektif disertai penghancuran sel-sel
eritrosit. Sedangkan sekunder ialah karena defisiensi asam folat, bertambahnya volume plasma
intravascular yang mengakibatkan hemodilusi dan destruksi eritrosit oleh system
retikuloendotelial dalam limpa dan hati. Penelitian biomolekuler menunjukkan adanya mutasi
DNA pada gen sehingga produksi rantai alfa atau beta dari hemoglobin berkurang. Molekul globin
terdiri atas sepasang rantai alfa dan sepasang rantai lain yang menentukan jenis Hb. Pada orang
normal terdapat 3 jenis Hb, yaitu Hb A (merupakan > 96% dari Hb total, tersusun dari 2 rantai alfa
dan 2 rantai beta = α2β2), Hb F (< 2% =α2) dan HbA2 (< 3% = ). Kelainan produksi dapat terjadi
pada rantai , rantai β (β thalassemia), rantai (rantai (, maupun kombinasi kelainan rantai dan
rantai β. Pada thalassemia β, kekurangan produksi rantai beta menyebabkan kekurangan
pembentukan α2β2 (Hb A); kelebuhan rantai akan berikatan dengan rantai yang secara
kompensatoir Hb F meningkat; sisanya dalam jumlah besar diendapkan pada membrane eritrosit
sebagai Heinz bodies dengan akibat eritrosit mudah rusak (ineffective eryhropoesis).
E. Pathway
Mutasi DNA
Pengikatan O2 berkurang
Hb defectif
MK: RESIKO
INFEKSI
Eritrosit tidak stabil
Anemia Tranfusi
Hemolisis darah
berat
berulang
Suplay O2 <<
Hemosider
osis
Penumpuk
an besi
F. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita thalassemia, yaitu :
1. Komplikasi Jantung
Kerusakan jantung akibat terlalu banyak zat besi dapat menyebabkan penurunan kekuatan
pompa jantung, gagl jantung, aritma atau detak jantung yang tidak beraturan dan terkumpulnya
cairan di jaringan jantung. Ada beberapa pemeriksaan rutin yang harus dilakukan penderita
thalassemia beta mayor, yaitu pemeriksaan tiap enam bulan seklai untuk memeriksa fungsi
jantung dan setahun sekali pemeriksaan menyeluruh untuk memeriksa konduksi aliran listrik
jantung menggunakan elektrokardiogram oleh dokter spesialis jantung. Perawatan untuk
meningkatkan fungsi jantung dapat dilakukan dengan terpai khelasi yang lebih menyeluruh dan
mengonsumsi obat penghambaten bim konversi angiotensin.
2. Komplikasi pada tulang sumsum
Tulang akan berkembang dan memengaruhi tulang akibat tubuh kekurangan sel darah merah
yang sehat. Komplikasi tulang yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
a. Nyeri persendian dan tulang
b. Osteoporosis
c. Kelainan bentuk tullang
d. Risiko patah tuang meningkat jika kepadatan tulang menjadi rendah
3. Pembesaran Limpa (Splenomegali)
Pembesaran limpa terjadi karena limpa sulit untuk mendaur ulang sel darah yang memiliki
bentuk tidak normal dan berakibat kepada meningkatnya jumlah darah yang ada di dalam limpa,
membuat limpa tumbuh lebih besar. Transfuse darah yang bertujuan meningkatkan sel darah yang
sehat akan menjadi terlalu aktif serta mulai menghancurkan sel darah yang sehat. Vaksinasi untuk
mengatasi potensi infeksi yang serius, seperti flu dan meningitis disarankan untuk dilakukan jika
telah melakukan operasi pengangkatan limpa, hal ini dikarenakan limpa berperan dalam melawan
infeksi.
4. Komplikasi Pada Hati
Kerusakan pada hati akibat terlalu banyak zat besi dapat menyebabkan terjadinya beberapa
hal, seperti fibrosis atau pembesaran hati, sirosis hati atau penyakit degenerative kronis dimana
sel-sel hati normal menjadi rusak, lalu digantikan oleh jaringan parut, serta hepatitis.
5. Komplikasi Pada Kelenjar Hormon
System hormone diatur oleh kelenjar pituitary yang sangat sensitive terhadap zat besi. Para
penderita thalassemia beta mayor kalaupun telah melakukan terapi khelasi, dapat mengalami
gangguan system hormone. Ada beberapa komplikasi pada kelenjar hormone yang dapat terjadi
usai pubertas seperti :
a. Kelenjar tiroid hipertiroidisme atau hipotiroidisme
b. Pancreas diabetes
Pemeriksaan dengan mengukur berat dan tinggi badan harus dilakukan anak-anak penderita
thaasemia tiap enam bulan selaki untuk mengukur pertumbuhannya.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Studi Hematologi
Terdapat perubahan-perubahan pada sel darah merah, yaitu mikrositosis, hipokromia,
poikilositosis, sel target, eritrosit yang immature, penurunan hemoglobin, dan hematokrit.
2. Elektroforesis Hemoglobin
Peningkatan hemiglobin. Pada thalasemia beta mayor ditemukan sumsum tulang hiperaktif
terutama seri eritrosit.
3. Hasil Foto Rontgen
Meliputi perubahan pada tulang akibat hiperplasia sumsum yang berlebihan. Perubahan
meliputi pelebaran medulla, penipisan korteks, dan trabekulasi yang lebih kasar.
4. Analisis DNA, DNA probing, ggone blotting dan pemeriksaan PCR
Polymerase Chain Reaction) merupakan jenis pemeriksaan yang lebih maju.
H. Penataksanaan Medis
Penatalaksanaan medis thalasemia antara lain yaitu :
a. Pemberian tranfusi darah hingga Hb mencapai 9-10 g/dl. Komplikasi dari pemberian
transfusi darah yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya penumpukan zat besi yang
disebut hemosiderosis. Hemosiderosis ini dapat dicegah dengan pemberian deferoxamine
(Desferal), yang berfungsi untuk mengeluarjan besi dari dalam tubuh (iron chelating agent).
Deferoxamine diberikan secara intravena, namun untuk mencegah hospitalisasi yang lama
dapat juga diberikan secar subkutan dalam waktu lebih dari 12 jam.
b. Splenectomy : dilakukan untuk mengurangi penekanan pada abdomen dan meningkatkan
rentang hidup sel darah merah yang berasal dari suplemen (transfusi).
c. Pada thalasemia yang berat diperlukan transfusi darah rutin dan pemberian tambahan asam
folat. Penderita yang menjalani transfusi, harus menghindari tambahan zat besi dan obat-obat
yang bersifat oksidatif (misalnya sulfonamid), karena zat besi yang berlebihan menyebabkan
keracunan. Pada bentuk yang sangat berat, mungkin diperlukan pencangkokan sumsum
tulang. Terapi genetik masih dalam tahap penelitian.
d. Menurunkan atau mencegah hemosiderosis dengan pemberian parental obat penghelasi besi
(iro chelating drugs), de feroksamin diberikan subkutan dalam jangka 8-12 jam dengan
menggunakan pompa portabel kecil (selama tidur), 5-6 malam/minggu.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Pada tanggal 17 november 2021 An. R ( 9 tahun ) di bawa ke rumah sakit Bhayangkara pukul
11.00 WIB oleh ibunya dengan keluhan konjungtiva pucat, bibir pucat, Nampak cemas dan
gelisah. Ibu pasien mengatakan anaknya di diagnose thalassemia sejak umur 3 tahun dan rutin
tranfusi darah dan anaknya mengeluh ingin cepat pulang karena merasa bosan di rumah sakit. RR
anak juga menurun. Pasien di diagosa terkena penyakit thalassemia dan harus menjalani
perawatan. Pasien merasa cemas juga bosan. Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD : 100/70
mmHg, N : 65x/menit, S : 36,20C, RR : 21x/menit
PENGKAJIAN
1. Identitas Anak
Nama: An. R
Agama: islam
2. Riwayat keperawatan
a. Riwayat keperawatan sekarang
1) Keluhan utama
Ibu pasien mengatakan anaknya pucat , pada tanggal 8 Juli 2015 jam 08.00 wib ibu pasien
membawa anaknya ke poli anak, kemudian dianjurkan untuk cek laboraturium dan hasilnya Hb
kurang (7,6 g/dl), pada jam 12.00 wib pasien di antar ke ruangan anggrek untuk rawat inap dan
melakukan transfusi darah.
Ibu pasien mengatakan asien menderita thalasemia sudah ±9 tahun dan kini usianya 12 tahun. Pada
usia 3 tahun pasien di diagnosa thalasemi di RS.Baptis Kota Kediri dengan keluhan saat itu pasien
terlihat pucat dan lemas. Mulai saat itu setiap bulannya pasien rutin melakukan transfusi darah
sampai sekarang.
4) Riwayat persalinan
Antenatal : ibu pasien berkata selama masa kehamilan ibu pasien rutin memeriksakan
kehamilanya di bidan dan selama hamil tidak pernah ada keluhan penyakit apapun.
Natal : Ibu pasien mengatakan pasien lahir dengan normal di bidan, saat lahir kondisi pasien sehat,
menangis spontan, BB lahir 3 kg 3 ons, PB lahir : 49 cm, jenis kelamin : laki-laki.
Post natal : Ibu pasien mengatakan setelah lahir pasien dapat menetek ASI ibunya dan tidak ada
keluhan apapun pada pasien.
b. Riwayat keperawatan keluarga
1) Riwayat kesehatan ibu
Ibu pasien mengatakan pernah menderita sakit ringan seperti batuk, pilek, dan demam. Tidak pernah
menderita penyakit seperti yang diderita pasien (thalasemia).
Ibu pasien mengatakan paman pasien menderita peyakit yang sama dengan pasien (thalsemia)
c. Riwayat nutrisi
BB saat ini : 39 kg
BB saat MRS : 39 kg
TB : 132 cm
Usia : 12 tahun
d. Riwayat imunisasi
Keterangan : Ibu pasien mengatakan lupa dan buku KMSnya sudah hilang.
a. Berguling : 4 bulan
b. Duduk : 7 bulan
c. Merangkak : 9 bulan
d. Berdiri : 12 bulan
e. Berjalan : 14 bulan
f. Senyum kepada orang lain pertama kali : 3 bulan
g. Bicara pertama kali : 6 bulan
h. Berpakaian tanpa bantu : 4 tahun
f. Riwayat nutrisi
1) Pemberian ASI
a) Pertama kali di susui : saat bayi baru lahir
b) Cara pemberian : setiap kali menangis
c) Lama pemberian: dari lahir sampai usia 2 tahun
2) Pemberian susu formula
a) Alasan pemberian : pasien kurang kalua hanya ASI
b) Jumlah pemberian : ± 2 botol/hari (400 cc)
c) Cara pemberian : dengan menggunakan dot
3) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
4) Genogram
3. Observasi dan pengkajian fisik (body of system)
Keadaan umum : cukup
TD : 100/70 mmHg
N : 65 x/menit
S : 36,2 0C
RR : 21 x/menit
a. Pernafasan
1) Bentuk dada simetris antara kanan dan kiri
2) Pola nafas teratur
3) Retraksi otot bantu nafas tidak ada
4) Perfusi thorak sonor
5) Alat bantu pernafasan tidak ada
6) Batuk tidak ada
b. Kardiovaskuler
1) Irama jantung teratur (reguler)
2) Bunyi jantung BJ I dan BJ II tunggal
3) Capillary Refill Time (CRT) < 3 detik
c. Persyarafan
1) Kesadaran : composmentis
2) Istirahat tidur : ± 10 jam / hari
d. Genitourinaria
Tidak terkaji pasien malu
BAK ±5 x/hari warna : kuning pekat jumlah : ±400cc/hari
e. Pencernaan
1) Mulut
a) Mukosa mulut lembab
b) Bibir lembab dan pucat
c) Kebersihan rongga mulut bersih
d) Suara serak, tidak ada batuk
2) Abdomen
a) Bentuk : buncit
Palpasi I II IV III
Kwadran I : Teraba organ hepar (hepatomegali) ± 3 cm (2 jari) dibawa arcus costa
paling bawah, tepi tajam, padat kenyal.
Kwadran II : Tidak teraba organ.
Kwadran III : Teraba organ limfa (splenomegali), S4 (titik garis shcufner ke-4)
Kwadran IV : Tidak teraba organ Bising usus 11 x/menit
b) BAB ± 1 x/hari , Konsistensi : lembek, Warna : kuning
f. Muskuloskeletal dan Integumen
1) Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai baik (pasien mampu menggerakan dengan
bebas tanpa keluhan)
2) Kekuatan otot baik 5 5 (mampu menahan dorongan kuat) 5 5
3) Akral dingin
4) Turgor kulit elastis
5) Kelembapan kulit cukup
6) Warna kulit kehitaman
7) CRT < 3 detik
g. Endokrin
1) Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada
2) Pembesaran kelenjar parotis tidak ada
3) Hiperglikemi tidak ada
4) Hipoglikemi tidak ada
h. Pengindraan
1) Mata
a) Bentuk simetris antara kanan dan kiri
b) Pergerakan bola mata normal
c) Pupil reaksi cahaya (+), bila diberi cahaya mengecil dan melebar jika gelap.
d) Konjungtiva anemis
e) Sklera ikterus
f) Palbebra tidak cowong dan tidak ada benjolan
2) Hidung
a) bentuk hidung simetris
b) Lubang hidung bersih, tidak ada sekret dan sumbatan benda asing
3) Kepala
a) Rambut hitam
b) Pertumbuhan rambut merata
c) Dahi lebar
4) Telinga
a) Bentuk simetris antara kanan dan kiri
b) Tulang rawan elastic
i. Aspek psikososial
1) Ekspresi afek dan emosi wajah pasien murung dan gelisah.
2) Dampak hospitalisasi pada anak : pasien cemas dengan sering bertanya-tanya tentang
perkembangan kesehatannya, pasien selalu mengeluh dan bosan dirumah sakit, pasien
mengatakan pengen cepat pulang kerumah dan bisa masuk sekolah lagi.
4. Pemeriksaan penunjang
1) DL (Darah lengkap)
Hasil Terlampir
ANALISA DATA
Anisetas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan suplai oksigen d.d ibu pasien mengatakan
anaknya pucat, ibu pasien mengatakan didiagnosa sakit thalasemia sejak usia 3 tahun dan rutin
transfusi setiap bulannya, pasien terlihat pucat,konjungtiva anemis, bibir pucat , akral dingin,
TTV : TD : 100/70 mmHg, N : 65x/menit, S : 36,2 0C, RR : 21x/menit
2. Anisetas b.d perubahan status kesehatan d.d pasien mengeluh bosan berada di rumah sakit,
pasien mengatakan ingin cepat pulang ke rumah dan masuk sekolah lagi, ekspresi wajah pasien
murung dan gelisah, pasien cemas dan sering bertanya mengenai kesehatannya
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Edukasi:
1. anjurkan program diet untuk
mempebaiki sirkulasi (mis, rendah
lemak jenuh, minyak ikan, dan
omega 3)
2. informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan (mis,
rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat,luka tidak sembuh dan
hilangnya rasa)
3. anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat beta
4. anjurkan program rehabilitasi.
2. Anisetas b.d perubahan status Setalah dilakukan tindakan Observasi: 1. memberikan rasa
kesehatan d.d pasien keperawatan selama 1×24 jam 1. identifikasi saat tingkat ansietas nyaman pada pasien
mengeluh bosan berada di tingkat ansietas menurun, berubah (mis. Konisi,waktu, 2. membantu pasien
rumah sakit, pasien dengan kriteria hasil: stressor) untuk mengeksternali-
mengatakan ingin cepat 1. verbalisasi kebingungan 2. monitor tanda-tanda ansietas sasikan kecemasan
pulang ke rumah dan masuk menurun (verbal dan non vorbal) yang dirasakan
sekolah lagi, ekspresi wajah 2. verbalisasi khawatir akibat 3. memberikan rasa
pasien murung dan gelisah, kondisi yang dihadapi menurun Terapeutik aman saat berada di
pasien cemas dan sering 3. perilaku gelisah menurun 1. ciptakan suasana terapeutik rumah sakit
bertanya mengenai untuk menumbuhkan kepercayaan
kesehatannya 2. temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
3. pahami situasi yang membuat
ansietas
4. motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
Edukasi:
1. informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
2. anjurkan keluarga untuk tetap
Bersama pasien, jika perlu
3. anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
Latih Teknik reaksasi
1. 1 Desember Observasi: S : DS :
2019/ 11.30 1. periksa sirkulasi perifer (mis.
Nadi perifer, edema, pengisian - Ibu pasien mengatakan anaknya
kapiler, warna, suhu,ankle pucat
brachial index) - Ibu pasien mengatakan di diagnose
2. monitor panas, kemerahan, sakit thalassemia sejak usia 3 tahun
nyeri, atau bengkak pada dan rutin tranfusi setiap bulannya.
ekstremitas
Terapeutik: O : DO :
1. hindari pemasangan infus
atau pengambilan darah di area - Pasien tampak pucat konjungtiva
keterbatasan perfusi. anemis.
2. hindari pengukuran tekanan - Bibir pucat.
darah pada ekstremitas dengan - Akral dingin
keterbatasan perfusi - Ttv :
3. lakukan pencegahan infeksi TD : 100/70 mmHg
N : 65×/menit
Edukasi:
S : 36,2C
1. anjurkan program diet untuk
RR : 21×/menit
mempebaiki sirkulasi (mis,
rendah lemak jenuh, minyak
ikan, dan omega 3)
2. informasikan tanda dan A:
gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis, rasa sakit yang - Masalah teratasi sebagian
tidak hilang saat istirahat,luka
tidak sembuh dan hilangnya P:
rasa)
- Intervensi dilanjutkan
3. anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat beta
4. anjurkan program
rehabilitasi.
2. 12 Desember Observasi: S : DS :
2019/ 11.50 1. identifikasi saat tingkat
ansietas berubah (mis. - Pasien mengeluh bosan berada di
Konisi,waktu, stressor)
2. monitor tanda-tanda ansietas rumah sakit
(verbal dan non vorbal) - Pasien mengatakan ingin cepat
pulang ke rumah dan masuk sekolah
Terapeutik lagi
1. ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
O : DO :
2. temani pasien untuk
mengurangi kecemasan, jika - Ekspresi wajah pasien murung dan
memungkinkan gelisah
3. pahami situasi yang - Pasien cemas dan sering bertanya
membuat ansietas mengenai kesehatannya
4. motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan A:
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah yang sifatnya diturunkan dan merupakan
suatu penyakit kronis. Thalasemia ditandai dengan kondisi sel darah merah yang mudah rusak atau
umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Thalasemia adalah penyakit keturunan
berupa kelainan pada sel darah merah yang menyebabkan penderita mengalami anemia kronis.
Hal ini dikarenakan sel darah merah penderita thalasemia mudah pecah dan memiliki kadar
Hemoglobin (Hb) yang sangat rendah.
Sehingga mengakibatkan anemia kronis. Klasifikasi thalasemia seperti thalasemia —α,
thalasemia —β (thalasemia mayor, thalasemia minor, thalasemia —δβ, thalasemia intermedia).
Manifestasi dari thalasemia misalnya anemia berat yang bergantung pada transfusi darah, gagal
berkembang, infeksi interkuren, pucat, ikterus ringan, pembesaran hati dan limpa, ekspansi tulang,
defek pertumbuhan/endokrin, anemia hemolitik mikrositik hipokrom.
B. Saran
Dengan terususunnya makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.
Kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan, karena penulis sadar bahwa penyusunan
makalah ini jauh dari kata sempurna dan kami sangat mengharapkan kritik dan saran itu dari
pembaca untuk penulisan makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.