Modul IKGMP
Diskusi Kelompok C
Disusun oleh :
Kelompok C
Skenario 1
1. Perbandingan laki-laki dan perempuan pada setiap provinsi:
L
Sex Ratio = X 100
P
2.545 .113
1. Aceh = x 100 = 99,7 ≈ 100
2.551.135
7.037.736
2. Sumatera Utara = x 100 = 99,6 ≈ 100
7.065.585
2.617 .273
3. Sumatera Barat = x 100 = 99,1≈ 99
2.642.255
3.336.874
4. Riau = x 100 = 105,4 ≈ 105
3.164 .097
1.764 .935
5. Jambi = x 100 = 104,1 ≈ 104
1.693 .991
4.147 .140
6. Sumatera Selatan = x 100 = 103,3 ≈ 103
4.013 .761
971.286
7. Bengkulu = x 100 = 104,0 ≈ 104
933.507
4.205 .694
8. Lampung = x 100 = 105,2 ≈ 105
3.999 .447
728.580
9. Kep Bangka Belitung = x 100 = 108,2 ≈ 108
673.247
1.035.511
10. Kep Riau = x 100 = 104,3 ≈ 104
992.658
Grafik perbandingan laki-laki dan perempuan pada setiap provinsi
P0-14 = 2.011.636
P15-64= 4.301.459
P65+ = 187.876
2.011 .636+187.876
Dr= ×100=51,13
4.301 .459
11. Jambi
P0-14 = 961.526
P15-64 = 2.358.418
P65+ = 138.982
DrJAMBI= (961.526 + 138.982 : 2.358.418) x 100 = 46,6629749
Angka beban ketergantungan yang dari yang tertinggi adalah sebagai berikut:
Skenario 2
Seorang laki-laki usia 32 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan demam
malam hari disertai keringat berlebih, badan terasa mudah lelah serta napsu makan
berkurang. Pasien juga mengeluhkan menderita batuk sudah cukup lama, hal ini
diperberat karena pekerjaannya sebagai buruh yang sering pulang kerja larut malam.
2.1. Perjalanan Penyakit Pasien
Apabila dikaitkan dengan gejala-gejala penyakit yang dialami oleh pasien pada
kasus, maka pasien tersebut memiliki kemungkinan menderita penyakit TBC
(tuberculosis) yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung sebagian besar kuman
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Penderita TB paru a
kan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti batuk berdahak kronis, demam,
berkeringat tanpa sebab di malam hari, sesak napas, nyeri dada, dan penurunan nafsu
makan. Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan kematian. Pa
sien TB paru juga sering dijumpai konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena ane
mia, badan kurus atau berat badan menurun.
Secara umum proses perjalanan penyakit dapat dibedakan atas beberapa tahap
yaitu tahap pre-patogenesis dan patogenesis. Sedangkan pada tahap patogenesis
sendiri dapat dibagi menjadi:
A. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaannormal/ sehat tetapi mereka pada
dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage
of susceptibility). Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi
interaksi antara penjamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di
luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada di luar tubuh penjamu di mana para
kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang penjamu.
B. Tahap Patogenesis
a. Tahap inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit
ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala
penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit
lainnya. Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak
sekadar sebagai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi
diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan pengetahuan
masa inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya.Masa inkubasi
dari penyakit TBC yaitu mulai terinfeksi sampai menjadi sakit diperkirakan 4-12
minggu.
b. Tahap penyakit dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang kelihatannya ringan.
Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan
patologis, walaupun penyakit masih dalam masa subklinis. Pada tahap ini,
diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini . Gejalanya seperti Demam
tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat
hilang timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih
dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
c. Tahap penyakit lanjut
Pada tahap ini penyakit bertambah jelas dan mungkin bertambah berat dengan
segala kelainan klinik yang jelas, sehingga diagnosis sudah relatif mudah
ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis ditegakkan, diperlukan pengobatan
yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang kurang baik dengan Gejala
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah
yang disertai sesak. Ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala
seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan
bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada
anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
d. Tahap penyakit akhir
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan,
yaitu: Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi
pulih, sehat kembali.
Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak
ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang
permanen berupa cacat.
Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap
ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit. Penyakit tetap
berlangsung secara kronik. Berakhir dengan kematian.
2.2. Faktor-faktor penyebab penyakit yang diderita pasien
Berdasarkan skenario kasus, pola hidup pasien tidaklah baik. Ia sering pulang
kerja larut malam sehingga menganggu pola tidurnya, dan juga pekerjaan yang ia
tekuni menuntutnya untuk terpapar dengan lingkungan yang kotor serta paparan sinar
matahari, dan juga udara yang berpolusi secara terus menerus. Hiswani (2009)
mengatakan bahwa keterpaparan penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti : status sosial ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin dan
faktor sosial lainnya, untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
1. Faktor Sosial Ekonomi : Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan
hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja yang buruk
dapat memudahkan penularan TBC. Pendapatan keluarga sangat erat juga
dengan penularan TBC, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak
dapat layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.
2. Status gizi : Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat
besi dan Iain-lain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga
rentan terhadap penyakit termasuk TB-paru. Keadaan ini merupakan faktor
penting yang berpengaruh di negara miskin, baik pada orang dewasa maupun
anak-anak.
3. Umur : Penyakit TB paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia
produktif 15-50 tahun . Dengan terjadinya transisi demografi saat ini
menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut
lebih dari 55 tahun system imunolosis seseorang menurun, sehingga sangat
rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB-paru.
4. Jenis kelamin: Penderita TB-paru cenderung lebih tinggi pada laki-
lakidibandingkan perempuan. Menurut Hiswani yang dikutip dari WHO,
sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal
akibat TB paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak
terjadi.
2.3. Kemungkinan akhir dari penyakit yang diderita pasien
P e r j a l a n a n p e n y a k i t p a d a s u a t u s a a t a k a n b e r a k h i r . Penyakit
tuberkulosis (TB atau TBC) dapat disembuhkan dan pengobatannya membutuhkan
waktu yang panjang. Pasien yang sudah dipastikan menderita sakit TBC minimal
harus minum obat selama 6 bulan. Fase awal intensif biasanya diberikan
sedikitnya 3 atau 4 obat, sedangkan fase lanjutan dapat diberikan 2 obat
saja baik s e t i a p hari maupun intermitten. Seperti yang telah
dijelaskan pada bagian pertama, tahap akhir penyakit terdiri atas:
1. Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi
pulih, sehat kembali.
2. Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit
sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan
bekas gangguan yang permanen berupa cacat.
3. Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih
tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
4. Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
5. Berakhir dengan kematian.
Daftar pustaka: