Anda di halaman 1dari 41

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tembakau merupakan salah satu komoditas andalan pertanian yang dapat

memberikan kesempatan kerja yang luas dan memberikan penghasilan bagi

masyarakat pada setiap rantai agribisnisnya. Selain itu, tembakau menunjang

pembangunan nasional berupa pajak dan devisa negara (Cahyono, 2011).

Nicotiana tabacum L. atau lebih dikenal sebagai tembakau ialah sejenis

tumbuhan herbal dengan ketinggian kira-kira 1.8 meter (m), besar daunnya yang

melebar dan meruncing dapat mencapai sekurang-kurangnya 30 sentimeter (cm)

(Budiman, 2011).

Menurut Budiman (2011), Awal perkembangan budidaya tembakau

diperkirakan pada abad ke 16, terutama setelah bangsa Eropa yaitu Spanyol,

Portugis, Inggris dan Belanda menemukan dunia baru yaitu Amerika. Sedangkan

untuk di Indonesi sendiri, awal perkembangannya dimulai dari percobaan

penanaman tanaman tembakau secara besar-besaran di Indonesia dilakukan bangsa

Belanda pada tahun 1830 oleh van den bosch melalui “Cultuurstelsel’’ yaitu sekitar

semarang dan jawa tengah, namun pada saat itu mengalami kegagalan. Pada tahun

1856, oleh Belanda dicoba kembali penanaman tembakau secara meluas didaerah

besuki, jawa timur, dengan dilengkapi suatu balai penelitian, yaitu besoekisch

profstation pada tahun 1910, dengan adanya balai penelitian tersebut maka usaha-

usaha gunakan mendapatkan galur yang ccock dan diinginkan terbuka dengan cara

seleksi/hibridisasi menggunakan tembakau yang telah ada/didatangkan dari luar

1
jenis tembakau Besuki cerutu yang sekarang banyak ditanam di Besuki tersebut

merupakan hasil persilangan Kedu dan jenis Deli.

Sumatera Barat adalah salah satu provinsi penghasil tembakau, dari

beberapa kabupaten yang ada di Sumatera Barat Kabupaten Lima Puluh Kota

adalah salah satunya. Pada tahun 2010 Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat 3

varietas tembakau yang dibudidayakan petani yaitu, varietas Rudau Teleng, varietas

Rudau Sendok dan varietas Taram. Adapun varietas yang banyak dibudidayakan

adalah varietas Rudau Teleng. Tembakau varietas Rudau Teleng, varietas Rudau

Gadang dan varietas Taram tergolong kedalam tembakau asli/rajangan. Sedangkan

secara umum, Tembakau terdiri dari 4 jenis yaitu tembakau cerutu, tembakau

pipa,tembakau sigaret dan tembakau asli/rajangan. Tembakau asli/rajangan terdiri

atas banyak varietas sesuai dengan daerah pengembangannya (Suwarto, 2014).

Peranan tembakau dalam perekonomian rakyat adalah sebagai sumber

pendapatan sekaligus sebagai lapangan pekerjaan yang banyak menyerap tenaga

kerja. Pada tingkat hulu, mulai dari kegiatan pembibitan, penanaman, pemeliharaan

tanaman, pengolahan hasil panen, sortasi, grading dan pemasaran tembakau dapat

menyerap tenaga kerja sekitar 3,5 juta jiwa (Cahyono, 2011).

Pengusahaan tembakau di Sumatera Barat dihadapkan pada kendala

rendahnya produktivitas. Rata-rata produksi tembakau di Sumatera Barat yaitu

1.033 ton/ha (0,6%) dari total produksi tembakau di Indonesia, tingkat

produktivitas tersebut jauh lebih rendah dibandingkan produktivitas provinsi lain

seperti Jawa Timur 78.343 ton/ha, NTB 42.793 ton/ha (Deptan, 2010).

Usaha yang diperlukan untuk meningkatkan pendapatan petani tembakau

adalah perbaikan tingkat produktivitas usahatani dan kebijakan stabilitas harga.

2
Melalui perbaikan pendapatan usahatani tembakau akan mendorong perhatian

petani yang lebih intensif dalam mengelola usahataninya. Produktivitas tembakau

rakyat rendah disebabkan ketersediaan benih tidak murni dan manipulasi agronomis

bersifat tradisional. Faktor lain yaitu keterbatasan modal, ketersediaan informasi

dan tingkat pengetahuan yang rendah (Setiawan dan Dedis, 2011). Untuk itu perlu

dilakukan penelitian terhadap faktor faktor yang diduga berpengaruh terhadap

tingkat produksi usahatani tembakau (Togatorop, 2010). Dari uraian di atas,

permasalahan pokok yang timbul dalam usaha tani tembakau adalah Tingkat

produktivitas tembakau rakyat masih rendah, pemakaian sarana produksi kurang

optimal, teknologi yang dipakai pada kegiatan produksi dan pengolahan bersifat

tradisional, pengaruh faktor alam seperti cuaca dan kesuburan tanah menjadi faktor

dominan penentu keberhasilan usahatani.

Menurut Badan Pusat Statistik (2022) luas areal tanaman tembakau

Indonesia pada tahun 2020 sebanyak 261.738 Ha dengan produksi 261.322 ton

sedangkan untuk daerah Kabupaten Lima Puluh Kota pada tahun 2020 sebanyak

24,00 Ha dengan produksi 93 ton. Dengan luas lahan tersebut pada kenyataannya

Indonesia masih mengimpor daun tembakau untuk memenuhi permintaan

konsumen yang tinggi.

Peningkatan kualitas produksi tembakau dapat dilakukan dengan

menghasilkan tembakau yang sehat. Untuk mendapatkan tembakau yang sehat dan

produksinya tinggi maka perlu memakai varietas unggul, pemeliharaan yang baik,

pemberian air yang cukup, dan pemupukan yang seimbang (Hanadyo et al, 2013).

Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tembakau agar dapat

memenuhi kebutuhan konsumen, sumberdaya manusia sebagai pelaku utama di

3
dalam pembudidayaan perlu dioptimalkan. Faktor-faktor penunjang lainnya perlu di

optimalkan, seperti sumber daya alam (iklim, tanah dan lain-lain), sumber hayati

dan sumber daya hewani sebagai penghasil pupuk. Optimalisasi semua sumberdaya

yang menunjang dalam pembudidayaan tembakau diharapkan dapat meningkatkan

pendapatan, peningkatan kualitas dan kuantitas hasil panen (Cahyono, 2011).

Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan hama dan penyakit yaitu

dengan menggunakan pestisida. Menurut Astuti dan Widyastuti (2016), pestisida

organik memiliki beberapa keunggulan dibanding pestisida kimia seperti lebih

ramah terhadap alam, tidak akan menyebabkan resistensi pada hama, dan residu

pestisida organik mudah terdegradasi secara alami.

Pemanfaatan pestisida nabati di Indonesia memiliki prospek yang

menjanjikan, karena tanaman nabati sangat tersedia, dengan bermacam-macam

kandungan yang tersedia yang bersifat racun terhadap patogen, bahan bakunya

melimpah dialam, proses pembuatannya tidak membutukan teknologi tinggi, cukup

dengan kemampuan dan pengetahuan yang ada. Pestisida nabati mempunyai bahan

aktif yang mudah terurai (bio-degradable) sehingga relatif aman bagi lingkungan

(Wiratno, Taniwiryono, Rietjens, and Murk 2008).

Sebagaimana hasil uji analisis fitokimia oleh Yennie, dkk. (2013) bahwa

senyawa aktif yang terdapat pada bawang putih yaitu alkaloid, flavonoid, saponin,

tannin dan sulfur bahan aktif tersebut bermanfaat digunakan sebagai pestisida yang

berasal dari bahan alami. Senyawa bawang putih adalah senyawa sulfida

merupakan senyawa-senyawa disebut dengan alicin (Agnetha, 2014).

Kandungan senyawa bawang putih yaitu alliin sebagai antifungi yang

disintesis dari asam amino. Apabila bawang putih dihancurkan atau dipotong-

4
potong maka allinase akan mengkonversi alliin menjadi alicin (Syamsiah, 2003).

Manfaatnya bawang putih ini pada tanaman tembakau dapat mengatasi hama dan

penyakit pada tanaman tembakau. Pada bawang putih ini juga mengandung bioaktif

yang dapat membantu dalam pembuatan pestisida, juga memiliki khasiat sebagai

pembunuh kuman, mengatasi infeksi, dan melawan bakteri pada tanaman.

Berdasarkan hal diatas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan

Proyek Usaha Mandiri (PUM) dengan judul “Pemanfaatan Ekstra Bawang Putih

Sebagai Pestisida Nabati Pada Budidaya Tanaman Tembakau (Nicotiana

tabacum L.)’’.

Menyadari akan hal itu, maka program pembangunan pertanian yang

berwawasan lingkungan yang mengarahkan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM) ini bagi

penulis adalah :

1. Mampu menyusun rencana, melaksanakan, dan mengevaluasi suatu kegiatan


usaha baik dari segi aspek teknis, aspek agoronomis, dan aspek finansial.
2. Mampu mengantisipasi aau mengatasi kendala-kendala yang dihadapi di
lapangan dalam melaksanakan proyek.
3. Mampu memahami aspek kultur teknis dalam budidaya tanaman tembakau.
4. Untuk menambah wawasan penulis tentang pada budidaya tanaman tembakau
(Nicotiana tabacum L.).
5. Mampu menghasilkan jiwa wirausaha dalam diri mahasiswa.
6. Mampu menyusun rencana bisnis berdasarkan kegiatan PUM yang telah
dilakukan.

5
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Tembakau

Tanaman tembakau termasuk golongan tanaman semusim. Dalam dunia

pertanian tanaman perkebunan. Tembakau biasa di manfaatkan daunnya sebagai

pembuatan rokok (Bambang, 2011).

Menurut Haryanto (2011), Tanaman tembakau dapat diklasifikasikan

sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)

Genus : Nicotiana

Spesies : Nicotiana tabacum L

2.2 Morfologi Tanaman Tembakau

2.2.1. Akar

Tembakau mempunyai sistem perkaran tunggang dengan panjang 50 cm -

70 cm. Akar serabut akan muncul saat tanaman dipindah tanam dan berkembang di

6
sekitar leher akar. Jika kondisi lingkungan sesuai, akar serabut dapat tumbuh

sampai kedalaman kira-kira 40 cm dalam waktu 5 minggu.Akar tanaman tembakau

merupakan tempat sintesis nikotin sebelum diangkut melalui pembuluh kayu ke

daun.

Faktor faktor yang mendorong pertumbuhan akar, seperti kekeringan dan

pemangkasan pucuk dapat meningkatkan kadar nikotin. Tanaman tembakau dapat

mensintetis nikotin dari nitrogen yang diserap sebelum maupun sesudah dipangkas.

Disamping itu pada kondisi kering akan mendorong akar untuk berkembang lebih

baik, sehingga meningkatkan penyerapan nitrogen melalui aktifitas akar yang lebih

besar, yang mengakibatkan kandungan nikotin tanaman meningkat (Suwarto &

Yuke Octavianty, 2014).

2.2.2 Batang.

Batang tembakau berdiri tegak, berwarna hijau muda dan berbulu.Tinggi

tanaman antara 58 cm – 101 cm dengan internoda yang rapat. Disetiap ketiak daun

terdapat titik-titik tumbuh cabang yang dorman. Jika batang dipangkas, titik tumbuh

akan bertunas sebagai sirung. Apabila kondisi lingkungan menguntungkan, sirung

akan menjadi cabang dan berkembang menjadi cabang baru yang akan menghambat

pertumbuhan tanaman (Suwarto,dkk 2014).

2.2.3. Daun

Daun tembakau berbentuk lonjong (oval) atau bulat tergantung varietasnya,

daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing, sedang yang berbentuk

bulat ujungnya tumpul.Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun

agak bergelombang dan licin. Daun bertangkai yang melekat pada batang,

ketebalan daun berbeda-beda tergantung pada varietasnya dan cara budidayanya.

7
Jumlah daun dalam satu tanaman berkisar 28 helai - 32 helai, namun apabila

syarat-syarat tumbuh kurang memenuhi, jumlah daun hanya sekitar 24 helai atau

kurang. Daun tumbuh berselang - seling (spiral) mengelilingi batang tanaman

(Cahyono, 2011).

2.2.4. Bunga

Bunga tanaman tembakau bersifat majemuk, terletak di ujung

tanaman.Berdasarkan penyerbukannya, tembakau termasuk tanaman yang

menyerbuk sendiri, tetapi sekitar 4% - 10% menyerbuk silang.Bunga berbentuk

terompet terdiri atas kelopak, mahkota bunga, benang sari dan putik. Periode

pembungaan tanaman ini tidak serentak ( Suwarto, dkk 2014).

2.2.5. Bakal buah

Bakal buah berada di atas dasar bunga dan terdiri dari dua ruang yang dapat

membesar.Tiap tiap ruang berisi bakal biji yang banyak sekali. Bakal buah ini

berbentuk lonjong dan bergerigi (Cahyono, 2011).

2.2.6. Buah

Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, didalamnya

banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan.Dalam setiap gram biji berisi kurang

lebih 12.000 butir biji. Jumlah biji yang dihasilkan tiap tanaman rata-rata 25 gram

(Cahyono, 2011 ).

2.3. Syarat tumbuh tanaman tembakau.

Persyaratan tumbuh tanaman tembakau menurut Cahyono (2011) :

1. Tanaman tembakau dapat tumbuh baik pada pH 5,5 – 6,5.

2. Suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara

8
18 0C – 27 0C.

3. Curah hujan rata-rata untuk tanaman tembakau dataran tinggi adalah 2.000

mm/tahun. Sedangkan, tanaman tembakau dataran rendah curah hujan rata-

ratanya adalah 1.500 mm/tahun – 3.500 mm/tahun

4. Tembakau dapat tumbuh pada ketinggian 200 meter – 3.000 meter di atas

permukaan laut, tanaman ini dapat ditanam di daerah pegunungan maupun

dataran rendah

2.4. Sistem Budidaya Tanaman Tembakau

2.4.1. Persiapan lahan

Menurut Mazmuiz, (2015) persipan lahan adalah kegiatan menyiapkan

lahan yang sesuai dengan jenis tanaman budidaya untuk pertumbuhan tanaman

secara optimal. Media tempat tumbuh tanaman yang diolah sedemikian rupa untuk

menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik.

a. Persiapan lahan

Persiapan lahan dilakukan dengan cara : membersihkan lahan dari gulma

maupun dari benda-benda lain seperti batuan dan tunggul kayu yang tidak

diinginkan di areal penanaman. Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan

parang, meteran, dan cangkul.

b. Pengukuran lahan

Pengukuran lahan bertujuan untuk mengetahui batas-batas lahan yang akan

ditanami tembakau, serta untuk dapat mengetahui jumlah petakan yang akan dibuat.

c. Pengolahan tanah I.

9
Langkah awal untuk mendapatkan produksi tembakau yang optimum adalah

dengan pengolahan tanah sebaik mungkin.Pengolahan tanah I dilakukan4 minggu

sebelum tanam.Pengolahan tanah untuk tembakau dilakukan 1 kali - 2 kali. Pada

pengolahan pertama, tanah dicangkul dengan kedalaman40 cm - 60 cm, pengolahan

tanah pertama ini juga bisa dibajak menggunakan traktor setelah itu dibiarkan

selama 1 minggu.

d. Pengolahan tanah II

Seminggu setelah pengolahan tanah yang pertama dilakukan pengolahan

tanah kedua, tanah diolah lagi dengan cangkul.Tujuannya adalah untuk

mengemburkan tanah, sehingga tanah menjadi gembur.

e. Pembuatan lubang tanam dan pemupukan dasar

Kegiatan pembuatan lobang tanam dilakukan 1 minggu sebelum penanaman

dengan jarak 100 cm x 50 cm dan kedalaman 7,5 cm - 10 cm untuk lubang tanam.

Pada tahap ini dilakukan pemupukan dasar dengan memberikan pupuk kandang

yaitu kotoran sapi yang sudah jadi (matang) dengan dosis 500 gram per lubang

tanam, kemudian mengaduknya dengan tanah topsoil lalu memberikan ajir.Setelah

itu melakukan pengolahan tanah dengan membuat parit atau saluran drainase

(Wahyudi dan Tarigan, 2005).

2.4.2 Persiapan bahan tanam (bibit)

Persiapan bahan tanam dilakukan pada 2 minggu sebelum tanam, dimana

dalam kegiatan budidaya tanaman tembakau diperlukan kegiatan persiapan bahan

tanam.Bibit yang digunakan adalah bibit yang telah berumur 35 hari - 55 hari

setelah benih ditanam.

2.4.3. Penanaman

10
Menurut Wahyudi (2015), waktu penanaman tembakau yang baik adalah

pada pagi dan sore hari yaitu pukul 6.00 - 9.00 atau jam 15.00. Pada saat

melakukan penanaman tanahnya disiram terlebih dahulu kemudian membenamkan

bibit sedalam leher akar dan tanah dipadatkan supaya bibit dapat berdiri dengan

tegak.

2.4.4. Penyiraman

Penyiraaman dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan sore bila tidak hujan,

penyiraman insentif dilakukan pada umur 7 hari setelah tanam dengan volume

penyiraman yang dilakukan 1 liter - 2 liter/tanaman. Setelah berumur 7 hari - 25

hari setelah tanam, penyiraman dilakukan 4 hari - 5 hari sekali dengan jumlah air 3

liter - 4 liter/tanaman. Kemudian pada umur 25 hari - 30 hari dilakukan 1 kali

penyiraman dengan jumlah air sebanyak 4 liter/tanaman.Pada umur 45 hari

perakaran sudah cukup kuat dan kebutuhan air cukup meningkat sehingga di

perlukan jumlah air dengan volume penyiraman 5 liter/tanaman dengan priode

penyiraman 3 hari - 5 hari sekali.Pada umur 65 hari setelah tanam tidak

membutuhkan penyiraman dikarenakan memasuki priode panen (Wahyudi, 2015).

2.4.5. Pemupukan

Menurut Wahyudi (2015), pemupukan sangat perlu dilakukan dengan tepat

agar pertumbuhan tanaman dapat tumbuh dengan baik. Ada beberapa dosis varietas

tembakau di Indonesia per hektar ialah :

1. Tembakau Cerutu = 72 kg N setara dengan 343 kg ZA, 172 kg P2O5 setara

dengan 400 kg TSP, 300 kg K2O setara dengan 600 kg K.

11
a. Tembakau Virginia = 40-60 kg N setara dengan 190-285 kg ZA, 45-90

kg ,P2O5 setara dengan 97-194 TSP kg. 100 kg K2O setara dengan 200 kg

ZK.

b. Tembakau Rakyat (Madura) = 41,5 kg N setara dengan 200 kg ZA, 35-45 kg

P2O5 setara dengan 100-120 kg TSP.

c. Dan untuk tembakau Payakumbuh = 200 kg - 300 kg ZA, 100 kg SP36 dan

100 kg KCL. Atau setara dengan 10gr ZA, 5gr SP36, 5gr KCL per tanaman.

Penyerapan pupuk N pada tahap-tahap pertumbuhan tanaman tembakau

adalah pada umur 21 hari, tanaman tembakau menyerap unsur N sekitar

8%.Pemberian pupuk dilakukan setengah dosis pada saat tanam dan setengah dosis

sisanya pada umur 15 hari setelah tanam.

2.4.6 Penyulaman

Penyulaman dapat dilakukan beberapa hari setelah penanaman apabila

terdapat bibit yang pertumbuhannya kurang baik atau mati.Bibit sulaman harus

diambil dari bibit cadangan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Penyemaian benih

untuk bibit sulaman dilakukan bersamaan dengan benih-benih yang lain yang bukan

cadangan. Dengan demikian, besar dan pertumbuhan bibit sulaman sama dengan

bibit-bibit yang ditanam di kebun sehingga pertumbuhannya tetap seragam.

Penyulaman dapat dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang rusak

atau mati. Kemudian bibit yang baru ditanam pada lubang tanaman yang terdahulu

dan ditutup tanah sambil ditekan sedikit sehingga posisi tanaman berdiri tegak dan

kuat.Setelah penanaman, bibit tembakau disiram secukupnya.Waktu penyulaman

yang baik adalah pada sore hari atau pagi hari. Penyulaman terakhir dilakukan pada

12
tanaman umur 3 minggu setelah tanam atau sebelum tanaman mencapai tinggi 20

cm ( Bambang, 2011).

2.4.7. Penyiangan dan pengguludan

Penyiangan merupakan kegiatan pembersihan lahan dari vegetasi gulma

yang mengganggu, penyiangan dilakukan sama atau seiring dengan kegiatan

pengguludaan, pengguludaan merupakan pengolahan lahan secara ringan dan

membentuk plot baris tanaman. Gulma yang tidak disiang akan menyebabkan

penurunan produksi dikarenakan persaingan CO2 oleh gulma (Wahyudi, 2015).

2.4.8. Pemangkasaan

Pada tanaman tembakau pemangkasan pucuk dilakukan pada umur 70 H ST

atau 10% atau tembakau berbunga, dikenal 2 macam pemangkasan yaitu topping

(pangkas pucuk) dan suckering atau pembuangan tunas samping (wiwil) yang

biasanya dilakukan secara manual. Pangkas pucuk dilakukan pada saat daun

berjumlah 20 helai diatas daun bibit.Pangkas pucuk tanaman dilakukan saat bunga

mekar dengan mengikut sertakan 3 lembar - 4 lembar daun bunga dibawah bunga.

Pangkasan wiwil dilakukan 3 hari- 5 hari sekali pada saat panjang tunas sampai

sekitar 7 hari. Wiwil dilakukan sampai panen berakhir ( Haryanto, 2011).

2.4.9. Pengendalian hama dan penyakit

Menurut Wahyudi (2015), untuk mencegah serangan hama dan penyakit

digunakan pestisida seperti Thiodan, Curater, Furadan 3G dan Dithane M 45 dan

deciss. untuk mencegah serangan hama dan penyakit dapat dilakukan dengan

13
mengunakan ditheane M-45 dengan dosis 2 gr/liter air,dan decis 2 cc/liter air

dilakukan 1 kali seminggu. Untuk mencegah serangan ulat tanah (agrotisepsilon)

pada umur 45 hari sesudah tanam digunakan Curater atau Furadan 3G.

Jenis hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman tembakau

menurut Bambang (2011) antara lain:

1. Hama tanaman tembakau

a. Ulat daun/Grayak ( Spodoptera litura dan Prodenia litura )

Umumnya menyerang tanaman tembakau pada malam hari, sedangkan pada

siang hari ulat ini berada didalam tanah.Gejala serangan ulat daun adalah timbulnya

lubang-lubang tidak beraturan dan warna putih pada bekas luka gigitan.Serangan

parah dapat menyebabkan daun daun tembakautinggal tulang – tulang atau urat –

uratnya saja.

Pencegahan dan pemberantasan ulat daun dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

- Memangkas daun yang menjadi sarang telur dan ulat, kemudian dibakar.

- Penggenangan air sesaat pada pagi hari atau sore hari untuk membunuh ulat

karena pada siang hari ulat berada didalam tanah.

- Menyebarkan musuh alami, misalnya Bacillus thuringiensis

- Penyemprotan insektisida, misalnya Lirocide 650 EC, Thiodan 35 EC

b. Ulat tanah ( Agrotis ipsilon hufn.)

Pada tanaman tembakau dewasa yang diserang adalah daun daunnya dengan

gejala daun berlubang-lubang tidak teratur.Pada tanaman yang masih muda (bibit)

batang yang diserang ulat ini tampak rebah dan layu karena pangkal batangnya

putus.

14
Pencegahan dan pemberantasan ulat tanah dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

- Penggenangan air sesaat pada pagi hari atau sore hari untuk membunuh

ulat ini yang berada di dalam tanah.

- Penyemprotan insektisida, misalnya Dursban 20 EC, furadan 3G yang

disemprotkan pada sekitar pangkal batang dan daun daun tembakau.

- Menggunakan perangkap dengan umpan yang terdiri atas campuran

Dipeterx 95 SL, dedak, gula merah dan air. Dosis untu 1Ha lahan adalah

250-500 g Dipeterx 95 SL, 20 kg dedak, 1-2 kg gula merah dan 20 liter air.

c. Ulat penggerek pucuk(Heliotis sp.)

Tanaman yang terserang ulat penggerek pucuk mengakibatkan daun-daun

pucuk berlubang-lubang dan lama kelamaan habis baik pada tanaman muda

maupun dewasa.

Pencegahan dan pemberantasan ulat penggerek pucuk dapat dilakukan

dengan cara memotong daun yang tertempeli telurnya atau ulat (Nimfa) kemudian

dikumpulkan dan dibakar, atau dengan penyemprotan insektisida, misalnya ambush

2 EC, Bayrusil 250 EC.

d. Ulat kilan (Plusia chalcites)

Gejala serangan ulat ini adalah daun yang terserang akan berlubang-lubang.

Tanaman tembakau di persemaian (bibit) yang diserang ulat ini, disamping daunnya

berlubang, menyebabkan batang bibit patah karena dimakan ulat.

15
Pencegahan dan pemberantasan ulat ini dapat dilakukan dengan memotong

daun yang ada stelur dan ulatnya, dikumpulkan dan dibakar atau dapat juga dengan

menyemprotkan insektisida Tokuthion 500 EC.

e. Nematoda ( Meloidogyne sp.)

Nematoda yang sering menyerang tanaman tembakau adalah Heterodera

radisicola dan Heterodera marioni.Bagian tanaman yang diserang adala akar.Akar

tanaman yang diserang tampak bisul-bisul bulat dengan ukuran bervariasi.

Pencegahan dan pemberantasan nematoda ini dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut: Menjaga kebersihan kebun tembakau dari segala tanaman

pengganggu atau penyemprotan dengan nematisida, misalnya Temik 10 G.

f. Kutu daun ( Aphis sp.)

Kutu daun dapat menyebabkan infeksi sekunder dari cendawan

Apoisoporium salicinum.Infeksi sekunder ini menyebabkan noda hitam pada

daun.Jamur tersebut tumbuh karena kotoran kutu melekat pada daun.Kutu daun

menghisap cairan sel daun sehingga daun yang terserang berkerut, menguning dan

layu karena kehilangan cairan.

Pencegahan dan pemberantasan yang dapat dilakukan yaitu dengan cara

memangkas bagian daun yang terserang kemudian dikumpulkan dan dibakar,

menyebarkan hewan pemangsa berupa kumbang Kosinela dan penyemprotan

insektisida Sevin 70 WP.

g. Gurem ( Thrips tabaci )

Gurem menyerang tanaman tembakau segala umur. Munculnya hama ini

biasanya terjadi pada musim kemarau yang kering. Bagian tanaman yang diserang

adalah daun dengan cara menghisap cairan daun. Daun – daun tembakau yang

16
terserang gurem akan berkerut melengkung dan mengering, terutama pada bibit

yang masih muda. Serangan pada tanaman dewasa menyebabkan warna daun

menjadi jingga, kemudian mengering.

Pencegahan dan pemberantasan yang dapat dilakukan dengan cara

penggiliran tanaman atau penyemprotan insektisida, misalnya Sevin 5D.

2. Penyakit tanaman tembakau

a. Hangus batang (Damping off)

Penyakit hangus batang disebabkan oleh cendawan Pythium sp dan

cendawan Rhizoctonia solani.Batang tanaman tembakau yang terinfeksi (terserang)

akan mengering berwarna coklat sampai hitam seperti hangus terbakar. Apabila

tanaman dibongkar akan tampak batang yang berada didalam tanah membusuk.

Gejala awal yang tampak adalah batang tampak berkerut-kerut.Akibat penyakit ini

dapat mematikan tanaman.

Pencegahan dan pemberantasan yang dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

- Mencabut tanaman yang sakit kemudian dibakar dan tanah bekas cabutan

didinsinfektan dengan fungisida.

- Perbaikan sistem drainase dan irigasi agar lokasi pertanaman tembakau

tidak lembab.

- Penyemprotan dengan fungisida, Misalnya Altan 50 WP, Antracol 70WP.

b. Lanas

Penyebab penyakit lanas adalah Phytophora parasitica var.nicotianae.

Cendawan ini menyerang tanaman pada semua umur.Seluruh bagian tanaman dapat

diserang cendawan ini.Serangan pada tanaman yang baru ditanam di kebun

17
menunjukkan gejala warna hitam pada pangkal batang dekat dengan permukaan

tanah.Adapun pada tanaman dewasa yang sudah agak besar menunjukkan gejala

semua daunnya tampak lemas lunglai dan menggantung, daun – daun bawah lebih

cepat layu dan mati.Akar yang terinfeksi menunjukkan warna hitam. Infeksi pada

akar akan menjalar ke batang sehingga tanaman menjadi layu dan mati.

Pencegahan dan pemberantasan peyakit ini dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

- Pengolahan tanah yang intensif dan pergiliran tanaman.

- Membongkar tanaman yang sakit dan dibakar.

- Disinfektan tanah secara kimiawi dengan penyemprotan fungisida, misalnya

Manzate, Dithane dan lain – lain.

- Penyemprotan pestisida, seperti Altan 50 WP, Ridomil 2 G.

c. Patik daun

Penyebab penyakit patik daun adalah cendawan Cercospora

nicotianae.Gejala tanaman tembakau yang terinfeksi adalah pada daun terdapat

bercak-bercak bulat berwarna putih hingga cokelat. Bagian daun tersebut sangat

rapuh karena jaringannya telah rusak dan mudah robek sehingga menimbulkan

lubang-lubang pada daun, bercak-bercak umumnya tidak tidak teratur,bergelang-

gelang, dan tiap bercak berinti dengan warna hitam.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit patik daun dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

- Pengolahan tanah secara intensif dan menggunakan air pengairan yang

sehat.

- Membongkar tanaman yang telah sakit parah dan membakarnya.

18
- Memangkas daun yang terinfeksi apabila serangan belum keseluruh

tanaman dan membakarnya.

- Penyemprotan dengan fungisida, misalnya Bayleton 250 EC, Bavistin w0

WP.

d. Bercak cokelat

Penyebab penyakit bercak cokelat adalah cendawan Altenaria longipes.

Gejala serangan penyakit ini adalah daun yang terinfeksi berbercak-bercak

coklat.Ukuran bercak dapat kecil atau besar dan jumlahnya dapat sedikit dan

banyak tergantung pada tingkat serangannya. Serangan penyakit ini dapat meluas

sampai tangkai daun dan menyebankan warna kuning.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit bercak coklat dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

- Pemangkasan bagian tanaman yang sakit atau mencabut tanaman yang

sudah terserang parah dan membakarnya.

- Pengolahan tanah secara intensif.

e. Layu bakteri

Penyebab penyakit ini adalah Bacterium solanacearum Syn, Pseudomonas

solancearum Syn, Xanthomonas solanacearum Syn, atau Bacillus solanacearum

Erw Smith.Tanaman tembakau yang diserang bakteri ini mengalami layu dan

akhirnya mati.Penyakit ini dapat menyerang bibit di persemaian dan tanaman

dewasa di kebun.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit layu bakteri dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

19
- Pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya hingga 3 tahun- 5

tahun.

- Pengolahan tanah secara Intensif dan Sterilisasi tanah dengan uap panas.

- Penggunaan air yang sehat.

- Menghindari pelukaan akar pada saat pendangiran dan penyiangan.

- Penyemprotan pestisida, misalnya Agrimycin 15/1,5 WP atau Agrept 25 WP.

f. Penyakit virus adalah penyakit yang disebabkan virus.

1. Mosaik ( Tobacco mozaik virus )

Tanda tanda tanaman tembakau terserang oleh penyakit Tobaccomozaik

virus (TMV) adalah sebagai berikut:

- Pertumbuhan tanaman tembakau terhambat.

- Daun belang – belang dengan warna hijau muda sampai kuning.

- Besar ( luas ) daun tembakau tidak rata.

- Jika serangan penyakit ini hebat, daun tembakau menjadi belang – belang

berwarna kehitam – hitaman.

- Daun menjadi kering dan terjadi penebalan sepanjang tulang – tulangnya.

- Daun tembakau berkerut – kerut memuntir atau keriput hingga tampak

keriting.

- Daun yang mula – mula terserang adalah bagian daun muda, kemudian

meluas ke semua bagian kecuali biji.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit mosaik dapat dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

- Pembersihan kebun dari sisa – sisa tanaman dan membakarnya.

- Tanaman yang terinfeksi dicabut dan dibakar.

20
- Sterilisasi alat – alat pertanian yang digunakan untuk memotong tanaman

yang terserang penyakit dengan Natrium fosfat selama 20 menit.

- Tidak memegang tanaman yang lain jika baru saja mencabut tanaman yang

baru terinfeksi.

- Pemeriksaan persemaian ataupun tanaman dikebun secara rutin 2 – 4 hari

sekali.

- Penyemprotan insektisida, misalnya bayrusil 250 EC Orthene 75 SP dan

lain – lain untuk memberantas kutu daun yang dapat menularkan penyakit.

2. Kerupuk (Krul)

Tanda – tanda penyakit kerupuk (Krul) adalah daun – daun tembakau

berkerut seperti kerupuk, tangkai dan batang melengkung, urat – urat daun

menebal, daun pertumbuhan tanaman terhambat.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit kerupuk dapat dilakukan seperti

pada penyakit mosaik.

3. Pseudomosaik

Tanda–tanda penyakit Pseudomosaik adalah daun tembakau tumbuh

menyempit, kecil, dan panjang, pertumbuhan daun jelek dan susunanya tidak

sempurna, daun berwarna muda dan pertumbuhan tanaman kerdil.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit Pseudomosaik dapat dilakukan

seperti pada penyakit mosaik.

4. Mozaik ketimun ( Cucumbar mozaik virus)

Gejala yang tampak pada awal dari penyakit mosaik ketimun hampir sama

dengan penyakit Tobacco mozaik virus. Namun pada stadia lanjut perbedaannya

21
akan lebih jelas. Tanaman tembakau yang terinfeksi virus mozaik ketimun, daunnya

tampak menyempit (ciut) dan seringkali seperti tali.

Pencegahan dan pemberantasan penyakit mozaik ketimun sama dengan

tanaman terserang virus mosaik tembakau.

2.4.10. Panen

Pada umur 1 bulan dilakukan panen cuci kali 2-3 lembar,lalu panen pertama

dilakukakn pada umur 2 bulan sebanyak 3-4 lembar dan 2 minggu dilakukan

panen sebanyak 4-5 lembar. Pemetikan dilakukan pada umur tanaman 90 hari – 100

hari.Pemetikan dilakukan 1 helai – 3 helai daun dengan selang waktu 2 hari – 6

hari. Waktu pemetikan tembakau NO ( Naa Oogst) dilakukan pagi hari (sebelum

fotosintesis), sedangkan untuk tembakau VO ( Voor Oogst ) dilakukan pada sore

hari (setelah fotosintesis).

Ciri daun tembakau yang telah masak adalah warna daun sudah mulai hijau

kekuningan dengan sebagian ujung dan tepi daun berwarna cokelat, warna tangkai

daun hijau kuning keputih – putihan, posisi daun/tulang daun mendatar, dan kadang

– kadang pada lembaran daun ada bintik – bintik cokelat sebagai lambang ketuaan (

Haryanto, 2011).

22
III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Ruang Lingkup Proyek

Proyek Usaha Mandiri akan dilaksanakan di kebun praktek Politeknik

Pertanian Negeri Payakumbuh, Tanjung pati Kecamatan Harau, Kabupaten Lima

Puluh Kota, Sumatera Barat. Proyek dilaksanakan selama 5 bulan terhitung dari

bulan Agustus - Desember 2022 dengan ruang lingkup dari penyiapan lahan hingga

pemanenan. Lahan yang digunakan seluas 223 m2 (16,5 m x 13,5 m).

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pelaksanaan Proyek Usaha Mandiri (PUM)

antara lain: cangkul, garu, gembor, meteran, ember, pisau, sabit, parang, blender

dan knapsack sprayer. Bahan yang digunakan adalah bibit tembakau, pupuk

kandang sapi, bawang putih, aquades, sekam padi, ZA, KCL, SP-36, tali rafia, air,

decis 100 ml dan dithane M-45.

3.3. Pelaksanaan Proyek

Kegiatan yang dilaksanakan selama proyek berlangsung antara lain adalah

peninjauan dan pengukuran lokasi lahan, persiapan bahan tanam, seleksi dan

23
penunasan, pengolahan tanah, pembuatan lubang tanam dan penanaman,

penyiraman, penyulaman, penyiangan dan pembumbunan, pemupukan,

pengendalian hama dan penyakit, pengamatan pertumbuhan vegetatif dan panen.

3.3.1. Peninjauan dan pengukuran lokasi lahan

Peninjauan lahan dilakukan untuk mengetahui keadaan lahan yang akan

dijadikan tempat budidaya. Peninjauan yang dilakukan yaitu dengan melihat

kondisi lahan, luasan, topografi dan sebagainya. Pengukuran dilakukan untuk

mengetahui luasan lahan. Sebelum melakukan pengukuran lahan, lahan dibersihkan

lebih dahulu dari vegetasi di atasnya setelah itu baru dilakukan pengukuran lahan.

Lahan diukur dengan menggunakan meteran, dengan luasan yang dibutuhkan

adalah 223m2 (panjang 16,5 m dan lebar 13,5 m). Persiapan lahan, peninjauan dan

pengukuran lahan ini dilakukan 5 minggu sebelum tanam. Gambar denah lahan

dapat dilihat pada gambar 1.

24
D. 0,25 m

A. 1 m

B. 0,5 m

C. 0,5 m

E. 16,5 m U

F. 0,5 m
0,5

I. 15m

H. 12 m

G.13,5
m
Gambar 1. Denah areal Budidaya Tanaman Tembakau dengan luas lahan 223 m2.

Keterangan :

25
:Tanaman tembakau
A : Jarak tanaman
B : Jarak antar barisan
C :Jarak tanaman dengan tepi
D : Jarak tanaman dengan tepi
E : Panjang lahan
F : Jarak parit
G : Lebar lahan
H : Lebar bedengan
I : Panjang bedengan
Kedalaman drainase : 30 cm
Luas lahan : 16,5 m x 13,5 m
Luas lahan efektif : 15 m x 12 m
Jumlah Populasi : 360 populasi

3.3.2. Persiapan bahan tanam

Persiapan bahan tanam adalah kegiatan mengadakan bibit siap tanam ke

lahan, persiapan bahan tanam dilakukan pada 4 minggu sebelum tanam, bahan

tanam disiapkan dengan dibeli ke penyedia bibit tembakau. Dalam kegiatan

budidaya tanaman tembakau diperlukan kegiatan persiapan bahan tanam.Bibit yang

digunakan adalah bibit yang telah berumur 35 - 55 hari setelah benih ditanam.

3.3.3. Persiapan Pestisida Nabati (Ekstra bawang putih)

Persiapan pestisida nabati yaitu kegiatan persiapan ekstra bawang putih.

Kebutuhan ekstra bawang putih untuk populasi tanaman tembakau sebanyak 360

tanaman yakni dengan perbandingan untuk 3 kali pemakaian (6 kg bawang putih +

3 liter + 3 liter air)

Bahan-bahan yang diperlukan :

26
1. Bawang putih

2. Aquades

3. Air

Menurut Hasnah dan Hanif (2010), pembuatan larutan dilakukan dengan

cara ekstrasi. Dengan konsentrasi 60%( larutan ekstra 60 ml ekstrasi bawang putih

dan 40 ml aquades )

Cara pembuatan larutan ekstra bawang putih:

1. Bersihkan umbi bawang putih dari kulitnya.

2. Umbi yang dibersihkan dari kulitnya diblender dengan perbandingan

2:1 (2 Kg bawang putih : 1 Liter aquades).

3. Kemudian direndam selama satu malam.

4. Setelah satu malam direndam lalu diperas, dipisahkan dari ampasnya

dan disaring.

5. Bahan pembuatan ekstra bawang putih siap di larutkan

6. Dari larutan ekstra bawang putih selanjutnya dibuat konsentrasi

dengan 60% (60 ml ekstra bawang putih dan 40 ml aquades)

3.3.4. Pengolahan tanah I, II, III

Pengolahan tanah yang dimaksud adalah mempersiapkan tanah yang ada

dilahan yang akan ditanam berada pada kondisi tanah yang sudah siap untuk

ditanami dengan tanaman tembakau.

Pengolahan tanah ini dibagi menjadi 3 yaitu :

27
Pengolahan tanah I dilakukan pada 5 minggu sebelum tanam. Pada

pengolahan pertama, tanah dicangkul dengan kedalaman 40 - 60 cm pengolahan

tanah satu ini juga bisa di dibajak menggunakan traktor setelah itu dibiarkan selama

1 minggu.

Pengolahan tanah II dilakukan 1 minggu sesudah pengolahan tanah I. Pada

pengolahan tanah tahap kedua ini, tanah digemburkan dengan cangkul sehingga

bongkahan tanah hancur dan diperoleh struktur tanah yang remah (gembur).

Kemudian tanah diratakan dan dibiarkan lagi selama 1 minggu.

Pengolahan tanah III tujuannya adalah membalik tanah kembali sehingga

tanah yang berada didalam berada di permukaan lagi dan kegiatan ini dilakukan 1

minggu setelah pengolahan tanah II. Sekaligus pada pengolahan ini dibentuk

petakan dan parit-parit untuk saluran drainase selebar 50 cm. Untuk membuang

kelebihan air ditengah-tengah lahan.

3.3.5. Pembuatan lubang tanam

Kegiatan pembuatan lubang tanam dilakukan 1 minggu sebelum

penanaman, lubang tanam dibuat dengan kedalaman 7,5-10 cm untuk menanam

bibit. Jarak tanam tanaman tembakau Payakumbuh berjarak tanam 100 cm x 50 cm.

Pada lubang tanam diberikan pupuk kandang 0,5 kg/lubang tanam.

3.3.6. Aplikasi ekstra bawang putih

Satu minggu Sebelum penanaman lakukan penyemprotan bibit terlebih

dahulu dengan menggunakan pestisida nabati (ekstra bawang putih) dengan

konsentrasi 60% (60 dan 40 ml aquades) tujuan untuk mencegah hama pada bibit

28
tembakau tersebut. Setelah penyemprotan pertama maka penyemprotan selanjutnya

dilakukan 6 minggu sekali sampai 3 kali penyemprotan.

3.3.7. Penanaman

Bibit yang digunakan merupakan bibit dari penanaman di polybag bibit

tembakau yang berasal dari kantong polybag tersebut dimasukkan kedalam lubang

tanam beserta tanahnya. Penanaman bibit tembakau dilakukan dengan cara

membenamkan bibit kedalam lubang tanam sedalam leher akar, kemudian lubang

tanam ditutup dengan tanah dan ditekan-tekan sedikit agar tanaman dapat berdiri

dengan tegak dan kuat. Setelah penanaman tanaman tembakau disungkup

menggunakan pelepah daun pisang yang dapat melembabkan dan mengurangi

stress pada bibit saat dipindahkan kelapangan.

3.3.8. Penyiraman

Penyiraman dilakukan menggunakan gembor dengan disiram bagian

tanaman/daun tanaman beserta tanah dibawahnya sampai lembab. Penyiraman

dilakukan setiap hari, 1 kali dalam sehari dan disiram waktu sore hari. Pada umur

60 hari (periode panen) tanaman tidak perlu dilakukan penyiraman.

3.3.9. Penyulaman

Penyulaman dilakukan 2 minggu setelah penanaman apabila terdapat bibit

yang pertumbuhannya kurang baik atau mati. Bibit sulaman diambil dari bibit

cadangan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Dipilih sulaman yang

pertumbuhannya seiring dengan bibit yang ditanam dilapangan. Penyulaman dapat

dilakukan dengan cara mencabut tanaman yang rusak atau mati kemudian

mengganti dengan bibit sulaman yang sudah disiapkan lalu menggali lubang tanam

pada tempat tanaman yang akan di ganti menggunakan cangkul, penanaman bibit

29
sulaman ditanam sedalam leher akar bibit sulaman. Penyulaman dilakukan pada

sore hari, penyulaman terakhir dilakukan pada tanaman umur 3 minggu setelah

tanam.

3.3.10. Penyiangan

Kegiatan penyiangan dilakukan setiap 3 minggu, penyiangan pertama

dilakukan seminggu setelah penanaman setelah itu baru setiap tiga minggu sekali.

Penyiangan diperkirakan dilakukan sebanyak 4 kali selama masa budidaya tanaman

tembakau ini. Penyiangan dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma

disekeliling batang tanaman, sementara itu gulma yang ada di antara baris tanaman

disiangi menggunakan cangkul.

3.3.11. Pendagiran dan pembumbunan

Pendagiran merupakan kegiatan pengolahan tanah secara ringan disekitar

tanaman. Tujuan pendagiran adalah menggemburkan tanah yang telah diolah

sehingga sirkulasi udara dalam tanah berjalan lancar pendagiran dilakukan di

bagian antara baris tanaman menggunakan cangkul. Pendagiran pertama dilakukan

pada waktu tanaman berumur 2-3 minggu dan pendagiran selanjutnya dilakukan

selang 2 minggu, selain pendagiran juga dilakukan pembumbunan yaitu

meninggikan tanah di sekitar tanaman dengan menaikan tanah di samping barisan

tanaman menggunakan cangkul. Waktu pembumbunan dilakukan bersamaan

dengan pendagiran.

3.3.12. Pemberian pupuk anorganik

30
Pemupukan selanjutnya menggunakan pupuk ZA dengan dosis 200 -300

kg/Ha, pupuk TSP dengan dosis 100 – 120 kg/Ha, dan pupuk KCl dengan dosis 100

– 200 gr/Ha.

Jadi, dosis pupuk anorganik yang digunakan adalah ZA (10 – 15 gr/Ha/tanaman),

TSP (5 – 6 gr/tanaman), dan KCl (5 – 10 gr/tanaman).

Pemupukan nitrogen dan kalium dilakukan 7 hari dan 28 hari setelah tanam. Dosis

yang diberikan masing – masing setengahnya. Pemberian pupuk nitrogen dan

kalium dapat dilakukan dengan cara membuat lubang setengah lingkaran disekitar

tanaman dengan jarak 10 cm dari batang. Kemudian, pupuk dimasukkan kedalam

lubang tersebut dan ditutup tanah kembali (Cahyono, 2011). Sedangkan pemupukan

TSP dilakukan pada saat tanam dan 7 hari setelah tanam.

3.3.13. Pemangkasan

Pada kegiatan pemangkasan ini dilakukan dua jenis pemangkasan yaitu

pertama pangkas wiwil dan kedua pangkas pucuk. Pangkas wiwil dilakukan 3-5

hari sekali dengan cara dipelintir wiwilan tersebut pada saat panjang tunas samping

sekitar 7 hari. Pangkas wiwil dilakukan sampai panen berakhir. Pangkas pucuk

dilakukan pada saat daun berjumlah 20 helai diatas daun bibit, pangkas pucuk

dilakukan dengan alat pemangkas.

3.3.14. Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman tembakau dilakukan setelah

terlihat adanya gejala serangan hama ataupun penyakit yang dapat merugikan

secara ekonomi, yang dilakukan dengan cara manual dan kimia, secara manual

dilakukan dengan cara memotong bagian tanaman yang terserang, apabila tidak

bisa lagi dikendalikan dengan cara manual maka dilakukan pengendalian secara

31
kimia dengan menyemprotkan insektisida dengan dosis 2 cc/liter air dan fungisida

dengan konsentrasi 2 gr/liter air.

3.3.15. Pengamatan pertumbuhan vegetatif tanaman

Pengamatan dilakukan setelah tanaman berumur 4 minggu dengan interval

1 x 2 minggu. Dengan cara menentukan sampel secara acak sebanyak 10 % dari

360 tanaman tembakaudidapatkan 36 sampel tanaman. Penentuan sampel tanaman

yaitu dengan menghitung setiap 10 tanaman untuk 1 sampel. Kemudian, setiap

sampel diberi ajir dan nomor urut. Bagian–bagian tanaman yang diamati adalah:

a. Persentase tumbuh (%)

Persentase tumbuh dihitung dari jumlah tanaman yang tumbuh dibagi

dengan yang ditanam dan dikalikan 100%.

b. Tinggi tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dimulai dari batas tanda yang terdapat pada ajir

(10 –30 cm).

c. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung mulai dari daun paling bawah pada tanaman

tembakau sampai daun termuda yang telah menjadi daun sempurna.

d. Luas daun (cm)

Pengamatan luas daun dilakukan dengan mengukur panjang daun dan lebar

daun kemudian mengalikannya sehingga diperoleh luas daun. Pengukuran

lebar daun sampel dilakukan pada bagian daun yang terlebar dan pengukuran

panjang daun dilakukan dari pangkal tangkai daun sampai ke ujung daun.

32
Pengukuran daun sampel diambil dari daun yang paling besar diantara daun

yang ada pada pohon sampel.

e. Diameter batang (mm)

Batang tanaman yang diukur adalah batang bagian bawah 10 cm dari

permukan tanah agar tidak hilang maka diberi ajir sebagai tandan, bagian

tengah dan bagian atas mendekati titik tumbuh.

3.3.16. Panen

Panen atau pemetikan daun dilakukan pada umur tanaman 60 - 70 hari.

Pemetikan dilakukan 1–3 helai daun dengan selang waktu 2-6 hari. Pemetikan daun

dilakukan terhadap daun–daun yang masak lebih dahulu, dan daun yang belum

masak ditinggalkan untuk dipetik pada waktu berikutnya. Pemetikan daun

dilakukan dengan cara sederhana yaitu dipretel dengan tangan.

Ciri daun tembakau yang telah masak adalah warna daun sudah mulai hijau

kekuningan dengan sebagian ujung dan tepi daun berwarna coklat, warna tangkai

daun hijau kuning keputih-putihan, posisi daun/ tulang daun mendatar, dan kadang-

kadang pada lembaran daun ada bintik-bintik coklat sebagai lambang ketuaan

(Budiman, 2011). Waktu panen dilakukan pada pagi hari yaitu sebelum tanaman

melakukan fotosintesis atau fotosintesisnya masih pelan.

33
3.4. Jadwal Pelaksanaan

Tabel 1. Rencana jadwal kegiatan PUM selama 5 bulan dengan luas lahan 223 m2.

Bulan

No Jenis Kegiatan Agust Sept Okt Nov Des


1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengukuran lokasi
lahan
2 Pengadaan bahan
3 Persiapan bahan
tanam
4 Pembuatan
pestisida ekstra
bawang putih
5 Pengolahan tanah I
6 Pengolahan tanah
II
7 Pengolahan tanah
III
8 Pembuatan saluran
drainase
9 Pembuatan lubang
tanam
10 Pemberian pupuk
dasar
11 Aplikasi ekstra
bawang putih
12 Penanaman
13 Penyiraman*
14 Penyulaman
15 Penyiangan dan
pembumbunan
16 Pemupukan
anorganik
17 Pemangkasan

34
18 Pengendalian HP**
19 Pengamatan
20 Panen & pemasaran

Keterangan :*dilakukan bila tidak turun hujan.

** dilakukan bila ada serangan hama dan penyakit.

IV. RENCANA PEMBIAYAAN

Rencana biaya proyek meliputi biaya alat, bahan, tenaga kerja (HKO) dan

biaya lain-lain secara rinci di uraikan pada bagian berikut :

4.1. Biaya Alat

Biaya alat yang dibutuhkan pada Budidaya Tanaman Tembakau dapat

dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rencana biaya alat pada kegiatan budidaya tanaman tembakau pada
luasan 223 m2 selama 5 bulan.
Harga /
Jumlah Biaya
No Nama Alat Satuan Jumlah Unit
Terpakai (Rp)
(Rp)
1 Cangkul* Buah 1 0,09 45.000 4.050
2 Garu* Buah 1 0,09 25.000 2.250
3 Meteran* Buah 1 0,09 30.000 2.700
4 Ember 0 Buah 1 0,2 10.000 2.000
5 Pisau cutter0 Buah 1 0,2 5.000 1.000
6 Parang* Buah 1 0,09 30.000 2.700
7 Kored * Buah 1 0,09 20.000 1.800
Knapsack
8. Buah 1 0,03 350.000 10.500
Sprayer***
Jangka
9 Buah 1 0,09 15.000 1.350
sorong*
10 Blender*** Buah 1 0,03 100.000 3.000
11 Gembor* Buah 1 0,09 35.000 3.150
12 Gunting Buah 1 0,09 20.000 1.800

35
Pangkas*
Jumlah 36.300

Keterangan : O) Habis sekali pakai ***) Usia ekonomis 3


*) Usia ekonomis 1 tahun tahun
Rumus :

Luas lahan lama usaha


Jumlah kebutuhan = x
1.000 Usia ekonomis

4.2. Biaya Bahan

Biaya bahan yang dibutuhkan pada Budidaya Tanaman Tembakau dapat

dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rencana kebutuhan biaya bahan pada kegiatan budidaya tanaman


tembakau pada luasan 223 m2 selama 5 bulan.
Jumlah Harga
No Nama Bahan Satuan Biaya (Rp)
Bahan satuan (Rp)
Bibit
1 tembakau& Batang 396 100 39.600
sulaman 10%
2 ZA Kg 3,6 5.000 18.000

3 KCl Kg 1,8 7.000 12.600


4 TSP Kg 1,8 5.000 9.000
5 Pupuk kandang Kg 180 200 36.000
6 Aquades Liter 3 8.000 24.000
7 Tali rafia Gulung 1 5.000 5.000

8 Decis 100 ml Botol 1 30.000 30.000

9 Dithane M-45 Kg 0,5 108.000 54.000

10 Bawang Putih Kg 6 23.000 138.000


Jumlah 366.200

36
4.3. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja yang dibutuhkan pada Budidaya Tanaman Tembakau

dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rencana kebutuhan biaya tenaga kerja pada kegiatan budidaya


tanaman tembakau pada luasan 223 m2 selama 5 bulan.
Jumlah Harga/HKO Biaya
No Jenis Kegiatan Satuan
Terpakai (Rp) (Rp)
Pengadaan bahan
1 HKO 0,05 75.000 3.750
ekstra bawang putih
Peninjauan dan
2 pengukuran lokasi HKO 0,07 75.000 5.250
lahan
Pembuatan ekstra
3 HKO 0,18 75.000 13.500
bawang putih
Persiapan bahan
4 HKO 0,04 75.000 3.000
tanam
Pengolahan tanah
5 HKO 0,99 75.000 74.250
I,II,III
Pembuatan saluran
6 HKO 0,20 75.000 15.000
drainase
Pembuatan lubang
7 HKO 0,15 75.000 11.250
tanam
Penyemprotan
8 pestisida nabati HKO 0,11 75.000 8.250
(bawang putih)
9 Penanaman HKO 0,20 75.000 15.000
10 Penyiraman HKO 0,29 75.000 21.750
11 Penyulaman HKO 0,09 75.000 6.750
Peyiangan dan
12 HKO 0,27 75.000 20.250
Pembumbunan
Pemupukan
13 HKO 0,12 75.000 9.000
anorganik
14 Pemangkasan HKO 0,14 75.000 10.500

37
15 Pengendalian HP HKO 0,18 75.000 13.500
Panen dan
16 HKO 0,20 75.000 15.000
Pemasaran
Jumlah 246.000
Sumber: Laporan PUM (Dolla Prima, 2021)telah disesuaikan.

Lama kegiatan( menit )


Kebutuhan HKO =
420( menit )

4.4. Biaya Lain-lain

Biaya lain-lain yang dibutuhkan pada Budidaya Tanaman Tembakau dapat

dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rencana kebutuhan biaya lain-lain dalam budidaya tanaman


tembakau dengan memanfaatkan Ekstra bawang putih dengan
luasan lahan 223 m2.
Jenis
No Perhitungan Biaya
Kegiatan
1 Sewa tanah 223/10.000 x 1.000.000 x 5/12 9.292
2 PBB 0,5% x 20% x (223 m x 200.000)- 10.000.000)) 14.417
2

x5/12
3 Biaya 50.000 50.000
transportasi
4 Biaya Tak 10%( 36.300 + 366.200 + 246.000 + 9.292 + 14.417 + 72.221
Terduga 50.000 )
(BTT)
5 Bunga 15%x( 36.300 + 366.200 + 246.000 + 9.292 + 14.417 49.652
Modal + 50.000 + 72.221) x5/12
Jumlah 195.582

4.5. Rekapitulasi Biaya

Rencana rekapitulasi yang dibutuhkan pada Budidaya Tanaman Tembakau

dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rekapitulasi biaya pada kegiatan budidaya tanaman tembakau pada


luasan 223 m2 selama 5 bulan.

38
No Jenis biaya Jumlah (Rp)
11 1. Biaya Alat 36.300
22 2. Biaya Bahan 366.200
33 3. Biaya Tenaga Kerja 246.000
4. Biaya Lain-Lain 195.582
Jumlah 844.082

4.6. Proyeksi Produksi dan Pendapatan

Rencana produksi dan pendapatan pada Budidaya Tanaman Tembakau


dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Proyek produksi dan pendapatan pada kegiatan budidaya tanaman
tembakau pada luasan 223 m2 selama 5 bulan.
Jumlah Harga Pendapatan
N0 Produk Satuan
Produksi (Rp) (Rp)
1 Daun tembakau Batang 360 3.000 1.080.000

4.7. Analisis Biaya dan Pendapatan

1) Pendapatan (keuntungan)

a. Pendapatan = Rp.1.080.000

b. Biaya = Rp.844.082

c. Keuntungan = Rp.235.918

Pendapatan
2) B/C Rasio =
Biaya total

1.080.000
=
844.082

= 1,3

Biaya total
3) BEP Produksi =
Harga produksi

39
844.082
=
3.000

= 281 batang

Biaya total
4) BEP Harga =
Jumlah produksi

844.082
=
360

= 2.345/ batang

DAFTAR PUSTAKA

Agnetha A.Y., 2014. Efek Ekstra Bawang Putih (Allium sativum) Sebagai
Larvasida Nyamuk Aedes sp. Program Studi Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang.
Astuti, W., & Widyastuti. CR (2016). Pestisida organik ramah lingkungan
Pembasmi hama tanaman sayur.
Badan Pusat Statistik,2022. Kabupaten Lima Puluh Kota Dalam Angka 2020.
Http:// Limapuluhkotakab.bps.go.id. Diakses 2 juni 2022.
Budiman, H. 2011. Budidaya Tanaman Tembakau. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta. 162 hlm.
Cahyono, Bambang. 2011. Untung Selangit Dari Usaha Bertanam Tembakau.
Cahaya Atma Pustaka. Yogyakarta. 141 hlm.
Deptan. 2010. Sosialisasi dana bagi hasil cukai hasil tembakau tahun 2010 di
Provinsi Sumatera Barat. http://www.deptantembakau.htm. (diakses 02
Agustus2012).
Fauziyah E. 2010. Analisis efisiensi teknis usahatani tembakau. Fakultas
PertanianUniversitas Trunojoyo.
Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman jilid 3. http://bsd.Pendidikan.id
( Diakses 20 april 2018).
Mazmuiz, 2015. Definisi Pengertian Penyiapan Lahan. http://www. mazmuiz. ac.Id
/2015/01/definisi-pengertian-penyiapan-lahan.pdf
Suwarto, Yuke Octavianty, Silvia Hermawati. 2014. Top 15 tanaman perkebunan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Syamsiah I.S., Tajudin. 2003. Khasiat dan Manfaat Bawang Putih Raja Antibiotik
Alami.Jakarta:Agromedia Pustaka.
Wahyudi, M dan Tarigan, I. 2005. Budidaya dan Pengolahan Gambir dan
Tembakau. Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Tanjung Pati.34
hal.
Wiratno, D. Taniwiryono, I.M.C.M. Rietjens, and A.J.M. Murk.2008.Bioactivity of
plant exracts toT.castaneum. Effectiveness and safety of botanical pesticides
applied in black paper. Wageningen University, Wageningen. P. 126.

40
Yennie, E., S. Elystia, A. Kalvin dan M. Irfan. 2013. Pembuatan Pestisida Organik
Menggunakan Metode Ekstrasi dari Sampah Daun Pepaya dan Umbi
Bawang Putih. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas
Riau. Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 10 (10) : 46-59 Januari 2013.

41

Anda mungkin juga menyukai