Kelompok 1
2. Charles 1803035060
4. Muchlis 1803035044
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
“Tembakau Berkembang Menjadi Komoditas Pertanian yang Penting”
Pertanian tembakau menjadi salah satu sektor pertanian penting bagi beberapa negara
salah satunya indonesia karena selain dari budaya masyarakatnya yang tak lepas dari
kebiasaan merokok.Kebiasaan merokok telah menjadi budaya masyarakat Indonesia.
Menurut Budiman, A. dan Onghokham (1997), dalam bukunya berjudul Rokok Kretek,
Lintasan Sejarah dan Artinya Bagi Pembangunan Bangsa dan Negara, mengemukakan
bahwa budaya merokok di Indonesia telah dikenal pada abad 16-an. produk hasil tembakau
ini juga ikut menambah pemasukan bagi negara , memberikan lapangan pekerjaan serta
membantu industri lain. Karena hal itulah komuditas tembakau memiliki peran penting
dalam pembangunan perekonomian.
Usaha tani tembakau memiliki peluang yang menjanjikan sebagai ladang pekerjaan
tentunya dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup untuk memenuhi kebutuhan
pasar baik ditingkat regional, nasional dan internasional. Wibowo (2007) dalam (Soejono,
2012) menyatakan bahwa tembakau tidak akan tergantikan hingga ada tanaman yang dapat
mempunyai nilai seimbang dengan industri tembakau. Keberadaan dan keberlangsungan
usaha pertanian tembakau sampai saat ini tidak lepas dari keberadaan pasar hasil tembakau
yang menampung daun tembakau yang dihasilkan petani. Adanya jaminan pasar dari
produk yang dihasilkan menyebabkan kegiatan produksi daun tembakau akan terus
diusahakan oleh petani (Tajib, 2003).
Tembakau adalah salah satu tanaman yang sangat populer di dunia, tembakau
merupakan produk pertanian semusim yang bukan termasuk komoditas pangan, melainkan
komoditas perkebunan. Tembakau dikonsumsi bukan untuk makanan tetapi sebagai pengisi
waktu luwang atau hiburan, yaitu sebagai bahan baku rokok atau cerutu. Tembakau juga
dapat dikunyah (Nginang) istilah dalam bahasa jawa. Kandungan metabolit sekunder yang
kaya juga bermanfaat untuk pestisida dan bahan baku obat (Yuliana & Andoyo, 2018).
Harga internasional suatu komoditi merupakan dampak secara tidak langsung dari
meningkatnya perekonomian negara – negara pengimpor utama komoditi tersebut. Harga
internasional tembakau juga diakibatkan meningkatnya konsumsi produk tembakau dunia.
Tembakau adalah salah satu barang yang terkena pajak (cukai ) sehingga dapat
memberikan pemasukan bagi negara. Selain itu kegiatan perdagangan internasional seperti
ekspor dan impor tembakau dan produk turunnnya juga ikut menambah devisa negara.
Dengan adanya hal tersebut, produksi tembakau dapat berjalan dengan stabil sehingga
dapat memberikan kesempatan kerja di sector tersebut seperti pertanian tembakau ataupun
industry rokok.
Hadi, P. U. (2008). Peranan Sektor Tembakau dan Industri Rokok dalam Perekonomian Indonesia:
Analisis Tabel I-O Tahun 2000. Jurnal Agro Ekonomi, 90-121.
(IISD), Indonesia Institute for Social Development. 2015. Petani tembakau di Indonesia: sebuah
paradoks kehidupan. Yogyakarta: Leutikaprio.
Kurniawati, A., Yulianto, E., & Abdillah, Y. (2016). PENGARUH HARGA TEMBAKAU
INTERNASIONAL, JUMLAH PRODUKSI DOMESTIK DAN NILAI TUKAR TERHADAP
NILAI EKSPOR TEMBAKAU INDONESIA (Studi Ekspor Tembakau Indonesia Tahun
1985-2014). Jurnal Administrasi Bisnis S1 Universitas Brawijaya, 38(2), 21–23.
Muchjidin, R., & Sri, N. (1978). DINAMIKA AGRIBISNIS TEMBAKAU DUNIA DAN
IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA. Life Sciences, 23(22), 2225–2232.
https://doi.org/10.1016/0024-3205(78)90208-4
Prajogo, H. U., & Supena, Ff. (2008). Peranan Sektor Tembakau dan Industri Rokok dalam
Perekonomian Indonesia: Analisis Tabel I-O Tahun 2000. Jurnal Agro Ekonomi, 26(1), 90.
https://doi.org/10.21082/jae.v26n1.2008.90-121
Yuliana, E., & Andoyo, A. (2018). Perancangan Sistem Pakar Identifikasi Kualitas Daun Tembakau
Berbasis Web Desktop. Jtksi, 01(01), 10–13.
Putra,Dinan Arya. (2013). Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Tembakau
Indonesia Ke Jerman. Semarang : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang
Rachmad, M. 2015. “Mengerdilkan tembakau: Petani tembakau belum menjadi prioritas. Edisi
30, XXVI.” Majalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi (ECPOSE) Universitas Jember, 2015.
Santoso, K. 2013. Tembakau : dibutuhkan dan dimusuhi. Jember: Jember University Press.
Retrieved from http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/62970
Soejono, D. (2012). Kajian Respon Petani Terhadap Budidaya Tembakau dan Pasca Panen di
Kabupaten Sidoarjo. Universitas Jember, 6(1), 61–69. Retrieved from
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JSEP/article/view/803
Tajib, Erny. 2003. Analisa Kinerja Ekspor Indonesia Komoditas Minuman dan Tembakau (SITC1)
(Pendekatan RCA, TSR, dan AIKP). Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Jakarta. Universitas
Trisakti.
KOMODITI TEMBAKAU
Ada bebarapa tahap yang harus di lakukan sebelum melakukan usaha budidaya tanaman
tembakau, yaitu perencanaan areal pembibitan dan penanaman tembakau. Dalam tahapan
ini dilakukan pengamatan terhadap tempat yang akan digunakan untuk usaha budidaya
tanaman tembakau, mencakup kesesuaian topografi, jenis tanah, kondisi iklim dan cuaca
yang sesuai dengan musim, perencanaan sarana dan prasaran yang mendukung usaha
penanaman tembakau dan beberapa tempat yang sesauai dengan karkteristik dari tanaman
tembakau.
Perkembangan budidaya tembakau setiap tahunnya berbeda-beda, luas areal dan hasil
produksi setiap tahunnya pun berbeda. Penyebab perbedaan tersebut karena tembakau
merupakan tanaman yang sangat bergantung terhadap cuaca dilapangan, ketika cuaca baik
maka luas areal tembakau akan meningkat dan jika cuaca buruk atau tidak menentu maka
luas areal tembakau akan dikurangi. perkembangan produksi tembakau pada tahun 2000
hingga 2008 tidak stabil karena diakibatkan oleh penyakit dan cuaca. Perkembangan
produksi tembakau dari tahun 2000 hingga 2008 sebagai berikut :
Budidaya tembakau mampu mempengaruhi pendapatan petani sekitar 50-70%.28 Hal
tersebut membuktikan bahwa tembakau merupakan tanaman yang mampu merubah taraf
hidup para pembudidaya tembakau
Teknik dalam budidaya tanaman tembakau sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
budiaya tanaman perkebunan lainnya yaitu dimulai dengan pemilihan varietas bibit unggul,
penanaman, pemangkasan dan penyirungan, pengendalian hama dan penyakit serta proses
panen dan pengolahan tembakau
1. Iklim
Tanaman tembakau menghendaki iklim dengan curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun
pada dataran rendah, sedangkan untuk tembakau dataran tinggi, curah hujan rata- rata
1.500-3.500 mm/tahun. Lokasi untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat
terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya. Suhu udara yang cocok untuk
pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara 21-32,30 C. Tanaman tembakau dapat
tumbuh pada dataran rendah ataupun di dataran tinggi bergantung pada varietasnya.
Ketinggian tempat yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0 - 900
mdpl.
2. Tanah
Tembakau Virginia flu-cured cocok untuk tanah podsolik. Sedangkan tembakau
rakyat atau asli dapat tumbuh mulai dari tanah berpasir sampai dengan tanah liat. Derajat
keasaman tanah yang baik untuk tanaman tembakau adalah 5-5,6; tembakau Virginia 5,5-
6,0. Apabila didapat nilai yang kurang dari 5 makaperlu diberikan pengapuran untuk
menaikkan pH sedangkan bila didapat nilai pH lebih tinggi dari 6 maka perlu diberikan
belerang untuk menurunkan pH (Hariyadi, Ali, &Nurlina, 2017).
Setelah syarat tumbuh tersebut telah terpenuhi, berikut adalah pedoman dalam
budidaya tanamma tembakau :
1. Pengolahan Tanah
Empat puluh lima hari s/d lima puluh hari (45 s/d 50) setelah benih ditabur, kita sudah
mendapatkan bibit yang siap untuk dipindah tanamkan. Bibit ditanam pada tanah guludan
di lahan yang telah dipilih dengan luasan yang sesuai.Teknik penyebaran benih dapat
dilakukan dengan mencampur benih dengan pasir halus atau abu kering, kemudian
sebarkan pada bedengan. Setelah bibit berumur 40-45 hari bibit dapat dipindah tanamkan.
Sebelum penanaman bibit perlu dipangkas agar tidak terjadi stagnasi.Teknik pencabutan
bibit terlebih dahulu disiram sampai basah agar mudah dalam proses pencabutan, cara
pencabutan bibit adalah dengan cara memegang dua helai daun terbesar kemudian ditarik
ke atas. Sebaiknya pindah tanam ini dilakukan pada pagi hari. Cara mencabut bibit
tembakau Pada tahapan penanaman ini dilakukan pemupukan I dengan memperhatikan
jenis dan dosis serta cara pemupukan. Adapun pupuk yang digunakan NPK (Fertila) dengan
dosis 10 gr/batang. Pemupukan ke II dengan umur tanaman 21 hari dilakukan dengan
pupuk NPK (KNO3) dengan dosis 5 gr/batang.
adalah proses yang dilakukan agar tanah tetap gembur, sebagai persiapan media
tumbuh yang baik bagi tanaman tembakau dan sekaligus untuk membersihkan tumbuhan
pengganggu (Gulma). Adapun sistim irigasi (Pengairan) yang tepat sangat penting dalam
menjamin kualitas klas tingkat produktifitas tembakau virginia.
4. Pungel dan wiwil Suli
Punggel dan wiwil/suli memastikan penggunaan bahan gizi tanaman dalam proses
pengembangan daun tembakau untuk mendapatkan jumlah daun, berat daun dan kualitas
tinggi yang akan memberikan baik maksimal bagi petani. Dalam pelaksanaan wiwilan
sangat penting sekali karena akan berpengaruh terhadap ketebalan daun/berat daun.
Pengendalian Hama Terpadu dilaksanakan sesuai kondisi tanaman yang ada dengan
memprioritaskan penggunaan Bio Pestisida dengan pengawasan secara berkala, terhadap
residu pestisida baik pada tanaman tembakau virginia. Adapaun penggunaan pestisida dan
bahan kimia bisa digunakan (Dancis, Furadan) tergantung serangan hama yang ada.
KESIMPULAN
Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil yaitu Inti dari sistem budidaya
tanaman tembakau sama dengan system budidaya untuk tanaman perkebunan lainnya yaitu
terdiri dari pembibitan, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca
panen.
Hanya saja pada budidaya tanaman tembakau ini yang harus diperhatikan adalah
saat pemangkasan. Hal tersebut menjadi penting karena pemangkasan nantinya akan sangat
mempengaruhi produktivitas daun tembakau.
References
Pasca panen adalah semua kegiatan yang dilakukan setelah daun tembakau dipanen.
Pada komoditas paling tidak ada tiga kegiatan yang menyangkut kegiatan pasca panen: 1).
Panen, 2). Mengolah, 3). Penyimpanan. Pada pasca panen tembakau banyak melibatkan
peran suhu kelembaban udara lingkungan.
1. Panen
panen adalah kegiatan pemungutan hasil berupa daun tembakau yang masak
optimal. Kriteria daun masak ditentukan secara subyektif dengan melihat perubahan
warna daun. Warna hijau kekuningan merupakan tanda paling mudah dan cepat
untuk menentukan kemasakan daun. Pada warna tersebut, khlorofil berada pada
prosentase relatif rendah, dan kandungan pati setinggi-tingginya. Dua karakter
kimia tersebut merupakan faktor paling penting yang berpengaruh terhadap
pembentukan mutu tembakau kering yang akan dihasilkan (Titosastro &
Musholaeni, 2015).
2. Pengolahan
Pengolahan tembakau adalah kegiatan kiuring (curing), bukan pengeringan
melalui pengovenan (virginia, besuki no, burley) atau penjemuran semata (madura,
paiton, kasturi). Daun tembakau yang telah masak optimal, artinya daun tembakau
tersebut mempunyai potensi kimia pembentukan mutu secara maksimal (Wahyuni,
2019).
3. Penyimpanan
Jika suatu bahan dibiarkan di udara terbuka akan mengalami EMC
(Equilibrium Moisture Content) yang besarnya tergantung karakteristik bahan dan
kondisi adalah keseimbangan antara uap air di udara yang diserap bahan yang
tersimpan dan dikeluarkan bahan tersebut. pengeringan tembakau, apakah melalui
penjemuran atau pengovenan harus sampai pada batas mendekati kadar air kering
tulang (bone-dry) sekitar 3-5%, sehingga mempertahan kualitas tembakau selama
penyimpanan (Tirtosastro, 2011).
PEMBAHASAN
A. Panen Tembakau
Umur tanaman tembakau pada iklim dan cuaca normal kemasakan dicapai pada
umur 60-70 hari setelah tanam. Jika iklim basah akan lebih mundur lagi (Anggara,
2018).Tolak ukur masak optimal daun tembakau lebih banyak diukur secara fisik,
khususnya warna daun dan tingkat kekakuan daun. Daun muda umumnya kaku dan
berwarna hijau gelap, dengan kandungan khlorofil tinggi (2-4%). Kecepatan mencapai
kemasakan optimal banyak ditentukan varietas, paket teknologi khususnya pupuk nitrogen
dan pengairan, posisi daun batang, varietas, tujuan penggunaan dan lain-lain (Tirtosastro,
2006) . Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi usia panen tembakau:
B. Pengolahan Tembakau
Pengolahan tembakau adalah kegiatan kiuring (curing), bukan pengeringan
melalui pengovenan (virginia, besuki no, burley) atau penjemuran semata (madura,
paiton, kasturi). Daun tembakau yang telah masak optimal, artinya daun tembakau
tersebut mempunyai potensi kimia pembentukan mutu secara maksimal (Dwi,
2018). Fungsi kiuring yang pertama adalah mengembangkan potensi mutu tersebut
menjadi mutu, berikutnya disusul pengikatan mutu yang terbentuk dan diakhiri
dengan pengeringan atau menghilangkan semua kandungan air sampai batas aman.
Aman dalam hal ini artinya tidak ada enzim penyebab perubahan kimia merugikan
(pilifenoloksidase) yang masih dapat berkembang dan tembakau dalam bentuk
krosok atau rajangan siap masuk tahap pengeringan ulang (redrying), fermentasi
lanjutan atau aging. Pengeringan ulang selain bertujuan menyempurnakan
pengeringan juga berfungsi untuk menyeragamkan kandungan air pada batas
tertentu. Secara kimiawi perubahan pada tahapan tersebut tabel. Tahap penguningan
pada dasarnya membebaskan warna hijau dari khlorofil dan merubah pati menjadi
gula. Dua senyawa pertama (khlorofil dan pati) tidak disukai karena merugikan rasa
dan aroma asap rokok. Tanda khlorofil sudah minimal adalah munculnya warna
kuning. Gula sangat diperlukan karena dapat menghasilkan rasa lunak (mild) pada
asap rokok.
D. Penyimpanan Tembakau
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan tembakau
setelah proses panen dan pasca penen:
1. Sinar Matahari, Hembusan Angin dan Lantai yang Dingin.
Sinar matahari yang masuk ruang penyimpanan tembakau akan
menaikkan suhu udara ruangan tersebut. Udara dengan suhu tinggi akan
menyerap lembab dari bahan yang ada disekitarnya. Sehingga tembakau yang
disimpan akan kehilangan sebagian airnya dan menjadi kasar saat dipegang.
Selain itu kelembaban udara ruang penyimpanan juga dapat terjadi.
Penyebabnya adalah hujan di luar yang disertai hembusan angin, selain
meningkatkan lembab juga membawa berbagai jenis mikroba, khususnya
jamur. Demikian juga lantai yang dingin akan mengembunkan sebagian uap
udara sehingga timbul titiktitik air yang mendorong berkembangnya beberapa
jenis jamur.
2. Pembungkusan Segera
Tembakau mempunyai sifat higroskopis, akibat kandungan gula yang relatif
tinggi (10-20%). Selain itu beberapa jenis tembakau yang relatif tipis seperti
rajangan virginia, madura, maesan, paiton dan lain-lain juga menjadi penyebab
sifat higroskopis tersebut. Tembakau rajangan Virginia Bojonegoro kering di
atas widig, cukup ditumpuk 1-2 malam untuk mencapai kadar air ideal (10-
14%). Berbeda dengan tembakau Rajangan Temanggung dan sejenisnya, setelah
selesai penjemuran, harus diembunkan dulu 1-2 malam, agar menjadi lemas
sehingga mudah dilipat. Pembungkusan segera setelah mencapai kadar air ideal
10-14% adalah langkah pertama yang harus ditempuh untuk mengamankan
mutu tembakau dari gangguan lembab. Penetapan kadar air ideal tersebut, sesuai
kebiasaan petani dilakukan dengan meremas. Jika terasa elastis dan tidak patah
berarti sudah mencapai kadar air ideal. Bahan pembungkus yang kedap udara
seperti plastik atau kertas kurang baik. Plastik umumnya sedikir bersifat isolator
sehingga suhu tinggi yang terbentuk pada tembakau tidak segera dapat
dibebaskan. Suhu di atas 55oC akan merusak mutu tembakau. Pembungkus dari
tikar (pandan, aren, siwalan, glangse) cukup baik karena aerasinya cukup. Pada
penyimpanan jangka panjang (aging) di gudang banyak digunakan karton,
karena suhu tembakau sudah tidak berubah lagi akibat tembakau sudah dikering
ulang (redrying) dan enzim-enzim di dalam sel sudah dimatikan.
3. Penggunaan Alas atau Pengganjal (Palet).
Tembakau di atas widig yang telah kering jika belum sempat melipat dan
membungkus dapat ditumpuk di dalam rumah. Selain lantai harus beralas gedeg,
anyaman bambu (teple) atau tikar harus diganjal dengan kayu atau palet. Hal ini
untuk menghindari penyerapan lembab yang berlebihan sehingga tembakau
mempunyai kadar air di atas kadar air ideal. Selain itu perlu ditutup tikar atau
yang lain asal jangan dari bahan plastik. Plastik merupakan bahan NTRM (Non
Tobacco Related Material) yang tidak diinginkan oleh industri rokok.
Badan Standardisasi Nasional, tahun 1996. Buku Pedoman Standardisasi Mutu Tembakau.
http://www.disbun.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/tembakau7.pdf. 16 November
2011.
Tim Penulis PS. 1993. Pembudidayaan, Pengolahan, dan Pemasaran Tembakau. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Tso, T. C. 1972. Physiology and biochemistry of tobacco plants. Downwn, Hutchnson &
Ross. Strudsburg, Pa.
Titosastro, S., & Musholaeni, W. (2015). Penanganan Panen Dan Pasca Panen Tembakau
Di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Buana Sains, 15(2), 155–164.
Thomas, S. (2001). Tata Niaga Tembakau Di Madura. Jurnal Manajemen dan Wirausaha,
96-105.