Anda di halaman 1dari 24

PAPER

TEKNOLOGI KARET DAN TEMBAKAU

“Perkembangan Tembakau dan Komoditas Tembakau di Perdagangan Nasional dan Dunia”

Kelompok 1

1. Bayu Tiago 1803035069

2. Charles 1803035060

3. Iddris Salam 1803035019

4. Muchlis 1803035044

5. Nanda Maulidin 1803035046

6. Ronauli br Limbong 1803035067

7. Sephian Fadillah 1803035056

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MULAWARMAN
“Tembakau Berkembang Menjadi Komoditas Pertanian yang Penting”

Pertanian tembakau menjadi salah satu sektor pertanian penting bagi beberapa negara
salah satunya indonesia karena selain dari budaya masyarakatnya yang tak lepas dari
kebiasaan merokok.Kebiasaan merokok telah menjadi budaya masyarakat Indonesia.
Menurut Budiman, A. dan Onghokham (1997), dalam bukunya berjudul Rokok Kretek,
Lintasan Sejarah dan Artinya Bagi Pembangunan Bangsa dan Negara, mengemukakan
bahwa budaya merokok di Indonesia telah dikenal pada abad 16-an. produk hasil tembakau
ini juga ikut menambah pemasukan bagi negara , memberikan lapangan pekerjaan serta
membantu industri lain. Karena hal itulah komuditas tembakau memiliki peran penting
dalam pembangunan perekonomian.

Komoditas tembakau dan produk-produk turunannya mempunyai nilai ekonomi


yang sangat tinggi serta merupakan sumber pendapatan petani, penerimaan pemerintah dari
dalam maupun dari luar negeri dan juga menyediakan lapangan kerja bagi masyarakat.
Harga tembakau memilki sedikit penurunan dari kurun waktu (1997-2004) dengan rata-rata
2,34%/tahun, namun hal tersebut dikarenakan terlalu banyak memproduksi produk
tembakau maupun turunannya. Namun pada tahun 2005 hingga sekarang tembakau mulai
mengalami peningkatan lagi (Prajogo & Supena, 2008).

Usaha tani tembakau memiliki peluang yang menjanjikan sebagai ladang pekerjaan
tentunya dengan memperhatikan kelestarian lingkungan hidup untuk memenuhi kebutuhan
pasar baik ditingkat regional, nasional dan internasional. Wibowo (2007) dalam (Soejono,
2012) menyatakan bahwa tembakau tidak akan tergantikan hingga ada tanaman yang dapat
mempunyai nilai seimbang dengan industri tembakau. Keberadaan dan keberlangsungan
usaha pertanian tembakau sampai saat ini tidak lepas dari keberadaan pasar hasil tembakau
yang menampung daun tembakau yang dihasilkan petani. Adanya jaminan pasar dari
produk yang dihasilkan menyebabkan kegiatan produksi daun tembakau akan terus
diusahakan oleh petani (Tajib, 2003).

Tembakau merupakan salah satu komoditas yang bisa memberikan manfaat


ekonomi, dan manfaat sosial yang bisa di rasakan oleh kalangan masyarakat banyak. Peran
tembakau terhadap perekonomian Indonesia dapat ditunjukkan dari besarnya cukai yang
disumbangkan sebagai penerimaan negara dan banyaknya tenaga kerja yang terserap baik
dalam tahap penanaman dan pengolahan tembakau sebelum diekspor atau dibuat rokok,
maupun pada tahap pembuatan rokok (Santoso, 2013).
Rokok telah menjadi kebiasaan masyarakat sejak lama. Dahulu merokok merupakan
salah satu tanda bahwa orang tersebut merupakan orang yang memiliki perekonomian yang
baik. salah satu bahan dalam pembuatan rokok adalah tembakau.Kegunaan utama tembakau
adalah sebagai bahan baku pembuatan rokok baik putih maupun kretek.Keberadaan Industri
rokok sangat berkaitan dengan penyediaan bahan baku tembakau. Tanaman tembakau yang
dibudidayakan dan berkembang di Indonesia termasuk dalam species Nicotiana Tabacum
dan secara garis besar dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu tembakau
introduksi seperti tembakau Virginia, White Burley, Oriental dan Cerutu; serta tembakau
lokal seperti tembakau Madura, Temanggung, Weleri dan lain-lain.

Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 menyatakan bahwa


komoditas tembakau merupakan salah satu dari 39 produk unggulan nasional. Tembakau
merupakan produk unggulan perkebunan non pangan yang menempatkan Indonesia dalam
peringkat ke-7 sebagai negara produsen tembakau.

Peningkatan produksi tembakau tersebut digunakan untuk prioritas tujuan


penerimaan devisa (ekspor), pemenuhan kebutuhan bahan baku industri dalam negeri dan
substitusi impor. Kondisi ini membuat upaya perlindungan dan pemberdayaan petani sangat
diperhatikan oleh pemerintah. Sebagaimana penetapan Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Perlindungan petani adalah segala
upaya untuk membantu petani dalam menghadapi permasalahan kesulitan memperoleh
prasarana dan sarana produksi, kepastian usaha, risiko harga, kegagalan panen, dan
perubahan iklim. Selanjutnya, pemberdayaan petani adalah segala upaya untuk
meningkatkan kemampuan petani untuk melaksanakan usaha tani yang lebih baik melalui
pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan, konsolidasi dan jaminan luasan
lahan pertanian, teknologi dan informasi serta penguatan kelembagaan petani.

Perlindungan dan pemberdayaan tersebut bertujuan untuk mengembangkan varietas


dan varian produk tembakau. Pengembangan ini diharapkan mampu mempertahankan
tanaman tembakau sebagai komoditas ekspor andalan Indonesia, dan mampu memberikan
pendapatan kepada pelakunya (IISD 2015).
Pesatnya pertumbuhan produksi dan konsumsi rokok serta keuntungan berlipat yang
dinikmati industri rokok tersebut tidak serta-merta diikuti peningkatan kesejahteraan petani.
Padahal petani tembakau adalah ujung tombak dalam tata niaga pertembakauan. Merujuk
pada data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melangsir bahwa penghasilan
petani tembakau di Indonesia pada tahun 2015 masih berada di bawah Upah Minimum
Regional (UMR) (Rachmad 2015).

“Komoditas Tembakau di Perdagangan Nasional dan Dunia”

Tembakau adalah salah satu tanaman yang sangat populer di dunia, tembakau
merupakan produk pertanian semusim yang bukan termasuk komoditas pangan, melainkan
komoditas perkebunan. Tembakau dikonsumsi bukan untuk makanan tetapi sebagai pengisi
waktu luwang atau hiburan, yaitu sebagai bahan baku rokok atau cerutu. Tembakau juga
dapat dikunyah (Nginang) istilah dalam bahasa jawa. Kandungan metabolit sekunder yang
kaya juga bermanfaat untuk pestisida dan bahan baku obat (Yuliana & Andoyo, 2018).

Harga internasional suatu komoditi merupakan dampak secara tidak langsung dari
meningkatnya perekonomian negara – negara pengimpor utama komoditi tersebut. Harga
internasional tembakau juga diakibatkan meningkatnya konsumsi produk tembakau dunia.

Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia termasuk


Indonesia. Produk tembakau utama yang diperdagangkan adalah daun tembakau dan rokok.
Tembakau dan rokok merupakan produk bernilai tinggi, sehingga bagi beberapa negara
termasuk Indonesia berperan dalam perekonomian nasional, yaitu sebagai salah satu
sumber devisa, sumber penerimaan pemerintah dan pajak (cukai), sumber pendapatan
petani dan lapangan kerja masyarakat (usaha tani dan pengolahan rokok) serta
memeberikan dampak pada sector ekonomi lainnya.

Tembakau adalah salah satu barang yang terkena pajak (cukai ) sehingga dapat
memberikan pemasukan bagi negara. Selain itu kegiatan perdagangan internasional seperti
ekspor dan impor tembakau dan produk turunnnya juga ikut menambah devisa negara.
Dengan adanya hal tersebut, produksi tembakau dapat berjalan dengan stabil sehingga
dapat memberikan kesempatan kerja di sector tersebut seperti pertanian tembakau ataupun
industry rokok.

Industry pengolahan tembakau menjadi rokok juga ikut membantu perkembangan


aktivitas sector industry lain seperti sektro perdagangan, sector industry kertas, barang dari
kertas dan karton, sector Lembaga keuangan, pertanian cengkeh, sector restoran dan hotel,
pertanian temabakau serta sector angkutan darat. (Hadi, 2008).

Agribisnis tembakau mempunyai peran yang strategis dalam perekonomian lokal


dan nasional. Sebagai komoditas yang bernilai ekonomis tinggi, usaha tani tembakau dapat
menyumbang pendapatan petani sekitar 40−80% dari total pendapatan. Sedangkan sebagai
bahan baku utama rokok, peranan tembakau semakin menentukan dalam perkembangan
industri rokok. Industri rokok telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu industry
prioritas nasional, yang perkembangannya akan sangat mempe ngaruhi perkembangan
ekonomi nasional. Target penerimaan negara dari cukai yang telah ditetapkan untuk tahun
2010 sebesar Rp61 triliun dan tahun 2011 sebesar Rp71 triliun; sedangkan penerimaan
devisa dari ekspor tembakau sebesar US$564 juta. Usaha tani tembakau dan industri yang
terkait juga menyediakan lapangan kerja bagi kurang lebih 10 juta orang.
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, P. U. (2008). Peranan Sektor Tembakau dan Industri Rokok dalam Perekonomian Indonesia:
Analisis Tabel I-O Tahun 2000. Jurnal Agro Ekonomi, 90-121.
(IISD), Indonesia Institute for Social Development. 2015. Petani tembakau di Indonesia: sebuah
paradoks kehidupan. Yogyakarta: Leutikaprio.

Kurniawati, A., Yulianto, E., & Abdillah, Y. (2016). PENGARUH HARGA TEMBAKAU
INTERNASIONAL, JUMLAH PRODUKSI DOMESTIK DAN NILAI TUKAR TERHADAP
NILAI EKSPOR TEMBAKAU INDONESIA (Studi Ekspor Tembakau Indonesia Tahun
1985-2014). Jurnal Administrasi Bisnis S1 Universitas Brawijaya, 38(2), 21–23.

Muchjidin, R., & Sri, N. (1978). DINAMIKA AGRIBISNIS TEMBAKAU DUNIA DAN
IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA. Life Sciences, 23(22), 2225–2232.
https://doi.org/10.1016/0024-3205(78)90208-4

Prajogo, H. U., & Supena, Ff. (2008). Peranan Sektor Tembakau dan Industri Rokok dalam
Perekonomian Indonesia: Analisis Tabel I-O Tahun 2000. Jurnal Agro Ekonomi, 26(1), 90.
https://doi.org/10.21082/jae.v26n1.2008.90-121

Yuliana, E., & Andoyo, A. (2018). Perancangan Sistem Pakar Identifikasi Kualitas Daun Tembakau
Berbasis Web Desktop. Jtksi, 01(01), 10–13.

Putra,Dinan Arya. (2013). Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ekspor Tembakau
Indonesia Ke Jerman. Semarang : Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang

Rachmad, M. 2015. “Mengerdilkan tembakau: Petani tembakau belum menjadi prioritas. Edisi
30, XXVI.” Majalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi (ECPOSE) Universitas Jember, 2015.

Santoso, K. 2013. Tembakau : dibutuhkan dan dimusuhi. Jember: Jember University Press.
Retrieved from http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/62970

Soejono, D. (2012). Kajian Respon Petani Terhadap Budidaya Tembakau dan Pasca Panen di
Kabupaten Sidoarjo. Universitas Jember, 6(1), 61–69. Retrieved from
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JSEP/article/view/803

Tajib, Erny. 2003. Analisa Kinerja Ekspor Indonesia Komoditas Minuman dan Tembakau (SITC1)
(Pendekatan RCA, TSR, dan AIKP). Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti. Jakarta. Universitas
Trisakti.
KOMODITI TEMBAKAU

Tembakau adalah komoditi yang cukup banyak dibudidayakan petani. Untuk


mendapatkan hasil panen yang optimal para petani tembakau antara lain berusaha
membantu meningkatkan produksi secara kuantitas, kualitas dan kelestarian tanaman
tembakau. Tanaman tembakau, dengan curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, Suhu udara
yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5-6. Tanah gembur, remah, mudah mengikat
air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase pada
pertanaman tembakau. Kegiatan teknik budidaya tembakau meliputi beberapa jenis
kegiatan dengan urutan sebagai berikut.

 Pembibitan, yaitu kegiatan untuk menyiapkan bahan pertanaman.


 Pengolahan tanah merupakan kegiatan untuk menyiapkan media tumbuh tanaman
tembakau.
 Penanaman yang meliputi pengaturan jarak tanam, pembuatan lubang tanam dan
penanaman.
 Pemeliharaan tanaman yang meliputi penyiraman, penyiangan (pengendalian gulma dan
penggemburan), pengendalian hama dan penyakit, pemupukan dan pewiwilan.
 Panen dan penanganan pasca panen hingga hasil tembakau dipasarkan.

Ada bebarapa tahap yang harus di lakukan sebelum melakukan usaha budidaya tanaman
tembakau, yaitu perencanaan areal pembibitan dan penanaman tembakau. Dalam tahapan
ini dilakukan pengamatan terhadap tempat yang akan digunakan untuk usaha budidaya
tanaman tembakau, mencakup kesesuaian topografi, jenis tanah, kondisi iklim dan cuaca
yang sesuai dengan musim, perencanaan sarana dan prasaran yang mendukung usaha
penanaman tembakau dan beberapa tempat yang sesauai dengan karkteristik dari tanaman
tembakau.

Dalam tahapan-tahapan tersebut diatas sangatlah penting untuk memenuhi kebutuhan


dalam melaksanakan usaha budidaya pembibitan dan penanaman tembakau agar
pelaksanaannya berjalan sesuai dengan perencaan yang diinginkan. Apabila tahapan-
tahapan tersebut diatas tidak terpenuhi salah satu atau sebagian dari tahapan budidaya
tembakau maka akan mengakibatkan terjadinya kegagalan dalam budidaya tembakau yang
masih awal.
PEMBAHASAN

Tembakau merupakan tanaman perkebunan yang digunakan sebagai bahan baku


industri produk Rokok yang memiliki nilai ekonomis sangat menjanjikan. Jawa Timur
merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang membudidayakan tanaman
tembakau.Budaya konsumtif rokok yang menjadi kebiasaan orang Madura ikut
mendorongperkembangan budi daya tembakau di pulau tersebut. orang Madura dalam
kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dari kebiasaan merokok, tua-muda hingga anak
SMP yang masih berumur 13 hingga 14 tahun secara fasih merokok. Hal tersebut tentunya
sangat berpengaruh terhadap penanaman tembakau karena dengan kebiasaan merokok yang
dimiliki oleh orang Madura secara tidak langsung memberikan dukungan terhadap para
petani tembakau agar terus membudidayakan tanaman tersebut

Perkembangan budidaya tembakau setiap tahunnya berbeda-beda, luas areal dan hasil
produksi setiap tahunnya pun berbeda. Penyebab perbedaan tersebut karena tembakau
merupakan tanaman yang sangat bergantung terhadap cuaca dilapangan, ketika cuaca baik
maka luas areal tembakau akan meningkat dan jika cuaca buruk atau tidak menentu maka
luas areal tembakau akan dikurangi. perkembangan produksi tembakau pada tahun 2000
hingga 2008 tidak stabil karena diakibatkan oleh penyakit dan cuaca. Perkembangan
produksi tembakau dari tahun 2000 hingga 2008 sebagai berikut :
Budidaya tembakau mampu mempengaruhi pendapatan petani sekitar 50-70%.28 Hal
tersebut membuktikan bahwa tembakau merupakan tanaman yang mampu merubah taraf
hidup para pembudidaya tembakau

Teknik dalam budidaya tanaman tembakau sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
budiaya tanaman perkebunan lainnya yaitu dimulai dengan pemilihan varietas bibit unggul,
penanaman, pemangkasan dan penyirungan, pengendalian hama dan penyakit serta proses
panen dan pengolahan tembakau

syarat tumbuh untuk tanaman tembakau antara lain :

1. Iklim

Tanaman tembakau menghendaki iklim dengan curah hujan rata-rata 2.000 mm/tahun
pada dataran rendah, sedangkan untuk tembakau dataran tinggi, curah hujan rata- rata
1.500-3.500 mm/tahun. Lokasi untuk tanaman tembakau sebaiknya dipilih di tempat
terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya. Suhu udara yang cocok untuk
pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara 21-32,30 C. Tanaman tembakau dapat
tumbuh pada dataran rendah ataupun di dataran tinggi bergantung pada varietasnya.
Ketinggian tempat yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau adalah 0 - 900
mdpl.

2. Tanah
Tembakau Virginia flu-cured cocok untuk tanah podsolik. Sedangkan tembakau
rakyat atau asli dapat tumbuh mulai dari tanah berpasir sampai dengan tanah liat. Derajat
keasaman tanah yang baik untuk tanaman tembakau adalah 5-5,6; tembakau Virginia 5,5-
6,0. Apabila didapat nilai yang kurang dari 5 makaperlu diberikan pengapuran untuk
menaikkan pH sedangkan bila didapat nilai pH lebih tinggi dari 6 maka perlu diberikan
belerang untuk menurunkan pH (Hariyadi, Ali, &Nurlina, 2017).

Setelah syarat tumbuh tersebut telah terpenuhi, berikut adalah pedoman dalam
budidaya tanamma tembakau :

1. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilaksanakan dengan menggunakan alat pertanian berupa hand


traktor minimal 2 kali pembajakan untuk mempersiapkan media terbaik bagi proses
penanaman tembakau dengan menjaga kesuburan tanah.

2. Penanaman dan pemupukan

Empat puluh lima hari s/d lima puluh hari (45 s/d 50) setelah benih ditabur, kita sudah
mendapatkan bibit yang siap untuk dipindah tanamkan. Bibit ditanam pada tanah guludan
di lahan yang telah dipilih dengan luasan yang sesuai.Teknik penyebaran benih dapat
dilakukan dengan mencampur benih dengan pasir halus atau abu kering, kemudian
sebarkan pada bedengan. Setelah bibit berumur 40-45 hari bibit dapat dipindah tanamkan.
Sebelum penanaman bibit perlu dipangkas agar tidak terjadi stagnasi.Teknik pencabutan
bibit terlebih dahulu disiram sampai basah agar mudah dalam proses pencabutan, cara
pencabutan bibit adalah dengan cara memegang dua helai daun terbesar kemudian ditarik
ke atas. Sebaiknya pindah tanam ini dilakukan pada pagi hari. Cara mencabut bibit
tembakau Pada tahapan penanaman ini dilakukan pemupukan I dengan memperhatikan
jenis dan dosis serta cara pemupukan. Adapun pupuk yang digunakan NPK (Fertila) dengan
dosis 10 gr/batang. Pemupukan ke II dengan umur tanaman 21 hari dilakukan dengan
pupuk NPK (KNO3) dengan dosis 5 gr/batang.

3. Pembumbunan dan Pengairan.

adalah proses yang dilakukan agar tanah tetap gembur, sebagai persiapan media
tumbuh yang baik bagi tanaman tembakau dan sekaligus untuk membersihkan tumbuhan
pengganggu (Gulma). Adapun sistim irigasi (Pengairan) yang tepat sangat penting dalam
menjamin kualitas klas tingkat produktifitas tembakau virginia.
4. Pungel dan wiwil Suli

Punggel dan wiwil/suli memastikan penggunaan bahan gizi tanaman dalam proses
pengembangan daun tembakau untuk mendapatkan jumlah daun, berat daun dan kualitas
tinggi yang akan memberikan baik maksimal bagi petani. Dalam pelaksanaan wiwilan
sangat penting sekali karena akan berpengaruh terhadap ketebalan daun/berat daun.

5. Pengendalaian hama dan penyakit

Pengendalian Hama Terpadu dilaksanakan sesuai kondisi tanaman yang ada dengan
memprioritaskan penggunaan Bio Pestisida dengan pengawasan secara berkala, terhadap
residu pestisida baik pada tanaman tembakau virginia. Adapaun penggunaan pestisida dan
bahan kimia bisa digunakan (Dancis, Furadan) tergantung serangan hama yang ada.
KESIMPULAN

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil yaitu Inti dari sistem budidaya
tanaman tembakau sama dengan system budidaya untuk tanaman perkebunan lainnya yaitu
terdiri dari pembibitan, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca
panen.

Hanya saja pada budidaya tanaman tembakau ini yang harus diperhatikan adalah
saat pemangkasan. Hal tersebut menjadi penting karena pemangkasan nantinya akan sangat
mempengaruhi produktivitas daun tembakau.
References

Medina, S. (2017). Budidaya Tembakau Rakyat Di Pamekasan Tahun 2000-


2008. Avatara.
Ali, M., & Hariyadi, B. W. (2018). TEKNIK BUDIDAYA TEMBAKAU.
https://doi.org/10.31219/osf.io/zy3eb ,diakses : 19 September
2021

Abdullah, Ahmad dan Soedarmanto. 2009. Budidaya Tembakau. CV


Yasaguna. Jakarta

Firmansyah, H. 2010. Teknik Budidaya Tanaman Tembakau


http://binaukm.com/2010/05/teknik-budidaya-tanaman-tembakau/.
Diakses pada tanggal 06 Februari 2015.

Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Departemen Pendidikan


Nasional, Jakarta.
PASCA PANEN

Pasca panen adalah semua kegiatan yang dilakukan setelah daun tembakau dipanen.
Pada komoditas paling tidak ada tiga kegiatan yang menyangkut kegiatan pasca panen: 1).
Panen, 2). Mengolah, 3). Penyimpanan. Pada pasca panen tembakau banyak melibatkan
peran suhu kelembaban udara lingkungan.

1. Panen
panen adalah kegiatan pemungutan hasil berupa daun tembakau yang masak
optimal. Kriteria daun masak ditentukan secara subyektif dengan melihat perubahan
warna daun. Warna hijau kekuningan merupakan tanda paling mudah dan cepat
untuk menentukan kemasakan daun. Pada warna tersebut, khlorofil berada pada
prosentase relatif rendah, dan kandungan pati setinggi-tingginya. Dua karakter
kimia tersebut merupakan faktor paling penting yang berpengaruh terhadap
pembentukan mutu tembakau kering yang akan dihasilkan (Titosastro &
Musholaeni, 2015).
2. Pengolahan
Pengolahan tembakau adalah kegiatan kiuring (curing), bukan pengeringan
melalui pengovenan (virginia, besuki no, burley) atau penjemuran semata (madura,
paiton, kasturi). Daun tembakau yang telah masak optimal, artinya daun tembakau
tersebut mempunyai potensi kimia pembentukan mutu secara maksimal (Wahyuni,
2019).
3. Penyimpanan
Jika suatu bahan dibiarkan di udara terbuka akan mengalami EMC
(Equilibrium Moisture Content) yang besarnya tergantung karakteristik bahan dan
kondisi adalah keseimbangan antara uap air di udara yang diserap bahan yang
tersimpan dan dikeluarkan bahan tersebut. pengeringan tembakau, apakah melalui
penjemuran atau pengovenan harus sampai pada batas mendekati kadar air kering
tulang (bone-dry) sekitar 3-5%, sehingga mempertahan kualitas tembakau selama
penyimpanan (Tirtosastro, 2011).
PEMBAHASAN

A. Panen Tembakau

Umur tanaman tembakau pada iklim dan cuaca normal kemasakan dicapai pada
umur 60-70 hari setelah tanam. Jika iklim basah akan lebih mundur lagi (Anggara,
2018).Tolak ukur masak optimal daun tembakau lebih banyak diukur secara fisik,
khususnya warna daun dan tingkat kekakuan daun. Daun muda umumnya kaku dan
berwarna hijau gelap, dengan kandungan khlorofil tinggi (2-4%). Kecepatan mencapai
kemasakan optimal banyak ditentukan varietas, paket teknologi khususnya pupuk nitrogen
dan pengairan, posisi daun batang, varietas, tujuan penggunaan dan lain-lain (Tirtosastro,
2006) . Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi usia panen tembakau:

1. Posisi daun pada batang.


Kriteria daun bawah masak optimal jika intensitas warna hijau dan tingkat
kekakuan atau kegetasan daun sudah menurun. Tetapi daun masih hijau rata.
Pada daun tengah warna sudah kuning merata, ujung daun mengering.
Kekakuan daun sudah menurun dan diperkirakan tembakau kehilangan 90%
warna hijaunya. Pada kondisi fisik seperti ini, kadar pati masih tetap tinggi (25-
27%). Khlorofil sudah jauh menurun(0,5-1%). Pada daun atas yang tebal,
umunya daun masih tetap kaku dan warna kuning sudah rata.
2. Cuaca saat panen.
Saat panen akan mundur dan tergantung intensitas hujan. Jadwal panen
sebaiknya diundur 3-4 hari jika pada saat akan panen turun hujan. Panen sore
hari lebih baik, selain ada peluang kadar pati meningkat, juga jika ada hujan
sehari sebelumnya. Daun hasil panen harus segera diamankan dari udara panas,
khususnya panas matahari.

B. Pengolahan Tembakau
Pengolahan tembakau adalah kegiatan kiuring (curing), bukan pengeringan
melalui pengovenan (virginia, besuki no, burley) atau penjemuran semata (madura,
paiton, kasturi). Daun tembakau yang telah masak optimal, artinya daun tembakau
tersebut mempunyai potensi kimia pembentukan mutu secara maksimal (Dwi,
2018). Fungsi kiuring yang pertama adalah mengembangkan potensi mutu tersebut
menjadi mutu, berikutnya disusul pengikatan mutu yang terbentuk dan diakhiri
dengan pengeringan atau menghilangkan semua kandungan air sampai batas aman.
Aman dalam hal ini artinya tidak ada enzim penyebab perubahan kimia merugikan
(pilifenoloksidase) yang masih dapat berkembang dan tembakau dalam bentuk
krosok atau rajangan siap masuk tahap pengeringan ulang (redrying), fermentasi
lanjutan atau aging. Pengeringan ulang selain bertujuan menyempurnakan
pengeringan juga berfungsi untuk menyeragamkan kandungan air pada batas
tertentu. Secara kimiawi perubahan pada tahapan tersebut tabel. Tahap penguningan
pada dasarnya membebaskan warna hijau dari khlorofil dan merubah pati menjadi
gula. Dua senyawa pertama (khlorofil dan pati) tidak disukai karena merugikan rasa
dan aroma asap rokok. Tanda khlorofil sudah minimal adalah munculnya warna
kuning. Gula sangat diperlukan karena dapat menghasilkan rasa lunak (mild) pada
asap rokok.

Pada pengolahan daun tembakau dikenal 4 macam cara, yaitu;

1. Air curing (pengeringan udara)

Dalam pengeringan jenis ini tembakau dikeringkan dalam suatu bangsal


dengan aliran udara alami, sehingga memerlukan waktu pengeringan relative lama
yaitu sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Apabila dalam bangsal terdapat
kelembapan udara yang tinggi harus menggunakan pemanas agar udara
dapat mengalir atau terjadi aliran udara kembali. Contoh tembakau: tembakau
cerutu (dark air cured) berwarna coklat tua dan tembakau Burley (light
air cured) berwarna coklat terang.
2. Sun curing (pengeringan dengan sinar matahari)

Tembakau dikeringkan dengan menjemurnya dibawah sinar matahari,


biasanya merupakan tembakau-tembakau berdaun kecil yang ditanam
ditanah gersang dengan aroma yang tajam. Contoh tembakaunya: tembakau oriental
Turki, tembakau Kasturi dan Tembakau Rajangan. Untuk tembakau Rajangan,
tembakau harus disimpan dahulu hingga menguning dan dijemur selama 2 hari.

3. Flue curing (pengeringan dengan pipa pemanas)

Tembakau dikeringkan dalam ruangan pengering yang disebut omprongan


dimana pengeringan menggunakan pipa-pipa pemanas. Pipa-pipa ini dihubungkan
dengan suatu ruangan pemanas terpisah dimana dalam ruangan itu menggunakan
bahan bakar berupa kayu isolar atau batu bara. Pengeringan berlangsung selama 5
hari.

4. Fire curing (pengeringan dengan api)

Tembakau dikeringkan didalam suatu bangsal dengan perapian langsung


menggunakan kayu. Asap dari pembakaran akan diserap daun tembakau sehingga
daun menjadi berwarna gelap dengan rasa yang berat. Setelah melewati proses
curing, kemudian tembakau yang sudah kering itu di grade dan disimpan untuk
diumurkan sesuai kebutuhan. Salah satu hal yang penting dalam melakukan
pengolahan awal pada tembakau adalah pada saat pengeringan dan juga pelayuan
daun tembakau yang akan diolah lebih lanjut di pabrik. Proses pengeringan
dan pelayuan dilakukan diruangan khusus untuk pelayuan tembakau.

Tabel Perubahan Kimiawi Pada Tembakau Secara Umum (Titosastro &


Musholaeni, 2015).
C. Standar Mutu Tembakau
Mutu tembakau Madura sangat beragam dan penilaiannya yang bersifat manual dan
visual/ organoleptik sangat tergantung pada kebutuhan pabrik rokok. Walaupun
demikian secara umum standar mutu tembakau meliputi warna, pegangan/ body,
aroma, tingkat kekeringan, kebersihan, kemurnian, ketuaan daun, posisi daun, dan
lebar rajangan. Dari beberapa kriteria tersebut, mutu tembakau dikelompokkan
kedalam jenis mutu I (amat baik), II (baik), III (cukup), dan IV (sedang). Jenis mutu
tembakau yang amat baik biasanya warna tidak terlalu hijau, tidak berbau tanah atau
bercendawan, tidak tercampur bahan-bahan bukan tembakau, dan tidak dicampur
gula ( T Santoso, 2001 ). Secara rinci, karakteristik jenis mutu tembakau dapat
dilihat pada Tabel I, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Warna tembakau kering ialah kuning kehijauan, hijau (hijau muda, hijau tua,
hijau mati), merah bata, coklat, hitam. Kecerahan warna ada tiga macam yaitu
cerah, pucat, dan kusam.
2. Pegangan/body dinilai baik (elastis), cukup (agak elastis), sedang (sedikit
elastis), dan kurang (tidak elastis/ kasar).
3. Aroma dinilai baik (harum aromatis), cukup (harum agak aromatis), sedang
(harum sedikit aromatis), kurang (sedikit harum, sedikit aromatis), dan jelek
(tidak harum dan tidak aromatis);
4. Tingkat kekeringan dinilai baik (kadar air tembakau rajang kering diperkirakan
maksimal 12%), cukup (kadar air tembakau rajang kering diperkirakan
maksimal 13%), sedang (kadar air tembakau rajang kering diperkirakan
maksimal 14%), dan kurang (kadar air tembakau rajang kering diperkirakan
lebih dari 14%).
5. Kebersihan dinilai baik (hanya terdiri dari lamina daun tanpa gagang), dan
cukup (terdapat campuran gagang atau benda lain maksimal 5%);
6. Kemurnian dinilai baik (terdiri dari satu jenis), cukup (terdapat campuran jenis
lain maksimal 5%), sedang (terdapat campuran jenis lain maksimal 10%), dan
kurang (terdapat campuran jenis lain lebih dari 10%).
7. Petikan daun dinilai muda (belum mencapai tingkat yang cukup tua, ditandai
dengan warna daun yang masih hijau), tua (sudah mencapai tingkat kemasakan
yang tua, ditandai dengan warna daun yang hijau kekuningan dan pada ujung
daun berwarna coklat), dan lewat tua (sudah melewati kemasakan yang cukup
tua, ditandai denganwarna daun yang sudah menguning bernoda coklat).
8. Posisi daun dinilai daun pasir, daun kaki, daun tengah, daun atas, dan daun
solang.
9. Lebar rajangan dinilai halus (0,50-1,25 mm), cukup (1,26-2 mm), sedang (2,01-
2,70 mm), agak kasar (2,71-3,50 mm), dan kasar (3,51-5,00 mm).

D. Penyimpanan Tembakau
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan tembakau
setelah proses panen dan pasca penen:
1. Sinar Matahari, Hembusan Angin dan Lantai yang Dingin.
Sinar matahari yang masuk ruang penyimpanan tembakau akan
menaikkan suhu udara ruangan tersebut. Udara dengan suhu tinggi akan
menyerap lembab dari bahan yang ada disekitarnya. Sehingga tembakau yang
disimpan akan kehilangan sebagian airnya dan menjadi kasar saat dipegang.
Selain itu kelembaban udara ruang penyimpanan juga dapat terjadi.
Penyebabnya adalah hujan di luar yang disertai hembusan angin, selain
meningkatkan lembab juga membawa berbagai jenis mikroba, khususnya
jamur. Demikian juga lantai yang dingin akan mengembunkan sebagian uap
udara sehingga timbul titiktitik air yang mendorong berkembangnya beberapa
jenis jamur.

2. Pembungkusan Segera
Tembakau mempunyai sifat higroskopis, akibat kandungan gula yang relatif
tinggi (10-20%). Selain itu beberapa jenis tembakau yang relatif tipis seperti
rajangan virginia, madura, maesan, paiton dan lain-lain juga menjadi penyebab
sifat higroskopis tersebut. Tembakau rajangan Virginia Bojonegoro kering di
atas widig, cukup ditumpuk 1-2 malam untuk mencapai kadar air ideal (10-
14%). Berbeda dengan tembakau Rajangan Temanggung dan sejenisnya, setelah
selesai penjemuran, harus diembunkan dulu 1-2 malam, agar menjadi lemas
sehingga mudah dilipat. Pembungkusan segera setelah mencapai kadar air ideal
10-14% adalah langkah pertama yang harus ditempuh untuk mengamankan
mutu tembakau dari gangguan lembab. Penetapan kadar air ideal tersebut, sesuai
kebiasaan petani dilakukan dengan meremas. Jika terasa elastis dan tidak patah
berarti sudah mencapai kadar air ideal. Bahan pembungkus yang kedap udara
seperti plastik atau kertas kurang baik. Plastik umumnya sedikir bersifat isolator
sehingga suhu tinggi yang terbentuk pada tembakau tidak segera dapat
dibebaskan. Suhu di atas 55oC akan merusak mutu tembakau. Pembungkus dari
tikar (pandan, aren, siwalan, glangse) cukup baik karena aerasinya cukup. Pada
penyimpanan jangka panjang (aging) di gudang banyak digunakan karton,
karena suhu tembakau sudah tidak berubah lagi akibat tembakau sudah dikering
ulang (redrying) dan enzim-enzim di dalam sel sudah dimatikan.
3. Penggunaan Alas atau Pengganjal (Palet).
Tembakau di atas widig yang telah kering jika belum sempat melipat dan
membungkus dapat ditumpuk di dalam rumah. Selain lantai harus beralas gedeg,
anyaman bambu (teple) atau tikar harus diganjal dengan kayu atau palet. Hal ini
untuk menghindari penyerapan lembab yang berlebihan sehingga tembakau
mempunyai kadar air di atas kadar air ideal. Selain itu perlu ditutup tikar atau
yang lain asal jangan dari bahan plastik. Plastik merupakan bahan NTRM (Non
Tobacco Related Material) yang tidak diinginkan oleh industri rokok.

4. Gunakan Ruang Tertutup.


Ruangan penyimpanan sebaiknya tertutup rapat. Selain udara luar tidak bebas
keluar masuk juga harus bebas sinar matahari. Cahaya dari jendela sebaiknya
dihindari. Demikian juga jangan sering membuka pintu gudang penyimpanan.
Menjauhkan ruang penyimpanan jauh dari sumber air (sumur, pelimbahan) juga
perlu dipertimbangkan. Bangunan yang rendah umumnya panas, sehingga
meningkatkan suhu udara dan menurunkan kadar air tembakau serta merusak
mutu, khususnya warna tembakau.
KESIMPULAN

Pasca panen tembakau memiliki bebrapa tahanpan 1. Panen, 2. Pengolahan, 3.


Penyimpanan, dan umur panen tembakau dimulai dari usia tanam 60-70 hari. Tembakau
akan dilihat nilai ekonomisnya dari sejak pemanenan dan pengolahan, semakin lama
disimpan maka akan semakin turun juga kualitasnya sehingga akan berdampak pada
penurunan harga jual dari tembakau yang telah diolah, baik sebagai bahan baku rokok
maupun bahan baku obat-obatan. Adapun beberapa bagian dari proses pengolahan yaitu Air
curing (pengeringan udara), Sun curing (pengeringan dengan sinar matahari), Flue curing
(pengeringan dengan pipa pemanas), Fire curing (pengeringan dengan api). Dan dalam
penyimpanan harus menggunakan ruangan yang tidak terlalu memiliki kelembaban yang
tinggi serta bebas dari udara luar, penyimapanan harus segra setelah diolah, harus
memnggunakan palet agar terhindar dari kelembaban dan basah, dan harus ruangan
tertutup.
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, H. (2018). KOMBINASI APLIKASI POC DAUN KELOR DAN PUPUK


ORGANIK KOTORAN ITIK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TEMBAKAU
DELI (Nicotiana tabaccum L.).

Badan Standardisasi Nasional, tahun 1996. Buku Pedoman Standardisasi Mutu Tembakau.
http://www.disbun.jabarprov.go.id/assets/data/arsip/tembakau7.pdf. 16 November
2011.

Dwi, T. W. (2018). Aktivitas Antimikroba Minyak Atsiri Daun Tembakau (Nicotiana


tabacum L.) terhadap Fungi Candida albicans.

Tirtosastro, S. (2011). UPAYA MENEKAN BAHAN BERBAHAYA PADA TEMBAKAU


VIRGINIA MELALUI TEKNOLOGI PENGOVENAN BERBASIS ENERGI
ALTERNATIF. 4(4), 247–261.

Tim Penulis PS. 1993. Pembudidayaan, Pengolahan, dan Pemasaran Tembakau. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Tirtosastro, S. 2006. Good Manufacturing Practices Tembakau Rajangan Virginia


Bojonegoro. BPSMB-Lembaga Tembakau Surabaya.

Tso, T. C. 1972. Physiology and biochemistry of tobacco plants. Downwn, Hutchnson &
Ross. Strudsburg, Pa.

Titosastro, S., & Musholaeni, W. (2015). Penanganan Panen Dan Pasca Panen Tembakau
Di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Buana Sains, 15(2), 155–164.
Thomas, S. (2001). Tata Niaga Tembakau Di Madura. Jurnal Manajemen dan Wirausaha,
96-105.

Wahyuni, S. T. (2019). MANAJEMEN RISIKO MUTU PADA DAUN TEMBAKAU


BESUKI NA-OOGST DENGAN PENDEKATAN FAILURE MODE AND EFFECT
ANALYSIS (FMEA) DI PT. MANGLI DJAYA RAYA.

Anda mungkin juga menyukai