DAN PERMASALAHANNYA
DI KABUPATEN JEMBER
PAPER
KELOMPOK 6
1.
2.
3.
4.
(P056111723.10EK)
(P056111743.10EK)
(P056111853.10EK)
(P056111913.10EK)
(P056111983.10EK)
2013
I. PENDAHULUAN
manfaat
dan
dampaknya
terhadap
kesehatan,
sehingga
dalam
berorientasi
pada
upaya
peningkatan
pendapatan
negara
tanpa
chain yang sederhana terjadi dalam perusahaan meliputi kegiatan desain, produksi
dan pemasaran. Sedangkan value chain yang kompleks melibatkan kegiatan
tersebut yang terjadi antar perusahaan satu dengan perusahaan lain sehingga
terjadi transformasi input menjadi output.
Pada umumnya analisis value
chain
digunakan
dalam
proyek
pengembangan ekonomi lokal dan regional (Kaplinsky dan Morris, 2000). Selain
itu beberapa penelitian kerjasama mendasarkan value chain dalam pengembangan
suatu komoditas untuk memberikan masukan terhadap kebijakan pemerintah
(Reichert, 2005). Analisis value chain bukan hanya menghasilkan konsep desain
pengembangan kerjasama antar pelaku usaha dalam rantai aliran barang/jasa,
tetapi lebih jauh lagi menghasilkan analisis dalam rangka peningkatan competitive
advantage dari produk/jasa yang dipasarkan terutama di pasar global.
2.3 Keunggulan Dayasaing
Keunggulan
dayasaing
dapat
didefinisikan
sebagai
kepemilikan
Leah Z. B. Ndanga;
Value Chain
Development for
Tilapia and Catfish
Products:
Opportunities for
Female Participation
in Kenya
(Thesis);
2012
Alat
Hasil Penelitian
Analisis
Impact
Pendekatan rantai nilai dapat
Analysis for
digunakan untuk mengetahui
Planning
dan memeriksa pemangku
(IMPLAN),
kepentingan utama serta
Value Chain
kontribusinya ke sistem
Analysis and
pasokan kayu.
Mapping
Perlu adanya perhatian terhadap
dampak sosial ekonomi dari
pasokan rantai nilai kayu bagi
masyarakat lokal agar tetap
sustainable.
Analisis chi- Penelitian ini mempelajari
square,
perencanaan strategis teknologi
ANOVA,
perusahaan dan mengeksplorasi
t-test, Mann
perencanaan teknologi strategis
Whitney U
antar perusahaan elektronik
Test
yang bekerjasama dalam proses
realisasi produk dalam suatu
rantai atau jaringan yang
disebut sistem nilai.
Permasalahan dianalisis dalam
proses perencanaan teknologi
analog menggunakan "bullwhip
effect" dalam manajemen rantai
pasokan (SCM) untuk
mengkoordinasikan kegiatan
perencanaan teknologi yang
lebih efisien melalui
penggunaan roadmap antar
perusahaan dalam sistem nilai.
Value Chain Terdapat peluang meningkatkan
Analysis
partisipasi perempuan dalam
(VCA) dan
rantai nilai ikan lele dan tilapia
SWOT
di Kenya, dengan prospektif
Analysis
level pengalaman, waktu,
komitmen modal dan tujuan
finansial (stabilitas jangka
panjang vs liquiditas).
Dibutuhkan kolaborasi usaha
multi-level antara farmers,
input suppliers, government,
retailers untuk menentukan
rencana strategi jangka panjang
dan keuntungan seluruh
responden rantai nilai.
Relevansi
Pendekatan rantai
nilai adalah alat
yang baik untuk
menganalisis
kontribusi para
pemangku
kepentingan
utama.
Pendekatan solusi
permasalahan
mirip dengan
penerapan
analisis rantai
nilai dan rantai
pasokan.
Pendekatan solusi
permasalahan
rantai nilai dikaji
dari aspek level
pengalaman,
waktu, komitmen
modal, dan tujuan
finansial.
No
4
Elibariki Emmanuel
Msuya;
Mapping of the Sweet
Potato Value Chain
Linkages between
Actors, Processes and
Activities in the Value
Chain : A Case of
Michembe and
Matobolwa
Products
(Research Paper);
2012
Alat
Hasil Penelitian
Analisis
Value Chain Proyek rantai nilai pangan yang
Analysis
kolaboratif sifatnya sulit
dikelola, mahal dan rawan
kegagalan.
Pengembangan inisiatif rantai
nilai kolaboratif dengan tujuan
mengamankan pendanaan
publik murah atau gratis sering
mengakibatkan proyek menjadi
sia-sia, rumit dan sulit,
sehingga lebih baik dilayani
dengan mengamankan investasi
swasta.
Value Chain Berbagai permasalahan dalam
Analysis and
rantai nilai ubi jalar di Tanzania
mapping
memerlukan solusi untuk
terciptanya pengembangan
produk lain dan keberlanjutan
industri tersebut, seperti
pengembangan varietas baru,
peningkatan nilai tambah, dan
promosi ke berbagai wilayah
Industri memainkan peranan
penting dalam memberikan
kontribusi bagi pembangunan
ekonomi sosial masyarakat
lokal.
SWOT
Rantai nilai apel di Kroasia tidak
Analysis and
efisien karena tidak memiliki
FAO
nilai tambah yang signifikan.
Methodolog Investasi di industri apel dan
y
infrastruktur pengolahan dapat
meningkatkan nilai tambah, tapi
feasible apabila teknologi
canggih dan peralatan
dimanfaatkan dan produk
bernilai tinggi diproduksi.
Diperlukan peran serta semua
pelaku dalam hal investasi
dalam teknologi baru, inovasi
dan pelatihan, kebijakan yang
berorientasi jangka panjang dan
transparan, serta pengembangan
Relevansi
Analisis studi
kasus dalam
sistem rantai nilai
Pendekatan rantai
nilai adalah alat
yang baik untuk
menganalisis
hubungan antara
para pemangku
kepentingan,
proses dan
aktivitas yang
terjadi dalam
studi kasus
produksi
Michembe dan
Matobolwa.
Kajian ini
menganalisis
kegiatan yang
memberikan nilai
tambah dan
efisiensi dari
nilai tambah
III. PEMBAHASAN
3.1 Pohon Industri, Peta Rantai Nilai dan Rantai Pasok Komoditas
Tembakau
3.1.1 Pohon Industri
Tanaman tembakau terdiri dari batang, daun tembakau dan bunga. Setelah
tanaman tembakau berumur, daun secara bertahap dipetik mulai dari daun bawah,
tengah dan atas. Selanjutnya batang tembakau dimanfaatkan untuk kayu bakar dan
biji dari bunga digunakan (secara selektif) untuk bibit dan daun tembakau
diproses menjadi rokok, cerutu, tembakau iris dan/atau diekspor dalam bentuk
tembakau yang sudah dikeringkan. Secara singkat, pohon industri komoditas
tembakau dapat digambarkan sebagai berikut :
10
11
Perguruan Tinggi
D. Forum Komunikasi
12
Working Group
Forum Komunikasi
Fasilitator Klaster
Jasa Perbankan
Jasa Transportasi
Jasa Perdagangan
Jasa Asuransi
F. Asosiasi Pertembakauan
Industri Hilir (Industri Rokok Kretek, Industri Rokok Putih dan Industri
Rokok lainnya, meliputi cerutu, rokok klembak menyan dan rokok
klobot/kawung)
13
3.2.2 Tata Kelola (Governance) dan Peranan Pemangku Kepentingan (Stakeholder) dalam Rantai Nilai Komoditas Tembakau
Pemerintah Pusat
X
X
X
X
X
X
X
X
14
X
X
X
X
X
X
Fasilitasi
Klaster
Working
Group
X
X
X
Daya Saing
Forum
Balittas
X
X
X
PT &
Litbang
PT
X
X
X
Perush/
Industri
Swasta
Asosiasi
Prop
Kab
16
Depkop
UKM
15
Dep. ESDM
14
X
X
BPOM
11
12
13
Depkes
9
10
X
X
X
X
Depkeu
7
8
Depdag
Deptan
1
2
3
4
5
Tata Kelola
Depprin
N
o
Pemda
X
X
X
X
3.3.2 Produksi
3.3.3 Pemasaran
Kebijakan cukai yang kurang terencana dan kondusif bagi industri pengolahan
tembakau;
15
petani, dimana dalam struktur pasar oligopsoni tingkat harga ditentukan lebih
rendah daripada pasar bersaing.
Adanya kecenderungan perusahaan rokok besar untuk memperluas pasar
baru terutama di negara yang belum berkembang, karena di negara tersebut belum
kuat dan ketat dalam gerakan anti rokok baik oleh pemerintah maupun organisasai
non-pemerintah. Perusahaan rokok besar mempunyai kecenderungan untuk
membeli perusahaan rokok kecil yang tidak dapat bersaing dengan perusahaan
besar yang mempunyai fasilitas modern. Kondisi ini menjadikan pasar global
rokok hanya dikuasai oleh beberapa industri besar seperti Phillip Morris, Japan
Tobacco International, dan Reemmstma.
Selain itu, adanya pengaturan pengendalian tembakau secara global
melalui FCTC oleh WHO berdampak terhadap pengembangan IHT di dalam
negeri. Untuk pengembangan IHT di dalam negeri, pemerintah bersama
stakeholder terkait telah menyusun Roadmap IHT 2007-2020 dengan prioritas
untuk jangka menengah (2010-2015) pada aspek penerimaan, kesehatan dan
tenaga kerja, sedangkan untuk jangka panjang (2015-2020) aspek kesehatan
menjadi prioritas yang lebih dibanding aspek penerimaan dan tenaga kerja. Selain
itu produksi rokok tahun 2020 dibatasi maksimal mencapai 260 milyar batang.
Pengendalian tembakau secara global yang terkait dengan penerapan pajak yang
tinggi terhadap produk tembakau akan berdampak terhadap penurunan produksi
rokok dari sisi hilirnya dan penurunan permintaan tembakau dan cengkeh dari sisi
hulunya.
3.3.5 Identifikasi SWOT
A. Kekuatan (Strengths)
Kondisi geografis dan iklim yang sesuai untuk pengembangan usaha tani
tembakau yang berkelanjutan
16
Adanya BPSMB sebagai lembaga pengawasan mutu bahan baku dan produk
Produk olahan tembakau merupakan hal yang tak terpisahkan dari budaya
masyarakat setempat dan sudah menjadi suatu gaya hidup modern
B. Kelemahan (Weaknesses)
Mutu tembakau belum standar dan rekayasa tembakau rendah nikotin belum
banyak diterapkan, khususnya pada industri skala kecil dan menengah
Adanya kesenjangan jumlah dan harga bahan baku tembakau bagi industri
skala kecil dan menengah
C. Peluang (Opportunities)
Pengembangan pasar rokok rendah tar dan nikotin cukup besar baik
domestik maupun ekspor
D. Tantangan (Threats)
17
triple
track
(pro-growth,
pro-job,
18
pro-poor),
maka
kebijakan
Peningkatan ekspor.
C. Indikator Pencapaian
Meningkatnya produksi rokok menjadi 240 milyar batang pada tahun 2010 dan
tahun 2025 sebesar 260 milyar batang.
Meningkatnya nilai ekspor tembakau sebesar 15%/tahun dari US$ 397,08 juta
pada tahun 2008 menjadi US$ 1.056,24 juta pada tahun 2015
Meningkatnya nilai ekspor rokok dan cerutu sebesar 15%/tahun dari US$
401,44 juta pada tahun 2008 menjadi US$ 1.067,84 juta pada tahun 2015.
D. Tahapan Implementasi
19
E. Program/Rencana Aksi
E.1 Jangka Menengah (Refleksi Lima Tahun ke Depan)
Pembenahan struktur industri rokok terutama pada skala sangat kecil melalui
Penggabungan Pabrikan Golongan III A & B serta pemberlakuan Golongan
Sigaret Kretek Tangan Filter (SKTF) setara dengan Sigaret Kretek Mesin
(SKM).
20
Pengembangan produk IHT yang beresiko rendah bagi kesehatan (rendah tar
dan nikotin).
21
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Rantai nilai dan rantai pasok komoditas tembakau di Kabupaten Jember
mencakup segala aktivitas produksi pengolahan dari bahan baku hingga
menjadi produk akhir dari industri hulu sampai hilir, beserta seluruh
pemangku kepentingan (stakeholders) di dalamnya dari petani hingga
konsumen akhir.
2. Para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam rantai nilai komoditas
tembakau di Kabupaten Jember mencakup industri hulu hingga hilir,
termasuk petani, pelaku industri pengolahan, pemerintah, investor, lembaga
penelitian dan pengembangan, forum komunikasi, industri terkait lainnya,
serta asosiasi pertembakauan, dimana masing-masing stakeholder tersebut
memiliki peranan tersendiri dan tata kelola (governance) dalam rantai nilai
komoditas tembakau.
3. Berbagai permasalahan yang terjadi dalam rantai nilai komoditas tembakau di
Kabupaten Jember mencakup kualitas bahan baku dan produk olahan,
ketersediaan bahan baku, produksi, dan pemasaran.
4. Strategi pemecahan masalah dan pengembangan dayasaing komoditas
tembakau di Kabupaten Jember dilakukan dengan perencanaan aksi jangka
menengah dan jangka panjang dengan dukungan seluruh stakeholder dalam
rantai nilai komoditas tembakau.
3.2 Saran
Mengingat pentingnya rantai nilai bagi peningkatan dayasaing komoditas
tembakau di Kabupaten Jember, maka diperlukan peran serta seluruh pemangku
kepentingan (stakeholder) untuk dapat menciptakan pengembangan dayasaing
komoditas tembakau yang bersifat responsible dan sustainable secara maksimal.
22
DAFTAR PUSTAKA
Altizer, C.B. 2008. The Wood Supply System of The Eastern United States: An
Analysis of The Socio-Economic Impacts on Local and Regional Value
Chains. Dissertation. Mississippi: Mississippi State University.
Anic, I.D. and M. Nusinovic. 2003. The Apple Industry in Croatia: A Value Chain
Analysis Approach. Research Paper. Zagreb: Ekonomski Institut.
Indrajit, R. E. dan R. Djokopranoto. 2003. Konsep Manajemen Supply Chain :
Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. PT. Grasindo.
Jakarta.
Kaplinsky, R. and M. Morris. 2000. A Handbook for Value Chain Research Centre
for Research in Innovation Management. University of Brighton.
Msuya, E.E. 2012. Mapping of the Sweet Potato Value Chain Linkages between
Actors, Processes and Activities in the Value Chain: A Case of
Michembe and Matobolwa Products. Sustainable Agriculture
Research. Vol. 1, No. 1, February 2012.
Ndanga, L.Z.B. 2012. Value Chain Development for Tilapia and Catfish
Products: Opportunities for Female Participation in Kenya. Thesis.
Indiana: Purdue University.
Nunez, C.A.S. 2009. Strategic Technology Planning Using Roadmaps in The
Value System. Dissertation. Illinois: University of Illinois, Chicago.
Porter, M. 1998. Clusters and New Economic Competition. Harvard Business
Review. Nov Dec 1998.
Rachman, A.H. 2007. Status Pertembakauan Nasional. Prosiding Lokakarya
Nasional Agribisnis Tembakau. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Reichert, C. 2005. Pendekatan Rantai Nilai Bagi Pengembangan UKM pada
Sektor Potensial di Wilayah Surakarta dan sekitarnya. Solo: ASMINDOGTZ.
Snoek, G. 2008. Examining Publicly-Funded Value Chain Projects: Five Case
Studies Involving The Ontario Agrifood Industry. Thesis. Guelph
University.
Wibowo, R. 2007. Revitalisasi Komoditas Unggulan Perkebunan Jawa Timur.
Jakarta: Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI).
23