Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH IMPOR ROKOK TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

Agati Putri Hartono1, Julian Azhar2, Nayalita Azka3, Rike Yuristika4


Administrasi Keuangan Publik, Universitas Padjadjaran, Jatinangor
Email: agati19001@mail.unpad.ac.id, julian19001@mail.unpad.ac.id,
nayalita19001@mail.unpad.ac.id, rike19001@mail.unpad.ac.id,

Abstrak
Di industri rokok putih, jumlah usaha tetap, nilai produksi turun drastis, tapi lapangan
kerja bertambah. Dari pengertian di atas sudah jelas bahwa kegiatan impor ini melibatkan
dua negara yang berbeda. Impor bisa disebut sebagai suatu kegiatan masukkan barang
dari luar negeri ke dalam negeri. Industri rokok lainnya berkembang sangat cepat, baik
dari segi jumlah perusahaan maupun tenaga kerja. Import adalah suatu tindakan atau
kegiatan membawa barang atau jasa asing dari suatu negara. Industri rokok kretek
mengalami perkembangan pesat dalam jumlah usaha dan nilai produksi, namun
penyerapan tenaga kerja menurun. Barang tersebut dianggap barang impor apabila barang
tersebut telah masuk ke wilayah pabean Indonesia baik secara legal maupun ilegal.
Industri Industri Pengolahan Tembakau (IHT) merupakan salah satu sektor strategi dalam
negeri yang berdaya saing tinggi dan terus memberikan kontribusi penting bagi
perekonomian nasional. Hal ini juga disampaikan Menteri Perindustrian Airlangga
Hartarto yang mencatat kontribusi industri rokok yang cukup tinggi setelah industri
makanan dan minuman. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif. Kontribusi industri yang kearifan lokal meliputi penyerapan tenaga kerja,
pendapatan pemerintah dari cukai, dan penting bagi para petani hasil perkebunan berupa
tembakau dan cengkeh. Penurunan lapangan kerja adalah modernisasi dan otomatisasi
beberapa peralatan pelintingan rokok, baik juga maupun rokok putih. Dalam hal ini bisa
diwakili oleh dua perusahaan antar dua negara yang dimana satu bertindak sebagai
pemasok dan yang satu lagi sebagai penerima. Impor merupakan sebuah kegiatan
memasukkan barang ke dalam daerah pabean. atau kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih dari suatu generalisasi. Selain itu, penelitian deskriptif tidak menawarkan
terapi, manipulasi, atau pengubahan terhadap variabel-variabel yang dipelajari,
menggambarkan segala kondisi yang ada.

Kata kunci: Industri, Rokok, Barang, Ekonomi, Negara

Abstract
In the white cigarette industry, the number of businesses remains the same, production
value drops drastically, but employment opportunities increase. From the above
understanding this import activity involves two different countries. Import can be referred
to as an activity to enter goods from abroad into the country. The other cigarette industry
is developing very fast, both in terms of the number of companies and the workforce.
Import is an act or activity of bringing foreign goods or services from a country. The
kretek cigarette industry has experienced rapid growth in the number of businesses and
production value, but employment has declined. These goods are considered imported
goods if the goods have entered the Indonesian customs territory, both legally and
illegally. The Tobacco Processing Industry (IHT) is one of the domestic strategic sectors
that is highly competitive and continues to make an important contribution to the national
economy. This was also conveyed by the Minister of Industry Airlangga Hartanto who
noted that the contribution of the cigarette industry was quite high after the food and
beverage industry. This research uses a qualitative descriptive research method. Industry
contributions with local wisdom include employment, government revenues from excise,
and are important for farmers of plantation products in the form of tobacco and cloves.
The decline in employment was due to the modernization and automation of several
cigarette rolling equipment both, and white cigarettes. In this case it can be represented
by two companies between two countries where one acts as a supplier and the other as a
recipient. Import is an activity of entering goods into the customs area. or qualitative, and
the results of qualitative research are more than a generalization. In addition, descriptive
research does not offer therapy, manipulation, or changes to the variables studied,
describing all existing conditions.

Keywords: Industry, Cigarette, Goods, Economy, Country

Pendahuluan
Industri Pengolahan Tembakau (IHT) merupakan salah satu sektor strategis dalam negeri
yang berdaya saing tinggi dan terus memberikan kontribusi penting bagi perekonomian
nasional. Kontribusi industri yang tergolong kearifan lokal meliputi penyerapan tenaga
kerja, pendapatan pemerintah dari cukai, dan komoditas penting bagi petani hasil
perkebunan berupa tembakau dan cengkeh. Hal ini juga disampaikan Menteri
Perindustrian Airlangga Hartarto yang mencatat kontribusi industri rokok cukup tinggi
setelah industri makanan dan minuman. (Kemenperin.go.id, 2017).
Bagi Indonesia, rokok dianggap sebagai salah satu industri penyumbang perekonomian.
Bachrul Chairi, Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional (KPI),
menyatakan industri rokok menyumbang 1,66% terhadap total produk domestik bruto
(PDB) Indonesia pada 2013 dan devisa melalui ekspor ke dunia senilai US$700 juta.
Selain itu, industri rokok juga menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat yang bekerja
secara langsung maupun tidak langsung di industri rokok, termasuk petani tembakau dan
cengkeh. Tak hanya itu, di dalam negeri peran rokok sebagai sumber penerimaan negara
juga cukup besar. (Nurhayat, 2015).
Produk IHT adalah barang kena cukai untuk mengontrol konsumsinya. Akibatnya,
peraturan rokok domestik dan internasional menjadi semakin ketat karena perlindungan
konsumen dan masalah kesehatan menantang industri rokok. Beberapa regulasi yang
mempengaruhi industri rokok antara lain Peraturan Pemerintah No. 109 Tahun 2012
tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau
Bagi Kasehatan. Selain itu, ada Peraturan Presiden RI No. 44 Tahun 2016 tentang Daftar
Wilayah Usaha yang Terbuka dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di
Bidang Penanaman Modal. Peraturan ini ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 64 Tahun 2014 tentang Pengawasan dan Pengendalian Usaha
Industri Rokok (Kemenperin.go.id, 2019).

2
Adapun penyebab penurunan penjualan rokok di negara maju, penjualan rokok di negara
maju terus menurun karena kesadaran kesehatan yang tinggi, peraturan periklanan yang
ketat dan pertumbuhan penduduk yang lambat. Hal ini berbeda dengan negara
berkembang seperti Indonesia yang potensi pasar rokoknya masih tinggi, regulasinya
relatif fleksibel, dan jumlah penduduknya terus tumbuh dengan kuat. Seperti diketahui,
British American Tobacco Plc (BAT) baru saja mengakuisisi 85 persen saham PT Bentoel
Internasional Investama Tbk senilai lebih dari Rp 5 triliun. Perusahaan yang berkantor
pusat di London itu membeli 56 persen saham di Bentoel dari Grup Rajawali dan
pemegang saham lainnya.
Hal yang sama juga terjadi pada perusahaan rokok asal Amerika Serikat, Philip Morris
International Inc., yang mengakuisisi 98 persen saham PT HM Sampoerna Tbk melalui
PT Philip Morris Indonesia pada awal 2005. Ketua Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia Tulus Abadi mengamini lemahnya regulasi menjadikan Indonesia target
industri rokok asing. pengendalian tembakau. Misalnya, Indonesia belum meratifikasi
Framework Convention on Tobacco Control. Karena China dan India telah meratifikasi
peraturan tersebut, Indonesia yang memiliki pasar jauh lebih besar dari kedua negara
tersebut, sejauh ini masih belum melakukannya. Indonesia merupakan negara terbesar
kelima di pasar rokok dunia (Tempo.co, 2009).

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif
ini dilakukan karena peneliti ingin mempelajari fenomena deskriptif yang tidak dapat
dikuantifikasi. Selain itu, (Sugiyono, 2012) juga mengusulkan penelitian kualitatif
sebagai metode penelitian yang berlandaskan filosofi postpositivisme, digunakan untuk
mempelajari kondisi objek yang alamiah, dengan peneliti sebagai alat utama, teknik
pengumpulan data menggunakan triangulasi dan analisis data secara induktif. atau
kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada suatu makna daripada
generalisasi.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011), penelitian deskriptif kualitatif bertujuan
untuk mendeskripsikan dan mendeskripsikan fenomena yang ada, baik alam maupun
buatan manusia, dengan lebih memperhatikan sifat, kualitas dan keterkaitan antar
kegiatan. Selain itu, penelitian deskriptif tidak menawarkan perlakuan, manipulasi, atau
pengubahan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan suatu
kondisi sebagaimana adanya. Satu-satunya perlakuan yang diberikan adalah penelitian itu
sendiri, dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan
untuk melestarikan data sebagaimana adanya, tanpa menekankan pentingnya hasil dalam
keadaan tertentu. Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif disini
karena penelitian ini mengkaji fenomena pengaruh impor rokok terhadap perekonomian
Indonesia.

3
Hasil dan Pembahasan
Ekonomi makro adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari ekonomi secara
keseluruhan atau global. Variabelnya yaitu: Pendapatan nasional, kesempatan kerja
dan/atau pengangguran, jumlah uang beredar, inflasi, pertumbuhan ekonomi dan neraca
pembayaran internasional. Teori ekonomi makro menjelaskan aspek bagaimana
menentukan tingkat perekonomian suatu negara, yang mengacu pada ukuran dimana
perekonomian menghasilkan barang dan jasa.
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator kemajuan suatu wilayah pertumbuhan
ekonomi juga diartikan sebagai usaha terus menerus untuk mengubah keadaan
perekonomian sedemikian rupa sehingga kegiatan ekonomi menghasilkan tambahan
produksi yang kemudian menjadi pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi berarti
bahwa kemampuan negara untuk menyediakan barang atau jasa ekonomi kepada
rakyatnya meningkat. Menurut Todaro, ada tiga faktor utama dalam pertumbuhan
ekonomi suatu bangsa, yaitu: (i) akumulasi modal, yang mencakup segala bentuk atau
jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, aset fisik dan sumber daya manusia; (ii)
pertumbuhan penduduk, yang akan meningkatkan angkatan kerja di tahun-tahun
mendatang; (iii) perkembangan teknologi. Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi
mengacu pada pertumbuhan kemampuan jangka panjang suatu negara untuk
menyediakan berbagai barang ekonomi bagi penduduknya. Pertumbuhan kapasitas itu
sendiri dihasilkan dari kemajuan atau adaptasi teknologi, institusional dan ideologis
terhadap berbagai tuntutan situasi. Secara umum teori pertumbuhan ekonomi dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu teori pertumbuhan ekonomi klasik dan teori pertumbuhan
ekonomi modern.
Impor adalah suatu tindakan atau kegiatan membawa barang atau jasa asing ke negara
dari suatu negara. Barang tersebut dianggap barang impor apabila barang tersebut telah
masuk ke dalam wilayah pabean Indonesia baik secara legal maupun ilegal.
Dari sekian banyak produksi barang dan jasa dalam negeri Indonesia, produksi tembakau
merupakan salah satu barang yang banyak menghasilkan devisa negara, namun selain
merupakan penghasil devisa yang penting bagi Indonesia, tembakau juga merupakan
salah satu barang impor yang sebuah fenomena Hal ini sangat menarik untuk dilihat
karena Indonesia dapat mengekspor tembakau tetapi juga mengimpornya. Secara teori,
permintaan negara akan barang impor adalah konsumsi berlebih yang tidak dapat
diproduksi di dalam negeri (Labys, 1973). Negara tersebut melakukan impor karena
produksi negara pengimpor relatif kecil dibandingkan dengan konsumsinya. Penggunaan
tembakau impor terus meningkat seiring dengan meningkatnya pangsa pasar tembakau
domestik di kalangan menengah ke bawah. Indonesia merupakan salah satu negara yang
beroperasi di pasar internasional. Tembakau merupakan salah satu dari sekian banyak
barang yang diimpor dari Indonesia, yang menunjukkan bahwa produksi Indonesia tidak
dapat memenuhi permintaan pasar dalam negeri Indonesia.

4
Perkembangan Industri Pengolahan
Terdapat lima kelompok industri pengolahan tembakau di Indonesia, yaitu (1) industri
pengeringan dan pengolahan rasa tembakau dan rokok; (2) industri rokok kretek; (3)
industri rokok putih; (4) industri rokok lainnya (cerutu, rhubarb/dupa); dan (5) industri
produk tembakau, perisa rokok dan Klobot/Kawung lainnya. Dari kelima kelompok
industri tersebut, industri pengeringan dan sektor industri tembakau lainnya mengalami
penurunan yang cukup pesat (bahkan sangat pesat pada industri tembakau lainnya) baik
dari segi jumlah usaha, nilai produk maupun volume tenaga kerja. Sedangkan produk
utama dari area produksi lainnya adalah bumbu rokok/tembakau (saus), helm cacah dan
filter tembakau. Industri rokok kretek mengalami perkembangan pesat dalam jumlah
usaha dan nilai produksi, namun penyerapan tenaga kerja menurun. Penyebab penurunan
lapangan kerja adalah modernisasi dan otomatisasi beberapa peralatan pelintingan rokok,
baik fajiga maupun rokok putih. Di industri rokok putih, jumlah usahanya tetap, nilai
produksi turun drastis, tapi lapangan kerja bertambah. Industri rokok lainnya berkembang
sangat cepat, baik dari segi jumlah perusahaan maupun tenaga kerja.

Peranan Tembakau dan Industri Rokok dalam Perekonomian Nasional


Peran tembakau dan industri tembakau dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari
beberapa segi, yaitu (1) sumber penerimaan pemerintah (cukai); (2) penciptaan mata uang
asing; (3) penciptaan nilai produk, nilai tambah dan kesempatan kerja; (4) dampak
terhadap sektor ekonomi lainnya (multiplier effect); dan (5) keterkaitannya dengan sektor
hulu (backward linkages) dan keterkaitannya dengan sektor hilir (forward linkages)
dalam memajukan perekonomian nasional. Peran rokok sebagai sumber pendapatan
negara cukup besar. Penerimaan pemerintah dari sektor kepabeanan dan cukai sebesar
Rp108,45 triliun pada tahun 2013. Dari jumlah tersebut, cukai hasil tembakau dan rokok
masih mendominasi yaitu sebesar Rp103,53 triliun. Cukai rokok meningkat setiap tahun.
Kenaikan cukai rokok tertinggi di tahun 2020. Kenaikannya mencapai 23 persen. Cukai
rokok merupakan penghasil cukai pemerintah terbesar hingga saat ini. Bea cukai
menunjukkan bahwa rokok menyumbang 96 persen. Pertumbuhannya luar biasa selama
tiga tahun terakhir. Pada tahun 2020 saja, penerimaan pajak rokok sebesar Rp179,83
triliun. Pada Kuartal I 2021, realisasi penerimaan cukai sebesar Rp49,56 triliun atau 27,54
persen dari target. Sedangkan CHT mencapai 48,22 triliun atau 27,75 persen dari target.
Dari sisi penerimaan negara, cukai rokok memberikan dampak dan kontribusi yang
signifikan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impor Tembakau Indonesia


Faktor-faktor yang mempengaruhi volume impor tembakau menunjukkan bahwa
konsumsi tembakau, pendapatan dan pajak impor industri rokok kretek berpengaruh
nyata terhadap volume impor tembakau. Sementara itu harga dan nilai tukar tembakau
dunia tidak berdampak signifikan terhadap volume impor tembakau Indonesia. Dalam
penelitian ini, karena bahan baku rokok kretek merupakan campuran antara tembakau

5
impor dan tembakau lokal, maka peningkatan produksi rokok menyebabkan peningkatan
konsumsi tembakau impor selain tembakau lokal. Kenaikan impor tembakau akan
semakin besar ketika produksi rokok khususnya rokok mild meningkat. Impor akan terus
meningkat seiring tersedianya tembakau impor (Storage) di dalam negeri tidak
mencukupi kebutuhan pabrik rokok di dalam negeri. Peningkatan pendapatan masyarakat
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingginya impor tembakau. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan penduduk negara tersebut maka daya
beli penduduk semakin besar, sehingga konsumsi juga meningkat.beli rokok Hal ini
sesuai dengan penelitian Kindlelenger dan Lindert (1982) yang menyatakan bahwa
permintaan impor dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat. Data dari BPS dan
Kementerian Kesehatan serta Kementerian Perindustrian juga menunjukkan jumlah
perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya.

Data Tabel Impor Roko Indonesia Berdasarkan Nilai/Net Value ($), sebagai berikut:

Tabel 1 Impor Rokok Indonesia (Nilai/Net Value)


Tahun Totals $ Totals Rp
2019 808,306.00 12,612,991,216.73
2020 753,372.00 11,755,969,764.13
2021 254,023.00 3,963,608,912.32
2022 412,004.00 6,428,641,210.88
Totals 2,227,705.00 34,761,221,104.06
Sumber: Badan Pusat Statistika

Pada tabel ini bisa kita lihat bahwa pada Tahun 2019 menghasilkan impor rokok sebesar
$808,306.00 sekitar Rp12,613 M. Sedangkan Tahun 2020 mengalami penurunan sebesar
$54,934 dan Tahun 2021 mengalami penurunan juga yang sangat banyak sekitar
$499,349. Berjalannya waktu, Tahun 2022 mengalami kenaikan sebesar $157,981 sekitar
Rp2,465 M.

6
Diagram nilai impor rokok indonesia pada Tahun 2011 sampai 2022, sebagai berikut:

Gambar 1
Nilai Impor Rokok Indonesia

Saat ini, Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen rokok terbesar di dunia. Namun,
Indonesia masih mengimpor rokok dari luar negeri. Data yang bersumber dari Badan
Pusat Statistik (BPS), nilai impor rokok Indonesia mencapai US$73,33 juta pada 2021.
Jumlah itu meningkat 48,5% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$49,38
juta. Melihat trennya, nilai impor rokok akan meningkat dalam kurun waktu sepuluh
tahun. Jumlah tersebut juga mencetak rekor tahun lalu. Berdasarkan negara asalnya,
impor rokok Indonesia terbesar berasal dari Singapura sebesar US$52,38 juta. Posisi ini
diikuti oleh impor rokok dari Jerman dan Vietnam masing-masing sebesar $11,46 juta
dan $8,02 juta. Selanjutnya, Indonesia mengimpor rokok senilai $661.000 dari China.
Impor rokok Indonesia dari Swiss senilai $195.000. Impor rokok dari Jepang dan Serbia
masing-masing berjumlah $33.000 dan $30.000. Sementara itu, Indonesia mengimpor
rokok senilai $25.000 dari Korea Selatan tahun lalu. Sebagai suatu catatan bahwa, tarif
HS 2402 digunakan untuk mencatat rokok dalam data ini. Set untuk artikel ini terdiri dari
cerutu, cigarillo, rokok tembakau atau pengganti tembakau (Widi, 2022).
Selain itu, Anda memberikan kontribusi yang besar dan berdampak luas pada aspek
sosial, ekonomi, dan sosial pembangunan bangsa Indonesia hingga saat ini. Menperin
menjelaskan, industri rokok dalam negeri memiliki nilai tambah bagi bahan baku lokal
berupa hasil perkebunan seperti tembakau dan cengkeh. Selain itu, dianggap sebagai
sektor padat karya dan berorientasi ekspor, sehingga dapat mendukung pertumbuhan
ekonomi. Kementerian Perindustrian menemukan total tenaga kerja yang diserap industri
rokok sebanyak 5,98 juta orang, dimana 4,28 juta orang bekerja di sektor manufaktur dan
distribusi dan 1,7 juta sisanya di sektor perkebunan. Pada 2018, nilai ekspor rokok dan
cerutu mencapai US$931,6 juta, naik 2,98 persen dari US$904,7 juta pada 2017.

7
Laporan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan (DJCB)
menunjukkan total konsumsi rokok Indonesia pada 2020 sebanyak 322 miliar batang.
Jumlahnya turun 9,7% dari tahun sebelumnya menjadi 356,5 miliar batang. Kami sedikit
akan menjelaskan jumlah konsumsi rokok pada pasar domestic.

Tabel.1
Jumlah Konsumsi Rokok Pasar Domestik

Tahun Nilai/Miliar Batang


2015 348,1
2016 341,7
2017 336,3
2018 331,9
2019 356,5
2020 322,0
Sumber: databoks.katadata.co.id

Menurut Badan tersebut, konsumsi rokok menurun pada tahun 2020 karena kenaikan
harga rokok. Selain itu, penurunan pertumbuhan ekonomi selama setahun terakhir juga
mempengaruhi angka konsumsi rokok nasional. Dalam enam tahun terakhir, konsumsi
rokok terendah tercatat pada 2018. Tingkat konsumsi rokok tertinggi terjadi pada 2019.
Departemen Keuangan telah menyepakati cukai rokok akan kembali dinaikkan tahun
depan rata-rata 12%. Kenaikan tarif ini lebih kecil dibandingkan kenaikan dua tahun
terakhir, yakni 12,5 persen pada 2020 dan 23 persen pada 2019.

Pada hari jumat tanggal 4 November 2022 dari Kementerian Keuangan, Pemerintah telah
memutuskan untuk menaikkan tarif cukai (CHT) rokok sebesar 10 persen pada 2023 dan
2024. Sri Mulyani Indrawati, Menteri Negara Keuangan (Menkeu), mengatakan dengan
menaikkan pajak CHT pada rokok kretek mesin (SKM), kenaikan pajak CHT pada
Sigaret Putih Mesin (SPM) dan Sigaret Kapur Pangan (SKP) akan bervariasi menurut
golongan. “SKM I dan II selanjutnya akan menunjukkan rata-rata 10 persen, yang
selanjutnya akan meningkat rata-rata 11,5–11,75 (persen), SPM I dan SPM II akan
meningkat 12–11 persen, sedangkan PDB I, II, dan III akan meningkat. naik 5 persen,”
kata Menkeu. Selain itu, Presiden Jokowi juga meminta agar kenaikan tarif tidak hanya
berlaku untuk CHT, tetapi juga untuk rokok elektrik dan produk olahan tembakau lainnya
(HPTL). Terkait rokok elektrik, Menkeu mengatakan kenaikan cukai akan terus berlanjut
setiap tahun hingga lima tahun ke depan. “Hari ini diputuskan untuk menaikkan cukai
rokok elektrik yaitu, rata-rata 15% untuk rokok elektronik dan 6% untuk HTTPL. Ini
berlaku setiap tahun dan akan meningkat sebesar 15 persen selama lima tahun ke depan,"
ujar kemenkeu.

8
Kesimpulan
Indonesia bisa di bilang sebagai salah satu penghasil tembakau terbesar di dunia, jadi
tidak heran kalau tembakau bisa memberikan pengaruh yang besar bagi perekonomian di
Indonesia. Semakin lama industri rokok terus berkembang di Indonesia sehingga
membuat rokok juga menjadi salah satu pangsa pasar yang besar dan ini juga
menyebabkan impor tembakau menjadi semakin meningkat dari tahun ke tahun yang juga
berakibat pada pajak rokok yang memberikan dampak yang signifikan. Dari kelima
kelompok industri tersebut, industri pengeringan dan sektor industri tembakau lainnya
mengalami penurunan yang cukup pesat (bahkan sangat pesat pada industri tembakau
lainnya) baik dari segi jumlah usaha, nilai produk maupun volume tenaga kerja.
Sedangkan produk utama dari area produksi lainnya adalah bumbu rokok/tembakau
(saus), helm cacah dan filter tembakau. Industri rokok kretek mengalami perkembangan
pesat dalam jumlah usaha dan nilai produksi, namun penyerapan tenaga kerja menurun.

Peran tembakau dan industri tembakau dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari
beberapa segi, yaitu (1) sumber penerimaan pemerintah (cukai); (2) penciptaan mata uang
asing; (3) penciptaan nilai produk, nilai tambah dan kesempatan kerja; (4) dampak
terhadap sektor ekonomi lainnya (multiplier effect); dan (5) keterkaitannya dengan sektor
hulu (backward linkages) dan keterkaitannya dengan sektor hilir (forward linkages)
dalam memajukan perekonomian nasional. Cukai rokok meningkat setiap tahun.
Kenaikan cukai rokok tertinggi di tahun 2020. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume
impor tembakau menunjukkan bahwa konsumsi tembakau, pendapatan dan pajak impor
industri rokok kretek berpengaruh nyata terhadap volume impor tembakau. Sementara itu
harga dan nilai tukar tembakau dunia tidak berdampak signifikan terhadap volume impor
tembakau Indonesia. Kenaikan impor tembakau akan semakin besar ketika produksi
rokok khususnya rokok mild meningkat. Peningkatan pendapatan masyarakat
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingginya impor tembakau. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan penduduk negara tersebut maka daya
beli penduduk semakin besar, sehingga konsumsi juga meningkat. beli rokok Hal ini
sesuai dengan penelitian Kindlelenger dan Lindert (1982) yang menyatakan bahwa
permintaan impor dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat. Data dari BPS dan
Kementerian Kesehatan serta Kementerian Perindustrian juga menunjukkan jumlah
perokok di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Dan pada tahun 2023 sampai
2024 tari cukai rokok akan meningkat sebesar 10 persen.

9
BIBLIOGRAFI

Pustaka yang berupa Books/Moduls

Chalid, P. (2017). Materi Pokok Teori dan Isu Pembangunan. Universitas Terbuka, 475.

Ismail, Z. (2012). Teori ekonomi. Dharma Ilmu

Pustaka yang berupa Journals/Articels


Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta.
Sukmadinata, N. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya.
Hadi, P. U., & Friyatno, S. (2016). Peranan Sektor Tembakau dan Industri Rokok dalam
Perekonomian Indonesia: Analisis Tabel I-O Tahun 2000. Jurnal Agro Ekonomi,
26(1), 90. https://doi.org/10.21082/jae.v26n1.2008.90-121
Suprihanti, A., Harianto, H., Sinaga, B. M., & Kustiari, R. (2018). Dinamika Konsumsi
Rokok Dan Impor Tembakau Indonesia. SEPA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian
Dan Agribisnis, 14(2), 183. https://doi.org/10.20961/sepa.v14i2.25016
Hanifah, U. (2022). Pengaruh Ekspor Dan Impor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Indonesia. Transekonomika: Akuntansi, Bisnis Dan Keuangan, 2(6), 107–126.
https://doi.org/10.55047/transekonomika.v2i6.275
APKAR, DIMAS (2022) ANALISIS IMPOR TEMBAKAU INDONESIA TAHUN
2008-2018. Sarjana thesis, Universitas Siliwangi.

Pustaka yang berupa Websites


Putra, D.A., Ronald, Embu,W.S., Pratomo, H.B. (2021) “Membedah Dua Sisi Rokok:
Penerimaan dan Beban Negara”. Merdeka.com.
https://www.merdeka.com/khas/membedah-dua-sisi-rokok-penerimaan-dan-
beban-negara.html
Nurhayat, W. (2015) "Begini Pentingnya Industri Rokok Bagi Ekonomi RI" Website.
https://finance.detik.com/industri/d-2947821/begini-pentingnya-industri-rokok-
bagi-ekonomi-ri.

10
Indraini, A. (2021) "Cukai Rokok Jadi Pahlawan buat Negara, Ini Buktinya" Website.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5365208/cukai-rokok-jadi-
pahlawan-buat-negara-ini-buktinya
Prakoso, J.P. (2021) “Rokok Berkontribusi Besar untuk Penerimaan Negara dari Cukai,
Menyumbang 97 Persen" Website.
https://ekonomi.bisnis.com/read/20210427/259/1387078/rokok-berkontribusi-
besar-untuk-penerimaan-negara-dari-cukai-menyumbang-97-persen
Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. “Informasi Impor” Website
https://bcbekasi.beacukai.go.id/informasi-impor
Kemenperin.go.id. (2019). “Industri Hasil Tembakau Serap 5,98 Juta Tenaga Kerja.”
Website.
Tempo.co. (2009). “Indonesia Pasar yang Menggiurkan bagi Industri Rokok Asing.”
Website.
Widi, S. (2022). “Indonesia Masih Impor Rokok US$73,33 Juta pada 2021.” Website.
https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/indonesia-masih-impor-rokok-us7333-
juta-pada-2021
Kemenperin.go.id. (2017). “Kontribusi Besar Industri Hasil Tembakau Bagi Ekonomi
Nasional.” Website. https://kemenperin.go.id/artikel/17257/Kontribusi-Besar-
Industri-Hasil-Tembakau-Bagi-Ekonomi-Nasional
Annur, M.C. (2021) “Berapa Jumlah Konsumsi Rokok Masyarakat Indonesia Per
Tahun.” Kementerian Keuangan - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Databoks.
Website.
Kemenkeu.go.id. (2022). “Sesuaikan Tarif CHT Tahun 2023 dan 2024, Pemerintah
Pertimbangkan Beberapa Aspek.” Website.

11

Anda mungkin juga menyukai