Anda di halaman 1dari 3

AGENDA PROGRAM PEMBANGUNAN KOPERASI

Di Indonesia sendiri Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dijalankan oleh
Presiden dengan kabinet pemerintahan yang baru, sedang menyongsong UU Perkoperasian yang
baru. Sehingga maklumat itu seyogyanya mempertebal affirmative action bagi koperasi pada
berbagai kebijakan serta program pemerintahan periode mendatang.

Dari maklumat di atas, ada beberapa isu yang sinkron dengan kerangka RPJMN bidang koperasi.
Pertama, arah kebijakan pengembangan ke depan fokus pada koperasi produksi khususnya
pertanian dan agribisnis. Afirmasi itu dilakukan guna memperkuat peran koperasi sebagai soko
guru ekonomi nasional. Sebab kontribusi PDB sektor pertanian dan pengolahan (makanan-
minuman) sangat dominan di Indonesia.

Dengan pendekatan industrialisasi dan hilirisasi, anggota serta masyarakat dapat memperoleh nilai
tambah yang tinggi. Keterlibatan koperasi dalam rantai pasok dapat meningkatkan efisiensi
produksi, pengolahan dan tata niaga industri pertanian dan agribisnis. Skema kepemilikan serta
redistribusi ala koperasi dapat membagi risiko dan hasil lebih adil bagi para pelaku pada sisi hulu
dan hilir.

Hilirisasi pertanian menjanjikan nilai yang sangat besar. Mulai dari palawija, holtikultura, tanaman
obat, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya. Praktik hilirisasi seperti pembangunan
pabrik Minyak Makan Merah berbasis koperasi, yang diresmikan Presiden Joko Widodo di Deli
Serdang (15 Maret 2024), perlu diperluas ke komoditas lainnya di masa mendatang.

Ada beberapa pilar kunci sukses prakarsa itu seperti kewirausahaan, inovasi dan teknologi.
Sehingga maklumat PBB terkait strengthening the entrepreneurial ecosystem for cooperatives
sangat relevan dalam konteks itu. Resolusi PBB tersebut perlu menjadi perhatian para pembantu
Presiden mendatang, tak hanya Menteri Koperasi dan UKM, namun juga Menteri Pertanian,
Menteri Perikanan dan Kelautan, Menteri Perdagangan serta Kementerian/ Lembaga lain yang
terkait.

Terbukti, dulu pada 1984, Indonesia pernah swasembada pangan. Hal itu tercapai salah satunya
berkat koperasi yang efektif terlibat dalam budidaya, input pasokan dan juga distribusi. Faktor lain
karena kerjasama yang apik lintas kementerian/departemen pada masa itu. Kedua, pengembangan
regulasi yang mendukung pertumbuhan koperasi melalui revisi UU Perkoperasian. Beberapa isu
juga selaras dengan maklumat PBB seperti bagaimana meningkatkan akses permodalan koperasi
serta daya saing. Seperti diketahui bahwa revisi UU Perkoperasian mendatang salah satunya
mengubah ketentuan permodalan koperasi. Di mana karakteristik modal yang baru sangat
potensial mengungkit pertumbuhan usaha koperasi.

Dengan ketentuan baru itu, struktur permodalan menjadi lebih stabil dan akseleratif. Pada sisi lain
partisipasi anggota dapat meningkat dan aman, sebab kepemilikan modal anggota dapat dialihkan
kepada sesama anggota koperasi. Selain itu berbagai pembaruan dilakukan pada postur
kelembagaan sehingga koperasi akan lebih tangkas dan berdaya saing dengan tetap
memperhatikan identitas dan otonominya.

Amanat penting lainnya dalam revisi UU tersebut adalah Pemerintah Pusat dan Daerah dapat
menetapkan sektor prioritas untuk kemudian diberikan fasilitasi dan insentif. Insentif tersebut
mencakup perpajakan, fiskal dan non fiskal. Termasuk penetapan pencadangan serta pelindungan
usaha bagi koperasi. Ketiga, penyempurnaan ketersediaan dan pemanfaatan data koperasi.

Pada RPJMN mendatang terjadi perubahan indikator kinerja pembangunan koperasi. Yakni dari
kontribusi ekonomi koperasi terhadap PDB, menjadi rasio volume usaha koperasi terhadap PDB,
sebagaimana pada Global Census on Cooperative (PBB, 2014).

Agar dapat mengukur capaian dengan baik tentu dibutuhkan basis data yang kredibel.
Ketersediaan dan pemanfaatan data akan meningkatkan kualitas kebijakan Pemerintah. Juga
menjadi titik tolok bagi berkembangnya sains koperasi. Ketersediaan data yang kredibel adalah
syarat utama bagi riset dan pendidikan yang berkualitas. Yang dapat dimanfaatkan oleh akademisi,
peneliti dan pemangku kepentingan lainnya.

Sinambung dengan itu sangat tepat ketika PBB menyerukan integrasi muatan koperasi ke dalam
kurikulum sekolah. Koperasi Mondragon, koperasi multi nasional di Spanyol dengan omzet Rp
174 triliun, memberi testimoni bagaimana pendidikan merupakan salah satu kunci
keberhasilannya.

If we want to push the cooperative creation, the cooperative business model must be included in
academic curricula of schools and universities”, kata Inigo Albizuri, perwakilan Mondragon, di
hadapan Sekjend PBB (Mei, 2023).

Ada juga peningkatan kepedulian koperasi terhadap isu generasi. Hal itu sangat relevan dengan
memperhatikan riset Indonesian Consortium for Cooperative Innovation (2022). Riset menemukan
anggota koperasi dari Generasi Z hanya 6,01 persen. Sedangkan yang dominan adalah Generasi Y
sebanyak 37,87 persen dan X sebesar 46,04 persen serta sisanya adalah Baby Boomer.

Riset lain dari International Cooperative Alliance (2021) mengungkapkan hanya 40 persen
koperasi di Indonesia yang memiliki jaringan dengan orang muda. Sebagai pembanding 85 persen
sampai 98 persen koperasi di Meksiko, India dan Iran memiliki hubungan baik dengan komunitas
orang muda. Kemudian Filipina, 70 persen koperasi mereka ramah terhadap anak muda.
Tanpa upaya khusus terhadap masalah itu, koperasi diprediksi akan mengalami involusi pada
dekade mendatang. Ironisnya hal itu dipercepat karena kompetisi tinggi di dunia bisnis. Pelaku
bisnis sekarang makin inovatif pada sisi model bisnis, adopsi teknologi, pemasaran serta produk
dan layanan.

Serta membahas peningkatan kapasitas khususnya terkait akses permodalan, pasar serta adopsi
teknologi. Variabel itu merupakan pengungkit bagi perusahaan koperasi untuk menciptakan
produk/layanan yang lebih kompetitif. Termasuk bagaimana koperasi meningkatkan nilai tambah
komoditas yang dihasilkan anggota melalui perluasan akses pasar, dalam dan luar negeri. Pada sisi
pasar, implementasi regulasi seperti PP No. 7 Tahun 2021 tentang Kemudahan, Pelindungan dan
Pemberdayaan Koperasi dan UMKM perlu ditingkatkan.

Khususnya kewajiban alokasi 40 persen bagi koperasi serta usaha mikro dan kecil pada belanja
barang/jasa Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dengan cara begitu Pemerintah dapat
menjadi stimulan awal sebelum produk mereka masuki pasar terbuka yang kompetitif. Beberapa
seruan PBB di atas nampaknya sudah sinkron dengan rencana pembangunan 2025-2029
mendatang.

Kunci sukses implementasinya terletak pada kepemimpinan, bagaimana presiden dapat


mengorkestrasi kementerian/lembaga terkait. Sebab sudah menjadi rahasia umum, ego sektoral
masing-masing mereka sering kali menjadi bottle neck dari banyak rencana bagus. Terlepas dari
sengkarut Pilpres, kita patut berharap Presiden baru mampu menjadi dirigen yang piawai dengan
afirmasi dan determinasi tinggi pada koperasi.

SUMBER : firdaus putra. Tahun Koperasi Internasional 2025 dan Agenda Pembangunan bagi
Presiden Mendatang .(15 maret 2024).24 maret 2024
https://money.kompas.com/read/2024/03/15/133251426/tahun-koperasi-internasional-2025-dan-
agenda-pembangunan-bagi-presiden?page=all.

Anda mungkin juga menyukai