Anda di halaman 1dari 18

MANFAAT EKSTRAK DAUN GULMA KIPAHIT (Tithonia

diversifolia) DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT PATIK


(Cercospora nicotianae) PADA TEMBAKAU

Makalah
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Gulma dan
Pengendaliannya

Oleh :
Tsara Aulia Riandini

(1137060076)

Kelas Agroteknologi VI-B

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Robbi karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Manfaat
Ekstrak Daun Gulma Kipahit (Tithonia Diversifolia) Dalam Pengendalian
Penyakit Patik (Cercospora Nicotianae) Pada Tembakau, makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Gulma dan Pengendaliannya.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih banyak
kekurangan, baik dalam hal ini maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dalam penyempurnaaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan manfaat
bagi kita semua.Amiin.

Bandung, Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
2

1.1.

Latar Belakang.......................................................................................

1.2.

Rumusan Masalah...................................................................................

1.3

Tujuan Penulisan....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
2.1

Tembakau.............................................................................................

2.1.1

Akar..............................................................................................

2.1.2

Batang..........................................................................................

2.1.3

Daun.............................................................................................

2.1.4

Bunga............................................................................................

2.2

Penyakit Patik Tembakau..........................................................................

2.2.1

Gejala Penyakit..............................................................................

2.2.2

Penyebab Penyakit..........................................................................

2.2.3

Daur Penyakit................................................................................

2.2.4

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit...............................

2.3

Daun Kipahit.......................................................................................

2.4

Ekstrak Daun Kipahit.............................................................................

BAB III PENUTUP........................................................................................


3.1

Kesimpulan.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penanaman dan penggunaan tembakau di Indonesia sudah dilakukan
sejak lama. Tembakau sebagai tanaman yang dibudidayakan oleh petani
memiliki peranan sangat penting dalam perekonomian nasional dari dahulu
hingga masa mendatang baik dari aspek penyediaan lapangan kerja, sumber
pendapatan negara, sumber pendapatan petani dan lain-lain. Penerimaan negara
dari tembakau sangat besar yaitu dari cukai yang setiap tahun terus meningkat
pada tahun 2007 sebesar 42 trilyun, pada tahun 2008 sebesar 50,2 trilyun
(Departemen Pertanian, 2011).
Penanaman tembakau seringkali menghadapi banyak kendala dalam
meningkatkan produktivitas baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Serangan
patogen merupakan faktor penghambat dalam budidaya tembakau. Salah satu
patogen yang menyerang tanaman tembakau dan menimbulkan kerugian yang
cukup besar adalah penyakit patik. Patogen penyebab penyakit ini adalah 2
Cercospora nicotianae. Menurut Dalmadiyo (1999) lebih dari 60% daun
tembakau rusak karena penyakit patik dengan kerugian lebih dari 100 milyar

rupiah, sedangkan pada tembakau bawah naungan (TBN) kerugian akibat


penyakit ini mencapai 100-125 milyar rupiah .
Penyakit patik atau bercak daun Cercospora yang disebabkan oleh
jamur Cercospora nicotinae dapat mengurangi mutu daun tembakau, terutama
apabila digunakan sebagai daun pembalut cerutu. Insiden penyakit banyak
terjadi pada daun-daun tua saat menjelang panen (Matnawi, 1997). Daun yang
terserang bercak patik ini mudah robek dan gejalanya berkembang pesat ketika
diproses di gudang (Hartana, 1987).
Penyakit Patik kebanyakan ditemui disaat tanaman tembakau masih
dalam pembibitan, pertanaman maupun daun yang sudah dipetik. Umumnya
kerentanan tanaman tembakau terhadap penyakit ini meningkat dengan semakin
tuanya daun (Semangun, 1996). Penyakit ini umumnya dikendalikan
mengunakan pestisida kimia. Padahal ada aturan pembatasan residu kimia pada
daun tembakau yang sering disebut Batas Maksimum Residu (BMR) yaitu 2,0
ppm. Oleh karena itu dicari alternatif pengendalian dengan ekstrak nabati yang
mempunyai potensi untuk mengendalikan penyakit patik. Kipahit (Tithonia
diversifolia) yang termasuk dalam golongan gulma berdaun lebar. T.
diversifolia atau Mirasolia diversifolia dikenal sebagai bunga matahari Meksiko
dan di Afrika Barat dikenal sebagai tanaman hias, tumbuh di sepanjang tepi
sungai dan di lahan pertanian yang dibudidayakan (Olabode et al.,2007)

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa peran ekstrak daun kipahit dalam mengendalikan Cercospora


nicotianae.

2. Berapa konsentrasi ekstrak daun kipahit yang efektif untuk mengendalikan


C.nicotianae.
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui peran ekstrak daun kipahit dalam mengendalikan C.


nicotianae

2. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun kipahit yang efektif untuk


mengendalikan C.nicotianae.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Tembakau
Tanaman tembakau menurut Cahyono (1998) diklasifikasikan sebagai berikut :
Kerajaan

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Solanales

Famili

: Solanaceae

Genus

: Nicotiana

Spesies

: Nicotiana tabacum L.

2.1.1

Akar
Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang
yang tumbuh tegak ke pusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus
tanah kedalaman 50- 75 cm, sedangkan akar serabutnya menyebar ke
samping. Selain itu, tanaman tembakau juga memiliki bulu-bulu akar.
Perakaran akan berkembang baik jika tanahnya gembur, mudah
menyerap air, dan subur (Cahyono, 1998).

2.1.2

Batang
Tanaman tembakau umumnya memiliki batang yang tegak
dengan tinggi sekitar 2,5 m. Namun pada kondisi syarat tumbuh yang
baik, tanaman ini bisa mencapai tinggi sekitar 4 m. Sedangkan pada
kondisi syarat tumbuh yang buruk biasanya lebih pendek, yaitu sekitar

1 m. Batang tembakau biasanya memiliki sedikit 8 cabang, atau


bahkan tidak bercabang sama sekali. Batangnya berwarna hijau dan
hampir seluruhnya ditumbuhi bulu-bulu halus berwarna putih. Di
sekitar

bulubulu

tersebut

terdapat

kelenjar-kelenjar

yang

mengeluarkan zat pekat dengan bau yang menyengat (Tim Penulis


Penebar Swadaya, 1993).
2.1.3

Daun
Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau
bulat, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong
ujungnya meruncing, sedangkan yang berbentuk bulat, ujungnya
tumpul. Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak
bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade
parenchyma dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun
dalam satu tanaman sekitar 28- 32 helai.

2.1.4

Bunga
Bunga tembakau merupakan bunga majemuk yang berbentuk
malai, masingmasing bunga bentuknya seperti terompet, kelopaknya
berlekuk mempunyai lima pancung, mahkota bunganya berebentuk
terompet berleku-lekuk 5 dan berwarna merah jambu atau merah tua
pada bagian atasnya, sedangkan pangkalnya berwarna putih (Abdullah
dan Soedarmanto, 1982).
9

2.1.5

Biji
Biji tembakau sangat kecil sehingga dalam 1 cm3 dengan berat
kurang lebih 0,5 g berisi sekitar 6000 butir biji. Setiap batang
tembakau dapat menghasilkan ratarata 25 g biji. Sekitar 3 minggu
setelah pembuahan, buah tembakau telah masak. 9 Biji tembakau yang
baru dipungut belum dapat berkecambah bila disemaikan sebab masih
perlu

mengalami

masa

istirahat

(dormansi).

Biji

tembakau

memerlukan waktu kurang lebih 2-3 minggu untuk dapat berkecambah


(Tim Penulis Penebar Swadaya, 1993).
2.2 Penyakit Patik Tembakau
Penyakit patik yang disebabkan oleh Cercospora nicotianae pada
beberapa tahun terakhir menjadi masalah penting pada tembakau karena
infeksinya yang bersifat laten (Susanti, 2008). Patik terdapat di semua daerah
penanaman tembakau di seluruh dunia. Tetapi terutama penyakit ini
merugikan di tropika yang cuacanya panas dan lembab (Semangun, 2000).
2.2.1

Gejala Penyakit
Gejala penyakit patik pada tembakau yang disebabkan oleh
jamur Cercospora nicotianae yaitu timbulnya bercak putih dan cokelat
pada daun. Bagian bercak sangat rapuh dan mudah robek. Seringkali
timbulnya serangan baru diketahui setelah daun tembakau akan diolah.

10

Serangan yang berat akan menurunkan kualitas daun (Tjahjadi, 1991).


Di tengah-tengah bercak terdapat titik-titik hitam. Selain itu timbul
bintik-bintik atau lubang-lubang daun, yang tentu saja mengurangi
mutu daun tembakau (Sudarmo, 1989).
Pada keadaan biasa jamur patik hanya menyerang daun-daun
yang masak, menimbulkan bercak yang dikelilingi oleh halo atau
jaringan daun berwarna kuning. Tetapi pada cuaca lembab serangan
dapat juga terjadi pada daun-daun yang belum masak. 10 Patik juga
dapat timbul pada daun-daun tua dari bibit-bibit di pembibitan
(Semangun, 2000).
2.2.2

Penyebab Penyakit
Penyakit patik tembakau disebabkan oleh jamur Cercospora
nicotianae Ell. et Ev. Jamur dari penyakit ini tergolong ke dalam kelas
Hyphomycetes, famili Dematiaceae (Abdullah dan Soedarmanto,
1982). Jamur mempunyai konidiofor cokelat bersekat-sekat, dengan
ukuran 75-100 x 4-5m. Konidium panjang, agak bengkok, bersekat
banyak, tidak berwarna (hialin), dengan ukuran 38-135x2,5-3,0 m
(Semangun, 2000).

11

2.2.3

Daur Penyakit
Jamur patik mengadakan infeksi melalui mulut kulit (Jochems,
1931 ; van Schreven, 1948 dalam Semangun, 2000). Agar konidium
dapat berkecambah, pada permukaan daun harus ada air. Konidium
disebarkan oleh angin atau percikan air. Jamur patik dapat bertahan
lama dalam sisa-sisa tumbuhan tembakau, misalnya batang-batang
tembakau yang sudah kering. Cercospora dapat bertahan sampai satu
tahun dengan melekat pada biji tembakau yang terinfeksi (Semangun,
2000).

2.2.4

Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit


Penyakit banyak berkembang jika pemetikan terlambat
dilakukan sehingga daun menjadi lewat masak. Makin tua makin
rentan. Dapat dikatakan bahwa daun tua 11 dari semua jenis tembakau
rentan terhadap patik (van der Weij, 1938c dalam Semangun, 2000).
Patik cepat meluas jika terdapat cuaca lembab pada saat menjelang
panen. Tetapi pada umumnya epidemi tidak akan terjadi bila daundaun bawah dari tanamantanaman relatif bersih dari patik sebelum
cuaca lembab tiba (Hopkins, 1956 dalam Semangun, 2000).

12

2.3 Daun Kipahit

Daun kipahit mengandung senyawa flavonoid, tannin, terpenoid, dan


saponin (Owolade et al., 2004). Ekstrak petrolium eter dan fraksi etil
asestat daun kipahit dengan konsentrasi 40% mampu menghambat
pertumbuhan jamur Candida albicans. Ekstrak air dan etanol dari kipahit
juga mempunyai sifat anti jamur terhadap Penicillium atroveneiium,
Aspergilus niger, Geotrichum candidium (Sulistyowati dan Mulyati,
2009).
2.4 Ekstrak Daun Kipahit
Hasil yang diperoleh dari jurnal penelitian Victoria dkk (2013)
menyebutkan bahwa ekstrak daun kipahit dengan konsentrasi 50 g/L sudah
mampu

mengendalikan perkembangan patogen

C. nicotianae. Pada

konsentrasi 25 g/L juga sudah mampu mengendalikanC. nicotianae , tetapi


keparahan penyakitnya tidak serendah konsentrasi 50 g/L. Hal ini dikarenakan
pada konsentrasi 25 g/L kandungan senyawa flavanoid masih kurang
(Sulistyawati dan Mulyati, 2009) daun Tithonia diversifolia mengandung
senyawa aktif Flavanoid yang termasuk dalam senyawa fenol, yang
memiliki efek penghambatan pertumbuhan dan sporulasi dari jamur
patogen dalam tanaman. Efek tersebut seperti efek pemandulan pada jamur
sehingga tidak lagi terjadi sporulasi dari jamur patogen ini yang dapat
bersifat preventif (pencegahan) terhadap serangan suatu patogen dan bisa
13

bersifat pengendalian terhadap pertumbuhan dan sporulasi jamur pada


tanaman.
Sulistyawati dan Mulyati; 2009, menegaskan efek Flavanoid sebagai
anti jamur ditunjukkan dengan kemampuannya membentuk senyawa
kompleks dengan pronatein dan merusak membran sel dengan cara
mendenaturasi ikatan protein pada membran sel, sehingga membran sel
menjadi

lisis

dan

senyawa

tersebut

menembus

kedalam

inti

sel

menyebabkan jamur tidak berkembang. Hal ini ditunjukkan dengan


menurunnya keparahan penyakit C. nicotianae pada tembakau Na Oogst
C.V Lulang.
Pada insiden penyakit yang diamati sejak 20 hst menunjukkan nilai
yang mencapai 100%. Hal ini dapat di sebabkan oleh efektifitas atau
patogenesitas yang tinggi dari inokulum yang di inokulasikan. Penyebab
lainnya dapat diakibatkan karena umur tanaman yang masih muda ketika
diinokulasi sehingga rentan terserang penyakit (Slamet, 1967).

14

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Konsentrasi ekstrak daun kipahit (Tithonia diversifolia) sebanyak 50


g/l sudah efektif dalam mengendalikan C. nicotianae. Hal ini dibuktikan
dengan :

1. Lambatnya

perkembangan penyakit sebesar 4-8 mm selama jika

dibandingkan dengan kontrol positif (diinokulasi tapi tidak diaplikasi


ekstrak daun kipahit) yang mencapai 4-10 mm setelah 80 hst.

2. Rendahnya

nilai keparahan penyakit sebesar 7,20 % pada 80 hst jika

dibandingkan dengan kontrol positif sebesar 37,1 %; rendahnya nilai


AUDPC sebesar 583,2 jika dibandingkan dengan dua konsentrasi ekstrak
daun kipahit lainnya.

15

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau. C.V. Yasaguna : Jakarta.


4-25 hlm.
Agrios GN. 2005. Plant Pathology, 5th Ed. New York: Academic Press.
Bintoro

MH.

2008.

Pestisida

Organik

pada

Tanaman

Lada.

[Skripsi].

Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.


Cahyono, B. 1998. Tembakau, Budi daya dan Analisis Tani. Kanisius. Yogyakarta. 311 hlm.
Dalmadiyo, G. 1999. Pengendalian Penyakit Tembakau Secara terpadu. Di dalam :
Prosiding Semiloka Teknik Tembakau. Tirtosastro S, Rahman A, Isdijoso SH,
Gothama AAA, Dalmadiyo G & Mukani (eds). Balai Penelitian Tembakau
dan Tanaman Serat, Malang. 34 hlm. Diakses 3 Maret 2016.

16

Departemen Pertanian. 2011. Tembakau http://ditjenbun.deptan.go.id/budtansim/


images/pdf/tembakau. Diakses 20 Maret 2016.
Fatmawati

N.

2005.

Potensi

Cercospora

Asal

Kacang

Tanah

Sebagai

Sumber Inokulum Penyebab Penyakit Patik, Cercospora Nicotianae,


Pada

Tembakau

Cerutu

Besuki.

[Skripsi].

Jember:

Fakultas

Pertanian.
Hartana I. 1987. Penyakit-penyakit jamur pada tanaman tembakau dan cara
pengendaliannya.

Makalah.

Disampaikan

pada

penyegaran

Peneliti

dan Praktisi Tembakau Lingkup PTP Nusantara X di Jember, 3-5


November 1998. 20.
Matnawi

H.

1997.

Budi

Daya

Tembakau

Bawah

Naungan. Yogyakarta:

Kanisius.
Olabode OS, O Sola, WB Akanbi, GO Adesina, PA Babajide. 2007.
Evaluation

of

Tithonia

diversifolia

(Hemsl.)

gray

for

soil

improvement. World J. Agric. Sci. 3(4): 503-507.


Owolade, OF, BS. Alabi, YOK Osikanlu, OO Odeyemi. 2004. On-farm
evaluation of some plant extracts as biofungicide and bioinsecticide
on cowpea in southwest Nigeria. Food Agric. Environ. 2(2): 237240.
Semangun H. 1996. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia. Gadjah
Mada University Press : Yogyakarta.665-669 hlm.

17

Slamet

S.

1967.

tembakau.

Panca
Sidang

usaha
Komisi

penanggulangan
Tehknis

patik

Perkebunan

pada

pertanaman

Ke-V Budi

Daya

Tembakau di Surakarta, 26-28 Februari 1979. 18.


Sudarmo, S. 1989. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan.
Kanisius : Yogyakarta. 38 hlm.
Sulistyawati D, S Mulyati. 2009. Uji aktivitas anti jamur infusa daun jambu
mete

(Anacardium

occidentale

L.)

terhadap

Candida

albicans.

Biomedika 2(1):47-51.
Susanti, E. 2008. Kajian Kesamaan Karakteristik Cercospora Kacang Panjang
Dengan Cercospora nicotianae Penyebab Penyakit Patik Pada Tembakau.
Skripsi. Universitas Jember : Jember. 24 hlm. Diakses 3 Maret 2016.
Tim

Penulis

Penebar

Swadaya.

1993.

Pembudidayaan,

pengolahan,

dan

Pemasaran Tembakau. Penebar Swadaya : Jakarta. 5-12 hlm.


Tjahjadi, N. 1991. Hama dan Penyakit Tanaman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 82
hlm.

18

Anda mungkin juga menyukai