Anda di halaman 1dari 18

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tembakau telah terkenal sebagai komoditi ekspor sejak dua setengah abad
yang lalu, yakni ketika penguasa kolonial yang kemudian digantikan oleh
pemodal swasta mengusahakan untuk pasaran Eropa.Kira-kira dua abad sejak
diperkenalkannya

tembakau

oleh

bangsa

Portugis

di

Nusantara,

tanaman tembakau merupakan tanaman untuk konsumsi kelompok elit,


dan kemudian secara bertahap meluas menjadi konsumsi rakyat kebanyakan
(Suyanto dan Tirtosastro, 2006.).
Tembakau dimanfaatkan untuk membuat rokok dan cerutu.Selain itu juga
digunakan sebagai bahan utama insektisida karena mengandung zat alkaloid
nikotin,

sejenis

neurotoxin

yang

sangat

ampuh

jika

digunakan

pada

serangga.Hasil penelitian terbaru ternyata tanaman ini dapat menghasilkan protein


anti-kanker yang berguna bagi penderita kanker.Tanaman ini dimanfaatkan
sebagai reaktor penghasil protein Growth Colony Stimulating Factor (GCSF),
suatu hormon yang menstimulasi produksi darah. Selain protein anti kanker,
GSCF juga dimanfaatkan sebagai stimulan perbanyakan sel tunas (stem cell),
dapat dikembangkan untuk memulihkan jaringan fungsi tubuh yang sudah rusak
(Yulaikah, dkk., 2005).
Daun

tembakau

biasanya

digunakan

sebagai

bahan

pembuatan

rokok.Usaha Pertanian tembakau merupakan usaha padat karya. Meskipun luas


areal perkebunan tembakau di Indonesia, diperkirakan hanya sekitar 207.020
hektar, namun jika dibandingkan dengan pertanian padi, pertanian tembakau
memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Seperti juga pada kegiatan
pertanian lainnya, untuk mendapatkan produksi tembakau dengan mutu yang baik,

banyak faktor yang harus diperhatikan. Selain faktor tanah, iklim, pemupukan dan
cara panen (Yulaikah, dkk., 2005).
Tanaman tembakau telah menyebar ke seluruh Amerika Utara, sebelum
masa kedatangan orang kulit putih.Pada tahun 1556, tanaman tembakau
diperkenalkan di Eropa, dan mula-mula hanya digunakan untuk keperluan
dekorasi dan kedokteran/medis saja.Tanaman tembakau merupakan salah satu
tanaman tropis asli Amerika.Jean Nicot, yang pertama kali melakukan eksploitasi
tanaman ini di Perancis.Kemudian, tanaman tembakau menyebar dengan sangat
cepat

di

seluruh

Eropa,

Afrika,

Asia,

dan

Australia

(Suwarso dan Murdiyati, 2005).


Sebagai salah satu sumber pendapatan negara, tembakau mempunyai nilai
ekonomi yang cukup penting karena menyumbang pendapatan negara
melaluicukai. Di Indonesia, tembakau cerutu berkualitas ekspor berasal dari
Sumatera,dikenal dengan nama tembakau deli yang khusus digunakan sebagai
pembalutcerutu (Harno, 2006).
Faktor lingkungan seperti suhu, intensitas cahaya, ketersediaan air, CO 2
dan sebagainya mempengaruhi laju fotosintesis, ketersediaannya dibutuhkan
dalam jumlah tertentu sesuai dengan jenis tanaman. Penyinaran cahaya matahari
sangat diperlukan tanaman ini dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan
bagian vegetatif (batang, daun, cabang, dan perakaran), generatif (bunga, buah
dan

biji).

Kurangnya

penyinaran

matahari

menyebabkan

terhambatnya

pertumbuhan dan produksi.Ketebalan dan kehalusan daun sangat dipengaruhi oleh


keadaan kering dan banyaknya curah hujan.Tembakau deli mempunyai ciri khas
berdaun tipis, elastis dan berwarna terang.Ditanam satu kali satu tahun yaitu pada

awal musim kemarau (bulan Februari) dan dipanen sekitar pada bulan Mei
(Suwarso dan Murdiyati, 2005).
Tembakau diketahui oleh Colombus yang berlayar mengelilingi dunia
pada tahun 1492. Beliau menemukan benua Amerika dan mendarat di pulau
Sansalvador. Belaiu menemukan suku Indian yang menghisap dadaunan dan
bertanya mengapa mereka melakukan hal itu. Mereka mengatakan dengan
menghisap dadaunan itu mereka dapat merasakan nikmat, ngantuk, mabuk,
mengurangi kelelahan (segar) dan juga mengobati penyakit (Matwani, 1997).
Tembakau merupakan komoditi perkebunan penting sebagai penghasil
devisa dan sumber pendapatan usahatani. Harga Komoditi tinggi dan pengusahaan
teknik usahatani yang melekat dengan petani menjadikan usahatani tembakau
merupakan mata pencaharian pokok. Pengelolaan Tembakau Vor Oogst Madura
dilakukan oleh perkebunan rakyat dihadapkan kendala rendahnya produktivitas.
Untuk meningkatkan produktivitas tembakau rakyat (nafive tobacco) pemerintah
melaksanakan program lntensifikasi Tembakau Rakyat Beberapa hambatan
pengembangan produksi Tembakau Madura yaitu teknik budidaya dan pengolahan
tradisional, penggunaan input usahatani tidak optimal, gangguan cuaca, fluktuasi
harga dan serangan hama penyakit tanaman. Padahal sebagai komoditi tradisional
masyarakat (Heriyanto, 2000).
Tembakau mempunyai nilai ekonomi tinggi dan berperan dalam
pendapatan usahatani.Di Indonesia, terdapat berbagai jenis tembakau yang
diproduksi, misalnya Virginia (atau Flue-cured), Burley, Rajangan,
tembakau yang dikeringkan matahari dan udara, serta tembakau untuk
cerutu. Namun ada beberapa faktor khas Indonesia yang membuat jenis
tembakau di Indonesia sulit dikelompokkan menjadi jenis Virginia,

Burley atau Oriental. Masing-masing daerah penghasil tembakau di


Indonesia biasanya memiliki jenis tembakau yang unik, disebabkan oleh
kondisi maupun budaya setempat. Oleh karena itu, tembakau biasanya
dinamakan menurut daerah asalnya, misalnya Temanggung, Garut,
Boyolali, dan lain sebagainya. Lebih dari 100 jenis tembakau dihasilkan
di Indonesia, dan 70% dari 200 juta kilogram tembakau yang diproduksi
di Indonesia merupakan jenis Rajangan yang lazim digunakan untuk
membuat rokok kretek (http://binaukm.com, 2010).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui respon
pertumbuhan bibit tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) terhadap berbagai
kombinasi media tanam.
Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk praktikal test di Laboratorium Budidaya
Tanaman Penyegar, Fakultas Pertanian,Universitas Sumatera Utara, Medan dan
sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman

Dalam

Ditjenbun

(2005),

sistematika

tanaman

tembakau

adalah

kingdom : plantae, divisio : spermatophyte, subdivisio : angiospermae,


kelas : dicotyledoneae, ordo : personatae, famili : solanaceae, genus : nicotiana,
dan spesis : Nicotiana tabaccum L.
Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas
pada tanah yang subur dan bukan berasal dari bibit cabutan. Jenis akar tunggang
pada tanaman tembakau yang tumbuh subur, terkadang dapat tumbuh sepanjang
0,75 m. Selain akar tunggang, terdapat pula akar-akar serabut dan bulu-bulu akar.
Pertumbuhan perakaran ada yang lurus, berlekuk, baik pada akar tunggang
maupun pada akar yang serabut (Yulaikah, dkk., 2005).
Daun tembakau sangat bervariasi, ada yang berbentuk ovalis, oblongus,
orbicularis, dan ovatus.Daun-daun tersebut mempunyai tangkai yang menempel
langsung pada bagian batang.Jumlah daun yang dapat dimanfaatkan (dipetik)
dalam setiap batangnya dapat mencapai 32 helai daun.Ukuran (besar kecilnya)
daun dan tebal tipisnya juga berbeda-beda, tergantung jenis daun, varietas yang
ditanam, kesuburan tanah, dan pengelolaan (Ditjenbun, 2005).
Batang pada pertumbuhan tanaman yang normal, dapat tumbuh tegak
dengan bantuan ajir (lanjaran).Tembakau bawah naungan dapat mencapai
ketinggian 4 m karena tanaman mempunyai sifat etiolasi.Batang ada yang
bercabang, meskipun kebanyakan tidak bercabang. Biasanya tanaman tembakau
akan bercabang apabila bagian titik tumbuhnya terputus, sehingga merangsang
pertumbuhan tunas-tunas baru. Adapun tembakau bukan bawah naungan,
ketinggian batangnya rata-rata 1,75 m (Yulaikah, dkk., 2005).
Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk seperti
terompet. Benang sari berjumlah lima buah. Warna bunga dalam satu malai ada

yang kemerah-merahan dan putih.Bakal buah terdapat pada bagian dasar


bunga.Biji-bijinya sangat kecil, sehingga untuk kebutuhan pembibitan tidak
kesulitan (Davies and Nielsen, 1999).
Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, didalamnya
banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan.Biji tembakau yang belum
melewati masa dorman tidak dapat berkecambah apabila disemaikan.Untuk dapat
memperoleh kecambah yang baik sekitar 95 % biji yang dipetik harus sudah
masak

dan

telah

disimpan

dengan

baik

dengan

suhu

yang

kering

(Ditjenbun, 2005).
Syarat Tumbuh
Iklim
Curah hujan yang dibutuhkan antara tembakau yang satu dengan yang
lainnya tidak sama. Masalah air berperan penting dalam pertumbuhan
tanaman.Misalnya jenis tembakau cerutu menghendaki curah hujan berkisar
antara 1500 mm 2000 mm per tahun. Artinya untuk setiap tahunnya, areal yang
akan ditanami tembakau tersebut harus mendapatkan siraman air hujan sebanyak
1500 mm 2000 mm. Hal ini dapat dimengerti dengan setiap m 2 pada areal itu
mampu memperoleh air hujan sebanyak 1,5 m3 2 m3 per tahun tersebut
(Yulaikah, dkk., 2005).
Suhu optimal yang dikehendaki tanaman tembakau adalah 270 0C atau
berkisar antara 2200C 3300C. Kelembaban udara baik untuk diketahui guna
memperhitungkan saat tingginnya perkembangan penyakit lanas. Kelembaban
udara berpengaruh pula pada lamanya pertumbuhan tanaman.Kelembaban udara
yang baik berkisar antara 62 % - 85 % (Davies and Nielsen, 1999).
Tanah

Setiap jenis tembakau menghendaki jenis tanah yang berbeda.Tipe tanah


yang berstruktur remah, sedikit berpori, pasir halus (tanah ringan) dengan aerasi
yang baik.Dengan tipe tanah semacam ini ada harapan besar untuk mendapatkan
hasil daun yang tipis, elastis, dan warna krosok lebih cerah, asalkan dalam
pembudidayaannya

baik,

tepat

musim,

dan

fermentasi

yang

optimal

(Ditjenbun, 2005).
Tinggi tempat penanaman tembakau sangat bervariasi.Pada dataran
rendah, sedang, dan dataran tinggi, tembakau dapat tumbuh dengan baik sesuai
dengan jenis tanaman dan varietasnya. Tembakau bawah naungan akan dapat
tumbuh

baik

pada ketinggian

145

di atas

permukaan

air laut

(Yulaikah, dkk., 2005).


Tanah yang dapat ditanami tembakau adalah jenis tanah ber-pH antara 5-6.
Tembakau virginia membutuhkan pH agak masam, yaitu sekitar 5,5-6. Tembakau
Deli banyak ditanam pada tanah yang berwarna hitam berdebu dengan kandungan
humus 16 % dan pH 5,0-5,6 (Davies and Nielsen, 1999).
Media Tanam
Tanah berhubungan erat dengan plastisitas, permeabilitas, kekerasan,
kesuburan. Akan tetapi akan berhubungan dengan adanya variasi yang terdapat
pada sistem mineralogi reaksi tanah, maka ada ketenuan untuk semua jenis tanah
(Hardi, 2004).
Bila tanah terlalu banyak mengandung pasir, tanah ini kurang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan
(Specific surfice) yang kecil, sehingga sulit menyerap dan menahan air dan unsur
hara, sehingga pada musim kemarau mudah kekurangan air. Bila jumlah pasir

terlalu banyak pengaruhnya terhadap tanah akan baik karena cukup longgar, air
akan mudah diserap dan cukup dikandung tanah, udara tanah mudah masuk dan
tanah mudah diolah (Hasibuan, 2006).
Untuk media tanam atau tanah pengisi kantong besar digunakan topsoil
yang bertekstur baik, bila terpaksa memakai tanah liat berat harus dicampur
dengan pasir kasar (pasir sungai) dengan perbandingan 3:2. Media tanam jangan
dicampur dengan fungisida dan insektisida karena dapat merusak bibit
(Sianturi, 1991).
Top Soil
Pertumbuhan bibit tembakau dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
jenis tanah yang digunakan sebagai media dan pemupukan. Jika media tumbuh
yang digunakan adalah tanah yang normal (berstruktur baik) dan subur, maka
pemupukan tidak diperlukan, karena kurang menguntungkan. Namun seringkali
tanah yang digunakan sebagai media tumbuh bibit tidak mengandung cukup unsur
hara untuk menunjang pertumbuhan bibit yang sehat sehingga perlu diberi pupuk
melalui tanah atau daun atau keduanya. Secara umum pemupukan dilakukan
melalui tanah dengan tujuan memberikan bahan kepada tanah yang berupa pupuk
buatan, pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan lainnya untuk memperbaiki
keadaan fisika, kimia dan biologi tanah, dengan harapan bahwa unsur hara yang
diberikan akan diserap oleh akar tanaman (Sutanto, 2005).
Top Soil adalah lapisan tanah yang paling dekat dengan permukaan tanah,
mengandung banyak mikroorganisme, mengandung paling banyak unsur hara, dan
memiliki kandungan udara yang paling tinggi dibanding lapisan tanah lainnya.
Setebal 20 cm dari permukaan , itulah "emas" yang seharusnya tetap dijaga dan
dirawat. Top soil jugalah yang menyimpan Bahan organik (seresah) yang menjadi

bahan untuk dilanjutkannya siklus unsur hara di areal hutan. Apabila ini terganggu
maka, yang paling merugikan adalah hilangnya potensi alam yang dapat menjadi
modal kelestarian jangka panjang (Sutanto, 2005).
Keberadaan bahan unsur di dalam tanah ditunjukkan oleh lapisan
berwarna gelap atau hitam, biasanya pada lapisan atas setebal 10-15 cm. Jumlah
dan ketebalan lapisan ini bergantung pada proses yang terjadi seperti pelapukan,
penambahan, mineralisasi, erosi, pembongkaran dan pencucian (leaching), serta
pengaruh lingkungan seperti drainase, kelembapan, suhu, ketinggian tempat, dan
keadaan geologi (Hasibuan, 2006).
Top Soil adalah lapisan tanah yang paling dekat dengan permukaan tanah,
mengandung banyak mikroorganisme, mengandung paling banyak unsur hara, dan
memiliki kandungan udara yang paling tinggi dibanding lapisan tanah lainnya.
Setebal 20 cm dari permukaan , itulah "emas" yang seharusnya tetap dijaga dan
dirawat. Top soil jugalah yang menyimpan Bahan organik (seresah) yang menjadi
bahan untuk dilanjutkannya siklus unsur hara di areal hutan. Apabila ini terganggu
maka, yang paling merugikan adalah hilangnya potensi alam yang dapat menjadi
modal kelestarian jangka panjang (Sianturi, 1991).
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah, dengan jumlah
yang tidak besar (sekitar 3 5 %), namun pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah
sangat besar. Adapun pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah dan akibat terhadap
pertumbuhan tanaman adalah :Sebagai granulator (memperbaiki struktur tanah),
Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lainnya, Menambah kemampuan
tanah untuk menahan air, Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur
hara (kapasitas tukar, kation tanah menjadi tinggi), dan Sumber energi bagi
mikroorganisme (Sianturi, 1991).

10

Lapisan tanah dibawah lapisan tanah atas (topsoil) yang disebut lapisan
tanah bawah (subsoil) berwarna lebih terang dan bersifat kurang subur. Hal ini
bukan berarti bahwa lapisan tanah bawah tidak penting peranannya bagi
produktivitas tanah, karena walaupun mungkin akar tanaman tidak dapat
mencapai lapisan tanah bawah, permeabilitas dan sifat-sifat kimia lapisan tanah
bawah akan sangat berpengaruh terhadap lapisan tanah atas dalam peranannya
sebagai medium pertumbuhan (Sianturi, 1991).
Kompos
Hara dalam pupuk kandang berasal dari pakan yang dikonsumsi ternak,
lebih dari 70% N yang dimakan oleh hewan dapat dilihat dari kotorannya,
demikian juga kalsium sebesar 80%. Diantara kotoran ternak, kotoran ayam
mempunyai kandungan hara tinggi, terendah sapi sedangkan kotoran babi berada
diantaranya (Sutanto, 2005).
Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas
baik, misalnya tanah bagian atas (topsoil) pada ketebalan 10 20 cm, dan berasal
dari areal pembibitan dan sekitarnya (Fauzi, dkk, 1997).
Sekam Padi
Sekam merupakan salah satu jenis limbah. Limbah sering diartikan
sebagai bahan buangan/bahan sisa dari proses pengolahan hasil pertanian. Proses
penghancuran limbah secara alami berlangsung lambat, sehingga limbah tidak
saja mengganggu lingkungan sekitarnya tetapi juga mengganggu kesehatan
manusia. Pada setiap penggilingan padi akan selalu kita lihat tumpukan bahkan
gunungan sekam yang semakin lama semakin tinggi. Saat ini pemanfaatan sekam
padi tersebut masih sangat sedikit, sehingga sekam tetap menjadi bahan limbah
yang mengganggu lingkungan.

11

Pada umumnya masyarakat dan petani di pembibitan, maupun untuk


tanaman pekarangannya menggunakan media tanah maupun pasir, karena mudah
didapat dan harganya lebih murah. Namun bobot dari tanah dan pasir berat,
sehingga dalam transportasi ke tangan konsumen agak sulit. Namun pada tanaman
andalas belum ditemukan media yang tepat untuk perkecambahan benih dan
pertumbuhannya dan disamping itu mudah didapat dengan harga yang murah dan
memiliki bobot yang ringan, sehingga dalam penyaluran bibit kepada konsumen
tidak mengalami kesulitan dan dalam aspek ekonomi juga menguntungkan.
Media tanam campuran tanah dan sekam padi dilaporkan baik untuk
pembibitan anggur asal stek dan persentase keberhasilan bibit stek anggur
mencapai 91% diperoleh pada media tanah-jeramipupuk kandang (Yuniastuti et
al. 1994). Media campuran tanah-sekam padi-pupuk kandang merupakan media
yang baik bagi pertumbuhan bibit salak asal biji (Tana, 1992) dan palem botol
(Bakrie, 2001). Serbuk kulit kayu dilaporkan baik digunakan sebagai media
campuran untuk perbanyakan tanaman hortikultura tahunan maupun semusim
(Goyne dan Arnold, 1996; Course dan Tatum, 1998; Breedlove et al., 1999;
Broussard et al., 1999).
Sekam padi baik sebagai bahan campuran media dikarenakan porous dan
sukar lapuk sehingga pemadatan media dapat terhindari dan akar dapat tumbuh
dan berkembang baik Media tanah maupun pasir merupakan jenis media dasar
yang umum digunakan dan keduanya memiliki sifat fisik yang sangat berbeda.
Oleh karena itu, dengan mencampur kedua bahan media tersebut diharapkan
diperoleh kondisi fisik yang baik bagi pertumbuhan bibit jarak pagar tersebut
(Sianturi, 1991).

12

Sekam sebesar 3300 Cal. Menurut Houston (1972), dalam (Deptan,2009),


sekam memiliki bulk density 0.100 g/ ml, nilai kalori antara 3300 -3600
Cal/kg sekam dengan konduktivitas panas 0.271 BTU. Arang sekam mempunyai
karakteristik ringan (berat jenis 0.2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi,
kapasitas menahan air tinggi, berwarna hitam sehingga dapatmengabsorbsi sinar
matahari dengan efektif. Rongganya banyak sehinggaaerasi dan drainasenya baik,
hal ini juga mempermudah pergerakan akartanaman dalam media tanam tersebut.
Arang sekam telah steril, karena saat pembuatannya sekam telah mendapat panas
yang tinggi karena proses pembakaran sehingga tidak memerlukan desinfeksi
dengan kemikalia apapun. Mempunyai daya melapuk lambat dan dianggap dapat
bertahan

kira-kira satu

tahun

sehingga

dapat

digunakan beberapa kali

(Wuryaningsih,2008). Arang sekam memiliki nilai permeabilitas sebesar 32.89


cm/jam (Sianturi, 1991).
Media sekam mengandung unsur silika yang tinggi dan juga peningkatan
P. Peningkatan kandungan P tersedia didugakarena silikat mampu meningkatkan
ketersedian P dengan cara menggantikanion P yang terikat pada komponen tanah
dengan ion Si, sehingga P menjadilebih tersedia. Selain itu pemberian silika dapat
meningkatkan kadar P didalam tanah menjadi bentuk yang lebih tersedia bagi
tanaman sehingga tidak perlu penambahan unsur P dan Si dalam media tanam
arang sekam. Dariproses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 2030%,

dedak antara

8- 12% dan

beras giling

antara 50-63,5%

data bobot

awal gabah.Sekam dengan persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan


masalahlingkungan (Sianturi, 1991).
Pasir

13

Pasir sering digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan


fungsi

tanah.

Sejauh

ini,

pasir

dianggap

memadai

dan

sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih, pertumbuhan bibit
tanaman, dan perakaran setek batang tanaman. Sifatnya yang cepat keringakan
memudahkan proses pengangkatan bibit tanaman yang dianggap sudahcukup
umur untuk dipindahkan ke media lain. Selain itu, keunggulan mediatanam pasir
adalah kemudahan dalam penggunaan dan dapat meningkatkansistem aerasi serta
drainase

media

tanam.

Penggunaan

pasir

sebagai

mediatanam

sering

dikombinasikan dengan campuran bahan anorganik lain, sepertikerikil, batubatuan, atau bahan organik yang disesuaikan dengan jenistanaman. Oleh karena
memiliki pori-pori berukuran besar (pori-pori makro)maka pasir menjadi mudah
basah dan cepat kering oleh proses penguapan.Kohesi dan konsistensi (ketahanan
terhadap proses pemisahan) pasir sangatkecil sehingga mudah terkikis oleh air
atau angin. Dengan demikian, mediapasir lebih membutuhkan pengairan dan
pemupukan yang lebih intensif. Hal tersebut yang menyebabkan pasir jarang
digunakan sebagai media tanamsecara tunggal.
Pasir pantai atau semua pasir yang berasal dari daerah yangbersersalinitas
tinggi merupakan jenis pasir yang harus dihindari untuk digunakan sebagai media
tanam, kendati pasir tersebut sudah dicuci terlebih dahulu. Kadar garam yang tinggi
pada media tanam dapat ,menyebabkan tanaman menjadi merana. Selain itu, organorgan tanaman, seperti akar dandaun, juga memperlihatkan gejala terbakar yang
selanjutnya mengakibatkan kematian jaringan (nekrosis).

14

TEKNIK PENGENDALIAN PENYAKIT TMV (Tobacco Mosaic Virus)


PADA TANAMAN TEMBAKAU ( Nicotiana tabaccum L.)
Penyakit TMV (Tobacco Mosaic Virus)
Tobacco mosaic virus adalah virus yang pertama kali ditemukan. Pada
akhir abad 19, peneliti menemukan sesuatu yang lebih kecil dari bakteri dan dapat
menyebabkan infeksi pada tumbuhan tembakau. 30 tahun kemudian, Wendell
Stanley menemukan bahwa virus membentuk kristal, dan sebagian besar tersusun
oleh protein. Penemuan selanjutnya juga menemukan RNA pada virus. Bentuk
dari TMV dapat dilihat pada gambar di sebelahkiri. TMV memiliki bentuk helix
dengan 16.3 protein setiap putaran. Virus ini tersusun atas satu strand RNA (warna
merah) yang terbungkus di dalam kumpulan protein (warna biru).
Protein-protein itu tersusun atas 2130 protein kecil,yang menumpuk dalam
bentuk silindris. Strand RNA dapat mengkode empat protein, yang bersama-sama
mengatur siklus hidup dari virus. Dengan dua protein berfungsi untuk replikasi
RNA virus, satu protein mentransfer RNA dari satu sel ke sel yang lain untuk
menyebarkan infeksi, dan satu protein kapsid.
Virus mosaik tembakau (Tobacco mosaic virus, TMV) adalah virus yang
menyebabkan penyakit pada tembakau dan tumbuhan anggota suku terungterungan (Solanaceae) lain. TMV adalah virus. Penyakit pada tumbuhan yang
disebabkan oleh TMV dapat ditemukan di seluruh belahan dunia. TMV diketahui
dapat menginfeksi 150 tipe tumbuhan seperti sayur-sayuran, dan bunga-bungaan.
Infeksiakibat TMV menyebabkan kerugian yang sangat besar pada hasil panen.
Gejala Penyakit TMV (Tobacco Mozaic Virus)
Pada daun terjadi bercak-bercak hijau muda atau kuning yang tidak teratur.
Bagian yang berwarna muda tidak dapat berkembang secepat bagian hijau yang

15

biasa, sehingga daun menjadi berkerut atau terpuntir. Jika semai trinfeksi segera
setelah muncuk, semai dapat mati. Jika tanaman trifeksi setelah dewasa
pengaruhnya dapat lemah sekali
Jika mosaik tembakau dan mosaik mentimun mengadakan infeksi secara
bersamaaan, pada daun dan batang akan terjadi garis-garis hitam yang terdiri atas
jaringn mati. Virus ini biasanya tidak mematikan, namun hanya menurunkan
produktivitas dan kualitas dari tumbuhan,terutama pada tumbuhan yang diserang
sejak muda. Di Minnesota, tumbuhan yang biasa menjadi target penyerangan
TMV adalah tumbuhan tomat, lada, bunga petunia, snapdragon, delphinium,dan
marigold. TMV juga menyerang tumbuhan melon, mentimun, labu, bayam, bunga
celosia, ceri,dan masih banyak lagi dengan jumlah yang lebih sedikit. Walaupun
TMV dapat menyerang berbagai macam tanaman, biasanya TMV hanya
menyerang tanaman yang tumbuh di persemaian.
TMV adalah virus yang biasanya menyerang dari luka kecil pada tanaman
akibat kerusakan oleh manusia atau serangga. Sumber TMV yang paling umum
adalah puing-puing dari tanaman yang telah terinfeksi di tanah dan tangan pekerja
yang terkena produk-produk tembakau seperti rokok. Setelah virus memasuki
inangnya, virus mulai menggandakan dirinya dengan menyerang sel inang. TMV
tidak menyebabkan penyakit dengan membunuh sel, melainkan dengan
mengendalikan proses metabolisme dari sel. Sampai sekarang ini, konsumsi dari
produk-produk tembakau yang terinfeksi dengan TMV tidak menimbulkan efek
pada manusia.
Metode Pencegahan Penyakit TMV (Tobacco Mozaic Virus)
Kebanyakan tembakau mengandung penyakit , kalau mereka yang bekerja
di pertanaman tomat merokok atau mengunyah tembakau, maka mereka inilah

16

yang menularkan tanaman dengan TMV. Virus menular secara mekanis, oleh
tangan para pekerja, ternak, atau alat-alat pertanian. Virus tidak ditularkan oleh
serangga. Selain pada tembakau, virus jiga dapat betahan pada sisa-sisa tanaman
sakit selama 4 bulan. Virus jug adapt bertahan dari musim ke musim pada gulma
yang termasuk suku terungan (Solanaceae), misalnya kecubung dan ceplukan.
a.

Tidak merokok selama bekerja di pertanaman tomat, khususnya pada waktu

bekerja di persemaian dan pada waktu memindahkan tanaman. Pada waktu ini
pekerja dapat menularkan virus ke banyak tanaman, dan infeksi pada tanaman
masih kecil akan sangan menekan produksi. Meskipun virus yang melekat di
tangan tidak dapat sama sekali hilang di cuci, tetapi membasuh tangan dengan
sabun atau deterjen akan banyak mengurangi infeksi.
b.

Persemaian diperiksa denga teliti, bibit yang sakit di cabut agar tidak

menjadi sumber infeksi. Sekitar persemaian di bersihkan dari gulma, terutama


gulma yang dapat menjadi inang sekunder seperti dari suku terung-terungan
(Solanaceae).
c.

Diusahankan tanaman, khususnya yang masih muda tidak terlalu banyak di

pegang dan tidak dipegang terlalu keras, misalnya pada saat memanjatkan
tanaman dan pada waktu memangkas.
d.

Proteksi silang atau premunisasi. Tanaman ditulasi dengan strain virus yang

lemah untuk melindunginya terhadap infeksi strain virus yang kuat (Sulyo, 1988
dalam Semangun 2007). Hiruki (1980) di Canada membuktikan bahwa tanaman
tomat yang diinfeksi dengan virus mosaic tembakau yang dilemahkan (dipanaskan
dengan suhu 35C selama 15 hari dalam batang tembakau) terlindungi dari infeksi
virus yang virulen.

17

DAFTAR PUSTAKA
Balitnak.2010. Kotoran Kambing-Domba Bisa Bernilai Ekonomis. Balai
Penelitian Ternak, Ciawi Bogor.
Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan, Fauzi, Sarifuddin, H. Hanum. 2010.
Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Davies, D.L. and Nielsen M.T. 1999. Tobacco production,chemistry, and


technology. Coresta, BlackwellSci., Ltd.
Ditjenbun. 2005. Kebijakan pengembangan supplydemand tembakau untuk
kesejahteraan petani. Di rektorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan,
Jakarta.
Fauzi, Y., E. Widiastuti, S. Satyawibawa, R. Hartono. 1997. Budidaya Kelapa
Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hardi, M. M., 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita, Yogyakarta.
Hartatik dan Widowati.2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.

Hasibuan, B. E. 2006. Ilmu Tanah. USU Press. Medan.


Jamilah. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Kelengasan Terhadap
Perubahan Bahan Organik dan Nitrogen Total Entisol. Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Mayadewi, N. A. 2007. Pengaruh Jenis Pupuk Kandang dan Jarak Tanam terhadap
Pertumbuhan Gulma dan Hasil Jagung Manis. Agritop 26 (4): 153-159.
Harahap, D. 2010. Tesis: Laju Dekomposisi Secara Aerobik dan Kualitas Kompos
dari Berbagai Residu Tanaman dengan Penambahan Berbagai
Dekomposer. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Harno, H.R. 2006. Tembakau dilihat dari sudut pandangpabrik rokok. Prosiding
Diskusi Panel RevitalisasiSistem Agribisnis Tembakau Bahan BakuRokok.
Puslitbang Perkebunan, Bogor. Hal. 912.Kompas. 2000. Petani tembakau
menjerit. Harian Kompas25 September 2000, Jakarta.
Pujiyanto. 2005. Pedoman Teknis Pemanfaatan Limbah Perkebunan Menjadi
Pupuk Organik.

18

Suyanto A. dan Tirtosastro, S. 2006. Permasalahan tembakau rakyat dan


dampaknya terhadap industri rokok.Bogor.
Suwarso, A. Herwati, dan A.S. Murdiyati. 2005. Sosialisasi tembakau madura
rendah nikotin. Laporan Proyek APBN TA 2004. Balittas, Malang.

Anda mungkin juga menyukai