Anda di halaman 1dari 13

Laporan Praktikum Tembakau

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perkebunan nasional merupakan salah satu sektor yang banyak menyumbang
devisa negara. Salah satu komoditas perkebunan yang menyumbang devisa negara cukup tinggi
adalah tanaman tembakau sebagai bahan produksi rokok. Tembakau memberikan sumbangan
pendapatan negara dalam bentuk cukai yang mencapai 90 triliun rupiah pada tahun (Ditjenbun,
2013 dalam Munir, 2013).
Sebagai industri yang termasuk sepuluh industri yang diprioritaskan, industri rokok di
Indonesia menggunakan bahan baku tembakau lokal sebesar 80%. Varietas varietas unggul
tembakau lokal yang dihasilkan adalah varietas tembakau Madura rendah nikotin, tembakau
Temanggung, tembakau Yogyakarta, tembakau Boyolali, dan tembakau Kasturi (Balittas, 2011).
Kerjasama antara petani dengan perusahaan rokok merupakan suatu hal yang dapat
berdampak baik demi produksi tembakau yang akan terus meningkat. Keduanya harus saling
berdampingan untuk kepentingan bersama untuk mendapatkan keuntungan. Perusahaan harus
mampu membina petani agar dapat melakukan budidaya yang tepat. Untuk menghasilkan jumlah
dan mutu produk tembakau yang tinggi, seragam, dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan
mutlak diperlukan inovasi teknologi. Oleh karena itu harus tersedia petugas lapangan yang
diikuti peningkatan kapasitasnya melalui pelatihan, praktek lapangan, dan demonstrasi teknologi
yang dilakukan bersama petani (Basuki, dkk., 2011).
Kebutuhan perusahaan akan tembakau semakin meningkat. Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (Disperindag) Pamekasan (2014) menyatakan rencana pembelian tembakau
pabrikan mencapai 24.079 ton (radarmadura.co.id, 2014). Jumlah tersebut mengalami
peningkatan mencapai 1300 ton dibandingkan dengan kebutuhan tembakau pada tahun 2013.
Produksi tembakau perlu ditingkatkan agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen.P eningkatan
produksi tembakau dapat dilakuakan melalui teknologi budidaya yang tepat sehingga produksi
tanaman tembakau dapat optimal.

Dalam berbagai teknik budidaya tanaman untuk mendapatkan tanaman yang bagus maka
diperlukan bahan tanam yang bagus juga. Bahan tanam yang bagus bisa didapatkan dari benih
yang unggul, bebas hama penyakit, dan daya berkecambah lebih dari 80%. Selain itu, teknik
persemaian yang tepat pada tanaman tembakau juga mempengaruhi kualitas bibit saat
dipindahkan ke lahan.
Bibit adalah bahan tanam berasal dari benih yang disemaikan di lapangan (tanpa nampan)
atau persemaian dengan menggunakan nampan. Petani pembibitan lebih memilih persemaian di
lapangan (tanpa nampan) karena biayanya lebih murah dan bibit yang diperoleh lebih banyak
dibandingkan persemaian dengan sistem nampan (Yulaikah dan Rochman, 2011). Benih
tembakau akan berkecambah jika lingkungan memungkinkan. Proses perkecambahan merupakan
awal pertumbuhan tanaman dan merupakan permulaan munculnya pertumbuhan aktif yaitu
pecahnya kulit biji dan munculnya semai (Gardner et al., 1991 dalam Yulaikah dan Rochman,
2011).
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman tembakau, terutama dalam proses
permbibitan yang tepat yang dilakukan dalam wadah. Jumlah benih per wadah yang tepat agar
perkecambahan berlangsung dengan baik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Tanaman Tembakau ( Nicotianatabaccum L)
Tembakau merupakan tanaman semusim yang dapat tumbuh baik di daerah beriklim
tropis.Tanaman

tembakau

merupakan

tanaman

komoditas

perkebunan.

Tanaman

ini

diklasifikasikan sebagai berikut :


Divisio

: Spermatophyta

Sub divisio

: Angiospermae

Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Personatae

Famili

: Solanaceae

Genus

: Nicotiana

Spesies

: Nicotiana tabaccum. L.

Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas pada tanah
yang subur terkadang dapat tumbuh sepanjang 7,5 cm. Selain akartunggang terdapat bulubulu akar dan akar serabut. Akar tanaman tembakau kurang tahan terhadap air yang
berlebihan karena dapat mengganggu pertumbuhan akar bahkan tanaman dapat mati (Matnawi,
1997).
Batang tanaman tembakau berbentuk agak bulat, batangnya agak lunak tetapi kuat;
makin ke ujung semakin kecil. Ruas-ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi
daun; batang tanaman tidak bercabang atau sedikitbercabang. Pada setiap ruas batang
selain ditumbuhi daun juga ditumbuhi tunas yang disebut tunas ketiak daun. Diameter batang
sekitar 5 cm (Cahyono, 1998).
Daun tembakau berbentuk lonjong atau bulat, tergantung pada varietasnya.Daun yang
berbentuk bulat lonjong ujungnya berbulat runcing, sedangkan berbentuk bulat ujungnya

berbentuk

tumpul.

Daun

memiliki

tulang-tulang menyirip,

bagian

tepi

daun

agak

bergelombang dan licin. Ketebalan daun yang berbeda-beda, tergantung varietas budidaya.
Daun tumbuh berselang-seling mengelilingi batang tanaman. Daun memiliki mulut daun
yang terletak merata. Jumlah daun dalam satu tanaman 28-32 helai (Cahyono, 1998).
Bunga tanaman tembakau merupakan bunga majemuk yang tersusun dalam beberapa
tandan dan masing-masing tandan berisi sampai 15 bunga. Bunga berbentuk terompet yang
panjang. Warna bunga merah jambu sampai merah tua pada bagian atasnya sedangkan yang lain
berwarna putih. Bunga tembakau akanmekar secara berurutan dari yang paling tua ke paling
muda. Tanaman tembakau dapat mengadakan penyerbukan sendiri walaupun tidak menutup
kemungkinan terjadi peryerbukan silang. Bunga ini berfungsi sebagai alat penyerbukan sehingga
dapat dihasilkan biji-biji untuk perkembangbiakan (Cahyono, 1998).
Bakal buah terletak di atas dasar bunga dan mempunyai 2 ruang yangmembesar.
Setiap ruang mengandung bakal biji anatrop yang banyak sekali. Bakalbuah ini dihubungkan
oleh sebatang tangkai putik dengan sebuah kepala putikdiatasnya (Cahyono, 1998).
Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran yang kecil, didalamnya
banyak berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Dalam setiap gram biji berisi 12000 butir
biji. Tiap-tiap batang tembakau dapat menghasilkan ratarata 25 gram biji. Kira-kira 3 minggu
sesudah pembuahan, buah tembakau telahjadi masak, biji dari buah tembakau yang baru
dipungut

kadang-kadang

belum dapat berkecambah bila disemaikan, sehingga biji-biji

tembakau perlu mengalami masa istirahat atau dormansi kira-kira 2-3 minggu untuk dapat
berkecambah. Untuk dapat memperoleh kecambah yang baik sekitar 95% biji yang dipetik harus
sudah masak dan telah disimpan dengan baik dengan suhu yang kering (Abdullah dan
Soedarmanto, 1998).
2.2 Syarat Tumbuh
Tanah ringan cenderung untuk menghasilkan suatu daun tipis dan besar, bobot
ringan dan warna cerah, rasa lembut dan aroma harum, sedangkan daun yang diproduksi pada
tanah berat, tebal dan berat, berwarna gelap, berbau kuat dan aromatik. Mutu daun tembakau
yang diindikasikan dengan kondisi fisik dan kandungan kimia dalam daun tembakau sangat peka
terhadap faktor faktor lingkungan (Tso, 1990 dalam Djajadi, 2011).

2.2.1 Tanah
Setiap jenis tembakau menghendaki jenis tanah yang berbeda, namun ada syarat khusus
yang dikehendaki oleh setiap jenis tembakau. Tembakau Virginia dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah. Namun demikian, jenis tanah yang baik untuk budidaya tembakau Virginia
adalah tanah dengan tekstur lempung berpasir dan pasir berlempung dengan kedalaman lapisan
olah tanah 25 cm sampai 35 cm dan lapisan bawah didominasi oleh partikel liat dengan drainase
yang baik (Hawks dan Collins, 1989 dalam Djajadi, 2011).
Setiap jenis tembakau memiliki mutu yang khas dan menghendakiketinggian tempat
penanaman yang berbeda-beda. Jenis tembakau cerutu menghendaki daun yang tipis dan
elastis. Daerah - daerah yang cocok untuk penanaman tembakau cerutu adalah daerah
dataran rendah. Misalnya, daerah Klaten dengan ketinggian tempat 120 300 m dpl.,
daerah Deli dengan ketinggian tempat 120 200 m dpl (Tim Penulis, 1993).
2.2.2 Iklim
Keadaan temperatur dan kelembaban udara berbeda-beda sesuai dengan jenis
tanaman tembakau. Tembakau dataran tinggi memerlukan temperatur udara yang

rendah.

Tembakau dataran rendah memerlukan temperatur yang tinggi namun temperatur yang
cocok untuk pertumbuhan tembakau pada umumnya berkisar antara 21 - 32,3oC. Temperatur
yang optimal untuk pertumbuhan tembakau Deli adalah 27oC (Cahyono, 1998).
Curah hujan yang dibutuhkan antara tembakau yang satu dengan yang lainnya tidak
sama. Masalah air berperan penting dalam pertumbuhan tanaman. Misalnya tembakau Deli
menghendaki curah hujan berkisar antara 1500 2000 mm/tahun. Artinya untuk setiap
tahunnya areal daerah tembakau harus dapat mendapatkan siram air hujan sebanyak 1500
2000 mm. Untuk pengelolahantembakau cerutu mulai pengolahan tanah sampai pemetikan
daun yang diinginkan dibutuhkan 4 bulan kering. Jenis tembakau cerutu biasanya dipetik
pada waktu musim hujan sedang pengolahan tanah dan penanamannya di usahakan pada
waktu musim kemarau (Matnawi, 1997).
Kondisi iklim terutama curah hujan, baik jumlah dan penyebarannya sangat beragam
sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan, produksi, dan mutu tembakau. Hujan yang tidak

menentu merupakan masalaj dalam perencanaan pengelolaan tanaman tembakau, terutama pada
tanah tanah berat seperti vertisol. Pada tanah berat apabila drainase tidak baik, adanya hujan
akan menggenangi lahan. Genangan air di sekitar perakaran tembakau akan menyebabkan
tanaman layu, karena aka tanaman mengalami kerusakan (Sholeh, 2011).
Kelembapan udara baik untuk di ketahui guna memperhitungkan saat merajalelanya
perkembangan cendawan seperti penyakit patik. Kelembaban udara berpengaruh pula pada
lamanya pertumbuhan tanaman. Kelembaban udara yangbaik untuk tembakau Deli berkisar
antara 62 85% (Matnawi, 1997).
2.3 Pembibitan Tanaman Tembakau Dengan Menggunakan Nampan (Baki)
Pembibitan tembakau menggunakan nampan dapat digunakan pada musim hujan yang
tidak menentu, dengan maksud untuk menghindari terjadinya serangan hama atau penyakit
karena terlalu lembab atau resiko tergenang hujan. Dalam kondisi tertentu sebaiknya
menggunakan persemaian dalam nampan karena sistem ini dalam waktu 30 hari bibit sudah
dapat ditanam.Pada pembibitan menggunakan nampan pemeliharaan tanaman harus lebih
intensif dan membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Keuntungan menggunakan pembibitan pada
nampan ini diantaranya :
-

Pertumbuhan bibit seragam,

Saat pertumbuhan tidak mengalami stagnasi/layu,

Presentasikematian di lapangan sangat rendah,

Efisiensi biaya cukup tinggi (pada skala usaha tertentu).


Pada pembibitan menggunakan nampan ini diatasnya diberikan media pasir (tanah) yang

berfungsi sebagai menjaga agar menjaga kelembaban di dalam nampan.Pembibitan dilakukan di


lapangan atau rumah kaca.Jika didaerah rawan banjir dapat disimpan ditempat yang lebih tinggi
asal sinar matahari cukup dan ama dari gangguan hewan ternak. Pembibtan diupayakan dekat
dengan sumber air agar memudahkan dalam penyiraman media (Yulaikah dan Rochman, 2011).
Sebelum tanam, persiapan benih dilakukan dengan merendam dalam air secukupnya
hingga benih pecah berwarna putih.Setelah tumbuh radikula selanjutnya benih dipindahkan ke
nampan dengan menggunakan lidi, kemudian ditutup tanah.Pemeliharaan pembibitan yang

dengan sistem nampan meliputi penyiraman, penjarangan, dan pemberantasan hama/penyakit.


Penyiraman dilakukan pada tanah 1 3 hari sekali.Penyiraman dapat menggunakan sprayer agar
butir butir air yang jatuh di nampan merupakan semprotan yang halus sehingga tidak merusak
posisi benih dinampan.Penyiraman media diupayakan hingga mencapai kapasitas lapangan
media.

BAB III
PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Alat
-

:
2 buah baki

Bahan :
-

Benih tembakau 500 benih

Air

Tanah steril

Kain

3.2 Cara Kerja


Peremaian menggunakan kain :
- Basahkan kain menggunakan air hingga kain jenuh air,
- Letakkan kain diatas baki, letakkan merata pada baki,
- Taburkan benih tembakau 500 benih,
- Amati pertumbuannya.
Persemaian menggunakan tanah steril :
- Isi baki dengan menggunakan tanah hingga setinggi 2 cm dari permukaan baki, lalu ratakan,
- Siram tanah hingga jenuh air,
- Taburkan benih tembakau hingga merata pada permukaan tanah pada baki sebanyak 500
benih,
- Amati pertumbuhan.

3.3 Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan pada praktikum ini adalah penyiraman. Hal ini dilakukan
untuk menjaga kelembaban tanah agar proses pembibitan benih tembakau berlangsung dengan
baik. Namun, pada saat perkecambahan sudah terlihat baik, penyiraman jarang dilakukan
sehingga bibit yang tumbuh mati kekeringan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, dilakukan pembibitan tanaman tembakau dengan menggunakan dua
media pembibitan yaitu menggunakan kain dan tanah steril.
Pengamatan

Media Tanam dalam Baki (Nampan)


Kain

1 MST

Tanah steril

Berkecambah, ada tanda putih Berkecambah, ada tanda putih


- putih pada benih.

- putih pada benih.

2 MST

Belum Banyak Tumbuh Daun

Sudah Banyak Tumbuh Daun

3 MST

Mati

Mati

Pada pembibitan menggunakan kain basah pada baki, menunjukkan pertumbuhan yang
seragam, namun pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan pembibitan menggunakan media
tanam tanah. Hal tersebut dikarenakan tanah manpu mendukung pertumbuhan benih dengan
kandungan hara yang ada di dalam tanah. Hal yang terpenting pada saat persemaian adalah
kelembaban dan suhu yang mendukung untuk pertumbuhan bibit karena air berpegaruh terhadap
proses imbibisi benih. Namun setelah timul akar, akar akan berusaha mencari makanan untuk
membantu proses pertumbuhan bibit. Dalam hal ini tanah lebih menunjang untuk pertumbuhan
bibit. Sedangkan pada kain kurang baik karena hanya dapat menjaga kelembaban media tanam,
sebaiknya setelah benih tumbuh, bibit langsung dipindahkan ke lapangan agar pertumbuhannya
tidak terhambat kekurangan nutrisi.
Pada minggu ke 3 seluruh bibit mati dikarenakan kurangnya pemeliharaan yaitu tidak
dilakukan penyiraman sehingga media tanamnya mengerih. Media tanam yang kering tidak
cocok untuk tanaman yang sedang dalam pembibitan karena dalam pembibitan yang paling
utama adalah kelembaban media tanam dan suhu yang mendukung untuk pertumbuhan benih.
Menurut Yulaikah dan Rachman (2011), agar benih tembakau yang telah ditabur dapat tumbuh
dengan baik dan sehat, maka perlu dipelihara secara intensif. Pemeliharaan persemaian meliputi
penyiraman, penjarangan, pengendalihan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan sejak tabor
benih, menggunakan gembor dengan frekuensi tiga kali sehari, yaitu pagi, siang, dan sore.

Selanjutnya penyiraman dikurangi menurut kebutuhan (1-2 kali sehari). Penyiraman yang terlalu
banyak mengakibatkan akar terganggu. Penyiraman yang terlalu sedikit mengakibatkan akar
tunggang tumbuh memanjang. Pada dasarnya tanah persemaian tidak boleh kering.
Benih yang hidup atau mati jika terkena air keduanya akan melakukan imbibisi air dan
membengkak. Seberapa banyak air yang dibutuhkan untuk imbibisi, tergantung dari besar
kecilnya benih atau kandungan bahan kimia dalam benih. Kelembaban tanah yang sesuai
kapasitas lapang umumnya optimal bagi perkecambahan benih dan kandungan air yang kurang
dari batas optimaum biasanya menghasilkan imbibisi yang kurang sempurna atau menghambat
jalannya proses perkecambahan. Selain air, proses perkecambahan memerlukan temperatus,
oksigen, dan cahaya yang optimal (Yulaikah dan Rochman, 2011).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pembibitan pada nampan dengan menggunakan media tanah dan kain menunjukkan
pertumbuhan yang cukup baik. Dimana benih dapat berkecambah dengan baik pada kedua
media, namun pembibitan pada nampan menggunakan media tanah meninjukkan hasil yang lebih
baik sehingga penggunaan tanah sebagai media pembibitan dianggap lebih efektif dalam proses
pembibitan tanaman tembakau. Hal tersebut bisa terjadi dikarenakan adanya unsur hara pada
tanah sehingga pertumbuhan bibit pada nampan berisis tanah lebih baik dibandingkan dengan
nampan menggunakan kain sebagai medianya.
Pembibitan pada nampan dianggap lebih menguntungkan karena pertumbuhan bibit
seragam, saat pertumbuhan tidak mengalami stagnasi/layu, presentasikematian di lapangan
sangat rendah, efisiensi biaya cukup tinggi (pada skala usaha tertentu). Pembibitan tembakau
yang baik membutuhkan mutu benih yang baik, media atau lingkungan yang mendukung, dan
pemeliharaan yang tepat (Yulaikah dan Rochman, 2011).
5.2 Saran
Pembibitan tembakau pada nampan sebaiknya dilakukan dengan jumlah benih yang tidak
terlalu

banyak

sehingga

dapat

dilakukan

penghitungan

pertumbuhan

benih

secara

tepat.Sebaiknya pembibitan dilanjutkan hingga penanaman sehingga bibit yang telah ditanam
lebih bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, A., dan Soedarmanto. 1998. Budidaya Tembakau. Yasa Guna, Jakarta
Basuki, Teger., Suwarso,. Supriyadi, T. 2011. Pola Kemitraan dalam Agribisnis Tembakau
Virginia. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. Malang
Cahyono, Bambang, 1998. Tembakau: Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
http://radarmadura.co.id/2014/04/kebutuhan-tembakau-pabrik-naik-tahun-ini-capai-24-ribu-ton/
Matnawi, Hudi, 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Munir, Badrul, S.TP, MP. 2013. Budidaya Pembibitan Tembakau di Wilayah Jawa Tengah. PBT
Ahli Pertama BBPPTP. Surabaya.
Sholeh, M.2011. Keterkaitan Antara Kondisi Iklim dan Perencanaan Tanam Tembakau Virginia.
Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Malang
Tim Penulis PS. 1993. Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran tembakau. Penebar Swadaya
: Jakarta
Yulaikah dan Rochman.2011. Teknik Pembibitan Tembakau Virginia. Balai Penelitian Tanaman
Tembakau dan Serat. Malang.

Anda mungkin juga menyukai