Anda di halaman 1dari 62

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan tumbuhan obat di Indonesia sudah dimulai dari zaman

nenek moyang, dan penggunaanya ditengah masyarakat dimulai saat zaman

penjajahan Belanda (Hariana, Arief, 2011 : 5). Perkembangan tumbuhan obat

di Indonesia juga mulai berkembang pesat setelah pertengahan abad ke 19

tapi masih terbatas pada uraian makroskopis dan mikroskopis. Sampai saat ini

perkembangannya sudah sampai ke usaha-usaha isolasi, identifikasi dan juga

teknik-teknik kromatografi untuk tujuan analisa kualitatif dan kuantitatif

(Widyastuti, Kiki dkk, 2003 :4).

Berbagai tanaman obat dan ribuan tanaman berpotensi obat Indonesia

mengandung beraneka ragam jenis senyawa kimia. Berdasarkan penggunaan

tradisional dan berbagai penelitian ilmiah, tanaman tersebut memiliki

berbagai efek farmakologis dan bioaktivitas penting mulai dari potensi

sebagai agen anti penyakit infeksi sampai penyakit degenerative seperti

imunodefisiensi, hepatitis, stroke, osteoporosis bahkan kanker. Selain sebagai

obat, tanaman juga dapat dimanfaatkan untuk menjaga atau meningkatkan

vitalitas dan stamina tubuh. Demi tujuan itu masyarakat berupaya untuk

mencari obat alternatife ataupun bahan yang bersifat menambah vitalitas dan

stamina tubuh, terutama dari herbal (Saifudin, Aziz dkk, 2011 : 1).

1
2

Salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia

pada umumnya sebagai pereda dahaga serta memberi efek menyegarkan yang

banyak dikonsumsi adalah teh. Aroma teh yang harum serta rasanya yang

khas menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk

mengkonsumsinya (Komes dkk, 2009 : 5).

Daun teh kaya akan kandungan kimia seperti kafein 2-3%,

theobromin, theofilin, tanin, xantin, adenine, katekin dan minyak atsiri.

(Stahl, 1985 : 227-228).

Daun teh memiliki kandungan kafein yang dilihat dari segi psikologis

dapat meningkatkan vitalitas tubuh serta efek relaksasi tubuh, sehingga hal

inilah yang menjadikan minuman yang berbahan teh ini disukai banyak

kalangan. Meskipun teh dikenal baik untuk kesehatan, teh juga memiliki

beberapa efek samping. Beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan oleh

teh yaitu tanin dalam teh memberi sifat adstringen dan kromogenik(mampu

menimbulkan noda pada gigi), serta mengganggu adsorbsi obat dalam

pengobatan, sedangkan kafein menyebabkan gangguan pada saluran kemih

sehingga menjadi sering buang air kecil, serta dapat keracunan kafein kronis

bila minum lima cangkir teh per hari (mengandung kira-kira 600 mg kafein)

dengan gejala gangguan pencernaan makanan (dyspepsia), rasa lemah,

insomnia, gelisah, takikardia, pernapasan meningkat, tremor otot, tidak nafsu

makan, sakit kepala, pusing (vertigo), bingung, dan kadang-kadang sukar

buang air besar. Efek samping lainnya juga terdapat pada polifenol teh yang

bertanggung jawab atas pembentukkan senyawa komplek dengan zat besi dan
3

menyebabkan zat besi sulit diserap oleh dinding sel. Hal ini dapat dikurangi

dengan cara meminum teh diantara waktu makan, konsumsi vitamin C, dan

konsumsi susu sebagai pendamping teh (Komes dkk, 2009 : 5).

Seiring berkembangnya zaman teh banyak diinovasi sebagai minuman

dengan beraneka jenis rasa, dalam pengolahannya kemungkinan tiap

perusahaan mempunyai cara sendiri-sendiri, sehingga dimungkinkan

kandungan kafeinnya juga berbeda-beda (Komes dkk, 2009 : 5).

Berdasarkan latar belakang diatas akhirnya penulis memutuskan untuk

mengangkat sebuah judul Karya Tulis Ilmiah “Perbandingan Rendemen

Kafein Hasil Refluks Dalam Beberapa Merk Teh (Camellia sinensis

(L) O.K) di Kota Tegal”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat disusun rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana perbandingan rendemen kafein hasil refluks pada beberapa

merk teh?

2. Teh merk manakah yang mempunyai rendemen kafein paling tinggi?

1.3 Batasan Masalah

1. Sampel yang digunakan adalah beberapa merk teh yang ada di pasaran di

daerah Tegal.

2. Metode yang digunakan untuk isolasi adalah metode refluks.

3. Uji identifikasi kafein dilakukan dengan cara KLT (Kromatografi Lapis

Tipis).
4

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbandingan rendemen kafein hasil refluks dari beberapa

merk teh.

2. Mengetahui teh merk manakah yang mempunyai rendemen kafein paling

tinggi.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi ilmiah tentang kafein yang terkandung dalam teh.

2. Memberikan informasi ilmiah tentang adanya perbedaan kandungan

kafein dalam beberapa merk teh yang ada di pasaran di daerah Tegal.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Tentang Teh

2.1.1 Taksonomi

Sistematika tanaman teh (Camellia sinensis (L) O.K) :

 Divisi : Spermatophyta

 Subdivisi : Angiospermae

 Kelas : Dicotyledoneae

 Subkelas : Dialypetalae

 Ordo : Guttiferales

 Familia : Camilliaceae

 Genus : Camellia

 Spesies : Camellia sinensis (L) O.K.

(Arifin, M.Sultoni, Dr. dkk. 1992:6)

2.1.2 Morfologi

Daun teh barbau khas aromatik, rasanya agak sepet. Mengenai

uraian makroskopiknya yaitu daun tunggal berbentuk lonjong

memanjang dengan pangkal daun runcing, bergigi, tangkai daun panjang

0,2 - 0,4 cm, panjang daun 6,5 - 15,0 cm, lebar daun 1,5 - 5,0 cm. Pada

penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis terdiri dari

1 lapis sel berbentuk empat persegi panjang, stomata hanya terdapat pada

epidermis bawah, jumlah banyak rambut penutup terdiri dari satu sel,

5
6

berbentuk kerucut dengan dinding tebal, terdapat banyak pada

permukaan bawah, dan terdapat lebih banyak daun muda. Mesofil

mempunyai jaringan palisade terdiri dari 2 lapis sel yang diantaranya

diselingi sklereida yang bercabang dan berlignin terdapat juga hablur

kalsium oksalat berbentuk roset tersebar pada jaringan parenkim dan

floem, jaringan bunga karang berbentuk tak beraturan yang diselingi

sklereida dan hablur kalsium oksalat berbentuk roset. Pada sayatan

paradermal tampak epidermis berbentuk poligonal dengan dinding

antildinal sedikit berombak (Depkes, 1978 : 486).

Biasanya tanaman teh tumbuh dengan Iklim:

1. Curah hujan sebaiknya tidak kurang dari 2.000 mm/tahun.

2. Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Tanaman teh tidak

tahan kekeringan.

3. Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25 derajat C.

4. Kelembaban udara kurang dari 70%.

Tanaman teh tumbuh di media tanam :

1. Jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andosol, Regosol dan

Latosol. Teh juga menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal,

struktur remah, berlempung sampai berdebu, gembur.

2. Derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,5-6,0.


7

3. Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi

menjadi 3 daerah yaitu:(1) dataran rendah: sampai 800 m dpl; (2)

dataran sedang: 800-1.200 m dpl; dan (3) dataran tinggi: lebih dari

1.200 meter dpl. Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan

perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh.

Gambar 1. Tanaman Teh

Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara terus

menerus setelah umur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik tanaman

teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup besar selama 40 tahun.

Kebun-kebun teh karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan

secara teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh

pemangkasan secara baik, memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-

kebun teh perlu diremajakan setelah tanaman tehnya berumur 40 tahun ke

atas (Arifin, M.Sultoni, Dr. dkk. 1992:7).


8

Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah dengan

ketinggian 200-2.000 m di atas permukaan laut. Di daerah-daerah yang

rendah umumnya tanaman teh kurang dapat memberi hasil yang cukup

tinggi. Tanaman teh menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap

air.

Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik

sekali dengan selang 7 sampai 14 hari, tergantung dari keadaan tanaman di

masing-masing daerah. Cara pemetikan daun selain mempengaruhi jumlah

hasil teh, juga sangat menentukan mutu teh yang dihasilkannya.

Dibedakan cara pemetikan halus dan cara pemetikan kasar. Pemetikan

daun hingga kini masih dilakukan oleh tenaga manusia, bahkan sebagian

besar oleh tenaga-tenaga wanita. Untuk menghasilkan teh mutu baik perlu

dilakukan pemetikan halus, yaitu: hanya memetik daun pucuk dan dua

daun di bawahnya. Ada pula yang melakukan pemetikan medium, dengan

juga memetik bagian halus dari daun ketiga di bawah daun pucuk.

Pemetikan kasar sering pula dilakukan beberapa perkebunan (rakyat),

yaitu: pemetikan daun pucuk dengan tiga atau lebih banyak daun di

bawahnya, termasuk batangnya (Arifin, M.Sultoni, Dr. dkk. 1992:7).


9

2.1.3 Jenis-jenis Teh

Secara umum teh yang berasal dari keluarga Camellia Sinensis ini

dikelompokkan menjadi 5 jenis berdasarkan cara memprosesnya, yakni :

1. Teh Putih ( White Tea )

Teh putih merupakan jenis teh yang tidak mengalami proses

fermentasi. Pada saat proses pengeringan dan penguapan dengan suhu

100-120°C juga dilakukan tahap-tahap yang sangat singkat. Teh Putih

diambil hanya dari daun teh pilihan yang dipetik dan dipanen sebelum

benar-benar mekar. Disebut teh putih karena ketika dipetik kuncup

daunnya masih ditutupi seperti rambut putih yang halus. Karena proses

yang lebih singkat ini kandungan katekin pada teh putih adalah yang

tertinggi untuk menangkal radikal bebas lebih ampuh dibanding teh

lainnya serta berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh. Teh putih

terkenal sebagai dewa dewinya teh karena diambil dari kuncup daun

terbaik dari setiap pohonnya (Arifin, M.Sultoni, Dr. dkk. 1992:8).

2. Teh Hijau ( Green Tea )

Teh hijau adalah jenis teh yang juga tidak mengalami proses

fermentasi akan tetapi mengalami proses pengeringan dan penguapan

daun yang sedikit lebih lama dibandingkan teh putih. Semua jenis teh

mengandung katekin, akan tetapi saat ini teh hijau lebih populer karena

kandungan katekinnya lebih tinggi dibandingkan dengan teh hitam.

Sehingga teh hijau lebih dikenal sebagai jenis teh yang dapat mencegah
10

pertumbuhan penyakit kanker, manfaat lain dari teh hijau adalah untuk

mencegah dan menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kadar

kolesterol jahat (LDL), resiko terkena stroke dan menghaluskan kulit

(Arifin, M.Sultoni, Dr. dkk. 1992:8).

3. Teh Oolong (Oolong Tea )

Teh oolong disebut sebagai teh semi fermentasi. Nama oolong

diambil dari sebuah nama pria Cina yakni Wu Long atau Oolong. Pria ini

menemukan teh oolong secara tidak sengaja ketika daun teh yang

dipetiknya ditinggalkan demi mengejar seekor kijang. Ketika kembali,

teh itu telah terfermentasi. Legenda lain menyebutkan bahwa oolong

dalam bahasa Cina berarti naga hitam, karena daunnya mirip naga hitam

kecil yang tiba- tiba terbangun ketika diseduh, seperti halnya teh yang

lain, teh oolong juga mempunyai khasiat sehat yang dapat membantu

kinerja pencernaan, mengobati sakit kepala. Bahkan pada penelitian

modern terhadap teh oolong menunjukkan bahwa teh ini efektif

mengontrol kadar kolesterol dan membantu menurunkan kadar gula

(Arifin, M.Sultoni, Dr. dkk. 1992:9).

4. Teh Hitam (Black Tea)

Teh hitam adalah daun teh yang mengalami proses fermentasi

paling lama sehingga warnanya sangat pekat dan aromanya paling kuat.

Teh hitam merupakan jenis teh yang paling banyak dikonsumsi oleh
11

masyarakat di dunia (khususnya oleh bangsa Inggris). Teh Hitam lebih

dipercaya memberikan banyak manfaat seperti : meningkatkan

konsentrasi dan mencegah kantuk(Arifin, M.Sultoni, Dr. dkk. 1992:9).

5. Teh Melati ( Jasmine Tea )

Teh melati atau disebut juga teh wangi, sangat populer di

Indonesia, yaitu teh hijau yang dicampur dengan bunga melati dan bunga

gambir sehingga menimbulkan aroma melati atau wangi yang khas,

menurut hasil riset bahwa teh melati dapat bermanfaat untuk menurunkan

kadar kolesterol dan meyegarkan badan (Arifin, M.Sultoni, Dr. dkk.

1992:10).

2.1.4 Kandungan Kimia

Daun teh kaya akan kandungan kimia seperti kafein dengan kadar

2-3%, theobromin, theofilin, tanin, xantin, adenine, katekin dan minyak

atsiri. (Stahl, 1985 : 227-228).

2.2 Kafein

Kafein dalam daun teh berada dalam prosentase 2–3 %. Kafein (1,

3, 7 Trimethilxantin) berupa kristal jarum mengkilat warna putih,

biasanya menggumpal, tidak berbau dan berasa pahit. Kelarutan kafein

dalam air (1 : 45,5 suhu 25º C; 1: 5,5 suhu 80º C; 1 : 1,5 suhu 100º C ),

dalam alkohol (1 : 22); CHCL3 (1:6). Berat molekul 194,19 dan titik

lebur 235 (Hariana, Arief, 2008 : 119).


12

O CH3

CH
3 N
N

O N

CH 3

Gambar 2. Struktur kimia kafein

Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara

alami pada lebih dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %), kopi (1-

1,5%), dan biji kola (2,7-3,6%). Kafein diproduksi secara komersial

dengan cara ekstraksi dari tanaman tertentu serta diproduksi secara

sintetis. Kebanyakan produksi kafein bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan industri minuman. Kafein juga digunakan sebagai penguat

rasa atau bumbu pada berbagai industri makanan (Misra et al, 2008).

Kafein ditemukan pertama kali pada tahun 1827 dan dinamakan

theine. Setelah diketahui bahwa theine pada teh memiliki sifat yang sama

dengan kafein pada kopi, nama theine tidak digunakan lagi. Jumlah

kafein yang terkandung didalam teh tergantung pada berbagai faktor

seperti jenis daun teh, tempat tumbuhnya tanaman teh, ukuran partikel

teh, serta metode dan lamanya waktu penyeduhan. Berbagai penelitian

menunjukkan bahwa lokasi perkebunan teh mempengaruhi kadar kafein

pada daun teh tersebut (Misra et al, 2008).


13

Kafein termasuk ke dalam senyawa kimia golongan xanthin

yang mempunyai daya kerja sebagai stimulan sistem syaraf pusat,

stimulan otot jantung, meningkatkan aliran darah melalui arteri koroner,

relaksasi otot polos bronki, dan aktif sebagai diuretika, dengan tingkatan

yang berbeda, dan tidak sama dengan yang lain, daya kerja sebagai

stimulan sistem syaraf pusat dari kafein sangat menonjol (Misra et al,

2008).

Kafein bekerja pada sistem syaraf pusat, otot termasuk otot

jantung, dan ginjal. Pengaruh pada sistem syaraf pusat terutama pada

pusat-pusat yang lebih tinggi, yang menghasilkan peningkatan aktivitas

mental dan tetap terjaga atau bangun. Kafein meningkatkan kinerja dan

hasil kerja otot, merangsang pusat pernapasan, meningkatkan kecepatan

dan kedalaman napas (Misra et al, 2008).

2.3 Refluks

Refluks merupakan ekstraksi berlanjut (pengembangan dari ekstraksi

berganda), prinsipnya adalah penarikan komponen kimia yang dilakukan

dengan cara sampel dimasukkan kedalam labu alas bulat bersama-sama

dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari

terkondensasi pada kondensor menjadi molekul-molekul cairan penyari

yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, cairan tersebut akan

menyari kembali sampel yang ada dalam labu alas bulat, demikian

seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian


14

sempurna. Biasanya penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali tiap 3-

4 jam kemudian filtrate yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

Keuntungan refluks adalah dapat digunakan untuk mengekstraksi

sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan

langsung. Kerugian refluks sendiri adalah membutuhkan volume total

pelarut yang besar pada proses isolasinya (Sudjadi, 1988: 15).

2.4 KLT (Kromatografi Lapis Tipis)

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah metode pemisahan

fisikokimia. Lapisan yang memisahkan, terdiri atas bahan berbutir-butir

(fase diam) yang ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam,

atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan dan

ditotolkan berupa bercak pada plat KLT. Setelah plat ditempatkan di

dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok

(fase gerak) maka akan terjadi pemisahan senyawa (Stahl, 1985 : 3).

Prinsip KLT adalah pemisahan komponen kimia berdasarkan

prinsip adsorbsi dan partisi, yang ditentukan oleh fase diam (adsorben)

dan fase gerak (eluen). Komponen kimia bergerak naik mengikuti fase

gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia

tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan

yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya, hal inilah yang

menyebabkan terjadinya pemisahan (Stahl, 1985 : 3).


15

Jarak pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya

dinyatakan dengan angka Rf (Egon Stahl, 1985 :16).

Rumus untuk menentukan Rf adalah :

Jarak titik pusat bercak dari titik awal


Rf =
Jarak garis depan dari titik awal

Angka Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 juga dapat ditentukan

dua desimal. hRf ialah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan

nilai berjangka 0-100. Jika dipilih 10 cm sebagai jarak pengembangan,

maka jarak rambat suatu senyawa (titik awal-pusat bercak dalam cm) x

10 mengahasilkan angka hRf, tetapi angka Rf merupakan fungsi

sejumlah faktor, angka ini harus dianggap sebagai petunjuk saja. Inilah

yang menjadi alasan mengapa angka hRf-lah, misalnya hRf 60-70, yang

dicantumkan untuk menunjukkan letak suatu senyawa pada kromatogram

(Egon Stahl, 1985 :16).

1. Fase diam (lapisan penjerap)

Lapisan dibuat dari salah satu penjerap yang khusus digunakan

untuk KLT. Penjerap yang umum digunakan adalah silika gel,

alumunium oksida, kieselghur, poliamida, selulosa dan turunannya. Fase

diam yang paling banyak digunakan untuk praktek adalah silika gel.

Silika gel ini menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang

tergantung kepada cara pembuatannya, sehingga silika gel ini telah

diterima sebagai bahan standar (Stahl, 1985 :4).


16

2. Fase gerak (pelarut pengembang)

Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri atas satu atau

beberapa pelarut. Pelarut ini bergerak di dalam fase diam (lapisan

berpori) karena ada daya kapiler yang hanya digunakan pelarut

bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan sistem pelarut

multikomponen ini harus berupa suatu campuran sederhana mungkin

yang terdiri atas maksimum tiga komponen. Angka pembanding

campuran dinyatakan dalam bagian volume sedemikian rupa sehingga

volume total 100 (Stahl, 1985 : 6).

Chamber

Plat KLT

Gambar 3. Chamber dan Plat KLT

2.5 Hipotesis

Ada perbedaan rendemen kafein hasil refluks dari beberapa merk teh

yang ada di pasaran di daerah Tegal.


17

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah rendemen kafein hasil refluks dalam

beberapa merk teh yang beredar di pasaran di daerah kota Tegal.

3.2 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel yang digunakan adalah beberapa merk teh (Camellia

sinesis (L) O.K) di pasaran di daerah Tegal, dengan cara pengambilan

sampel secara acak.

3.3 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel antara lain :

1. Variabel Bebas : Merk teh yang didapat di pasaran di daerah Tegal.

2. Variabel Kontrol : Berat sampel, metode ekstraksi refluks.

3. Variabel Terikat : Rendemen kafein hasil refluks

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Cara pengambilan data

1. Jenis data yang digunakan bersifat kuantitatif.

2. Metode pengumpulan data menggunakan eksperimen laboratorium.

3. Metode analisis data menggunakan analisa Deskriptif One Way

Anova.

17
18

3.4.2 Alat dan Bahan

1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

seperangkat alat refluks (yang meliputi : labu alas bulat, kondensor,

statif, klem, selang, kompor spiritus, kertas saring, kapas,

aluminium foil), pipa kapiler, plat KLT, chamber, gelas ukur,

beaker glass, batang pengaduk, lampu sinar UV, neraca analitik,

oven, pensil, penggaris, masker, kain flanel dan sarung tangan.

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

beberapa merk Teh, Etanol 96%, Aquadest, Pb asetat 9,5%,

Kloroform, Methanol.

3.4.3 Cara Kerja

1. Isolasi

Teh ditimbang 40 gram, kemudian ditambahkan 250 ml

aquadest dimasukan ke dalam labu alas bulat. Selanjutnya

serbuk direfluk selama 30 menit, dalam keadaan panas saring

dengan kain flanel, ampas dibuang. Filtrat ditambahkan

dengan Pb asetat 9,5% sampai tidak terbentuk endapan,

kemudian disaring dengan kapas. Filtrat dimasukkan kedalam

corong pisah, diekstraksi dengan kloroform 20 ml sebanyak

3x. Mengumpulkan semua fase kloroform kemudian uapkan

dengan cara destilasi, dan ditampung filtratnya (kurang lebih


19

10 ml). Melakukan mikrosublimasi kemudian menghitung

rendemen yang didapat, kemudian diidentifikasi secara

kualitatif dan KLT.

Memasukan serbuk 40 g ke dalam labu alas bulat

Menambahkan 250 ml Aquadest

Merefluks selama 30 menit

Dalam keadaan panas disaring dengan kain flanel

Filtrat Ampas dibuang

Menambahkan Pb asetat 9,5%

sampai tidak terbentuk endapan

Menyaring dengan kapas

Filtrat Ampas dibuang

Diekstraksi dengan kloroform 20 ml (1)


20

Fase kloroform (a) Fase air (1) tambahkan 20 ml kloroform

Fase kloroform Fase air (2) tambahkan 20 ml


(b) kloroform

Fase kloroform (c) Fase air

Dibuang

Dikumpulkan Fase kloroform (a+b+c)

Diuapkan dan didestilasi ± 10 ml

ml filtrat
Mikrosublimasi

Kristal Kafein

Menghitung rendemen KLT

Keterangan : Isolasi dilakukan masing-masing 3 kali untuk setiap sampel.

Skema 1. Isolasi Kafein dengan Metode Refluk


21

2. Identifikasi Kafein Secara KLT (Kromatografi Lapis

Tipis)

Setelah didapatkan kristal kafein dan diketahui

rendemennya, langkah berikutnya kristal kafein dilarutkan

dengan pelarut kristal menggunakan kloroform : methanol

dengan perbandingan 9 : 4, selanjutnya dapat dilakukan

identifikasi menggunakan Kromatografi Lapis Tipis dengan

cara memasukan plat KLT ke dalam oven ± 3 menit.

Kemudian membuat garis batas bawah dan batas atas pada plat

KLT. Kristal yang telah dilarutkan kemudian ditotolkan pada

garis batas bawah plat KLT dan dimasukan ke dalam bejana

yang telah jenuh dan berisi fase gerak (Kloroform : Etanol)

dengan perbandingan (99 : 1). Setelah itu tunggu fase gerak

naik hingga mencapai garis batas atas plat KLT, diangkat dan

didiamkan sampai mengering. Selanjutnya plat KLT dilihat

dibawah lampu sinar UV dan dihitung Rf (Range faktor) (

Stahl, 1985: 4-17 ).


22

Oven plat KLT ± 3 menit

v
Membuat garis batas bawah dan batas atas pada plat KLT
en

plat
Menotolkan larutan kristal hasil refluks pada garis batas
bawah plat KLTKLT

± 3

Memasukan plat KLT ke dalam bejanamenit


yang telah jenuh dan

berisi fase gerak

Menunggu hingga fase gerak mencapai garis batas atas plat KLT

Mengangkat plat KLT, tunggu hingga kering

Melihat dibawah sinar UV

Menghitung Rf

Skema 2. Identifikasi KLT


23

3.5 Cara Analisa

Analisa hasil dilakukan dengan cara analisa Deskriptif One Way

Anova untuk rendemen kafein hasil refluks dalam beberapa merk teh.
24

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kafein pada penelitian ini di isolasi atau didapat dengan menggunakan

metode refluks.

Langkah awal yang dilakukan adalah menimbang sampel yang sudah


disiapkan, tabel penimbangan sampel sebagai berikut :
Tabel 1. Berat Sampel Teh

Perlakuan A B C
1 40,01 g 40,01 g 40,01 g
2 40,02 g 39,99 g 40,00 g
3 40,02 g 40,01 g 39,99 g
Rata-rata 40,02 g 40,00 g 40,00 g

Sampel yang telah ditimbang kemudian direfluks selama 30 menit,

kemudian disaring dengan kain flanel pada saat panas, dengan tujuan untuk

mendapatkan kafein yang maksimal karena kafein larut dalam air panas,

langkah berikutnya pemberian Pb asetat yang berguna untuk mengendapkan

kafein dalam suasana asam sehingga kafein mudah larut dalam kloroform,

pemisahan dilakukan dengan ekstraksi menggunakan kloroform guna untuk

mengikat kafein, berikutnya dilakukan destilasi untuk penguapan fase

kloroform, langkah berikutnya dilakukan proses sublimasi. Sublimasi adalah

proses perubahan kristal kafein tanpa melalui fase cair terlebih dahulu.

24
25

Pada proses sublimasi disekitar corong diberi kapas basah, dimana

kapas basah disini berfungsi seperti kondensor sebagai pendingin, dibagian

atas corong juga diberikan kapas kering agar uap tidak keluar.

Hasil kristal yang didapat tertera dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2. Kristal Kafein

Perlakuan A B C
1 0,15 g 0,19 g 0,19 g
2 0,16 g 0,18 g 0,17 g
3 0,16 g 0,18 g 0,20 g
Rata-rata 0,16 g 0,18 g 0,19 g

Dari hasil kristal kafein yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa

berat sampel teh yang telah timbang tidak berpengaruh pada hasil kristal

kafein yang didapat, karena dari tabel penimbangan sampel yang lebih banyak

adalah sampel teh merk A tetapi hasil dari kristal yang didapat lebih sedikit

dibandingkan dengan hasil kristal sampel teh merk B dan sampel teh merk C.

Berat kristal yang didapatkan digunakan untuk menghitung seberapa

besar rendemen kafein. Data yang diperoleh dari hasil perhitungan tertera

dalam tabel di bawah ini :


26

Tabel 3. Rendemen Kafein

Perlakuan A B C
1 0,375% 0,474% 0,475%
2 0,399% 0,450% 0,425%
3 0,399% 0,450% 0,500%
Rata-rata 0,391% 0,458% 0,466%

Sebagai pembuktian zat yang terisolasi benar-benar kafein dilakukan

indentifikasi secara KLT (Kromatografi Lapis Tipis). Kristal yang didapat di

larutkan dengan pelarut kristal (kloroform : methanol) dengan perbandingan

(9 : 4), kemudian dilakukan identifikasi secara KLT menggunakan fase gerak

(kloroform : ethanol) dengan perbandingan (99 : 1). Fase gerak berfungsi

sebagai pelarut pengembang yang akan bergerak sepanjang fase diam karena

pengaruh kapiler pada pengembang secara menaik (ascending). Data Rf

senyawa yang diperoleh, tertera dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4. Rf Kafein

Replikasi
Sampel 1 2 3 Rata-rata
A
0,89 0,89 0,95 0,91
B
0,98 0,93 0,86 0,92
C
0,94 0,86 0,89 0,89
Standar
0,92 0,93 0,90 0,91

Hasil nilai Rf menunjukkan antara sampel dan standar tidak

menunjukkan perbedaan yang berarti, hal ini menunjukkan bahwa di dalam

sampel tersebut mengandung kafein.


27

Uji statistik dilakukan sebagai tindak lanjut dari data yang diperoleh.

Uji statistik yang digunakan adalah analisis varian klasifikasi tunggal (satu

arah). Hipotesis yang diajukan adalah:

Ho : tidak ada perbandingan rendemen kafein hasil refluks pada beberapa

merk teh.

Ha : ada perbandingan rendemen kafein hasil refluks pada beberapa merk

teh.

Hasil perhitungan uji statistik pada SPSS versi 15 adalah sebagai

berikut:

Tabel 5. Data Statistik Anova Satu Arah

ANOVA

Bobot_Rendemen
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups ,010 2 ,005 8,378 ,018
Within Groups ,004 6 ,001
Total ,014 8

Tabel One Way Anova di atas, dengan menggunakan tingkat

keyakinan 95% dan α = 5% diperoleh F hitung 8,378 dan F tabel sebesar

5,143 karena F hitung > F tabel (8,378 > 5,143) Pada signifikansi menunjukan

nilai 0,018 yang lebih kecil dari tingkat kesalahan yang diajukan yaitu 5 %.

maka Ha diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh rendemen

kafein pada ketiga sampel merk teh.


28

Tabel 6. Data Deskriptive Statistik One Way Anova


Descriptives

Bobot_Rendemen
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
merk teh A 3 ,39100 ,013856 ,008000 ,35658 ,42542 ,375 ,399
merk teh B 3 ,45800 ,013856 ,008000 ,42358 ,49242 ,450 ,474
merk teh C 3 ,46667 ,038188 ,022048 ,37180 ,56153 ,425 ,500
Total 9 ,43856 ,041794 ,013931 ,40643 ,47068 ,375 ,500

Data tabel deskriptive statistik One Way Anova di atas dapat dilihat

bahwa variabel Bobot Rendemen dengan jumlah data (N) sebanyak 9

mempunyai bobot rendemen rata-rata 0,43856 dengan bobot rendemen

minimal 0.375 dan maximal 0,500 sedangkan standar deviasi sebesar

0,041794.

Kurva 1. Bobot Rendemen


29

Data kurva One Way Anova tersebut menyimpulkan bahwa dari ketiga

sampel teh yang paling besar bobot rendemennya adalah teh merk C, karena

teh tersebut mengandung kafein yang tinggi dibandingkan dengan teh merk

A ataupun teh merk B.


30

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Penelitian yang dilakukan, menghasilkan simpulan :

1. Adanya perbandingan rendemen kafein hasil refluks pada uji teh bermerk

dengan nilai rata-rata teh merk A (0,391%), teh merk B (0,458%), dan

teh merk C (0,466%).

2. Teh merk C menghasilkan rendemen kafein paling tinggi.

5.2 Saran

1. Dilakukan penelitian lebih lanjut dengan merk teh yang sama tetapi
menggunakan metode yang berbeda.

2. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kadar kafein dari daun
teh segar.

30
31

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M.Sultoni, Dr. dkk. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh.
Pusat Penelitian Perkebunan Gambung. Bandung:6-10.

Departemen Kesehatan RI. 1978. Materia Medica Indonesia. Jilid V.


Jakarta: Depkes RI : 486.

. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta:


Depkes RI : 254.

Hariana, Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3. Jakarta:


Penebar Swadaya : 5.

Komes, D, dkk, 2009. Fakultas Teknologi Pangan dan Bioteknologi vol 27.
Kroasia: Universitas Zagreb : 5.

Misra H, D, dkk. 2008. Study of Extraction and HPTLC – UV Method for


Estimation of Caffeine in Marketed Tea (Camellia sinensis)
Granules. New york. International Journal of Green Pharmacy :47-
51.

Priyatno, Duwi.2010.Paham Analisa Statistik Data dengan


SPSS.Yogyakarta: Media Kom : 41.

Saifudin, Aziz, dkk. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta:


Graha ilmu : 1.

Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Yogyakarta. Fak. Farmasi UGM :15.

Stahl, E.M. 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi.


Bandung :ITB :3,4,6,16,17.

Widyastuti, Kiki, dkk. 2003. Farmakognosi Jilid I. Jakarta: Depkes RI :4.


32
33

LAMPIRAN 1

GAMBAR PENELITIAN

Gambar 1. Sampel Teh

Gambar 2. Penimbangan bahan


34

Gambar 3. Rangkain Alat Refluks

Gambar 4. Corong Pisah


35

Gambar 5. Destilasi

Gambar 6. Mikrosublimasi
36

Bercak Kafein

Gambar 7. Analisa Rf
37

LAMPIRAN 2

Hasil Isolasi Rendemen Kafein

1.1 A. Berat Sampel

Berat beaker glass kosong : 127,48 g

Berat beaker glass + sampel : 167,53 g

Berat beaker glass + sisa : 127,52 g

Berat sampel : (berat beaker glass + sampel) –

(berat beaker glass + sisa)

= 167,53 g – 127,52 g

= 40,01 g

Aquadest : 250 ml

B. Berat Kristal Kafein

Berat kruss kosong + kertas saring : 30,77 g

Berat kruss + kertas saring + kristal : 30,92 g

Berat kristal : (Berat kruss + kertas saring

+ kristal) – (Berat kruss kosong +

kertas saring)

= 30,92 g – 30,77 g

= 0,15 g
38

C. Berat Rendemen

Berat kristal kafein


Rendemen = x 100 %
Berat sampel

0,15 gram
= x 100 %
40,01 gram

= 0,375 %

1.2 A. Berat Sampel

Berat beaker glass kosong : 127,48 gram

Berat beaker glass + sampel : 167,51 gram

Berat beaker glass + sisa : 127,49 gram

Berat sampel : (berat beaker glass + sampel) –

(berat beaker glass + sisa)

= 167,51 gram – 127,49 gram

= 40,02 gram

Aquadest : 250 ml

B. Berat Kristal Kafein

Berat kruss kosong + kertas saring : 30,68 gram

Berat kruss + kertas saring + kristal : 30,84 gram

Berat kristal : (Berat kruss + kertas saring

+ kristal) – (Berat kruss kosong +

kertas saring)

= 30,84 gram – 30,68 gram

= 0,16 gram
39

C. Berat Rendemen

Berat kristal kafein


Rendemen = × 100 %
Berat sampel

0,16 gram
= × 100 %
40,02 gram

= 0,399 %

1.3 A. Berat Sampel

Berat beaker glass kosong : 127,48 gram

Berat beaker glass + sampel : 167,55 gram

Berat beaker glass + sisa : 127,53 gram

Berat sampel : (berat beaker glass + sampel) –

(berat beaker glass + sisa)

= 167,55 gram – 127,53 gram

= 40,02 gram

Aquadest : 250 ml

B. Berat Kristal Kafein

Berat kruss kosong + kertas saring : 29,19 gram

Berat kruss + kertas saring + kristal : 29,35 gram

Berat kristal : (Berat kruss + kertas saring

+ kristal) – (Berat kruss kosong +

kertas saring)

= 29,35 gram – 29,19 gram

= 0,16 gram
40

C. Berat Rendemen

Berat kristal
Rendemen = x 100 %
Berat
kafeinsampel

0,16 gram
= x 100 %
40,02 gram

= 0,399 %

Jadi rata-rata rendemen pada sampel 1, yaitu :

(0,375% + 0,399% + 0,399%)


=
3

= 0,391 %

2.1 A. Berat Sampel

Berat beaker glass kosong : 124,49 gram

Berat beaker glass + sampel : 164,61 gram

Berat beaker glass + sisa : 124,60 gram

Berat sampel : (berat beaker glass + sampel) –

(berat beaker glass + sisa)

= 164,61 gram – 124,60 gram

= 40,01 gram

Aquadest : 250 ml
41

B. Berat Kristal Kafein

Berat kruss kosong + kertas saring : 38,46 gram

Berat kruss + kertas saring + kristal : 38,65 gram

Berat kristal : (Berat kruss + kertas saring

+ kristal) – (Berat kruss kosong +

kertas saring)

= 38,65 gram – 38,46 gram

= 0,19 gram

C. Berat Rendemen

Berat kristal
Rendemen = x 100 %
kafein
Berat sampel

0,19 gram
= x 100 %
40,01 gram

= 0,474 %

2.2 A. Berat Sampel

Berat beaker glass kosong : 124,49 gram

Berat beaker glass + sampel : 164,54 gram

Berat beaker glass + sisa : 124,55 gram

Berat sampel : (berat beaker glass + sampel) –

(berat beaker glass + sisa)

= 164,54 gram – 124,55 gram

= 39,99 gram

Aquadest : 250 ml
42

B. Berat Kristal Kafein

Berat kruss kosong + kertas saring : 39,39 gram

Berat kruss + kertas saring + kristal : 39,57 gram

Berat kristal : (Berat kruss + kertas saring +

kristal) – (Berat kruss kosong +

kertas saring)

= 39,57 gram – 39,39 gram

= 0,18 gram

C. Berat Rendemen

Berat kristal kafein


Rendemen = × 100 %
Berat sampel

0,18 gram
= × 100 %
39,99 gram

= 0,450 %

2.3 A. Berat Sampel

Berat beaker glass kosong : 124,49 gram

Berat beaker glass + sampel : 164,58 gram

Berat beaker glass + sisa : 124,57 gram

Berat sampel : (berat beaker glass + sampel) –

(berat beaker glass + sisa)

= 164,58 gram – 124,57 gram

= 40,01 gram

Aquadest : 250 ml
43

B. Berat Kristal Kafein

Berat kruss kosong + kertas saring : 39,91 gram

Berat kruss + kertas saring + kristal : 40,09 gram

Berat kristal : (Berat kruss + kertas saring

+ kristal) – (Berat kruss kosong +

kertas saring)

= 40,09 gram – 39,91 gram

= 0,18 gram

C. Berat Rendemen

Berat kristal
Rendemen = × 100 %
kafein
Berat sampel

0,18 gram
= × 100 %
40,01 gram

= 0,450 %

Jadi rata-rata rendemen pada sampel 2, yaitu :

(0,474% + 0,450% + 0,450%)


=
3

= 0,458 %
44

3.1 A. Berat Sampel

Berat beaker glass kosong : 106,61 gram

Berat beaker glass + sampel : 146,66 gram

Berat beaker glass + sisa : 106,65 gram

Berat sampel : (berat beaker glass + sampel) –

(berat beaker glass + sisa)

= 146,66 gram – 106,65 gram

= 40,01 gram

Aquadest : 250 ml

B. Berat Kristal Kafein

Berat kruss kosong + kertas saring : 39,71 gram

Berat kruss + kertas saring + kristal : 39,90 gram

Berat kristal : (Berat kruss + kertas saring

+ kristal) – (Berat kruss kosong +

kertas saring)

= 39,90 gram – 39,71 gram

= 0,19 gram

C. Berat Rendemen

Berat kristal kafein


Rendemen = × 100 %
Berat sampel

0,19 gram
= × 100 %
40,01 gram

= 0,475 %
45

3.2 A. Berat Sampel

Berat beaker glass kosong : 106,61 gram

Berat beaker glass + sampel : 146,60 gram

Berat beaker glass + sisa : 106,60 gram

Berat sampel : (berat beaker glass + sampel) –

(berat beaker glass + sisa)

= 146,60 gram – 106,60 gram

= 40,00 gram

Aquadest : 250 ml

B. Berat Kristal Kafein

Berat kruss kosong + kertas saring : 43,14 gram

Berat kruss + kertas saring + kristal : 43,31 gram

Berat kristal : (Berat kruss + kertas saring

+ kristal) – (Berat kruss kosong +

kertas saring)

= 43,31 gram – 43,14 gram

= 0,17 gram

C. Berat Rendemen

Berat kristal
Rendemen = × 100 %
kafeinsampel
Berat

0,17 gram
= × 100 %
40,00 gram

= 0,425 %
46

3.3 A. Berat Sampel

Berat beaker glass kosong : 106,61 gram

Berat beaker glass + sampel : 146,63 gram

Berat beaker glass + sisa : 106,64 gram

Berat sampel : (berat beaker glass + sampel) –

(berat beaker glass + sisa)

= 146,63 gram – 106,64 gram

= 39,99 gram

Aquadest : 250 ml

B. Berat Kristal Kafein

Berat kruss kosong + kertas saring : 40,92 gram

Berat kruss + kertas saring + kristal : 41,12 gram

Berat kristal : (Berat kruss + kertas saring

+ kristal) – (Berat kruss kosong +

kertas saring)

= 41,12 gram – 40,92 gram

= 0,20 gram
47

C. Berat Rendemen

Berat kristal
Rendemen = kafein × 100 %
Berat sampel

0,20 gram
= × 100 %
39,99 gram

= 0,500 %

Jadi rata-rata rendemen pada sampel 3, yaitu :

(0,475% + 0,425% + 0,500%)


=
3

= 0,466%
48

LAMPIRAN 3

Perhitungan nilai Rf hasil KLT

1. Fase gerak (eluen) : Kloroform : Etanol

(99 : 1), dibuat sebanyak 10 ml

99 ml
Kloroform = × 10 ml
100 ml

= 9,9 ml

1 ml
Etanol = × 10 ml
100 ml

= 0,1 ml

2. Fase diam : Plat KLT

3. Pelarut kristal : kloroform : methanol (9 : 4), dibuat

sebanyak 5 ml

9 ml
Kloroform = × 5 ml
13 ml

= 3,5 ml

4 ml
Metanol = × 5 ml
13 ml

= 1,5 ml
49

1.1 Nilai Rf standar :

Jarak yang ditempuh standar : 7,2

Jarak yang ditempuh pelarut :8

7,2
Nilai Rf =
8
= 0,9

hRf : Rf × 100

= 0,9 × 100

= 90

Nilai Rf kafein :

Jarak yang ditempuh Kafein : 7,1

Jarak yang ditempuh pelarut :8

7,1
Nilai Rf =
8

= 0,89

hRf : Rf × 100

= 0,89 × 100

= 89
50

1.2 Nilai Rf standar :

Jarak yang ditempuh standar : 7,3

Jarak yang ditempuh pelarut :8

7,3
Nilai Rf =
8

= 0,91

hRf : Rf × 100

= 0,91 × 100

= 91

Nilai Rf kafein :

Jarak yang ditempuh Kafein : 7,1

Jarak yang ditempuh pelarut :8

7,1
Nilai Rf =
8

= 0,89

hRf : Rf × 100

= 0,89 × 100

= 89
51

1.3 Nilai Rf standar :

Jarak yang ditempuh standar : 7,6

Jarak yang ditempuh pelarut :8

7,6
Nilai Rf =
8

= 0,95

hRf : Rf × 100

= 0,95 × 100

= 95

Nilai Rf kafein :

Jarak yang ditempuh Kafein : 7,6

Jarak yang ditempuh pelarut :8

7,6
Nilai Rf =
8

= 0,95

hRf : Rf × 100

= 0,95 x 100

= 95
52

Hasil rata-rata jadi sampel 1,sebagai berikut :

(0,90 + 0,91 + 0,95)


Nilai Rf standar =
3

2,76
=
3
= 0,92

(90 + 91 + 95)
Nilai hRf standar =
3

276
=
3
= 92

(0,89 + 0,89 + 0,95)


Nilai Rf sampel =
3

2,73
=
3
= 0,91

(89 + 89 + 95)
Nilai hRf sampel =
3

273
=
3
= 91
53

2.1 Nilai Rf standar :

Jarak yang ditempuh standar : 7,6

Jarak yang ditempuh pelarut :8

7,6
Nilai Rf =
8

= 0,95

hRf : Rf × 100

= 0,95 × 100

= 95

Nilai Rf kafein :

Jarak yang ditempuh Kafein : 7,8

Jarak yang ditempuh pelarut :8

7,8
Nilai Rf =
8

= 0,98

hRf : Rf × 100

= 0,98 × 100

= 98
54

2.2 Nilai Rf standar :

Jarak yang ditempuh standar : 7,5

Jarak yang ditempuh pelarut :8

7,5
Nilai Rf =
8

= 0,94

hRf : Rf × 100

= 0,94 × 100

= 94

Nilai Rf kafein :

Jarak yang ditempuh Kafein : 7,4

Jarak yang ditempuh pelarut :8

7,4
Nilai Rf =
8

= 0,93

hRf : Rf × 100

= 0,93 × 100

= 93
55

2.3 Nilai Rf standar :

Jarak yang ditempuh standar : 7,3

Jarak yang ditempuh pelarut :8

7,3
Nilai Rf =
8

= 0,91

hRf : Rf × 100

= 0,91 × 100

= 91

Nilai Rf kafein :

Jarak yang ditempuh Kafein : 6,9

Jarak yang ditempuh pelarut :8

6,9
Nilai Rf =
8

= 0,86

hRf : Rf × 100

= 0,86 × 100

= 86
56

Hasil rata-rata jadi sampel 2,sebagai berikut :

(0,95 + 0,94 + 0,91)


Nilai Rf standar =
3

2,8
=
3
= 0,93

(95 + 94 + 91)
Nilai hRf standar =
3

280
=
3

= 93

(0,98 + 0,93 + 0,86)


Nilai Rf sampel =
3

2,77
=
3

= 0,92

(98 + 93 + 86)
Nilai hRf sampel =
3

277
=
3

= 92,3
57

3.1 Nilai Rf standar :

Jarak yang ditempuh standar : 7,5

Jarak yang ditempuh pelarut :8

7,5
Nilai Rf =
8

= 0,94

hRf : Rf × 100

= 0,94 × 100

= 94

Nilai Rf kafein :

Jarak yang ditempuh Kafein : 7,5

Jarak yang ditempuh pelarut :8

7,5
Nilai Rf =
8

= 0,94

hRf : Rf × 100

= 0,94 × 100

= 94
58

3.2 Nilai Rf standar :

Jarak yang ditempuh standar : 7,0

Jarak yang ditempuh pelarut :8

7,0
Nilai Rf =
8

= 0,88

hRf : Rf × 100

= 0,88 × 100

= 88

Nilai Rf kafein :

Jarak yang ditempuh Kafein : 6,9

Jarak yang ditempuh pelarut :8

6,9
Nilai Rf =
8

= 0,86

hRf : Rf × 100

= 0,86 × 100

= 86
59

3.3 Nilai Rf standar :

Jarak yang ditempuh standar : 7,1

Jarak yang ditempuh pelarut :8

7,1
Nilai Rf =
8

= 0,89

hRf : Rf × 100

= 0,89 × 100

= 89

Nilai Rf kafein :

Jarak yang ditempuh Kafein : 7,1

Jarak yang ditempuh pelarut :8

7,1
Nilai Rf =
8

= 0,89

hRf : Rf × 100

= 0,89 × 100

= 89
60

Hasil rata-rata jadi sampel 3,sebagai berikut :

(0,94 + 0,88 + 0,89)


Nilai Rf standar =
3

2,71
=
3
= 0,90

(94 + 88 + 89)
Nilai hRf standar =
3

271
=
3

= 90,3

(0,94 + 0,88 + 0,89)


Nilai Rf sampel =
3

2,69
=
3
= 0,90

(94 + 88 + 89)
Nilai hRf sampel =
3

269
=
3
= 90
61

LAMPIRAN 4

Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Politeknik Harapan Bersama Tegal

dengan jadwal seperti tabel di bawah ini.

NOVEMBER DESEMBER JANUARI


No. KETERANGAN 2012 2012 2013

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul

2. Pembuatan Proposal

3. Pelaksanaan Penelitian

4. Pengolahan Data

5. Pembuatan Laporan
62

CURICULUM VITAE

Nama : ALIMUDIN
TTL : Tegal, 04 Juli 1990
Email : alimudin076@gmail.com
Alamat : Jl. Werkudoro No.92 RT.06/RW.05 Langon
Kelurahan Slerok, Kota Tegal.
Hp : 0856 4094 3311
Pendidikan
TK : TK Pertiwi Tegal
SD : SD N Slerok 4 Tegal
SMP : SMP Pancasila Jati Barang - Brebes
SMA : SMK Farmasi YPIB Majalengka
D3 : D3 Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal
Judul KTI : Perbandingan Rendemen Kafein Hasil Refluks Dalam
Beberapa Merk Teh (Camelli sinensis (L) O.K) Di Kota
Tegal
Nama Orang Tua
Ayah : Chalimi (Alm)
Ibu : Kartiningsih
Pekerjaan
Ayah :-
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orang Tua
Ayah : Jl. Werkudoro No.92 RT.06/RW.05 Langon
Kelurahan Slerok, Kota Tegal.
Ibu : Jl. Werkudoro No.92 RT.06/RW.05 Langon
Kelurahan Slerok, Kota Tegal.

Anda mungkin juga menyukai