Anda di halaman 1dari 18

TEKNOLOGI AGRONOMI LANJUTAN

PEMANFAATAN KOMPOS LIMBAH BATANG TEMBAKAU UNTUK


MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TEMBAKAU (Nicotiana
tabacum L.)

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Ir. Husni Thamrin Sebayang, MS.

Oleh

Wildannisa Maghfirotul Firdaus


NIM. 216040201111003
Kelas A

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI AGRONOMI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................i

DAFTAR TABEL............................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1


1.2 Tujuan.................................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................3

2.1 Tinjauan Umum Tanaman Tembakau.....................................................................3


2.2 Tembakau Kasturi....................................................................................................4
2.2 Pupuk Kompos Limbah Batang Tembakau.............................................................5
BAB 4. PEMBAHASAN.................................................................................................6

BAB 4. PENUTUP...........................................................................................................9

4.1 Kesimpulan..............................................................................................................9
4.2 Saran........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................10

i
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Analisis Unsur Hara.................................................................................6


Tabel 3.2 Uji BNT Rerata Panjang Daun (cm) taraf 0,05.................................................7
Tabel 3.1 Uji Lanjut BNT Rerata Lebar Daun (cm) taraf 0,05.........................................8
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Cacahan batang tembakau ditaburi decomposer (EM4) yang telah dicampur
dengan media bekatul dan molase.....................................................................................5

Gambar 3.2 Sampel Batang Tembakau.............................................................................5


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tembakau merupakan salah satu tanaman industri yang memiliki peranan penting
bagi perekonomian negara, yaitu sebagai penghasil devisa negara maupun sebagai
sumber pendapatan petani tembakau. Pada tahun 2015 Provinsi Jawa Timur menjadi
salah satu penghasil tembakau terbesar di Indonesia dengan luas lahan 97.6241 ha dan
produksi 75.314 ton. Jember merupakan salah satu penyumbang produksi tembakau di
Provinsi Jawa Timur. Jenis tembakau yang di tanam di daerah Jember adalah tembakau
kasturi. Tembakau Kasturi yang dibudidayakan di Kabupaten Jember dibutuhkan oleh
pabrikan rokok besar seperti PT. Djarum, PT. Gudang Garam dan PT. Sampoerna
sebagai campuran bahan baku rokok keretek (Triwidiarto dkk, 2018).
Potensi produksi tembakau sangat mungkin ditingkatkan menggunakan teknik
budidaya yang tepat salah satunya dengan pemupukan secara kimiawi yang diterapkan
secara intensif. Menurut Djajadi (2008), hasil pemberian 40 kg N/ha, menghasilkan
daun basah tembakau sebanyak 11,34 ton/ha.. Hidayah dan Djajadi (2009) mengatakan
bahwa pengendalian kimiawi merupakan alternatif utama untuk menurunkan tingkat
keparahan penyakit pada tanaman tembakau, tetapi dalam pasar tembakau sering turun
harga dan ditolak oleh konsumen karena adanya residu pestisida akibat aplikasi yang
berlebihan, terutama yang berasal dari kelompok organo fosfat dan organo khlorin.
Dengan adanya aturan pembatasan residu kimia pada daun tembakau yang disebut batas
maksimum residu (BMR) yaitu 2.0 ppm, menjadikan pembatas untuk aplikasi bahan
anorganik sebagai faktor input (Triwidiarto, 2018).
Pada tahun 2016 luas panen tembakau menurun drastis menjadi 3.435 ha hal
tersebut akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan. Penurunan produktivitas lahan
ini disebabkan oleh sistem pertanian monokultur yang secara intensif menggunakan
pupuk anorganik dan pestisida. Akibatnya sering terjadi permasalahan, yaitu
meningkatnya hama atau penyakit dan menurunkan kesuburan tanah. Penurunan
kesuburan tanah berkaitan dengan kondisi fisik yang tidak baik dan kekurangan
ketersediaan unsur hara. Oleh karena itu untuk meningkatkan kesuburan tanah harus
menggunakan pendekatan sistem organik dan diikuti dengan pemupukan berimbang.
Menurut Bigio (2009) dalam Roidah (2013) pemberian bahan organik kedalam tanah

1
2

akan berpengaruh pada sifat fisik, biologi, dan kimia tanah. Sifat fisik tanah diantaranya
merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah dan meningkatkan kemampuan
menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologi tanah adalah meningkatkan
aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam fiksasi nitrogen dan transfer hara
nitrogen, phospat dan sulvur. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah
meningkatkan kapasitas tuka kation sehingga mempengaruhi serapan unsur hara. Salah
satu bahan organik adalah pupuk organik.
Penggunaan pupuk organik dapat dilakukan dengan pemanfaatan batang tanaman
tembakau yang pada dasarnya tidak dimanfaatkan dan hanya menjadi limbah tembakau
yang kerap dijadikan sebagai kayu bakar bagi para petani, padahal dalam jaringan
batang tembakau tersebut masih mengandung berbagai hara yang dapat dikembalikan ke
tanah melalui pemupukan. Oleh karena itu, dalam produksi bersih pada penelitian yang
dilakukan oleh Triwidiarto dkk (2018) yaitu dengan memanfaatkan kembali bagian
tanaman tembakau yang tidak dipanen yaitu bagian akar dan batang tembakau,
difermentasikan menggunakan dekomposer. Hasilnya dapat diaplikasikan kembali
sebagai pupuk organik sehingga bisa memberikan kesuburan tanah dalam lahan
tersebut.

1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Teknik
Agronomi Lanjutan serta untuk mempelajari bagaimana limbah batang tembakau dapat
diolah menjadi pupuk organik yang tepat untuk meningkatkan produktivitas lahan
maupun tanaman tembakau.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tanaman Tembakau


Secara morfologis tanaman tembakau dicirikan dengan figur tanaman
yang kokoh dan besar serta memiliki ketinggian yang sedang, daun tanaman
tembakau tipis dan elastis berbentuk bulat dan melebar dan berbentuk bulat
lebar. Budiman (2012) menjelaskan morfologi tanaman tembakau adalah
sebagai berikut:
2.1.1 Akar (Radix)
Akar tanaman tembakau merupakan akar tunggang dengan arah tumbuh
menuju ke pusat bumi hingga mencapai kedalaman 50 – 75cm dari permukaan
tanah, sedangkan perakaran serabut menyebar kesamping serta terdapat bulu –
bulu akar yang berguna dalam penyerapan unsur hara serta mineral dari tanah.
2.1.2 Batang (Caulis)
Tanaman tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, sedikit lunak
tetapi kuat, batang tanaman tembakau semakin mengarah pada titik tumbuh
(atas) semakin mengecil. Pada setiap ruas juga ditumbuhi tunas ketiak daun.
Batang tanaman tembakau berwarna hijau dengan bulu halus di permukaan.
2.1.3 Daun (Folium)
Daun tanaman tembakau memiliki bentuk lonjong atau bulat. Bentuk
daun tembakau tergantung pada varietas. Pada daun tembakau yang memiliki
bentuk bulat lonjong pada bagian ujungnya akan berbentuk meruncing,
sedangkan untuk daun yang berbentuk bulat, bagian ujung daun akan
berbentuk tumpul. Daun tembakau memiliki susunan tulang daun yang
menyirip, bagian tepi daun sedikit bergelombang dan licin.Ukuran panjang
lebar serta tebal daun tembakau tergantung pada varietas serta lingkungan
tumbuhnya. Jumlah daun dalam satu tanaman berkisar antara 28 – 32 helai
daun.
2.1.4 Bunga (Flos)
Bunga tanaman tembakau tersusun secara majemuk berbentuk malai
dengan kerangka bunga berbentuk pyramidal. Kelopak bunga berbulu,
memiliki lima benang sari, kelapa sari berwarna abu – abu, memiliki satu

3
kepala putik dan mahkota berbentuk terompet berwarna merah muda. Bunga
mulai tumbuh pada umur 57 – 62 hari setelah tanam terletak diujung batang
tanaman tembakau.

4
5

2.1.5 Buah dan Biji


Buah tanaman tembakau berjenis buah kotak, berbentuk bulat telur
ayam dengan panjang 1,5 – 2 cm. Buah berwarna hijau ketika masih muda,
ketika sudah masak buah akan berubah warna menjadi coklat. Tingkat
kemasakan buah pada setiap individu tidak serempak. Untuk pembuatan
benih, dapat dilakukan saat 75% buah telah masak. Dari proses pemasakan
buah akan dihasilkan biji tanaman tembakau yang berbentuk sangat kecil dan
berwarna coklat tua.
Menurut Matnawi (1997) dalam Kusumawati (2020) secara umum
tembakau di Indonesia dapat dipisahkan menurut musim tanamnnya yakni
Tembakau Voor-Oogst dikenal dengan tanaman tembakau musim kemarau
atau onberegend.Yakni, jenis tembakau yang ditanam pada waktu akhir
musim penghujan dan dipanen saat awal musim kemarau dan Tembakau Na-
Oogst ini ditanam pada musim kemarau, kemudian dipanen atau dipetik pada
musim penghujan. Tembakau Na-Oogst digunakan dalam industri pembuatan
cerutu.

2.2 Tembakau Kasturi


Tembakau kasturi merupakan tembakau yang dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan rokok kretek. Tembakau kasturi banyak
dikembangkan di daerah Jember dan Bondowoso. Dari seluruh produksi
nasional tembakau kasturi, 11,36% diekspor dengan label Besuki VO dan
88,64% dikonsumsi dalam negeri sebagai bahan baku rokok keretek. Pabrik
Rokok Gudang Garam, Sampoerna, dan Djarum merupakan pengguna
terbesar kerosok kasturi. Semula yang ditanam oleh petani adalah varietas
lokal berupa populasi tanaman yang masih sangat beragam. Sejak tahun 1997
dilakukan pemuliaan untuk memperbaiki varietas lokal yang ada. Seleksi
terhadap varietas lokal menghasilkan dua varietas yang diputihkan/dilepas
pada tahun 2006, yaitu Kasturi 1 dan Kasturi 2 berdasarkan SK Mentan No:
132/Kpts/SR.120/2/ 2007 dan No: 133/Kpts/SR.120/2/2007. Saat ini luas
areal penanaman tembakau kasturi pada dua daerah pengembangan mencapai
3.197 ha, dengan rata-rata produktivitas di tingkat petani mencapai 985 kg
6

kerosok/ha atau senilai Rp12.805.000,00. (Balittas,2007 dalam Kusumawati


2020).
Jenis tembakau yang umumnya diusahakan di Kabupaten Jember adalah
Tembakau Kasturi 1 dan Kasturi 2. Kasturi 1 dan Kasturi 2 merupakan hasil
pemuliaan tanaman yang dilakukan pada tahun 2007 berdasarkan SK Mentan
No: 132/Kpts/SR.120/2/ 2007 dan No: 133/Kpts/SR.120/2/2007
(Herminingsih, 2014). Penamaan varietas tembakau yang ditanam di Jember
seringkali menggunakan bahasa madura, antara lain varietas
Mawar,Jepon (Ternyak,Pote,Kolek, Somporis, Sompor, Kasturis, Markot,
Penang pendek dan Jimamut).

2.2 Pupuk Kompos Limbah Batang Tembakau


Pupuk kompos limbah batang tembakau atau bisa disebut dengan KBT
merupakan pupuk organik yang dibuat dari proses pengomposan batang
tembakau kemudian di cacah dan ditaburi dekomposer Efektif Mikroorganisme
(EM4) yang telah diaktifkan dengan media bekatul dan molase. Setelah itu di
aduk secara periodik.
Proses pengomposan limbah batang tembakau membutuh waktu
fermentasi selama 4 minggu. Menurut Redaksi AgroMedia, (2007) Effective
Microorganism4 (EM4) berisisekitar 80 genus mikroorganisme fermentasi,
diantaranya bakteri fotositetik, Lactobacillus sp., Streptomyces sp.,
Actinomycetes sp. dan ragi. Banyak spesies dari Lactobacillus memiliki
kemampuan membusukkan materi tanaman yang sangat baik. Produksi asam
laktatnya membuat lingkungannya bersifat asam dan mengganggu pertumbuhan
beberapa bakteri merugikan (Wikipedia.org, diakses 07-9-2021).Banerjee et all.,
(2006) dalam Triwidiarto dkk (2018) menyatakan bahwa bakteri Streptomyces
sp., Actinomycetes sp. Merupakan jenis mikroorganisme tanah yang diyakini
sebagai pengoksidasi S yang paling aktif.
7

Gambar 3.1 Cacahan batang Gambar 3.2 Sampel Batang


tembakau ditaburi decomposer (EM4) Tembaka
yang telah dicampur dengan media
bekatul dan molase
BAB 4. PEMBAHASAN

Kompos merupakan bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah


mengalami pelapukan karena adanya interaksi antar mikroorganisme (bakteri
pembusuk) yang bekerja didalamnya sebagai pupuk organik, kompos memiliki
keunggulan di banding dengan pupukan anorganic (pupuk kimia) karena kompos
mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap meskipun dalam jumlah yang
sedikit. Selain itu, kompos juga dapat memperbaiki struktur tanah (Samekto 2006).
Menurut Yulianto A.B.,dkk.(2009) faktor - faktor yang mempengaruhi proses
pengomposan diantaranya yaitu Rasio C/N; Ukuran partikel; Aerasi; Porositas;
Kelembaban; Suhu; dan pH. Kompos harus memenuhi Standarisasi Nasional Kompos
(SNI:17-03-2004) yaitu kandungan bahan organik (BO) minimal 27 % dan maksimal
58 %, C-organik minimal 9,8 % dan maksimal 32 %, C/N rasio minimal 10 dan
maksimal 20, Kandungan N minimal 0,40 %, P2O5 minimal 0,10 % dan K2O minimal
0,20 %.
Penelitian Triwidiarto, dkk (2018) tentang pembuatan kompos limbah pertanian
yang telah dilakukan analisis keharaan di PTPN XI Puslit Sukosari, Lumajang, Hasil
analisa menunjukkan sebagai berikut :
Tabel 3.1 Hasil Analisis Unsur Hara
BO C-Org N P2O5 K2O
Limbah Pertanian C/N
(%) (%) (%) (%) (%)
Kompos Batang
22,41 13,03 8,10 1,61 0,11 2,14
Tembakau (KBT)
Kompos Sekam Padi
15,27 13,03 23,50 0,38 0,04 0,41
(KSP)
Kompos Serbuk Geraji
20,01 11,64 55 0,21 0,06 0,31
(KSGK)
Berdasarkan hal tersebut menurut Triwidiarto, dkk (2018) hanya kompos limbah
batang tembakau (KBT) yang dapat dikembangkan sebagai pupuk organik. Penelitian
mengenai pengaruh KBT terhadap pertumbuhan tanaman tembakau telah dilakukan
oleh Kusumawati (2020). Perlakuan yang digunakan pupuk tunggal ZA dan pupuk
kompos batang tembakau (KBT) dengan 4 perlakuan yaitu P0 = 20 gr ZA; P1 = 20 gr
ZA + 150 gr KBT; P2 = 20 gr ZA + 300 gr KBT; P3 = 20 gr ZA + 450 gr KBT; P4 =
20 gr ZA + 600 gr KBT.

8
Pelaksanaan kegiatan penelitian oleh Kusumawati (2020) dengan judul
Pengaruh Pemberian Kompos Limbah Batang Tembakau terhadap Pertumbuhan
Tanaman

9
10

Tembakau (Nicotiana tabacum.L) Kasturi telah didapatkan data yang meliputi tinggi
tanaman (cm), jumlah daun (helai), diameter batang tanaman tembakau (mm), Panjang
daun (cm) dan Lebar daun (cm). Data tersebut di analisis menggunakan analisis sidik
ragam (ANOVA) dan jika ada pengaruh yang signifikan dilakukan uji lanjut
menggunakan uji lanjut BNT dengan taraf 5%. pemberian pupuk Kompos Batang
Tembakau (KBT) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan rerata panjang daun dan
rerata lebar daun pada umur 49 HST dan 56 HST namun pada umur 63 HST
pemberian KBT berpengaruh tidak nyata. Pemberian KBT memberikan pengaruh
berbeda tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman tembakau, diameter batang
tanaman tembakau dan jumlah daun tanaman tembakau pada seluruh umur yang
dilakukan pengamatan.
Tabel 3.2 Uji BNT Rerata Panjang Daun (cm) taraf 0,05

Umur 49 HST Umur 56 HST


Kode Perlakuan
Rerata Panjang Rerata Panjang
Nilai BNT Daun (cm) Nilai BNT Daun (cm)

P0 51.30 a 57,44 a

P1 54,93 c 60,99 c

P2 2,61 54,60 c 1,49 60,60 bc

P3 51,59 ab 59,44 b

P4 56,04 c 60,08 bc
Keterangan : Angka – angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT dengang taraf 5%

Berdasarkan tabel 3.1 pada umur 49 HST perlakuan P4 memberikan rerata daun
terpanjang namun berbeda tidak nyata dengan perlakuan P1 dan P2. Perlakuan P4, P1
dan P2 berbeda nyata dengan perlakuan P3 dan P0. Pada umur 56 HST perlakuan P1
memberikan rerata panjang daun terpanjang namun berbeda tidak nyata dengan
perlakuan P2 dan P4. Perlakuan P4 dan P2 berbeda tidak nyata dengan perlakuan P3
namun berbeda nyata dengan perlakuan P0 menurut Kusumawati (2020) hal ini
membuktikan bahwa kandungan bahan organik pupuk KBT secara nyata
meningkatkan rerata panjang daun tembakau.
11

Tabel 3.1 Uji Lanjut BNT Rerata Lebar Daun (cm) taraf 0,05

Umur 49 HST Umur 56 HST


Kode Perlakuan
Rerata Lebar Rerata Lebar
Nilai BNT Daun (cm) Nilai BNT Daun (cm)

P0 29,69 ab 31,93 a

P1 30,55 bc 34,15 c

P2 1,11 30,87 c 1,00 34,01 c

P3 29,21 a 32,19 ab

P4 30,80 bc 34,19 c

Keterangan : Angka – angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji BNT dengang taraf 5%

Berdasarkan tabel 3.2 P2 menunjukkan rerata daun terlebar pada 49 HST.


Perlakuan P2 berbeda nyata dengan perlakuan P3 dan P0 namun berbeda tidak nyata
dengan perlakuan P4 dan P1 kemudian pada umur 56 HST perlakuan P4 menunjukkan
rerata terbesar yakni 34,19 cm perlakuan P4 berbeda tidak nyata dengan P2 dan P1
namun berbeda nyata dengan rerata lebar daun perlakuan P0 dan P3. Perlakuan P4
menunjukkan rerata terbesar karena menurut Kusumawati (2018) daun ke 16 pada
sampel perlakuan P4 telah muncul sejak 49 HST dan mengartikan perlakuan P4 pada
umur 49 HST telah dilakukan topping sehingga hasil fotosintesis difokuskan pada
pembentukan ukuran daun.
BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hasil kajian pengomposan limbah batang tanaman tembakau menggunakan
teknologi dekomposer Efektive Mikroorganisme (EM4) dapat direkomendasikan
sebagai pupuk organik dan diberikan kembali pada budidaya tanaman tembakau kasturi
lokal Jember. Penelitian yang telah dilakukan oleh Kusumawati (2020) pemberian
pupuk KBT dengan penambahan ZA 20 gr/tanaman memberikan pengaruh yang nyata
pada paramerter panjang daun dan lebar daun.

4.2 Saran
Penelitian mengenai pengaruh pupuk KBT terhadap produktivitas tanaman
Tembakau perlu dikembangkan dan diteliti lebih lanjut sebagai substitusi pupuk
anorganik atau diberikan bersama dengan pupuk anorganik baik pupuk tunggal maupun
pupuk majemuk melalui pemupukan nitrogen secara berimbang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, 2015. Luas Panen, Rata-rata Produksi, dan
Total Produksi Tembakau Voor Oogst Kasturi Menurut Kecamatan, 2013.
Jember Dalam Angka 2014. Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Jember.
Update 10 November 2020

Budiman, H., 2012. Budidaya Tanaman Tembakau Kiat Menanam Tembakau


Berkualitas Tinggi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Djajadi, 2008. Pengaruh Pupuk Majemuk Terhadap Hasil Dan Mutu Tembakau
Virginia Di Bondowoso, Jawa Timur. Jurnal Littri 14(3) : 95 – 100.

Herminingsih, H., 2014. Jurnal 7 (2) Hal. 31 - 44. Hubungan Adaptasi Petani
Terhadap Perubahan Iklim Dengan Produktivitas Tembakau Pada Lahan
Sawah dan Tegalan di Kabupaten Jember. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian.

Hidayah N. dan Djajadi, 2009.Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi perkembangan


pathogen tular tanah pada tanaman tembakau. Balai Penelitian Tanaman
Tembakau Dan Serat, 8 (2), 74-83 ISSN: 1412-8004.

Kusumawati, Dinda Ayu. 2020. Tugas Akhir : Pengaruh Pemberian Kompos Batang
Tembakau Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tembakau (Nicotiana tabacum
L,.) Kasturi.

PT Perkebunan Nusantara XI, 2018. Hasil Analisa contoh tanah, Kompos Batang
Tanaman Tembakau, Sekam Padi dan Serbuk Gergaji Kayu. Pusat Penelitian
Sukosari. Jatiroto – Lumajang

Roidah, I, S., 2013. Jurnal. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untu Kesuburan
Tanah. Jurnal Universitas Tulungagung.

Samekto, R. 2006. Pupuk Kompos. Penerbit PT Citra Aji Parama. Yogyakarta. 44


halaman

Triwidianto, C., Supriyadi., Wijayanti, R,R., Pratiwi, B, Y., 2018. Jurnal.


Pengembangan Produktivitas Tanaman Tembakau (Nicotina tobaccum
L.)Dengan Pemanfaatan Limbah Batang Tanaman Tembakau Sebagai Pend
ekatan Green Procdutivity.. The First International Conference of Food and
Agricuture.

Wikipedia (?).Lactobacillus, https://id.wikipedia.org/wiki/Lactobacillus [diakses 07-9-


2021]

13
Yulianto A.B.,dkk.(2009:7). Buku PedomanPengolahanSampahTerpadu:Konversi
Sampah Pasar MenjadiKompos Berkualitas Tinggi, Jakarta. Hal 7-12-13.

14

Anda mungkin juga menyukai