Anda di halaman 1dari 36

BUDIDAYA TANAMAN TEH (Camellia sinensis L.

MAKALAH

Oleh :

ATIKAH SHAFHAH
1904290150
AGROTEKNOLOGI 4

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiraat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan
kekuatan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Budidaya Tanaman Teh (Camellia sinensis L.)”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua Orang Tua, yang telah memberikan dukungan baik secara moral dan material
pada penulis.

2. Ibu Dr. Rini Sulistiani S.P., M.P., selaku Dosen Mata Kuliah Budidaya Tanaman
Tembakau, Kopi, dan Teh Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara.

3. Teman- teman Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan.
Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis harapkan.

Medan, Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 2
Botani Tanaman ...................................................................................................... 2
Morfologi Tanaman ................................................................................................ 2
Syarat Tumbuh ....................................................................................................... 4
Teknik Budidaya Tanaman Teh ............................................................................. 5
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 32
Kesimpulan ........................................................................................................... 32
Saran ..................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 33

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu jenis tanaman

dari keluarga Theaceae yang memiliki banyak manfaat kesehatan, diantaranya anti obesitas

dan anti alergi (Martono dan Setiyono, 2014). Teh merupakan salah satu minuman yang

banyak dikonsumsi oleh masyarakat lokal maupun luar negeri. Hal ini dikarenakan teh

mempunyai rasa dan aroma yang khas. Syarat tumbuh optimal tanaman teh adalah suhu 13-

15 ºC dengan kelembaban relatif > 70%. Ketinggian tempat yang baik untuk pertumbuhan

tanaman teh adalah 400-2.000 meter di atas permukaan laut. Curah hujan optimum untuk

tanaman teh adalah 223-417 mm bulan-1 (Supriadi dan Rokhmah, 2014).

Komoditas teh merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan di Indonesia.

Indonesia adalah negara pengekspor teh terbesar kedua setelah Vietnam untuk kawasan

ASEAN yaitu 32,13% dari total produksi teh ASEAN, sedangkan produksi Vietnam 43,48%

(PDSIP, 2015). Tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk menghasilkan produksi yang banyak,

khususnya tenaga kerja pemetikan.

Budidaya tanaman teh bertujuan untuk mendapatkan hasil panen berupa pucuk atau

daun muda. Pucuk yang berkualitas adalah pucuk peko. Salah satu cara untuk memacu

pertumbuhan pucuk adalah pemangkasan. Pemangkasan merupakan kegiatan pemeliharaan

tanaman teh membentuk perdu yang bertujuan untuk membuang cabang-cabang yang kurang

produktif, mempertahankan kondisi bidang petik tetap rendah dan rata, sehingga

memudahkan pemetikan dan mempertahankan pertumbuhan pada fase vegetatif

(Safitri dan Ahmad, 2018).

1
BAB II
PEMBAHASAN

Botani Tanaman

Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer dikonsumsi di banyak

negara. Teh sebagai salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup

penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, yakni sebagai salah satu penghasil

devisa negara sesudah minyak dan gas. Teh yang baik dihasilkan dari bagian pucuk (peko)

ditambah 2-3 helai daun muda, karena pada daun muda tersebut kaya akan senyawa

polifenol, kafein serta asam amino. Senyawa-senyawa inilah yang akan mempengaruhi

kualitas warna, aroma dan rasa dari teh.

Klasifikasi Tanaman Teh

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Guttiferales

Famili : Theaceae

Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis L (Putra, 2015).

Morfologi Tanaman

Akar

Tanaman teh memiliki perakaran tunggang dengan cabang yang berjumlah hanya

sedikit. Tanaman teh memiliki perakaran yang dangkal dan cukup peka terhadap keadaan

fisik tanah. Kemampuan akar untuk menembus tanah yang keras sangat terbatas, sehingga

akar akan mengalami perkembangan pada volume tanah hingga ke dalaman 23 cm saja. Pada

akar tanaman teh terdapat lapisan yang menyerupai gabus yang memiliki fungsi untuk

2
mencegah keluar masuknya air dan sebagai tempat menyimpan makanan yang sebagian besar

adalah karbohidrat.

Batang

Tanaman teh memiliki bentuk batang yang tumbuh lurus dan berjumlah banyak. Akan

tetapi, batang tanaman teh berukuran kecil. Jika batang ini tidak dipangkas, maka akan

tumbuh membentuk tajuk seperti pohon cemara.

Daun

Tanaman teh berdaun tunggal yang tumbuh berselang-seling pada cabang yang

tumbuh dari ketiak daun dibagian bawah tajuk. Bentuk helaian daun teh yaitu berbentuk

langset dengan tulang daun yang menyirip dan runcing pada bagian ujungnya. Tepi daun teh

lancip bergerigi. Daun yang muda warnanya lebih terang dan ukurannya lebih lebar dari pada

daun tua,yaitu sekitar 2,5-25 cm dan pucuk serta ruas lebih banyak rambutnya. Sedangkan

daun tua mempunyai warna hijau kelam dengan permukaan yang lebih licin dibandingkan

daun muda. Daun teh mengalami dua fase pertumbuhan, yaitu fase aktif dan fase inaktif. Fase

aktif ialah fase pertumbuhan normal atau disebut juga dengan fase peko, sedangkan fase

inaktif ialah fase istirahat pertumbuhan tunas.

Bunga

Tanaman teh berbunga sempurna tumbuh pada ketiak daun, tunggal atau beberapa

bunga bergabung menjadi satu, berkelamin dua, bergaris tengah 3–4cm, warnanya kuning,

dan berbau harum. Bunga memiliki daun bunga (calyx) dan mahkota bunga (corolla). Daun

bunga berjumlah 5 sepal dan mahkota bunga 5 petal serta berbentuk lonjong cekung. Tangkai

sarinya panjang dengan benang sari (anthera) kuning bersel kembar, menonjol 2-3 milimeter

keatas. Putik bertangkai panjang atau pendek dan pada kepalanya.

3
Buah dan Biji

Buahnya berupa buah kotak. Berdinding tebal, dan pecah menurut ruang. Buah yang

masih muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi cokelat kehitaman. Bijinya keras,

berwarna cokelat, beruang tiga, berkulit tipis berbentuk bundar disatu sisi, dan datar disisi

yang lain. Buah yang masak dan keringakan pecah dengan sendirinya, serta bijinya ikut

keluar. Dalam satubuah berisi 1–6 biji, tetapi rata-rata 3 biji. Biji mengandung minyak

dengan kadar yang tinggi, yaitu 20% dari berat biji.

Syarat Tumbuh

Iklim

Faktor iklim yang harus diperhatikan seperti suhu udara yang baik berkisar 13 -15°C,

kelembaban relatif pada siang hari >70%, curah hujan tahunan tidak kurang 2.000 mm,

dengan bulan penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan. Dari segi

penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi pertanaman teh. Makin banyak sinar

matahari makin tinggi suhu, bila suhu mencapai 30°C pertumbuhan tanaman teh akan

terlambat. Pada ketinggian 400-800 m kebun kebun teh memerlukan pohon pelindung tetap

atau sementara.

Tanah

Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh adalah tanah yang serasi. Tanah

yang serasi adalah tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak terdapat cadas

dengan derajat kemasaman 4,5-5,6. Tanah yang baik untuk pertanaman teh terletak dilereng -

lereng gunung berapi dinamakan tanah Andisol. Selain Andisol terdapat jenis tanah lain yang

serasi bersyarat, yaitu Latosol dan Podzolik. Kedua jenis tanah ini terdapat di daerah yang

rendah dibawah 800 mdpl.

4
Teknik Budidaya Tanaman Teh

1. Pembibitan
Tanaman teh dapat diperbanyak secara generatif maupun secara vegetatif. Pada

perbanyakan secara generatif digunakan bahan tanam asal biji, sedangkan perbanyakan

secara vegetatif digunakan bahan tanaman asal setek berupa klon. Biji yang baik ditandai

dengan beberapa ciri, antara lain:

a. Kulit biji berwarna hitam dan mengkilap.

b. Berisi penuh, dengan isi biji berwarna putih.

c. Mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada air, sehingga apabila dimasukkan

kedalam air akan tenggelam.

d. Mempunyai bentuk dan ukuran yang normal.

e. Tidak terserang penyakit, cendawan ataupun kepik biji.

Biji yang dipungut untuk dijadikan benih adalah biji yang telah jatuh ke tanah,

dikumpulkan secara teratur setiap hari, benih yang digunakan adalah benih yang baik.

Sebaiknya biji segera disemai karena daya kecambah biji teh cepat menurun dan biji teh

mudah menjadi busuk.

1. Penyemaian biji

Persiapan lahan untuk persemaian harus dilaksanakan 6 bulan sebelum penyemaian

benih. Tanah dibersihkan dan dicangkul sedalam 30 cm, ke-mudian dibuat bedengan.

Diantara bedengan dibuat saluran drainase untuk membuang kelebihan air. Bedengan diberi

atap naungan miring timur-barat dengan sudut kemiringan 300. Pengecambahan biji

dimaksudkan untuk memperoleh biji yang tumbuh seragam dan serempak sehingga

memudahkan pemindahannya ke persemaian bibit atau ke kantong plastik.

2. Pemeliharaan dipersemaian bibit asal biji

Untuk memperoleh bibit yang baik, yang tumbuh subur dan sehat serta terhindar dari

gangguan hama dan penyakit, bibit dipersemaian harus dijaga dengan baik.

5
Pemeliharaan bibit terdiri atas:

a. Penyiraman

b. Penyulaman

c. Penyiangan

d. Pemupukan

e. Pengendalian hama dan penyakit

f. Pengaturan naungan

3. Pemindahan bibit ke lapangan

Setelah bibit berumur dua tahun, benih yang mempunyai ukuran lebih besar dari

pensil, dapat dibongkar untuk dipindahkan ke kebun.

Cara pembongkaran bibit adalah sebagai berikut:

a. Dua minggu sebelum bibit dibongkar, batang dipotong setinggi 15-20 cm dari

permukaan tanah.

b. Bibit dibongkar dengan cara mencangkul tanah disekitar bibit sedalam 60 cm,

selanjutnya dicabut dengan hati-hati, akar tunggang dan akar se-rabut yang terlalu

panjang bisa dipotong.

c. Bibit ini disebut bibit stump, yang sebaiknya ditanam segera pada hari itu juga di

kebun yang telah dipersiapkan.

d. Bibit yang ukuran batangnya lebih kecil dari pensil sebaiknya tidak di-gunakan.

Pertanaman teh diarahkan pada cara memperoleh produksi yang tinggi dan mantap,

sehingga perusahaan perkebunan teh menjadi lebih efisien. Hal ini sulit dicapai apabila

digunakan bahan tanam asal biji. Karena biji merupakan hasil per-silangan yang dapat

menimbulkan perubahan sifat pada keturunannya.

Pembibitan menggunakan stek merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi

kebutuhan bibit dalam jumlah yang banyak, dan jenis klon yang di-tentukan dapat dipastikan

6
sifat keunggulannya sama dengan induknya. Untuk memperoleh hasil pembibitan setek

berupa setek bibit yang baik, diperlukan adanya perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan

yang baik dan tepat waktu.

Adapun lokasi untuk pembibitan, diantaranya:

1. Lokasi terbuka, drainase tanah baik dan tidak becek.

2. Dekat dengan sumber air, untuk keperluan penyiraman.

3. Dekat dengan sumber tanah, untuk mengisi polibag.

4. Lebih baik bila lahan melandai kearah timur, agar mendapat sinar matahari pagi.

5. Dekat dengan jalan agar memudahkan dalam pengawasan dan peng-angkutan ke lokasi

yang akan ditanami.

Media tanah untuk setek terdiri dari tanah lapisan atas (topsoil) dan lapisan bawah

(subsoil). Syarat-syarat subsoil yang baik adalah mengandung liat yang relatif tinggi sehingga

dapat menahan ataupun menyerap air lebih lama, kan-dungan pasir tidak boleh lebih dari

30%, dan bahan organik maksimal 10%. Serta pH ta-nah 4,5 – 5,6. Mengingat pentingnya

penggunaan media yang steril untuk persemaian guna untuk membantu terciptanya bibit yang

sehat dan layak untuk dikem-bangkan. Karena suatu kondisi media persemaian merupakan

salah satu faktor dalam menentukan keberberhasilan ataupun kegagalan bibit yang dihasilkan.

Tanah disimpan selama 4-6 minggu dalam bangunan penyimpanan, dan tanah harus

tetap dalam keadaan lembab. Setelah disimpan, ayaklah tanah menggunakan ayakan kawat

yang berdiameter ± 1 cm. sebelum media tanah di-masukkan kedalam kantong plastik,

terlebih dahulu dicampur dulu dengan pupuk, fungisida dan tawas. Adapun pengambilan

ranting stek atau stekres mulai dapat diambil 4 bulan setelah pemangkasan. Tanda bahwa

setekres matang ialah apabila pangkal stekres sepanjang ± 10 cm sudah menunjukkan warna

coklat. ranting dipotong dengan pisau tajam. Satu stek terdiri dari satu lembar daun dengan

ruas sepanjang 0.5 cm diatas dan 3-4 cm dibawah buku. Setek ditampung dalam satu tempat

7
yang berisi air bersih. Stek tidak boleh direndam lebih dari 30 menit. Dari satu ranting stek

hanya digunakan bagian tengahnya saja dan rata-rata diperoleh 3-4 stek yang baik untuk

dijadikan bibit.

2. Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan pada pertanaman teh dapat dibedakan menjadi dua yaitu persiapan lahan

untuk penanaman baru dan persiapan lahan untuk penanaman ulang (replanting).

A. Persiapan lahan untuk penanaman baru

Tahapan-tahapan persiapan lahan pada penanaman baru adalah sebagai berikut :

1. Melakukan survei dan pemetaan tanah terlebih dahulu, meliputi :

 Pembuatan jalan kebun, kontrol dan transportasi

 Menentukan lokasi emplasmen untuk pabrik, perumahan dan lain-lain.

 Membuat peta kebun dan peta kemampuan lahan

 Pembuatan fasilitas yang mendukung pengembangan kebun

2. Pembongkaran pohon dan tunggul

Pohon dan tunggul dibongkar langsung. Pohon dimatikan dulu dengan cara

pengulitan, baru dibongkar. Pohon dimatikan dengan menggunakan larutan kimia yang

dioleskan pada batang yang dikuliti

3. Babad dan nyasap

Pembabatan pohon dan tunggul dilakukan setelah pembongkaran pohon dan tunggul

selesai. Setelah pembabatan tanah disasap dengan cangkul sedalam 5-10 cm untuk

membersihkan gulma. Pekerjaan ini dilakukan musim kemarau.

4. Pengolahan tanah

Pencangkulan pertama dilakukan sampai sedalam 60 cm untuk menggemburkan

tanah. Selanjutnya pencangkulan kedua sedalam 30-40 cm setelah 2-3 minggu setelah

pencangkulan pertama sambil meratakan tanah.

8
5. Pembuatan jalan dan saluran drainase.

Selesai membuat petakan tanah berukuran 20 x 20 m, perlu segera dibuat jalan kebun

untuk memudahkan pekerjaan pemeliharaan tanaman. Lebar jalan kebun cukup 1 m dengan

panjang tergantung keadaan. Jangan terlalu banyak membuat jalan sehingga banyak lahan

terbuang atau terlalu sedikit sehingga menyulitkan pelaksanaan pekerjaan. Selesai pembuatan

jalan, dibuat saluran drainase untuk mencegah erosi. Pembuatan saluran drainase agar

mempertimbangkan kemiringan serta letak jalan kebun.

B. Persiapan Lahan Untuk Penanaman Ulang

Penanaman ulang ditujukan untuk meningkatkan produktivitas yang sebelumnya rendah

karena teh tua yang jumlahnya sudah cukup besar lebih dari 50% dan pohon-pohon

pelindungnya sudah tua.

Teknik pelaksanaan persiapan lahan untuk penanaman ulang adalah sebagai berikut :

1. Pembongkaran pohon pelindung yang tidak dikehendaki agar sumber

hama/penyakit, persaingan hara, air dan lain-lain dapat dihindari.

2. Pembongkaran perdu teh tua harus mempertimbangkan kemiringan lahan, agar erosi

tidak terlalu besar. Untuk lahan datar dan landai, pembongkaran perdu teh dapat

dilakukan dengan pencabutan, sedang daerah kemiringan 30% perdu-perdu teh tidak

perlu dibongkar tetapi dimatikan dengan bahan kimia. Pembongkaran dapat

menggunakan takel (Gambar 6).

3. Sanitasi lahan untuk persiapan lahan yang berasal dari kebun yang telah terserang

penyakit cendawan akar sebagai berikut :

 Penanaman rumput Guatemala selama dua tahun, setelah itu baru ditanami teh

 Lahan siap tanam difumigasi terlebih dahulu dengan methyl bromida. Caranya

dengan mengalirkan methyl bromida ke dalam lembaran plastik yang menutupi

9
tanah selama dua minggu. Setelah itu sungkup dibuka selama dua minggu baru

dapat ditanami teh lagi

 Lahan difumigasi dengan Vapam menggunakan alatsuntik tanah sebanyak 8

ml/lobang. Jarak antar lobang 30 cm x 30 cm. Penyuntikan pada saat tanah

lembab/basah, atau setelah disuntik Vapam kemudian disiram air. Setelah satu

bulan tanah dapat ditanami teh kembali.

4. Pengolahan tanah setelah teh dicabut dilakukan dengancara dicangkul seperti pada

pengolahan tanah untuk penanaman baru. Sedangkan untuk lahan yang perdunya

dimatikan dengan bahan kimia, pengolahan tidak perlu dilakukan, cukup dengan

penataan tanah dan pembuatan lobang tanam. Bila masih terdapat rumput liar, maka

perlu disemprot dengan herbisida.

3. Penanaman

Sebelum lahan ditanami teh, perlu dilakukan penetapan jarak tanam dengan

pengajiran. Setelah itu baru dilakukan pembuatan lubang tanam sesuai letak ajir. Selesai

pembuatan lubang tanam baru dilakukan penanaman.

a. Jarak Tanam

Makin besar jumlah populasi, tajuk semakin cepat menutup. Jarak tanam yang

dianjurkan berdasarkan kemiringan lahan adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Jumlah tanaman per hektar berdasarkan kemiringan lahan

Kemiringan lahan Jarak Tanam (cm) Jumlah Tanaman (phn/ha)

0 – 15 % 120 x 90 9260

15 – 30 % 120 x 75 11110

> 30 % 120 x 60 13888

Dalam batas tertentu 120 x 60 x 60 18500

4.

10
b. Pengajiran

Pengajiran dilakukan sebelum tanaman ditanam bermaksud agar jumlah tanaman teh

sesuai dengan jarak tanam yang ditetapkan. Ajir yang dipakai panjang 50 cm dengan tebal 1

cm. Cara pengajiran pada lahan datar dan landai dengan membuat ajir induk pada kedua sisi

lahan, kemudian dilakukan dengan sistem barisan lurus atau zigzag sesuai jarak tanam. Pada

lahan miring pengajiran dilakukan dengan sistem kontrol.

c. Pembuatan Lubang Tanam

Karena jarak antara 2 ajir dekat, maka lobang tanam dibuat di antara kedua ajir yang

telah ditanam. Ukuran lubang tanam untuk bibit asal stump biji adalah 30 x 30 x 40 cm dan

untuk bibit asal setek 20 x 20 x 40 cm. Lubang dibuat 1 minggu sebelum ditanam.

d. Penanaman

Sebelum ditanam lubang diberi pupuk dasar 11 g urea + 5 g TSP + 5 g KCl. Untuk

daerah pH tinggi lubang diberi belerang murni sebanyak 10-15 g atau 50-100 g belerang

lumpur tiap lubang. Bibit asal stump biji atau bibit asal polibag setelah ditanam, lubang

tanam diratakan agar bekas penanaman tidak nampak cekung atau cembung.

e. Penanaman Tanaman Pelindung

Ada 2 macam tanaman pelindung : tanaman pelindung sementara dan tetap. Tanaman

pelindung sementara dipakai jenis Crotalaria sp dan Tephrosia sp. Tanaman bersifat ganda

karena menambah kesuburan tanah dimana bintil akar dapat mengikat unsur hara N. Setelah

tanaman teh berumur 2-3 tahun sebaiknya sudah ada pohon pelindung tetap yang ditanam

setahun sebelum the ditanam atau bersamaan. Jenis pohon pelindung yang dianjurkan :

Albizia falcata, Albizia sumatrana, Albizia chinensis, Albizia procera, Derris microphylla,

Leucaena glauca, Leucaena pulverulenta, Erythrina subumbrans, Erythrina poeppingiana,

Gliricidia maculata, Acacia decurens, Media azedarach dan, Grevillea robusta.

11
4. Pengelolaan Tanaman

a. Kerik Lumut

Kerik lumut dilakukan setelah proses pemangkasan berlangsung, biasanya dilakukan

4 tahun sekali atau dapat dilakukan setengah bualan setelah kubur ranggas dilakukan. Batang

teh terdapat pada kondisi yang lembab akibat dari ternaungnya daun teh, sehingga banyak

lumut dan tumbuhan yang menempel pada batang teh. Apabila lumut yang menempel pada

batang tanaman teh tidak dibersihkan maka pertumbuhan tunas – tunas akan terganggu. Oleh

karena itu, agar produktivitas pucuk teh semakin meningkat, maka perlu dilakukan kerik

lumut. Pada saat proses pengerikan lumut berlangsung perlu diperhatikan agar kulit kayu teh

tidak terkelupas.

Standar kerja kerik lumut adalah 1 patok per hari untuk setiap pekerja. Pada

prakteknya tingkat kebersihan kerik lumut masih kurang dari 60 %. Hal ini mungkin

disebabkan karena pekerjaan ini adalah borongan sehingga para pekerja hanya mengejar

target harian. Tanaman teh yang bersih dari lumut, maka proses pembentukan tunas tidak

terganggu dan dapat lebih cepat, sehingga produktivitas the dapat meningkat.

Peralatan yang digunakan untuk melakukan proses kerik lumut yaitu pisau, sapu lidi,

sabut kelapa atau potongan karung. Kerik lumut dilakukan dengan cara menggosok-gosokkan

waring bekas atau karung bekas ataupun benda lain yang mempunyai permukaan kasar

sehingga lumut yang menempel dapat terbuang. Kegiatan penggosokan dilakukan dari bawah

kemudian ke atas, lalu ke cabang-cabangnya. Selain itu di sekitar bokoran, gulma-gulma juga

dibersihkan

12
Gambar 1. Tanaman Teh Sebelum dan Sesudah Kerik Lumut

Kerik lumut yang dilakukan setelah pangkasan menjadikan proses kerik lumut agak

lama. Hal ini dikarenakan harus menyingkirkan ranting-ranting hasil pangkasan di atas perdu

terlebih dahulu, kemudian kerik lumut dilakukan dan setelah itu mengembalikan ranting-

ranting itu kembali di atas perdu.

b. Kubur Ranggas

Yang dimaksud dengan ranggas adalah ranting-ranting hasil pangkasan. Ranggas

dikubur atau dibenamkan kedalam tanah kurang lebih 60 cm. Ranggas yang dikubur ialah

ranggas yang telah kering. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penguapan di

dalam tanah karena daun yang masih hijau jika dikubur di dalam tanah masih mengeluarkan

uap. Kubur ranggas dilakukan disela-sela tanaman teh.

Kubur ranggas yaitu mengubur ranting dan cabang bekas pangkasan, setelah kurang

lebih 10 hari di atas perdu teh, daun-daun teh telah rontok dan ranggas-ranggas tersebut telah

boleh dibenamkan di sekitar pertanaman teh. Hal ini berfungsi untuk mengembalikan bahan

organik tanah sehingga menyuburkan kembali tanah serta memberikan hara lebih untuk

tanaman teh. Selain itu juga untuk mengembalikan unsur Nitrogen, Fosfor, dan Kalium yang

hilang akibat pemetikan dan pemangkasan.

Langkah-langkah melakukan kubur ranggas yaitu pertama pilih larikan antara barisan

tanaman teh yang agak lebar, kemudian buat lubang pada larikan dengan kedalaman kurang

lebih 60 cm, lalu masukkan ranting-ranting bekas pemangkasan ke dalam lubang, kemudian

13
tutup kembali lubang tersebut. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah cangkul.

Standar kerja kubur ranggas adalah 1 patok per hari per orang.

Pelaksanaan kegiatan kerik lumut dan kubur ranggas dilakukan sesuai dengan

kebutuhan, misalnya kerik lumut dapat dilakukan terlebih dahulu, kemudian baru

dilaksanakan kubur ranggas. Tapi dapat dilakukan pula sebaliknya yaitu kubur ranggas

dilakukan terlebih dahulu baru kemudian kerik lumut dilakukan.

Misalkan dalam suatu perkebunan teh, kerik lumut dilakukan setelah pemangkasan,

sehingga kubur ranggas dilakukan setelah kerik lumut. Hal ini dikarenakan jumlah tenaga

kerja yang terbatas untuk melaksakan pemangkasan. Jika kubur ranggas dilakukan terlebih

dahulu dengan tenaga yang sedikit maka akan memakan waktu yang lama, sehingga tunas

segera muncul. Ketika tunas muncul dan belum dilakukan kerik lumut, maka pertumbuhan

tunas akan terhambat sehingga kerik lumut dilakukan terlebih dahulu.

c. Penggarpuan

Kegiatan penggarpuan adalah kegiatan terakhir dari pemangkasan. Penggarpuan

merupakan kegiatan menggemburkan tanah dengan cara menggarpu tanah di sekeliling

tanaman. Sebelum dilakukan penggarpuan, dilakukan pembersihan gulma terlebih dahulu.

Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperbesar pori-pori tanah agar akar mudah

menyerap unsur hara dari tanah sehingga tanah menjadi gembur, menjaga aerasi tanah, dan

memutus sebagian akar teh, karena akar teh juga memerlukan regenerasi agar terbentuk akar

serabut yang baru. Kegiatan ini tidak menggunakan cangkul, hal ini bertujuan agar akar yang

terpotong terkendali, sehingga diharapkan tidak merusak perakaran tanaman teh. Sebelum

penggarpuan dilakukan pembabatan gulma terlebih dahulu. Standar pekerja penggarpuan

adalah 1 patok per orang per hari. Alat yang digunakan adalah garpu yang berbentuk seperti

sendok porok yang digunakan dalam membalik tanah sehingga tanah menjadi gembur.

14
Kegiatan penggarpuan terdapat dua macam yaitu :

1. Garpu biasa yaitu penggarpuan yang dilakukan setelah penyiangan dan

pemangkasan

2. Garpu ekstra yaitu penggarpuan yang dilakukan 2 tahun setelah pemangkasan.

Garpu ekstra ini biasanya dilakukan setelah pengendalian gulma dengan

menggunakan herbisida.

Kegiatan penggarpuan dapat sulit dilakukan jika kondisi lahan terjal, gulma tumbuh

subur, tidak terdapat terasering, serta barisan yang tidak teratur.

Gambar 2. Penggarpuan

5. Pemangkasan

Dalam mempertahankan kondisi bidang petik, pemangkasan sangat dibutuhkan

sehingga memudahkan pemetikan dan meningkatkan produktivitas. Tujuan dari pemangkasan

antar lain:

1. Memelihara bidang petik tetap rendah untuk memudahkan pemetikan

2. Mendorong pertumbuhan tanaman teh agar tetap pada fase vegetatif.

3. Membentuk bidang petik (frame) seluas mungkin.

4. Merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru.

5. Meringankan biaya pengendalian gulma.

6. Membuang cabang-cabang yang tidak produktif.

7. Mengatur fluktuasi produksi harian pada masa flush dan masa minus (kemarau).

15
a. Prinsip-Prinsip Pangkasan

1. Batang/cabang/ranting yang telah dipotong tidak boleh pecah atau rusak.

2. Luka pangkas pada batang/cabang/ranting harus rata membentuk sudut 45o

menghadap ke dalam perdu.

3. Membuang ranting-ranting kecil dengan diameter kurang dari 1 cm (ukuran

pensil).

4. Membuang cabang yang membenggul.

5. Membuang cabang-ranting yang lapuk.

6. Membuang salah satu cabang/ranting yang menumpuk, bersilang atau berdekatan

dengan jarak kurang dari 5 cm.

7. Bidang pangkasan harus sejajar dengan permukaan tanah.

b. Sistem dan Jenis Pangkasan

Sistem pangkasan merupakan urutan ketinggian pangkasan yang diterapkan dalam

satu siklus pangkas dibandingkan dengan siklus pangkas sebelumnya.

a. Sistem I

Sistem pangkas yang selalu naik. Pemangkasan selalu menaikkan bidang pangkas

(3-5 cm) lebih tinggi dari bidang pangkas sebelumnya sampai batas maksimal pada

ketinggian 65-70 cm, kemudian turun kembali pada ketinggian 50-55 cm.

b. Sistem II

Sistem pangkasan tetap. Ketinggian pangkasan yang relatif tetap sekitar 60-65 cm

berulang-ulang setiap siklus pangkas. Dengan pertimbangan kontinuitas produksi dan

harapan produktivitas yang lebih baik, sistem pangkasan yang banyak diterapkan di

perkebunan besar adalah Sistem I. Dengan sistem ini, cabang/ranting yang tertinggal pada

perdu relatif lebih muda dari pangkasan sebelumnya, sehingga akan lebih cepat

menumbuhkan tunas baru yang berarti lebih cepat dilakukan jendangan.

16
Pengaturan ketinggian pangkasan dengan sistem di atas adalah sebagai berikut:

Siklus I : 50 cm

Siklus II : 55 cm

Siklus III : 60 cm

Siklus IV : 65 cm, dan kembali lagi ke ketinggian siklus I (50 cm).

c. Daur Pangkas

Lamanya daur pangkas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :

1. Ketinggian letak kebun dari permukaan laut; makin tinggi letak kebun dari

permukaan laut, makin lambat kecepatan pertumbuhan tanaman teh dan

sebaliknya.

2. Sistem petik; petikan keras akan menyebabkan naiknya bidang petik lebih lambat

sehingga daur pangkasnya panjang, sedangkan petikan ringan akan menyebabkan

naiknya bidang petik lebih cepat sehingga daur pangkas lebih pendek.

3. Kesuburan tanah dan pengelolaan tanaman; makin subur tanah dan makin baik

pengelolaan suatu kebun, makin cepat pertumbuhan tanaman yang berarti makin

pendek daur pangkasannya, bila dibandingkan dengan tanaman pada tanah yang

kurang subur/kurang pemeliharaannya.

4. Pemetikan yang sering “kaboler” dan tidak "imeut" akan memperpendek daur

pangkasan, ini berarti produktivitas perdaur pangkasan turun.

5. Jenis tanaman; tanaman yang berasal dari klon umumnya lebih cepat

pertumbuhannya dibanding tanaman teh asal biji. Makin tinggi pangkasan

sebelumnya, makin pendek dasar pangkasan berikutnya.

Dengan melihat beberapa faktor di atas, maka penentuan kapan satu blok kebun harus

dipangkas dilihat dari:

1. Produktivitas tanaman yang sudah mulai menurun.

17
2. Ketinggian bidang petik yang sudah tidak ergonomis bagi pemetik (120-140 cm).

3. Urutan dipangkas dikaitkan dengan sebaran pangkasan per bulan.

Sebagai prakiraan, daur pangkasan berdasarkan ketinggian tempat adalah sebagai

berikut:

Tabel 2. Daur pangkasan berdasarkan ketinggian tempat

Daerah Umur Pangkasan (bulan)

Tinggi 48 – 52

Sedang 36 – 42

Rendah 30 – 36

Sebagai acuan, sebaran pangkasan per semestar diatur sebagai berikut:

Semester I : 60-70% dari rencana setahun.

Semester II : 30-40% dari rencana setahun.

Sebelum dilakukan pemangkasan dilakukan pengecekan kesehatan tanaman satu bulan

sebelum pemangkasan dengan cara tes kadar pati atau tes kadar air.

d. Cara pemangkasan

1. Pangkas dengan manual

 Memotong cabang/ranting pada ketinggian yang dikehendaki.

 Luka pangkas pada batang/cabang/ranting diupayakan rata membentuk sudut

45° menghadap ke dalam perdu.

 Batang/cabang/ranting yang telah dipotong tidak boleh pecah atau rusak, oleh

karena itu gaet atau gergaji harus tajam.

 Memotong cabang/ranting yang besarnya lebih kecil dari ibu jari (<2 cm)

menggunakan gaet pangkas, sedangkan yang lebih besar dari ibu jari (> 2 cm)

 mempergunakan gergaji pangkas.

18
 Membuang cabang/ranting kecil yang berukuran diameter kurang dari 1 cm

(ukuran pensil).

 Bidang pangkasan harus sejajar dengan permukaan tanah.

 Untuk membentuk luka pangkas menghadap kedalam perdu, pemangkasan

dilakukan dari kedua sisi perdu sesuai dengan barisan tanaman.

2. Pangkas dengan mesin

 Memotong cabang (I) sedalam 15-25 cm dari bidang petik.

 Memotong cabang (II) sedalam > 25 cm sampai pada ketinggian yang

diinginkan.

 Arah pemangkasan dilakukan sejajar dengan pohon yang dipangkas, dari arah

kanan ke kiri sesuai dengan arah putaran mesin.

 Untuk mengefektifkan jam kerja mesin, setiap satu jam kerja mesin

diistirahatkan selama satu menit.

 Untuk membersihkan cabang/ranting kecil dilakukan secara manual dengan

gaet.

e. Jenis Pangkasan

Ada delapan jenis pangkasan bentuk pada tanaman teh sebagai berikut :

1. Pangkasan pertama disebut pangkasan indung 10 – 20 cm dari permukaan tanah.

2. Pangkasan bentuk, yaitu pangkasan setinggi 30 – 40 cm dari permukaan tanah pada

umur 1,5 – 2,5 tahun.

3. Pangkasan kepris, yaitu pangkasan rata seperti meja tanpa melakukan pembuangan

ranting dilakukan pada tinggi 60 – 70 cm dari permukaan tanah.

4. Pangkasan ajir, yaitu dilakukan pada ketinggian 45 – 60 cm dengan meninggalkan

dua cabang yang berdaun sehingga seperti jambul. Jambul ini akan dibuang

menjelang dijendang.

19
5. Pangkasan bersih, yaitu pangkasan dengan membuang ranting-ranting kecil di

bagian tengah tanaman, sedang ranting yang disisinya dibiarkan. Tinggi pangkasan

dari permukaan tanah 45 -60 cm.

6. Pangkasan dalam, dilakukan pada ketinggian 15 -40 cm untuk memperbaiki dan

memperbaharui bentuk tanaman yang kurang baik.

7. Pangkasan leher akar, yaitu pangkasan berat yang dilakukan pada ketinggian 5 -10

cm dari permukaan tanah dengan maksud memperbaiki pertanaman yang rusak.

f. Kondisi Khusus

Pada prinsipnya pangkasan dilaksanakan dengan sistem selalu naik, pangkasan

dilakukan pada kondisi tanaman sehat serta kondisi iklim masih cukup lembab. Namun dalam

kondisi khusus di mana tanaman yang ada umumnya kurang sehat, pengaturan waktu

pangkas menghendaki pemangkasan menjelang musim kemarau, khususnya untuk daerah

dataran rendah, dalam mempertahankan kestabilan produksi dapat dilakukan upaya-upaya

sebagai berikut:

1. Dilakukan pangkasan jambul.

2. Dua bulan sebelum dipangkas tidak dilakukan pemetikan.

3. Pemangkasan dilakukan relatif lebih ringan/lebih tinggi (> 60 cm).

4. Tidak melakukan pangkasan bersih, tetapi dengan pangkas kepris.

5. Secara bertahap kondisi khusus ini dikurangi dengan mengkondisikan tanaman

selalu dalam kondisi sehat melalui upaya-upaya jangka panjang dan terencana,

antara lain melalui kegiatan konservasi tanah dan air.

6. Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan daya dukung tanah terhadap

peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman teh. Oleh karena itu, pemupukan harus

dilakukan dengan 4 tepat, yaitu tepat dosis, tepat jenis, tepat cara dan tepat waktu.

20
a. Tepat waktu

Waktu pemupukan terbaik untuk tanaman teh adalah saat kondisi jumlah curah hujan

antara 60-200 mm/minggu. Apabila curah hujan kurang dari 60 mm/minggu maka

penyerapan unsur hara dari pupuk tidak dapat terjadi dengan sempurna karena unsur-unsur

hara belum terurai secara keseluruhan. Sebaliknya jika curah hujan terlalu tinggi atau lebih

dari 200 mm/minggu maka sebagian unsur hara akan larut terbawa oleh air sehingga

pemupukan tidak efektif.

b. Tepat Dosis

Dari keempat kriteria tepat dalam pemupukan, tepat dosis merupakan kriteria yang paling

utama. Menurut Puslitbun Gambung (1992) pedoman pemupukan tanaman teh adalah sebagai

berikut :

Tabel 3. Dosis pemupukan (kg/ha/th) untuk tanaman belum menghasilkan (TBM)

Kadar Umur Dosis Pemupukan (kg/ha/th)

Bahan sejak Andosol/Regosol Latosol/Podsolik

organik tanam Mg Mg
N P2O5 K2O N P2O5 K2O
top soil O O

10
5% 1 100 60 40 - 50 50 -
0

15
2 150 60 40 20 75 75 40
0

17
3 200 75 50 30 75 75 40
5

5%-8% 1 80 50 30 - 80 40 40 -

12
2 120 50 30 20 60 60 30
0

21
16
3 150 60 50 30 60 60 30
0

8% 1 70 50 20 - 70 30 30 -

11
2 100 50 30 20 50 50 25
0

14
3 130 60 40 20 50 50 25
0

Pupuk diaplikasikan sebanyak 5-6 kali dalam setahun dan pemberian pupuk MgO

dilakukan apabila terlihat adanya gejala kahat/defisiensi Mg

Tabel 4. Dosis pemupukan untuk tanaman menghasilkan dengan target produksi minimal

2000 kg teh kering/ha/th

Jenis Pupuk Hara Dosis Optimal Aplikasi Setahun

Urea, ZA N 250-350 3-4 kali

TSP, PARP P2O5 60-120* 1-2 kali

15-40 ** 1-2 kali

MOP, ZK K2O 60-180 2-3 kali

Kiserit MgO 30-75 2-3 kali

Seng sulfat ZnO 5-10 7-10 kali

Keterangan : * = untuk jenis tanah Andosol/Regosol

** = untuk jenis tanah Latosol/Podsolik

c. Tepat Cara

Cara pemupukan yang tepat adalah dengan memberikan pupuk pada daerah perakaran

yang aktif yaitu pada jarak 30 cm-40 cm dari pangkal batang perdu teh dengan kedalaman 10

cm-15 cm dari permukaan tanah. Untuk mencapai hal tersebut pupuk dapat diberikan pada

22
rorak untuk tanah yang miring, dalam garitan keliling untuk tanaman belum menghasilkan

atau dengan penaburan pada tanah yang datar sampai landai serta pada kebun yang telah

menutup

d. Tepat Jenis

Prinsip pemberian pupuk ke dalam tanah bertujuan terjaganya imbangan pupuk yang ada

agar setiap waktu dibutuhkan tanaman sudah tersedia. Pemberian pupuk tunggal dapat

menyebabkan tidak tersedia serempak akibat pemberian, sehingga pupuk diberikan dalam

bentuk tercampur. Pupuk campuran ada 3 macam: (1) pupuk dimana NPK berbentuk butiran

yang disebut pupuk NPK mejemuk, (2) pupuk campuran dari bahan pupuk tunggal sesuai

dengan rekomendasi pupuk dengan imbangan N-PK-Mg-S-mikro, dan (3) pupuk campuran

dari pupuk tunggal yang dirakit oleh pekebun sendiri. Jenis pupuk tunggal yang biasa dipakai

petani

7. Pengendalian Hama dan Penyakit

A. Hama Penting

1) Kepik pengisap daun teh (Helopeltis spp.)

Helopeltis antonii dan Helopeltis theivora

Kepik pengisap daun atau Helopeltis menyerang pucuk daun muda. Kepik ini menusuk dan

mengisap daun teh sehingga menjadi bercak-bercak hitam. Musuh alami Helopeltis ini

banyak. Nimfanya dibunuh oleh laba-laba lompat, nimfa belalang sembah dan predator lain.

Dewasa yang terbang ditangkap oleh capung dan jaring laba-laba.

2) Ulat penggulung daun

Homona coffearia

Ulat penggulung daun membuat tempat berlindung untuk diri sendiri dari daun teh;

caranya dengan menyambungkan dua (atau lebih) daun bersama-sama dengan benang sutra,

23
atau dengan menggulung satu daun lalu menyambungkan pinggirnya. Daun yang terserang

tidak dapat dipetik sebagai hasil panen teh.

3) Ulat jengkal (ulat kilan)

Hyposidra talaca, Ectropis bhurmitra dan Buzura suppressaria,

Ulat jengkal menyerang daun, pupus daun dan pentil teh. Serangan berat menyebabkan

daun berlobang dan pucuk tanaman gundul, sehingga tinggal tulang daun saja. Ketiga jenis

ulat jengkal tersebut dapat makan bermacam tanaman lain selain teh. Ulat Hyposidra talaca

dapat memakan tanaman kopi, kakao, kina, Aleurites, jambu klutuk, rami dan beberapa jenis

kacang-kacangan. Ectropis bhurmitra bisa memakan pohon kina, gambir, kakao, jeruk,

pisang, kacang tanah, singkong dan Sambucus. Ulat Buzura suppressaria dapat memakan

mangga, Aleurites, Eucalyptus, Litchi dan jambu biji. Jenis-jenis tanaman yang merupakan

tanaman inang untuk ulat jengkal ini sebaiknya tidak ditanam di kebun teh, karena

keberadaannya akan membantu hama ini berkembang-biak. Pengendalian dilakukan dengan

menjaga kebersihan kebun, memusnahkan ulat/kepompong setiap kali memetik teh, dan

menggunakan pestisida nabati.

4) Ulat penggulung pucuk

Cydia leucostoma

Ulat penggulung pucuk menyerang bagian tanaman teh yang akan dipanen oleh petani,

jadi hama ini memiliki potensi cukup besar untuk merugikan petani. Ulat tersebut

menggulung daun pucuk dengan memakai benang-benang halus untuk mengikat daun pucuk

sehingga tetap tergulung. Cara dia menggulung daun cukup khas.

24
B. Hama Kurang Penting

1) Tungau kuning

Polyphagotarsonemus latus

Tungau kuning adalah tungau kecil sekali, dengan panjang badan yang biasanya 0,25

mm. Tungau kuning berkaki delapan.Tungau ini biasanya terlihat pada permukaan bawah

dari pucuk muda dan juga di tunas. Tungau ini muncul pada pucuk muda, khususnya di

pohon teh yang baru dipangkas. Tungau menggali lobang di permukaan tanah dan masuk ke

lobang itu hingga hanya dapat terlihat atas badannya. Serangannya lebih umum terjadi pada

musim hujan. Tungau ini dimangsa oleh musuh alami efektif. Musuh alami itu juga semacam

tungau kuning. Tungau kuning musuh alami itu berkaki lebih panjang dan larinya lebih cepat

daripada tungau kuning hama tersebut.

2) Ulat api (Setora nitens, Parasalepida, Thosea)

Ulat api badan berbulu dengan panjang sekitar 2,5 cm. Ulat ini menyerang bagian daun

yang muda dan tua. Serangan hama dapat menyerang sepanjang tahun dan terberat pada

musim kemarau. Cara mengendalikan ulat dapat dilakukan secara mekanis dengan

mengumpulkan kepompong sehingga produksi berkurang, cara mengendalikan dapat

dilakukan secara mekanis yaitu mengumpulkan kepompong, menggunakan cara hayati

dengan parasit Rogas, Wilt dieses yang disebabkan oleh virus dan penggunaan insektisida

sesuai dengan rekomendasi.

3) Tungau jingga (Brevipalpus phoenicis)

Hama ini menyerang daun tua pada bagian bawah daun. Pada awal serangan terjadi becak-

becak kecil pada pangkal daun dimana tungai ini membentuk koloni. Serangan selanjutnya

tungau akan menyerang sampai ke ujung daun sehingga daun berwarna kemerahan dan

mengering. Serangan hama ini dapat terjadi sepanjang tahun terutama musim kemarau.

25
Kerugian yang ditimbulkan berakibat pada daun tua yang rontok sehingga tertinggal ranting-

ranting tanaman.

4) Empoasca sp.

Hama ini sebenarnya hama utama pada tanaman kapas. Akibat pengaruh lingkungan

saat ini menyerang juga tanaman teh. Serangan terdapat pada pucuk dan daun muda dengan

cara mengisap cairan daun. Tanaman inang hama ini seperti: leguminosa, pupuk hijau, dadap,

cabe, dll. Pengendalian dapat dilakukan dengan insektisida dan sanitasi sarana panen.

C. Penyakit Penting Teh

1) Cacar daun (Exobasidium vexans Massee)

Penyakit cacar daun teh yang disebabkan oleh jamur E. vexans dapat menurunkan

produksi pucuk basah sampai 50 persen karena menyerang daun atau ranting yang masih

muda. Umumnya serangan terjadi pada pucuk peko, daun pertama, kedua dan ketiga. Gejala

awal terlihat bintik-bintik kecil tembus cahaya, kemudian bercak melebar dengan pusat tidak

berwarna dibatasi oleh cincin berwarna hijau, lebih hijau dari sekelilingnya dan menonjol ke

bawah. Pusat bercak menjadi coklat tua akhirnya mati sehingga terjadi lobang. Penyakit

tersebar melalui spora yang terbawa angin, serangga atau manusia. Perkembangan penyakit

dipengaruhi oleh kelembaban udara yang tinggi, angin, ketinggian lokasi kebun dan sifat

tanaman.

Banyaknya bulu daun pada peko dapat mempertinggi ketahanan terhadap penyakit

cacar. Pengendalian penyakit dilakukan dengan pengaturan naungan agar sinar matahari

dapat masuk ke kebun. Pemangkasan teh di musim kemarau agar tanaman yang baru

dipangkas dapat berkembang karena pada saat ini cacar teh sulit berkembang. Pengaturan

daur petik kurang dari 9 hari dapat mengurangi sumber penularan baru karena pucuk

terserang sudah terpetik. Untuk pencegahan, sebaiknya ditanam klon teh yang tahan terhadap

penyakit cacar daun.

26
2) Penyakit akar

Penyakit akar yang penting pada tanaman teh yaitu:

1. Penyakit akar merah anggur (Ganoderma pseudoferreum);

2. Penyakit akar merah bata (Proria hypolateritia);

3. Penyakit akar hitam (Rosellinia arcuata dan R. bunodes);

4. Penyakit leher akar (Ustulina maxima);

5. Penyakit kanker belah (Armellaria fuscipes).

Kelima penyakit ini menular melalui kontak akar sakit dengan akar sehat atau melalui

benang jamur yang menjalar bebas dalam tanah atau pada sampah-sampah di atas permukaan

tanah (jamur kanker belah). Gejala pada tanaman terserang adalah daun menguning, layu,

gugur dan akhirnya tanaman mati. Untuk mengetahui penyebabnya, harus melalui

pemeriksaan akar. Batang tanaman teh terbelah dari bagian bawah ke atas, kayu menjadi

busuk kering dan lunak sehingga mudah hancur (penyakit kanker belah). Unsur yang

mempengaruhi penyebaran penyakit adalah ketinggian tempat, jenis/kondisi tanah dan jenis

pohon pelindung.

Pengendalian dilakukan dengan penanaman pohon pelindung yang tahan,

membongkar tanaman teh yang terserang, menjaga kebersihan kebun dan pemberian

Trichoderma sp. 200 gram per pohon pada lobang bekas tanaman yang dibongkar dan

tanaman disekitarnya pada awal musim hujan, di ulang setiap 6 bulan sekali sampai tidak

ditemukan gejala penyakit akar di daerah tersebut. Tanaman teh disekitarnya diberi pupuk

kandang atau pupuk organik.

3) Penyakit busuk daun

Cylindrocladium scoparium dan Glomerella cingulata

Penyakit busuk daun disebabkan oleh C. Scoparium dan G. cingulata yang

menyerang tanaman teh di pesemaian, dapat mengakibatkan matinya setek teh. Bibit

27
terserang, timbul bercak-bercak coklat pada daun induknya, dimulai dari bagian ujung atau

dari ketiak daun. Pada serangan lanjut, daun induk terlepas dari tangkai, akhirnya setek

mengering /mati. Serangan lain dimulai dari ujung tunas, kemudian meluas ke bawah

akhirnya seluruh tunas mengering. Penyebaran penyakit melalui konidia yang dapat bertahan

lama di dalam tanah. Pencegahan penyakit dilakukan dengan mengatur kelembaban di

pesemaian dan membuat parit penyalur air untuk mencegah penggenangan (drainase).

Apabila ditemukan gejala, langsung dilakukan penyemprotan fungisida kontak yang telah

direkomendasikan.

4) Penyakit mati ujung (Die back)

Pestalotia theae

Penyakit mati ujung disebabkan oleh jamur Pestalotia thea yang menyerang tanaman

terutama melalui luka atau bagian daun yang rusak. Gejala pada daun dimulai bercak kecil

berwarna coklat, kemudian melebar. Pusat bercak keabu-abuan dengan tepinya berwarna

coklat. Dapat menyerang ranting yang masih hijau, dengan gejala sama seperti di daun.

Serangan jamur dapat menjalar sampai ke tunas sehingga ranting dan tunas mengering.

Pemetik teh mempunyai peranan dalam menyebarkan jamur. Penyakit ini akan timbul

pada tanaman yang lemah karena kekurangan unsur hara (N dan K), pemetikan yang berat,

kekeringan, angin kencang dan sinar matahari yang kuat. Pengendalian dilakukan dengan

pemeliharaan kondisi tanaman yang baik yaitu pemupukan berimbang, membuang bagian

tanaman yang terinfeksi dan pengaturan naungan sehingga bidang petiknya tidak terkena

sinar matahari langsung.

D. Penyakit Kurang Penting

a. Jamur akar coklat (Fomas noxius)

b. Jamur leher akar (Ustulina maxima)

c. Jamur busuk akar (Sphaerostilbe repens)

28
d. Jamur akar hitam (Xylaria thwaitensii)

Fungisida yang dianjurkan untuk memberantas penyakit penting pada tanaman teh

bahan aktifnya terdiri atas: tembaga oksiklorida 50%, tembaga hidroksida 77%, bitertanol

30%, triadimefon 25%, tridemorf 75%, propiconasol 25%, klorotalonial 75%, tembaga

amonium karbonat 8%, methylbromida, natrium metan, tembaga 50%, benomyl,

benomyl+tiram dan mankozeb 80%. Selain hama dan penyakit, masalah gulma pada teh

muda dan produktif perlu mendapatkan perhatian. Permukaan tanah yang terbuka terhadap

solar radiasi sinar matahari mendorong laju pertumbuhan gulma. Cara pengendaliannya

teridiri atas:

a. cara kultur teknis, dengan pemberian mulsa dan pupuk hijau,

b. cara mekanis dengan mencabut gulma,

c. cara kimiawi, dengan menggunakan herbisisda baik herbisida kontak atau

sistemik.

8. Pemetikan

Pemetikan merupakan tindakan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya

yang masih muda untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering. Pemetikan harus

dilakukan berdasarkan ketentuan dan syarat-syarat pengolahan yang berlaku. Selain itu

pemetikan juga berfungsi untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi

secara berkesinambungan. Pemetikan pucuk akan menghilangkan zat pati sekitar 7,5%,

semakin kasar pemetikan akan semakin tinggi kehilangan zat pati. Akan tetapi, kehilangan

pati akibat pemetikan pucuk tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman asal lapisan daun

cukup untuk melakukan proses asimilasi.

a. Jenis Pemetikan

Jenis pemetikan yang dilaksanakan selama satu giliran pangkas terdiri dari pemetikan

jendangan dan pemetikan produksi

29
1. Pemetikan Jendangan

Pemetikan jendangan atau disebut juga tipping adalah pemetikan yang dilakukan pada

tahap awal setelah perdu pangkas. Pemetikan jendangan bertujuan untuk membentuk bidang

petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup agar

produksi tanaman tinggi. Pemetikan jendangan dilakukan 2-3 bulan setelah pemangkasan

produksi. Pemetikan jendangan dilakukan dengan memetik tunas-tunas secara merata

sehingga menghasilkan bidang petik yang sejajar dengan permukkaan tanah. Tinggi

rendahnya bidang petik jendangan tergantung pada tinggi pangkasan produksi

2. Pemetikan Produksi

Pemetikan produksi adalah pemetikan yang dilaksanakan setelah pemetikan

jendangan selesai dilakukan dan berlangsung secara rutin. Berdasarkan daun yang

ditinggalkan, pemetikan produksi dapat dikategorikan sebagai berikut:

 Pemetikan ringan, apabila daun yang tertinggal padaperdu satu atau dua daun di

atas kepel (rumus k+1 atau k+2),

 Pemetikan sedang, apabila daun yang tertinggal pada bagian tengah perdu tidak

ada, tetapi di bagian pinggir ada satu atau dua daun di atas kepel (rumus k+o

pada bagian tengah, k+1 pada bagian pinggir),

 Petikan berat, apabila tidak ada daun yang tertinggal pada perdu di atas kepel

(k+0).

b. Macam dan Rumus Petikan

Macam petikan didasarkan pada mutu pucuk yang dihasilkan tanpa memperhatikan

bagian yang ditinggalkan, sedangkan rumus digambarkan dengan lambang huruf dan angka.

Macam dan rumus petikan ditentukan berdasarkan:

 Petikan imperial, dimana hanya kuncup peko (p) yang dipetik (p+0),

 Petikan pucuk pentil, peko+satu daun di bawahnya (p+1m),

30
 Petikan halus, peko+satu/dua lembar daun muda/burung dengan satu lembar

daun muda (p+2m, b+1m),

 Petikan medium, (p+2m, p+3m, b+1m, b+2m, b+3m),

 Petikan kasar (p+3, p+4, b+1t, b+2t, b+3t)

 Petikan kepel, daun yang tinggal pada perdu hanya kepel (p+n/k, b+n/k).

c. Jenis Petikan

Maksud dari jenis petikan yaitu macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan

pemetikan. Berdasarkan jumlah helaian daun, jenis petikan terdiri atas beberapa kategori,

yaitu.

 Petikan halus, pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan

satu daun muda (m), rumus p+1 atau b+1m.

 Petikan medium, pucuk peko dengan dua atau tiga daun muda, serta pucuk

burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m).

 Petikan kasar, pucuk peko dengan lebih empat daun dan pucuk burung dengan

beberapa daun tua (t) { (p+4 atau lebih, b+(1-4t)}.

d. Daur Petik

Pengertian tentang daur petik adalah jangka waktu pemetikan yang pertama dan

jadwal selanjutnya. Lamanya waktu daur petik tergantung pertumbuhan pucuk teh. Beberapa

faktor yang menentukan pertumbuhan pucuk teh antara lain:

 Umur pangkas yang makin lambat berakibat pada daur petik yang semakin

panjang.

 Makin tinggi letak kebun pertumbuhan semakin lambat sehingga daur petik jadi

panjang.

 Daur petik lebih panjang pada musim kemarau dibanding musim hujan.

Tanaman makin sehat maka daur petik lebih cepat dibandingkan dengan yang kurang sehat.

31
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer dikonsumsi di banyak

negara.

2. Teh sebagai salah satu komoditi hasil perkebunan yangmempunyai peran cukup

penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia.

3. Budidaya teh meliputi beberapa tahapan, diantaranya pembibitan, pengolahan lahan,

penanaman, pengelolaan tanaman, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan

penyakit serta pemetikan.

4. Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal serta hasil teh dengan kualitas yang

baik harus dilakukan teknik budidaya yang sesuai serta pemeliharaan yang baik.

Saran

Demikianlah makalah yang saya buat, semoga apa yang telah saya cantumkan di

makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi kita semua untuk lebih mengenal materi

tentang budidaya tanaman teh (Camellia sinensis L.). Saya menyadari makalah ini masih

memiliki kekurangan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Martono, B., R. T. Setiyono. 2014. Skrining fitokimia enam genotipe teh. Jurnal Tanaman
Industri dan Penyegar. 1(2):63-68.

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (PDSIP). 2015. Outlook Teh. Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian, Jakarta.

Safitri. I. K., J. Ahamd. 2018. Manajemen Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis
(L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Jawa Tengah. Bul. Agrohorti 6 (3) : 344 –
353.

Supriadi, H., D. N. Rokhmah. 2014. Teknologi adaptasi untuk mengatasi perubahan iklim
pada tanaman teh. SIRINOV. 2(3):147-156.

33

Anda mungkin juga menyukai