MAKALAH
Oleh :
ATIKAH SHAFHAH
1904290150
AGROTEKNOLOGI 4
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiraat Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan
kekuatan bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Budidaya Tanaman Teh (Camellia sinensis L.)”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua Orang Tua, yang telah memberikan dukungan baik secara moral dan material
pada penulis.
2. Ibu Dr. Rini Sulistiani S.P., M.P., selaku Dosen Mata Kuliah Budidaya Tanaman
Tembakau, Kopi, dan Teh Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara.
Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan.
Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun penulis harapkan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 2
Botani Tanaman ...................................................................................................... 2
Morfologi Tanaman ................................................................................................ 2
Syarat Tumbuh ....................................................................................................... 4
Teknik Budidaya Tanaman Teh ............................................................................. 5
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 32
Kesimpulan ........................................................................................................... 32
Saran ..................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 33
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan salah satu jenis tanaman
dari keluarga Theaceae yang memiliki banyak manfaat kesehatan, diantaranya anti obesitas
dan anti alergi (Martono dan Setiyono, 2014). Teh merupakan salah satu minuman yang
banyak dikonsumsi oleh masyarakat lokal maupun luar negeri. Hal ini dikarenakan teh
mempunyai rasa dan aroma yang khas. Syarat tumbuh optimal tanaman teh adalah suhu 13-
15 ºC dengan kelembaban relatif > 70%. Ketinggian tempat yang baik untuk pertumbuhan
tanaman teh adalah 400-2.000 meter di atas permukaan laut. Curah hujan optimum untuk
Indonesia adalah negara pengekspor teh terbesar kedua setelah Vietnam untuk kawasan
ASEAN yaitu 32,13% dari total produksi teh ASEAN, sedangkan produksi Vietnam 43,48%
(PDSIP, 2015). Tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk menghasilkan produksi yang banyak,
Budidaya tanaman teh bertujuan untuk mendapatkan hasil panen berupa pucuk atau
daun muda. Pucuk yang berkualitas adalah pucuk peko. Salah satu cara untuk memacu
tanaman teh membentuk perdu yang bertujuan untuk membuang cabang-cabang yang kurang
produktif, mempertahankan kondisi bidang petik tetap rendah dan rata, sehingga
1
BAB II
PEMBAHASAN
Botani Tanaman
Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer dikonsumsi di banyak
negara. Teh sebagai salah satu komoditi hasil perkebunan yang mempunyai peran cukup
penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, yakni sebagai salah satu penghasil
devisa negara sesudah minyak dan gas. Teh yang baik dihasilkan dari bagian pucuk (peko)
ditambah 2-3 helai daun muda, karena pada daun muda tersebut kaya akan senyawa
polifenol, kafein serta asam amino. Senyawa-senyawa inilah yang akan mempengaruhi
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Guttiferales
Famili : Theaceae
Genus : Camellia
Morfologi Tanaman
Akar
Tanaman teh memiliki perakaran tunggang dengan cabang yang berjumlah hanya
sedikit. Tanaman teh memiliki perakaran yang dangkal dan cukup peka terhadap keadaan
fisik tanah. Kemampuan akar untuk menembus tanah yang keras sangat terbatas, sehingga
akar akan mengalami perkembangan pada volume tanah hingga ke dalaman 23 cm saja. Pada
akar tanaman teh terdapat lapisan yang menyerupai gabus yang memiliki fungsi untuk
2
mencegah keluar masuknya air dan sebagai tempat menyimpan makanan yang sebagian besar
adalah karbohidrat.
Batang
Tanaman teh memiliki bentuk batang yang tumbuh lurus dan berjumlah banyak. Akan
tetapi, batang tanaman teh berukuran kecil. Jika batang ini tidak dipangkas, maka akan
Daun
Tanaman teh berdaun tunggal yang tumbuh berselang-seling pada cabang yang
tumbuh dari ketiak daun dibagian bawah tajuk. Bentuk helaian daun teh yaitu berbentuk
langset dengan tulang daun yang menyirip dan runcing pada bagian ujungnya. Tepi daun teh
lancip bergerigi. Daun yang muda warnanya lebih terang dan ukurannya lebih lebar dari pada
daun tua,yaitu sekitar 2,5-25 cm dan pucuk serta ruas lebih banyak rambutnya. Sedangkan
daun tua mempunyai warna hijau kelam dengan permukaan yang lebih licin dibandingkan
daun muda. Daun teh mengalami dua fase pertumbuhan, yaitu fase aktif dan fase inaktif. Fase
aktif ialah fase pertumbuhan normal atau disebut juga dengan fase peko, sedangkan fase
Bunga
Tanaman teh berbunga sempurna tumbuh pada ketiak daun, tunggal atau beberapa
bunga bergabung menjadi satu, berkelamin dua, bergaris tengah 3–4cm, warnanya kuning,
dan berbau harum. Bunga memiliki daun bunga (calyx) dan mahkota bunga (corolla). Daun
bunga berjumlah 5 sepal dan mahkota bunga 5 petal serta berbentuk lonjong cekung. Tangkai
sarinya panjang dengan benang sari (anthera) kuning bersel kembar, menonjol 2-3 milimeter
3
Buah dan Biji
Buahnya berupa buah kotak. Berdinding tebal, dan pecah menurut ruang. Buah yang
masih muda berwarna hijau dan setelah tua menjadi cokelat kehitaman. Bijinya keras,
berwarna cokelat, beruang tiga, berkulit tipis berbentuk bundar disatu sisi, dan datar disisi
yang lain. Buah yang masak dan keringakan pecah dengan sendirinya, serta bijinya ikut
keluar. Dalam satubuah berisi 1–6 biji, tetapi rata-rata 3 biji. Biji mengandung minyak
Syarat Tumbuh
Iklim
Faktor iklim yang harus diperhatikan seperti suhu udara yang baik berkisar 13 -15°C,
kelembaban relatif pada siang hari >70%, curah hujan tahunan tidak kurang 2.000 mm,
dengan bulan penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan. Dari segi
penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi pertanaman teh. Makin banyak sinar
matahari makin tinggi suhu, bila suhu mencapai 30°C pertumbuhan tanaman teh akan
terlambat. Pada ketinggian 400-800 m kebun kebun teh memerlukan pohon pelindung tetap
atau sementara.
Tanah
Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh adalah tanah yang serasi. Tanah
yang serasi adalah tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak terdapat cadas
dengan derajat kemasaman 4,5-5,6. Tanah yang baik untuk pertanaman teh terletak dilereng -
lereng gunung berapi dinamakan tanah Andisol. Selain Andisol terdapat jenis tanah lain yang
serasi bersyarat, yaitu Latosol dan Podzolik. Kedua jenis tanah ini terdapat di daerah yang
4
Teknik Budidaya Tanaman Teh
1. Pembibitan
Tanaman teh dapat diperbanyak secara generatif maupun secara vegetatif. Pada
perbanyakan secara generatif digunakan bahan tanam asal biji, sedangkan perbanyakan
secara vegetatif digunakan bahan tanaman asal setek berupa klon. Biji yang baik ditandai
c. Mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada air, sehingga apabila dimasukkan
Biji yang dipungut untuk dijadikan benih adalah biji yang telah jatuh ke tanah,
dikumpulkan secara teratur setiap hari, benih yang digunakan adalah benih yang baik.
Sebaiknya biji segera disemai karena daya kecambah biji teh cepat menurun dan biji teh
1. Penyemaian biji
benih. Tanah dibersihkan dan dicangkul sedalam 30 cm, ke-mudian dibuat bedengan.
Diantara bedengan dibuat saluran drainase untuk membuang kelebihan air. Bedengan diberi
atap naungan miring timur-barat dengan sudut kemiringan 300. Pengecambahan biji
dimaksudkan untuk memperoleh biji yang tumbuh seragam dan serempak sehingga
Untuk memperoleh bibit yang baik, yang tumbuh subur dan sehat serta terhindar dari
gangguan hama dan penyakit, bibit dipersemaian harus dijaga dengan baik.
5
Pemeliharaan bibit terdiri atas:
a. Penyiraman
b. Penyulaman
c. Penyiangan
d. Pemupukan
f. Pengaturan naungan
Setelah bibit berumur dua tahun, benih yang mempunyai ukuran lebih besar dari
a. Dua minggu sebelum bibit dibongkar, batang dipotong setinggi 15-20 cm dari
permukaan tanah.
b. Bibit dibongkar dengan cara mencangkul tanah disekitar bibit sedalam 60 cm,
selanjutnya dicabut dengan hati-hati, akar tunggang dan akar se-rabut yang terlalu
c. Bibit ini disebut bibit stump, yang sebaiknya ditanam segera pada hari itu juga di
d. Bibit yang ukuran batangnya lebih kecil dari pensil sebaiknya tidak di-gunakan.
Pertanaman teh diarahkan pada cara memperoleh produksi yang tinggi dan mantap,
sehingga perusahaan perkebunan teh menjadi lebih efisien. Hal ini sulit dicapai apabila
digunakan bahan tanam asal biji. Karena biji merupakan hasil per-silangan yang dapat
Pembibitan menggunakan stek merupakan cara yang paling cepat untuk memenuhi
kebutuhan bibit dalam jumlah yang banyak, dan jenis klon yang di-tentukan dapat dipastikan
6
sifat keunggulannya sama dengan induknya. Untuk memperoleh hasil pembibitan setek
berupa setek bibit yang baik, diperlukan adanya perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan
4. Lebih baik bila lahan melandai kearah timur, agar mendapat sinar matahari pagi.
5. Dekat dengan jalan agar memudahkan dalam pengawasan dan peng-angkutan ke lokasi
Media tanah untuk setek terdiri dari tanah lapisan atas (topsoil) dan lapisan bawah
(subsoil). Syarat-syarat subsoil yang baik adalah mengandung liat yang relatif tinggi sehingga
dapat menahan ataupun menyerap air lebih lama, kan-dungan pasir tidak boleh lebih dari
30%, dan bahan organik maksimal 10%. Serta pH ta-nah 4,5 – 5,6. Mengingat pentingnya
penggunaan media yang steril untuk persemaian guna untuk membantu terciptanya bibit yang
sehat dan layak untuk dikem-bangkan. Karena suatu kondisi media persemaian merupakan
salah satu faktor dalam menentukan keberberhasilan ataupun kegagalan bibit yang dihasilkan.
Tanah disimpan selama 4-6 minggu dalam bangunan penyimpanan, dan tanah harus
tetap dalam keadaan lembab. Setelah disimpan, ayaklah tanah menggunakan ayakan kawat
yang berdiameter ± 1 cm. sebelum media tanah di-masukkan kedalam kantong plastik,
terlebih dahulu dicampur dulu dengan pupuk, fungisida dan tawas. Adapun pengambilan
ranting stek atau stekres mulai dapat diambil 4 bulan setelah pemangkasan. Tanda bahwa
setekres matang ialah apabila pangkal stekres sepanjang ± 10 cm sudah menunjukkan warna
coklat. ranting dipotong dengan pisau tajam. Satu stek terdiri dari satu lembar daun dengan
ruas sepanjang 0.5 cm diatas dan 3-4 cm dibawah buku. Setek ditampung dalam satu tempat
7
yang berisi air bersih. Stek tidak boleh direndam lebih dari 30 menit. Dari satu ranting stek
hanya digunakan bagian tengahnya saja dan rata-rata diperoleh 3-4 stek yang baik untuk
dijadikan bibit.
2. Pengolahan Lahan
Pengolahan lahan pada pertanaman teh dapat dibedakan menjadi dua yaitu persiapan lahan
untuk penanaman baru dan persiapan lahan untuk penanaman ulang (replanting).
Pohon dan tunggul dibongkar langsung. Pohon dimatikan dulu dengan cara
pengulitan, baru dibongkar. Pohon dimatikan dengan menggunakan larutan kimia yang
Pembabatan pohon dan tunggul dilakukan setelah pembongkaran pohon dan tunggul
selesai. Setelah pembabatan tanah disasap dengan cangkul sedalam 5-10 cm untuk
4. Pengolahan tanah
tanah. Selanjutnya pencangkulan kedua sedalam 30-40 cm setelah 2-3 minggu setelah
8
5. Pembuatan jalan dan saluran drainase.
Selesai membuat petakan tanah berukuran 20 x 20 m, perlu segera dibuat jalan kebun
untuk memudahkan pekerjaan pemeliharaan tanaman. Lebar jalan kebun cukup 1 m dengan
panjang tergantung keadaan. Jangan terlalu banyak membuat jalan sehingga banyak lahan
terbuang atau terlalu sedikit sehingga menyulitkan pelaksanaan pekerjaan. Selesai pembuatan
jalan, dibuat saluran drainase untuk mencegah erosi. Pembuatan saluran drainase agar
karena teh tua yang jumlahnya sudah cukup besar lebih dari 50% dan pohon-pohon
Teknik pelaksanaan persiapan lahan untuk penanaman ulang adalah sebagai berikut :
2. Pembongkaran perdu teh tua harus mempertimbangkan kemiringan lahan, agar erosi
tidak terlalu besar. Untuk lahan datar dan landai, pembongkaran perdu teh dapat
dilakukan dengan pencabutan, sedang daerah kemiringan 30% perdu-perdu teh tidak
3. Sanitasi lahan untuk persiapan lahan yang berasal dari kebun yang telah terserang
Penanaman rumput Guatemala selama dua tahun, setelah itu baru ditanami teh
Lahan siap tanam difumigasi terlebih dahulu dengan methyl bromida. Caranya
9
tanah selama dua minggu. Setelah itu sungkup dibuka selama dua minggu baru
lembab/basah, atau setelah disuntik Vapam kemudian disiram air. Setelah satu
4. Pengolahan tanah setelah teh dicabut dilakukan dengancara dicangkul seperti pada
pengolahan tanah untuk penanaman baru. Sedangkan untuk lahan yang perdunya
dimatikan dengan bahan kimia, pengolahan tidak perlu dilakukan, cukup dengan
penataan tanah dan pembuatan lobang tanam. Bila masih terdapat rumput liar, maka
3. Penanaman
Sebelum lahan ditanami teh, perlu dilakukan penetapan jarak tanam dengan
pengajiran. Setelah itu baru dilakukan pembuatan lubang tanam sesuai letak ajir. Selesai
a. Jarak Tanam
Makin besar jumlah populasi, tajuk semakin cepat menutup. Jarak tanam yang
0 – 15 % 120 x 90 9260
15 – 30 % 120 x 75 11110
4.
10
b. Pengajiran
Pengajiran dilakukan sebelum tanaman ditanam bermaksud agar jumlah tanaman teh
sesuai dengan jarak tanam yang ditetapkan. Ajir yang dipakai panjang 50 cm dengan tebal 1
cm. Cara pengajiran pada lahan datar dan landai dengan membuat ajir induk pada kedua sisi
lahan, kemudian dilakukan dengan sistem barisan lurus atau zigzag sesuai jarak tanam. Pada
Karena jarak antara 2 ajir dekat, maka lobang tanam dibuat di antara kedua ajir yang
telah ditanam. Ukuran lubang tanam untuk bibit asal stump biji adalah 30 x 30 x 40 cm dan
untuk bibit asal setek 20 x 20 x 40 cm. Lubang dibuat 1 minggu sebelum ditanam.
d. Penanaman
Sebelum ditanam lubang diberi pupuk dasar 11 g urea + 5 g TSP + 5 g KCl. Untuk
daerah pH tinggi lubang diberi belerang murni sebanyak 10-15 g atau 50-100 g belerang
lumpur tiap lubang. Bibit asal stump biji atau bibit asal polibag setelah ditanam, lubang
tanam diratakan agar bekas penanaman tidak nampak cekung atau cembung.
Ada 2 macam tanaman pelindung : tanaman pelindung sementara dan tetap. Tanaman
pelindung sementara dipakai jenis Crotalaria sp dan Tephrosia sp. Tanaman bersifat ganda
karena menambah kesuburan tanah dimana bintil akar dapat mengikat unsur hara N. Setelah
tanaman teh berumur 2-3 tahun sebaiknya sudah ada pohon pelindung tetap yang ditanam
setahun sebelum the ditanam atau bersamaan. Jenis pohon pelindung yang dianjurkan :
Albizia falcata, Albizia sumatrana, Albizia chinensis, Albizia procera, Derris microphylla,
11
4. Pengelolaan Tanaman
a. Kerik Lumut
4 tahun sekali atau dapat dilakukan setengah bualan setelah kubur ranggas dilakukan. Batang
teh terdapat pada kondisi yang lembab akibat dari ternaungnya daun teh, sehingga banyak
lumut dan tumbuhan yang menempel pada batang teh. Apabila lumut yang menempel pada
batang tanaman teh tidak dibersihkan maka pertumbuhan tunas – tunas akan terganggu. Oleh
karena itu, agar produktivitas pucuk teh semakin meningkat, maka perlu dilakukan kerik
lumut. Pada saat proses pengerikan lumut berlangsung perlu diperhatikan agar kulit kayu teh
tidak terkelupas.
Standar kerja kerik lumut adalah 1 patok per hari untuk setiap pekerja. Pada
prakteknya tingkat kebersihan kerik lumut masih kurang dari 60 %. Hal ini mungkin
disebabkan karena pekerjaan ini adalah borongan sehingga para pekerja hanya mengejar
target harian. Tanaman teh yang bersih dari lumut, maka proses pembentukan tunas tidak
terganggu dan dapat lebih cepat, sehingga produktivitas the dapat meningkat.
Peralatan yang digunakan untuk melakukan proses kerik lumut yaitu pisau, sapu lidi,
sabut kelapa atau potongan karung. Kerik lumut dilakukan dengan cara menggosok-gosokkan
waring bekas atau karung bekas ataupun benda lain yang mempunyai permukaan kasar
sehingga lumut yang menempel dapat terbuang. Kegiatan penggosokan dilakukan dari bawah
kemudian ke atas, lalu ke cabang-cabangnya. Selain itu di sekitar bokoran, gulma-gulma juga
dibersihkan
12
Gambar 1. Tanaman Teh Sebelum dan Sesudah Kerik Lumut
Kerik lumut yang dilakukan setelah pangkasan menjadikan proses kerik lumut agak
lama. Hal ini dikarenakan harus menyingkirkan ranting-ranting hasil pangkasan di atas perdu
terlebih dahulu, kemudian kerik lumut dilakukan dan setelah itu mengembalikan ranting-
b. Kubur Ranggas
dikubur atau dibenamkan kedalam tanah kurang lebih 60 cm. Ranggas yang dikubur ialah
ranggas yang telah kering. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penguapan di
dalam tanah karena daun yang masih hijau jika dikubur di dalam tanah masih mengeluarkan
Kubur ranggas yaitu mengubur ranting dan cabang bekas pangkasan, setelah kurang
lebih 10 hari di atas perdu teh, daun-daun teh telah rontok dan ranggas-ranggas tersebut telah
boleh dibenamkan di sekitar pertanaman teh. Hal ini berfungsi untuk mengembalikan bahan
organik tanah sehingga menyuburkan kembali tanah serta memberikan hara lebih untuk
tanaman teh. Selain itu juga untuk mengembalikan unsur Nitrogen, Fosfor, dan Kalium yang
Langkah-langkah melakukan kubur ranggas yaitu pertama pilih larikan antara barisan
tanaman teh yang agak lebar, kemudian buat lubang pada larikan dengan kedalaman kurang
lebih 60 cm, lalu masukkan ranting-ranting bekas pemangkasan ke dalam lubang, kemudian
13
tutup kembali lubang tersebut. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini adalah cangkul.
Standar kerja kubur ranggas adalah 1 patok per hari per orang.
Pelaksanaan kegiatan kerik lumut dan kubur ranggas dilakukan sesuai dengan
kebutuhan, misalnya kerik lumut dapat dilakukan terlebih dahulu, kemudian baru
dilaksanakan kubur ranggas. Tapi dapat dilakukan pula sebaliknya yaitu kubur ranggas
Misalkan dalam suatu perkebunan teh, kerik lumut dilakukan setelah pemangkasan,
sehingga kubur ranggas dilakukan setelah kerik lumut. Hal ini dikarenakan jumlah tenaga
kerja yang terbatas untuk melaksakan pemangkasan. Jika kubur ranggas dilakukan terlebih
dahulu dengan tenaga yang sedikit maka akan memakan waktu yang lama, sehingga tunas
segera muncul. Ketika tunas muncul dan belum dilakukan kerik lumut, maka pertumbuhan
c. Penggarpuan
Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperbesar pori-pori tanah agar akar mudah
menyerap unsur hara dari tanah sehingga tanah menjadi gembur, menjaga aerasi tanah, dan
memutus sebagian akar teh, karena akar teh juga memerlukan regenerasi agar terbentuk akar
serabut yang baru. Kegiatan ini tidak menggunakan cangkul, hal ini bertujuan agar akar yang
terpotong terkendali, sehingga diharapkan tidak merusak perakaran tanaman teh. Sebelum
adalah 1 patok per orang per hari. Alat yang digunakan adalah garpu yang berbentuk seperti
sendok porok yang digunakan dalam membalik tanah sehingga tanah menjadi gembur.
14
Kegiatan penggarpuan terdapat dua macam yaitu :
pemangkasan
menggunakan herbisida.
Kegiatan penggarpuan dapat sulit dilakukan jika kondisi lahan terjal, gulma tumbuh
Gambar 2. Penggarpuan
5. Pemangkasan
antar lain:
7. Mengatur fluktuasi produksi harian pada masa flush dan masa minus (kemarau).
15
a. Prinsip-Prinsip Pangkasan
pensil).
a. Sistem I
Sistem pangkas yang selalu naik. Pemangkasan selalu menaikkan bidang pangkas
(3-5 cm) lebih tinggi dari bidang pangkas sebelumnya sampai batas maksimal pada
ketinggian 65-70 cm, kemudian turun kembali pada ketinggian 50-55 cm.
b. Sistem II
Sistem pangkasan tetap. Ketinggian pangkasan yang relatif tetap sekitar 60-65 cm
harapan produktivitas yang lebih baik, sistem pangkasan yang banyak diterapkan di
perkebunan besar adalah Sistem I. Dengan sistem ini, cabang/ranting yang tertinggal pada
perdu relatif lebih muda dari pangkasan sebelumnya, sehingga akan lebih cepat
16
Pengaturan ketinggian pangkasan dengan sistem di atas adalah sebagai berikut:
Siklus I : 50 cm
Siklus II : 55 cm
Siklus III : 60 cm
c. Daur Pangkas
1. Ketinggian letak kebun dari permukaan laut; makin tinggi letak kebun dari
sebaliknya.
2. Sistem petik; petikan keras akan menyebabkan naiknya bidang petik lebih lambat
naiknya bidang petik lebih cepat sehingga daur pangkas lebih pendek.
3. Kesuburan tanah dan pengelolaan tanaman; makin subur tanah dan makin baik
pengelolaan suatu kebun, makin cepat pertumbuhan tanaman yang berarti makin
pendek daur pangkasannya, bila dibandingkan dengan tanaman pada tanah yang
4. Pemetikan yang sering “kaboler” dan tidak "imeut" akan memperpendek daur
5. Jenis tanaman; tanaman yang berasal dari klon umumnya lebih cepat
Dengan melihat beberapa faktor di atas, maka penentuan kapan satu blok kebun harus
17
2. Ketinggian bidang petik yang sudah tidak ergonomis bagi pemetik (120-140 cm).
berikut:
Tinggi 48 – 52
Sedang 36 – 42
Rendah 30 – 36
sebelum pemangkasan dengan cara tes kadar pati atau tes kadar air.
d. Cara pemangkasan
Batang/cabang/ranting yang telah dipotong tidak boleh pecah atau rusak, oleh
Memotong cabang/ranting yang besarnya lebih kecil dari ibu jari (<2 cm)
menggunakan gaet pangkas, sedangkan yang lebih besar dari ibu jari (> 2 cm)
18
Membuang cabang/ranting kecil yang berukuran diameter kurang dari 1 cm
(ukuran pensil).
diinginkan.
Arah pemangkasan dilakukan sejajar dengan pohon yang dipangkas, dari arah
Untuk mengefektifkan jam kerja mesin, setiap satu jam kerja mesin
gaet.
e. Jenis Pangkasan
Ada delapan jenis pangkasan bentuk pada tanaman teh sebagai berikut :
3. Pangkasan kepris, yaitu pangkasan rata seperti meja tanpa melakukan pembuangan
dua cabang yang berdaun sehingga seperti jambul. Jambul ini akan dibuang
menjelang dijendang.
19
5. Pangkasan bersih, yaitu pangkasan dengan membuang ranting-ranting kecil di
bagian tengah tanaman, sedang ranting yang disisinya dibiarkan. Tinggi pangkasan
7. Pangkasan leher akar, yaitu pangkasan berat yang dilakukan pada ketinggian 5 -10
f. Kondisi Khusus
dilakukan pada kondisi tanaman sehat serta kondisi iklim masih cukup lembab. Namun dalam
kondisi khusus di mana tanaman yang ada umumnya kurang sehat, pengaturan waktu
sebagai berikut:
selalu dalam kondisi sehat melalui upaya-upaya jangka panjang dan terencana,
6. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan daya dukung tanah terhadap
peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman teh. Oleh karena itu, pemupukan harus
dilakukan dengan 4 tepat, yaitu tepat dosis, tepat jenis, tepat cara dan tepat waktu.
20
a. Tepat waktu
Waktu pemupukan terbaik untuk tanaman teh adalah saat kondisi jumlah curah hujan
antara 60-200 mm/minggu. Apabila curah hujan kurang dari 60 mm/minggu maka
penyerapan unsur hara dari pupuk tidak dapat terjadi dengan sempurna karena unsur-unsur
hara belum terurai secara keseluruhan. Sebaliknya jika curah hujan terlalu tinggi atau lebih
dari 200 mm/minggu maka sebagian unsur hara akan larut terbawa oleh air sehingga
b. Tepat Dosis
Dari keempat kriteria tepat dalam pemupukan, tepat dosis merupakan kriteria yang paling
utama. Menurut Puslitbun Gambung (1992) pedoman pemupukan tanaman teh adalah sebagai
berikut :
organik tanam Mg Mg
N P2O5 K2O N P2O5 K2O
top soil O O
10
5% 1 100 60 40 - 50 50 -
0
15
2 150 60 40 20 75 75 40
0
17
3 200 75 50 30 75 75 40
5
5%-8% 1 80 50 30 - 80 40 40 -
12
2 120 50 30 20 60 60 30
0
21
16
3 150 60 50 30 60 60 30
0
8% 1 70 50 20 - 70 30 30 -
11
2 100 50 30 20 50 50 25
0
14
3 130 60 40 20 50 50 25
0
Pupuk diaplikasikan sebanyak 5-6 kali dalam setahun dan pemberian pupuk MgO
Tabel 4. Dosis pemupukan untuk tanaman menghasilkan dengan target produksi minimal
c. Tepat Cara
Cara pemupukan yang tepat adalah dengan memberikan pupuk pada daerah perakaran
yang aktif yaitu pada jarak 30 cm-40 cm dari pangkal batang perdu teh dengan kedalaman 10
cm-15 cm dari permukaan tanah. Untuk mencapai hal tersebut pupuk dapat diberikan pada
22
rorak untuk tanah yang miring, dalam garitan keliling untuk tanaman belum menghasilkan
atau dengan penaburan pada tanah yang datar sampai landai serta pada kebun yang telah
menutup
d. Tepat Jenis
Prinsip pemberian pupuk ke dalam tanah bertujuan terjaganya imbangan pupuk yang ada
agar setiap waktu dibutuhkan tanaman sudah tersedia. Pemberian pupuk tunggal dapat
menyebabkan tidak tersedia serempak akibat pemberian, sehingga pupuk diberikan dalam
bentuk tercampur. Pupuk campuran ada 3 macam: (1) pupuk dimana NPK berbentuk butiran
yang disebut pupuk NPK mejemuk, (2) pupuk campuran dari bahan pupuk tunggal sesuai
dengan rekomendasi pupuk dengan imbangan N-PK-Mg-S-mikro, dan (3) pupuk campuran
dari pupuk tunggal yang dirakit oleh pekebun sendiri. Jenis pupuk tunggal yang biasa dipakai
petani
A. Hama Penting
Kepik pengisap daun atau Helopeltis menyerang pucuk daun muda. Kepik ini menusuk dan
mengisap daun teh sehingga menjadi bercak-bercak hitam. Musuh alami Helopeltis ini
banyak. Nimfanya dibunuh oleh laba-laba lompat, nimfa belalang sembah dan predator lain.
Homona coffearia
Ulat penggulung daun membuat tempat berlindung untuk diri sendiri dari daun teh;
caranya dengan menyambungkan dua (atau lebih) daun bersama-sama dengan benang sutra,
23
atau dengan menggulung satu daun lalu menyambungkan pinggirnya. Daun yang terserang
Ulat jengkal menyerang daun, pupus daun dan pentil teh. Serangan berat menyebabkan
daun berlobang dan pucuk tanaman gundul, sehingga tinggal tulang daun saja. Ketiga jenis
ulat jengkal tersebut dapat makan bermacam tanaman lain selain teh. Ulat Hyposidra talaca
dapat memakan tanaman kopi, kakao, kina, Aleurites, jambu klutuk, rami dan beberapa jenis
kacang-kacangan. Ectropis bhurmitra bisa memakan pohon kina, gambir, kakao, jeruk,
pisang, kacang tanah, singkong dan Sambucus. Ulat Buzura suppressaria dapat memakan
mangga, Aleurites, Eucalyptus, Litchi dan jambu biji. Jenis-jenis tanaman yang merupakan
tanaman inang untuk ulat jengkal ini sebaiknya tidak ditanam di kebun teh, karena
menjaga kebersihan kebun, memusnahkan ulat/kepompong setiap kali memetik teh, dan
Cydia leucostoma
Ulat penggulung pucuk menyerang bagian tanaman teh yang akan dipanen oleh petani,
jadi hama ini memiliki potensi cukup besar untuk merugikan petani. Ulat tersebut
menggulung daun pucuk dengan memakai benang-benang halus untuk mengikat daun pucuk
24
B. Hama Kurang Penting
1) Tungau kuning
Polyphagotarsonemus latus
Tungau kuning adalah tungau kecil sekali, dengan panjang badan yang biasanya 0,25
mm. Tungau kuning berkaki delapan.Tungau ini biasanya terlihat pada permukaan bawah
dari pucuk muda dan juga di tunas. Tungau ini muncul pada pucuk muda, khususnya di
pohon teh yang baru dipangkas. Tungau menggali lobang di permukaan tanah dan masuk ke
lobang itu hingga hanya dapat terlihat atas badannya. Serangannya lebih umum terjadi pada
musim hujan. Tungau ini dimangsa oleh musuh alami efektif. Musuh alami itu juga semacam
tungau kuning. Tungau kuning musuh alami itu berkaki lebih panjang dan larinya lebih cepat
Ulat api badan berbulu dengan panjang sekitar 2,5 cm. Ulat ini menyerang bagian daun
yang muda dan tua. Serangan hama dapat menyerang sepanjang tahun dan terberat pada
musim kemarau. Cara mengendalikan ulat dapat dilakukan secara mekanis dengan
dengan parasit Rogas, Wilt dieses yang disebabkan oleh virus dan penggunaan insektisida
Hama ini menyerang daun tua pada bagian bawah daun. Pada awal serangan terjadi becak-
becak kecil pada pangkal daun dimana tungai ini membentuk koloni. Serangan selanjutnya
tungau akan menyerang sampai ke ujung daun sehingga daun berwarna kemerahan dan
mengering. Serangan hama ini dapat terjadi sepanjang tahun terutama musim kemarau.
25
Kerugian yang ditimbulkan berakibat pada daun tua yang rontok sehingga tertinggal ranting-
ranting tanaman.
4) Empoasca sp.
Hama ini sebenarnya hama utama pada tanaman kapas. Akibat pengaruh lingkungan
saat ini menyerang juga tanaman teh. Serangan terdapat pada pucuk dan daun muda dengan
cara mengisap cairan daun. Tanaman inang hama ini seperti: leguminosa, pupuk hijau, dadap,
cabe, dll. Pengendalian dapat dilakukan dengan insektisida dan sanitasi sarana panen.
Penyakit cacar daun teh yang disebabkan oleh jamur E. vexans dapat menurunkan
produksi pucuk basah sampai 50 persen karena menyerang daun atau ranting yang masih
muda. Umumnya serangan terjadi pada pucuk peko, daun pertama, kedua dan ketiga. Gejala
awal terlihat bintik-bintik kecil tembus cahaya, kemudian bercak melebar dengan pusat tidak
berwarna dibatasi oleh cincin berwarna hijau, lebih hijau dari sekelilingnya dan menonjol ke
bawah. Pusat bercak menjadi coklat tua akhirnya mati sehingga terjadi lobang. Penyakit
tersebar melalui spora yang terbawa angin, serangga atau manusia. Perkembangan penyakit
dipengaruhi oleh kelembaban udara yang tinggi, angin, ketinggian lokasi kebun dan sifat
tanaman.
Banyaknya bulu daun pada peko dapat mempertinggi ketahanan terhadap penyakit
cacar. Pengendalian penyakit dilakukan dengan pengaturan naungan agar sinar matahari
dapat masuk ke kebun. Pemangkasan teh di musim kemarau agar tanaman yang baru
dipangkas dapat berkembang karena pada saat ini cacar teh sulit berkembang. Pengaturan
daur petik kurang dari 9 hari dapat mengurangi sumber penularan baru karena pucuk
terserang sudah terpetik. Untuk pencegahan, sebaiknya ditanam klon teh yang tahan terhadap
26
2) Penyakit akar
Kelima penyakit ini menular melalui kontak akar sakit dengan akar sehat atau melalui
benang jamur yang menjalar bebas dalam tanah atau pada sampah-sampah di atas permukaan
tanah (jamur kanker belah). Gejala pada tanaman terserang adalah daun menguning, layu,
gugur dan akhirnya tanaman mati. Untuk mengetahui penyebabnya, harus melalui
pemeriksaan akar. Batang tanaman teh terbelah dari bagian bawah ke atas, kayu menjadi
busuk kering dan lunak sehingga mudah hancur (penyakit kanker belah). Unsur yang
mempengaruhi penyebaran penyakit adalah ketinggian tempat, jenis/kondisi tanah dan jenis
pohon pelindung.
membongkar tanaman teh yang terserang, menjaga kebersihan kebun dan pemberian
Trichoderma sp. 200 gram per pohon pada lobang bekas tanaman yang dibongkar dan
tanaman disekitarnya pada awal musim hujan, di ulang setiap 6 bulan sekali sampai tidak
ditemukan gejala penyakit akar di daerah tersebut. Tanaman teh disekitarnya diberi pupuk
menyerang tanaman teh di pesemaian, dapat mengakibatkan matinya setek teh. Bibit
27
terserang, timbul bercak-bercak coklat pada daun induknya, dimulai dari bagian ujung atau
dari ketiak daun. Pada serangan lanjut, daun induk terlepas dari tangkai, akhirnya setek
mengering /mati. Serangan lain dimulai dari ujung tunas, kemudian meluas ke bawah
akhirnya seluruh tunas mengering. Penyebaran penyakit melalui konidia yang dapat bertahan
pesemaian dan membuat parit penyalur air untuk mencegah penggenangan (drainase).
Apabila ditemukan gejala, langsung dilakukan penyemprotan fungisida kontak yang telah
direkomendasikan.
Pestalotia theae
Penyakit mati ujung disebabkan oleh jamur Pestalotia thea yang menyerang tanaman
terutama melalui luka atau bagian daun yang rusak. Gejala pada daun dimulai bercak kecil
berwarna coklat, kemudian melebar. Pusat bercak keabu-abuan dengan tepinya berwarna
coklat. Dapat menyerang ranting yang masih hijau, dengan gejala sama seperti di daun.
Serangan jamur dapat menjalar sampai ke tunas sehingga ranting dan tunas mengering.
Pemetik teh mempunyai peranan dalam menyebarkan jamur. Penyakit ini akan timbul
pada tanaman yang lemah karena kekurangan unsur hara (N dan K), pemetikan yang berat,
kekeringan, angin kencang dan sinar matahari yang kuat. Pengendalian dilakukan dengan
pemeliharaan kondisi tanaman yang baik yaitu pemupukan berimbang, membuang bagian
tanaman yang terinfeksi dan pengaturan naungan sehingga bidang petiknya tidak terkena
28
d. Jamur akar hitam (Xylaria thwaitensii)
Fungisida yang dianjurkan untuk memberantas penyakit penting pada tanaman teh
bahan aktifnya terdiri atas: tembaga oksiklorida 50%, tembaga hidroksida 77%, bitertanol
30%, triadimefon 25%, tridemorf 75%, propiconasol 25%, klorotalonial 75%, tembaga
benomyl+tiram dan mankozeb 80%. Selain hama dan penyakit, masalah gulma pada teh
muda dan produktif perlu mendapatkan perhatian. Permukaan tanah yang terbuka terhadap
solar radiasi sinar matahari mendorong laju pertumbuhan gulma. Cara pengendaliannya
teridiri atas:
sistemik.
8. Pemetikan
Pemetikan merupakan tindakan memungut sebagian dari tunas-tunas teh beserta daunnya
yang masih muda untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering. Pemetikan harus
dilakukan berdasarkan ketentuan dan syarat-syarat pengolahan yang berlaku. Selain itu
pemetikan juga berfungsi untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi
secara berkesinambungan. Pemetikan pucuk akan menghilangkan zat pati sekitar 7,5%,
semakin kasar pemetikan akan semakin tinggi kehilangan zat pati. Akan tetapi, kehilangan
pati akibat pemetikan pucuk tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman asal lapisan daun
a. Jenis Pemetikan
Jenis pemetikan yang dilaksanakan selama satu giliran pangkas terdiri dari pemetikan
29
1. Pemetikan Jendangan
Pemetikan jendangan atau disebut juga tipping adalah pemetikan yang dilakukan pada
tahap awal setelah perdu pangkas. Pemetikan jendangan bertujuan untuk membentuk bidang
petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup agar
produksi tanaman tinggi. Pemetikan jendangan dilakukan 2-3 bulan setelah pemangkasan
sehingga menghasilkan bidang petik yang sejajar dengan permukkaan tanah. Tinggi
2. Pemetikan Produksi
jendangan selesai dilakukan dan berlangsung secara rutin. Berdasarkan daun yang
Pemetikan ringan, apabila daun yang tertinggal padaperdu satu atau dua daun di
Pemetikan sedang, apabila daun yang tertinggal pada bagian tengah perdu tidak
ada, tetapi di bagian pinggir ada satu atau dua daun di atas kepel (rumus k+o
Petikan berat, apabila tidak ada daun yang tertinggal pada perdu di atas kepel
(k+0).
Macam petikan didasarkan pada mutu pucuk yang dihasilkan tanpa memperhatikan
bagian yang ditinggalkan, sedangkan rumus digambarkan dengan lambang huruf dan angka.
Petikan imperial, dimana hanya kuncup peko (p) yang dipetik (p+0),
30
Petikan halus, peko+satu/dua lembar daun muda/burung dengan satu lembar
Petikan kepel, daun yang tinggal pada perdu hanya kepel (p+n/k, b+n/k).
c. Jenis Petikan
Maksud dari jenis petikan yaitu macam pucuk yang dihasilkan dari pelaksanaan
pemetikan. Berdasarkan jumlah helaian daun, jenis petikan terdiri atas beberapa kategori,
yaitu.
Petikan halus, pucuk peko (p) dengan satu daun, atau pucuk burung (b) dengan
Petikan medium, pucuk peko dengan dua atau tiga daun muda, serta pucuk
burung dengan satu, dua atau tiga daun muda (p+2, p+3, b+1m, b+2m, b+3m).
Petikan kasar, pucuk peko dengan lebih empat daun dan pucuk burung dengan
d. Daur Petik
Pengertian tentang daur petik adalah jangka waktu pemetikan yang pertama dan
jadwal selanjutnya. Lamanya waktu daur petik tergantung pertumbuhan pucuk teh. Beberapa
Umur pangkas yang makin lambat berakibat pada daur petik yang semakin
panjang.
Makin tinggi letak kebun pertumbuhan semakin lambat sehingga daur petik jadi
panjang.
Daur petik lebih panjang pada musim kemarau dibanding musim hujan.
Tanaman makin sehat maka daur petik lebih cepat dibandingkan dengan yang kurang sehat.
31
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer dikonsumsi di banyak
negara.
2. Teh sebagai salah satu komoditi hasil perkebunan yangmempunyai peran cukup
4. Untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal serta hasil teh dengan kualitas yang
baik harus dilakukan teknik budidaya yang sesuai serta pemeliharaan yang baik.
Saran
Demikianlah makalah yang saya buat, semoga apa yang telah saya cantumkan di
makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi kita semua untuk lebih mengenal materi
tentang budidaya tanaman teh (Camellia sinensis L.). Saya menyadari makalah ini masih
memiliki kekurangan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Martono, B., R. T. Setiyono. 2014. Skrining fitokimia enam genotipe teh. Jurnal Tanaman
Industri dan Penyegar. 1(2):63-68.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (PDSIP). 2015. Outlook Teh. Sekretariat Jenderal
Kementerian Pertanian, Jakarta.
Safitri. I. K., J. Ahamd. 2018. Manajemen Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis
(L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Jawa Tengah. Bul. Agrohorti 6 (3) : 344 –
353.
Supriadi, H., D. N. Rokhmah. 2014. Teknologi adaptasi untuk mengatasi perubahan iklim
pada tanaman teh. SIRINOV. 2(3):147-156.
33