PENDAHULUAN
Sejauh ini, upaya petani dalam mengendalikan hama Thrips sp. masih
pada tindakan konvensional berupa penggunaan pestisida kimia yang berbahaya
bagi kesehatan dan lingkungan. Pestisida kimia adalah bahan beracun dan
berbahaya, bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif
yang tidak diinginkan. Dampak negatif yang terjadi dari penggunaan pestisida
kimia adalah keracunan, khususnya bagi para petani yang sering/intensif
menggunakannya (Bimas dalam Adiba. 2015). Penggunaan pestisida kimia dapat
berakibat langsung terhadap komunitas hewan, tumbuhan terlebih manusia.
Pestisida masuk ke lingkungan melalui beberapa proses pada tataran permukaan
tanah maupun bawah tanah. Pestisida masuk kedalam tanah berjalan melalui pola
biotransformasi dan bioakumulasi oleh tanaman, proses reansorbsi oleh akar
serta masuk langsung ketanah melalui aliran infiltrasi tanah. Gejala ini akan
mempengaruhi kandungan bahan pada sistem air tanah hingga proses pencucian
zat (leaching) pada tahap penguraian baik secara biologis maupun kimiawi dalam
tanah. Proses pencucian (leaching) tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi
kualitas air tanah baik setempat mauapun secara regional dengan berkelanjutan.
Jika proses leaching tidak sempurna akan berdampak buruk bagi tanaman yang
tumbuh disekitarnya. Resiko terparah adalah jika air terkontaminasi pestisida
tersebut masuk ke sumur-sumur warga (Adiba. 2015). Melihat masalah tersebut
perlu dilakukan inovasi pengganti pestisida kimia dalam menanggulangi hama
Thrips sp.
B. Identifikasi Masalah
1. Tanaman cabai petani diserang oleh hama Thrips sp. menyebabkan kerugian
bagi petani mulai dari hasil panen yang kurang maksimal hingga kematian
tanaman cabai.
2. Dalam menanggulangi serangan hama Thrips sp. petani masih menggunakan
cara konvensional berupa penggunaan pestisida kimia yang berbahaya bagi
kesehatan dan lingkungan.
3. Dalam memproduksi rokok linting, petani hanya memanfaatkan bagian helai
daun saja sehingga bagian tulang daunnya dibuang dan menjadi limbah.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan untuk menghindari meluasnya
permasalahan, maka perlu dibatasi permasalahan-permasalahan yang perlu diteliti
agar tujuan penelitian tercapai. Oleh karena itu penelitian ini difokuskan pada ada
atau tidaknya pengaruh ekstrak tulang daun tembakau terhadap hama Thrips sp.
yang menjadi hama pada tanaman cabai.
D. Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh ekstrak tulang daun tembakau terhadap hama Trips sp.
pada tanaman cabai?
2. Bagaimana pengaruh konsentrasi ekstrak tulang daun tembakau terhadap
mencegahan hama Thrips sp. pada tanaman cabai?
E. Tujuan Dan
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kemampuan ekstrak tulang daun tembakau dalam
menanggulangi hama Thrips sp.
2. Untuk mengetahui kemampuan ekstrak tulang daun tembakau pada
konsentrasi 60%, 70%, dan 80% dalam menanggulangi Thrips sp.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat :
1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu petani dalam
menanggulangi hama Thrips sp. serta membantu mengurangi penggunaan
pestisida kimia yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
2. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan peneliti tentang bioinsektisida dan merupakan
penerapan dari ilmu yang didapatkan selama perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Tinjauan Tentang Cabai
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Familia : Solanaceae
Genus : Capsicum
3) Daun
Bentuk daun tembakau adalah bulat lonjong, ujungnya
meruncing, tulang daun yang menyirip, bagian tepi daun agak
bergelombang dan licin. Daun bertangkai melekat pada batang,
kedudukan daun mendatar atau tegak. Ukuran 34 dan ketebalan
daun tergantung varietasnya dan lingkungan tumbuhnya. Daun
tembakau tersusun atas lapisan palisade parenchyma pada bagian
atasnya dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun
dalam satu tanaman berkisar 28 – 32 helai, tumbuh berselang–
seling mengelilingi batang tanaman. Daun tembakau cerutu
diklasifikasikan menurut letaknya pada batang, yang dimulai dari
bawah ke atas dibagi menjadi 4 klas yakni : daun pasir (zand blad),
kaki (voet blad), tengah (midden blad), atas (top blad). Daun
tembakau Virginia pada dasarnya dibagi menjadi 4 kelas, yakni:
daun pasir (lugs), bawah dan tengah (cutters), atas (leaf), dan pucuk
(tips). Bagian dari daun tembakau Virginia yang mempunyai nilai
tertinggi adalah daun bawah dan tengah menyusul daun atas, sedang
daun pasir dan pucuk hampir tidak bernilai kecuali untuk tembakau
rajangan (Rizki, 2016)
4) Bunga
5) Buah
B. Penelitian Relevan
1. Penelitian Isman Norianza Ali, (2020) dengan judul Potensi Air Rendaman
Daun Tembakau (Nicotiana Tabacum) Sebagai Bioinsektisida Kecoa
(Periplaneta Americana). Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui
pengaruh rendaman air tembakau terhadap kematian kecoa (Periplaneta
Americana). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh air
rendaman daun tembakau terhadap kematian serangga kecoa (Periplaneta
Americana). Persentase kematian kecoa tertinggi pada air rendaman
tembakau selama 6 hari, sebesar 32%. Hasil analisis statistic menunjukkan
perbedaan yang signifikan (p-value = 0.000) pada kelompok perlakuan dan
control. Namun tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antar
kelompok perlakuan (p-value= 0,285). Kesimpulannya air rendaman dapat
digunakan sebagai alternative insektisida nabati dalam mengendalikan
serangga kecoa.
2. Penelitian Rizki Khalalia (2016) dengan judul Uji Daya Bunuh Granul
Ekstrak Limbah Tembakau (Nicotianae Tabacum L ) Terhadap Larva Aedes
Aegypti. hasil uji menunjukkan terdapat hubungan antara ekstrak limbah
tembakau dalam bentuk granul dengan kematian larva nyamuk Aedes aegypti
(p=0,001). Analisis probit didapatkan LC50 granul ekstrak limbah tembakau
adalah 23,956% dan LC90 adalah 40,957%. LT50 pada konsentrasi 20%
adalah 362,625 jam, sedangkan LT 90 adalah 544,488 jam. Simpulan dalam
penelitian ini adalah granul ekstrak limbah tembakau meiliki efek larvasida
terhadap nyamuk Aedes aegypti namun belum dapat dikatakan efektif sebagai
larvasida nyamuk Aedes aegypti.
3. Penelitian Sriwahyuni, (2016) dengan judul Efektivitas Ekstrak Daun
Tembakau (Nicotiana tabacum L) dari Semarang, Temanggung, dan Kendal
Sebagai Larvasida Aedes aegypti L. penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui menguji efektifitas larvasida ekstrak tembakau terhadap larva
Aedes aegypti serta menganalaisis kandungan nikotin dari tembakau yang
dikoleksi dari tiga tempat yaitu Semarang , Temanggung, dan Kendal;
menggunakan desain penelitian eksperimental murni, dan dilaksanakan
Maret-Desember 2013. Tembakau diekstraksi dengan etanol lalu diuji pada
larva Ae. aegypti instar tiga. Hasil pengujian memperlihatkan ekstrak
tembakau Temanggung paling aktif sebagai larvasida diikuti Semarang dan
Kendal, sedangkan untuk mendapatkan respon biologis 90% kematian dari
jumlah total sampel larva diperlukan konsentrasi ekstrak tembakau Kendal
pada konsentrasi 447 ppm, Semarang 241 ppm, dan Temanggung 212 ppm.
Efek larvasida ekstrak tidak berbanding lurus dengan kadar nikotin ekstrak
tembakau, yaitu tembakau Semarang (4,69%), Temanggung (3,61%), dan
Kendal (1,85%).
4. Penelitian Yoel Renaldo Pardede (2019) dengan judul Uji Efektivitas Maserat
Daun Tembakau (Nicotiana Tabacum) Sebagai Bioinsektisida Pada Larva
Nyamuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pemberian
maserat daun tembakau pada larva nyamuk dan untuk mencari konsentrasi
yang paling efektif untuk membunuh larva nyamuk jenis dari penelitian ini
adalah Pra experimental one shot study case, yang di lakukan di laboratorium
terpadu poltekkes medan. Hasil penelitian menunjukkan maserat daun
tembakau yang telah di kerinkan dapat membunuh larva sebanyak 100% pada
konsentrasi 1% dan 1.5% dan dapat membunuh larva sebanyak 97.1% pada
jam ke 6, dari hasil tersebut peneliti menyimpulkan maserat daun tembakau
efektif digunakan sebagai bioinsektisida.
5. Penelitian Fika Afifah, (2015) dengan judul Efektivitas Kombinasi Filtrat
Daun Tembakau (Nicotiana tabacum) dan Filtrat Daun Paitan (Thitonia
diversifolia) sebagai Pestisida Nabati Hama Walang Sangit (Leptocorisa
oratorius) pada Tanaman Padi. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pengaruh pemberian kombinasi filtrat daun tembakau
dengan filtrat daun paitan pada berbagai perlakuan terhadap mortalitas
walang sangit pada tanaman padi, menentukan konsentrasi yang paling
efektif dari kombinasi kedua filtrat yang menyebabkan terjadinya mortalitas
walang sangit dan mendeskripsikan pengaruh kombinasi kedua filtrat
terhadap produktivitas tanaman padi. Penelitian ini menggunakan metode
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan enam perlakuan yaitu perlakuan
kontrol (F) dan kombinasi filtrat daun tembakau dengan filtrat daun paitan
(mL) dengan perbandingan sebagai berikut perlakuan A (100:0), perlakuan B
(75:25), perlakuan C (50:50), perlakuan D (25:75) dan perlakuan E (0:100).
Setiap perlakuan diujikan pada walang sangit sebanyak 10 ekor per
perlakuan. Data mortalitas walang sangit ditransformasikan ke Arcsin dan
berat kering gabah (produktivitas tanaman padi) dianalisis menggunakan
ANAVA satu arah dan selanjutnya dilakukan uji BNT. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian kombinasi filtrat daun tembakau dan filtrat
daun paitan berpengaruh terhadap semua kombinasi perlakuan. Konsentrasi
kombinasi perlakuan yang paling efektif dalam mengakibatkan mortalitas
walang sangit yaitu perlakuan B (rata-rata mortalitas walang sangit 56,25%).
Produktivitas tanaman padi terbaik yang didapatkan dari rata-rata berat
kering gabah yaitu pada perlakuan B (25,06 gram).
6. Penelitian Alif K. (2012) dengan judul Ekstraksi Nikotin Dari Daun
Tembakau (Nicotina Tabacum) Dan Pemanfaatannya Sebagai Insektisida
Nabati Pembunuh Aedes Sp. Penelitian ini bertujuan menentukan kandungan
nikotin pada daun tembakau, mengekstraksinya, memanfaatkan ekstrak
tersebut sebagai insektisida nabati pembunuh Aedes sp. dan
memformulasikan dosis yang tepat serta menentukan efektitivitasnya dalam
membunuh nyamuk Aedes sp. dalam lingkungan pemukiman. Penelitian ini
menggunakan metode maserasi limbah daun tembakau yang diujicobakan ke
nyamuk Aedes sp. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu tahap
pembuatan ekstrak dengan metode maserasi, rearing nyamuk, dan
penyemprotan ekstrak pada nyamuk. Hasil yang diperoleh sebanyak 1 kg
limbah daun tembakau dapat menghasilkan 100,7 ml ekstrak maserasi
tembakau. Dan sebesar 95,3% ekstraks maserasi daun tembakau konsentrasi
90% efektif untuk membunuh nyamuk Aedes sp.
C. Kerangka Berfikir
Cabai merupakan komoditi bernilai ekonomi tinggi dan banyak
digemari oleh petani, khususnya petani di daerah Kabupaten Lombok Timur-
NTB. . Hasil panen cabai petani berkurang karena karena tanaman cabai
mereka diserang oleh hama Thrips sp. Serangan hama Thrips sp. ini
berdampak variatif bagi tanaman cabai, mulai dari kurang maksimalnya hasil
panen hingga menyebabkan kematian tanaman cabai sehingga menyebabkan
panen kurang maksimal dan menyebabkan kerugian bagi petani.
Berdasarkan analisis masalah yang ada, maka solusi yang dapat
dilakukan yaitu memanfaatkan limbah tulang daun tembakau sebagai
bioinsektisida dalam menanggulangi hama Thrips sp. yang menyerang
tanaman cabai petani. Tanaman tembakau mengandung beberapa senyawa-
senyawa aktif seperti flavonoid, alkaloid, folivenol dan saponin. Senyawa-
senyawa tersebut berperan sebagai racun kontak, racun syaraf dan racun perut
bagi jenis serangga seperti hama Thrips sp. yang dapat menyebabkan
kematian bagi hama Thrips sp.
D. Hipotesis
Hipotesis
merupakan jawaban
sementara terhadap
rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara,
karena jawaban diberikan baru
berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diproleh melalui pengumpulan data (Sugiono dalam Suandi, 2020).
Hipotesis yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu:
Ho : Tidak ada pengaruh ekstrak tulang daun tembakau terhadap hama
Thrips sp.
Ha : Ada pengaruh pekstrak tulang daun tembakau terhadap hama Thrips sp.
BAB III
METODEOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen. Penelitian kuantitatif
merupakan jenis penelitian yang bersifat objektif, mencakup pengumpulan dan
analisis data kuantitatif dengan menggunakan pengujian statistik. Sedangkan
metode eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi terkendalikan
( Sugiono dalam Suandi, 2020).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu : -
1. Populasi
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili
atau representatif populasi (Riyanto, 2011). Sampel pada penelitian ini yaitu
hama Thrips sp. yang menyerang 12 batang cabai pada suatu sawah. Sampel
dibagi menjadi 4 kelompok, 3 kelompok akan disemprotkan ektrak tulang
daun tembakau dengan konsentrasi 60%, 70 %, dan 80% dan 1 kelompok
menjadi kontrol.
D. Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel pada penelitian ini terdiri dari variable bebas dan variable
terikat. Variabel bebas disebut juga variabel pengaruh, variable perlakuan,
variable kuasa, independen variable atau sering dising,at variable X. Sedangkan
variable yang berubah karena pengaruh dari variable bebas disebut sebagai
variable terikat atau disebut variable efek, variable terpengaruh atau dependen
variable atau biasanya diberi lambang sebagai variable Y.
Adapun variable bebas pada penelitian ini yaitu Pemanfaatan Ekstrak Tulang
Daun Tembakau Sebagai Bioinsektisida (X), sedangkan variable terikatnya yaitu
Penanggulangan Hama Thrips sp. (Y).
Berikut definisi operasionalnya :
1. Ekstrak Tulang Daun Tembakau
Ekstarak tulang daun tembakau merupakan sediaan kental yang
diproleh dari hasil menyari senyawa aktif dari simplisia nabati tulang
daun tembakau (ekstraksi tulang daun tembakau).
2. Penanggulangan hama Thrips sp.
Indikator penanggulangan hama Thrips sp. pada penelitian ini
adalah berkurang atau bahkan hilangnya populasi hama Thrips sp.
pada tanaman cabai yang diberi perlakuan.
E. Teknik dan Instrumen Pengambilan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu faktor penting yang
mendukung keberhasilan suatu penelitian. Dalam penelitian ini, metode
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah salah satu metode pengumpulan data dengan cara
pengamatan langsung sesuai dengan prosedur yang terencana meliputi
melihat dan mencatat jumlah ataupun aktivitas tertentu yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti, seperti melihat dan melakukan pencatatan
secara sistematik terhadap gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian,
yaitu mengamati dan mencatat jumlah kematian hama Thrips sp. setelah
disemprotkan ekstrak daun tembakau (Nicotiana tobaccum) dengan
berbagai konsentrasi yang berbeda dan dengan batas lama pemajanan yang
telah ditentukan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
dengan cara mengumpulkan sejumlah dokumen, baik berupa gambar
maupun tulisan, serta menganalisa dokumen-dokumen yang ada, untuk
mendukung penyusunan penelitian.
F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas
2. Reliabilitas
Reliabilitas data dijaga dengan melakukan replikasi pengujian
sebanyak tiga kali pada setiap kelompok uji.